PENGARUH SISTEM e FAKTUR TERHADAP KEPATU

`

TUGAS UAS
PENGARUH SISTEM e-FAKTUR TERHADAP KEPATUHAN PKP DALAM
PENOMERAN FAKTUR PAJAK

Dosen Pengampu
Dr.Wedy Prasetyo, SE., MM., Ak.

Diajukan guna memenuhi tugas UAS
Aplikasi Statistik Multivariat

Disusun Oleh:

Zainal Arifin
NIM 150820301010

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2016

i

`

DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka .........................................................................................................6
2.1.1 Fungsi SPT.................................................................................................................7
2.1.2 Jenis SPT....................................................................................................................8
2.1.3 Tata Cara Pelaporan e-SPT........................................................................................8
2.1.4 Wajib Pajak Yang Di Wajibkan Menyampaikan SPT Dalam Bentuk Elektronik.....9
2.1.5 Efektifitas Penggunaan Tehnologi Informasi............................................................10
2.1.6 Sistem e-Tax..............................................................................................................10

2.1.7 Penyampaian Pelaporan e-Tax Sistem......................................................................10
2.1.8 Faktur.........................................................................................................................11
2.1.9 Elektronik Penomoran Faktur...................................................................................11
2.2 Hipotesis.......................................................................................................................11
2.3 Kajian Penelitian Terdahulu.........................................................................................11
2.4 Kerangka Pemikiran.....................................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian.................................................................................................13
3.2. Strategi Penelitian.......................................................................................................13
ii

`

3.3. Objek dan Subjek Penelitian......................................................................................13
3.4. Tehnik Pengambilan Sampel......................................................................................13
3.5 Jenis Data...................................................................................................................13
3.6 Tehnik Pengumpulan Data.........................................................................................14
3.7 Devinisi Variabel Penelitian.......................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas...............................................................................................................15

4.2 Uji Reliabilitas............................................................................................................15
4.3 Uji Normalitas............................................................................................................16
4.4 Uji Hesterokedastisitas...............................................................................................16
4.5 Analisis Regresi Linier Sederhana.............................................................................16
4.6 Uji T...........................................................................................................................17
4.7 Uji Koefisien Determinasi..........................................................................................17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................18
5.2 Saran...........................................................................................................................18
Daftar Pustaka

iii

`

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan dan pemerintah. Bagi
perusahaan pajak merupakan cerminan kinerja perusahaan secara keuangan dan dapat meningkatkan kepercayaan para investor atas kinerja keuangan yang terdapat diperusahaan.

Penerimaan pajak merupakan sumber utama atau tulang punggung negara dalam
pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui perbaikan dan peningkatan sarana publik. Alokasi pajak tidak hanya
diberikan kepada rakyat yang membayar pajak tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang
tidak membayar pajak. Dengan demikian, peranan penerimaan pajak bagi suatu negara
menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang
bertanggung jawab dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dibawah naungan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, hingga
30 September 2015, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 686.274 triliun atau sekitar
53.02 % dari target penerimaan yang ditetapkan dalam Anggaran Pedapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBN-P) 2015 yang sebesar Rp 1.294.258 triliun.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, realisasi penerimaan pajak
tahun ini mengalami pertumbuhan yang cukup baik dari sektor tertentu, tetapi juga
mengalami penurunan pertumbuhan sektor lainnya.
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas merupakan satu-satunya jenis pajak
yang bertumbuh. Berdasarkan data yang tercatat pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
penerimaan PPh nonmigas hingga 30 September 2015 tercatat mencapai Rp357,769
triliun. Dengan realisasi tersebut, PPh nonmigas mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,65
% dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Pada periode yang sama tahun 2014,

realisasi PPh nonmigas tercatat sebesar Rp329,278 triliun.
Di sisi lain, realisasi penerimaan PPh migas mengalami penurunan pertumbuhan
sebesar 33,07 % dibanding realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Hingga 30
September 2015, penerimaan pajak dari sektor ini tercatat sebesar Rp39,725 triliun,
sedangkan pada periode yang sama tahun 2014 realisasinya mencapai Rp59,350 triliun.

1

`

Namun demikian, apabila dibandingkan dengan target pajaknya, realisasi PPh Migas
hingga 30 September 2015 mencatatkan persentase penerimaan yang lebih baik, yakni
sebesar 80,20 %. Sementara, persentase PPh Migas pada periode yang sama tahun 2014
tercatat sebesar 70,75% (Kemenkeu, 13/10/2015)
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan terus melaksanakan berbagai upaya dan
terobosan untuk memaksimalkan penerimaan pajak, dengan adanya tuntutan tersebut
mendorong Dirjen Pajak terus melakukan reformasi perpajakan berupa penyempurnaan
terhadap kebijakan perpajakan dan system administrasi perpajakan sehingga potensi
penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara maksimal (Lingga, 2013)
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selalu melakukan perubahan dan inovasi dalam

system administrasi perpajakan dengan tujuan meningkatkan kualitas di setiap pelayanan
perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara, Modernisasi perpajakan
meliputi reformasi kebijakan, reformasi administrasi dan reformasi pengawasan.
Reformasi kebijakan terdiri dari amandemen undang-undang antara lain UU No. 36 tahun
2008 mengenai Pajak Penghasilan, UU No. 16 tahun 2009.
Salah satu reformasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ditandai dengan
di tetapkannya visi yaitu : menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan
system dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan
masyarakat. Direktorat Jenderal Pajak juga menetapkan misi fiskal salah satunya adalah
untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan
tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak (Rahayu & Lingga, 2012) yang perlu di
perhatikan antara lain adalah : (1) Peningkatan Kepatuhan Pembayaran Pajak (2)
peaksanaan ketentuan perpajakan secara benar untuk mendapatkan penerimaan pajak
secara maksimal dengan biaya yang optimal. Sejalan dengan hal tersebut Dirjen Pajak
telah menggulirkan reformasi perpajakan dengan tujuan tercapainya : (1) tingkat
kepatuhan sukarela yang tinggi (2) tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan
yang tinggi (3) produktivitas petugas pajak yang tinggi.
Program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan system

administrasi perpajakan modern yang memiliki cirri khusus antara lain struktur organisasi

2

`

berdasarkan fungsinya seperti setiap wajib pajak yang menemui kesulitan atau ketidak
puasan bisa menghubungi account representative dan complaint center, Selain itu, sistem
administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru diantaranya
melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) yang semula berdasarkan
pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang
dikendalikan oleh case management system dalam workflow system.
Masalah kepatuhan pajak merupakan masalah yang sangat klasik yang hampir
dihadapi di semua Negara yang menerapkan system perpajakan. Berbagai penelitian telah
dilakukan dan kesimpulannya adalah masalah kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan
public (public finance), penegakan hukum (low enforcement), struktur organisasi
(oerganizational struceture), tenaga kerja (employees), etika (code of conduct) atau
gabungan dari strategi tersebut (Andreoni et al. 1998) di dalam penelitiannya (Hutagaol,
Winarno, & Pradipta, 2007).
Kalau pemerintah dapat menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak

dilakukan dengan benar dan sesuai dengan keinginan para Wajib Pajak (WP), maka wajib
pajak akan cenderung untuk mematuhi aturan perpajakan.

Namun sebaliknya bila

pemerintah tidak dapat menunjukkan penggunaan pajak secara transparan dan
akuntabilitas, maka wajib pajak akan cenderung mengabaikan peraturan perpajakan atau
membayar pajak dengan benar. Dari segi pencegahan hukum, pemerintah harus
menerapkan hukum dengan adil kepada semua orang, apabila ada wajib pajak yang tidak
patuh terhadap peraturan perpajakan yang sudah ada, siapapun dia termasuk para pejabat
ataupun keluarganya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan dan Undang –
undang perpajakan (Hutagaol et al., 2007)
Sarat mutlak dalam menuju kepada kemandirian bangsa adalah dengan meningkatkan
peran serta masyarakat melalui membayar pajak. Reformasi birokrasi yang lebih dikenal
dengan kata modernisasi yang tidak hanya sebatas peraturan (kebijakan) perpajakan,
tertuang dalam undang – undang pajak, modernisasi perpajakan ditandai dengan adanya
tingkat pelayanan, hal ini terlihat dengan adanya Account Presentative (AR) sebagai ujung
tombak pelayanan dan perantara antara Direktorat Jenderal Pajak dengan wajib pajak
dengan mengemban tugas melayani setiap wajib pajak dalam hal membing wajib pajak
untuk penghitungan, pelaporan, konsultasi tehnis administrasi perpajakan, memonitor


3

`

penyelesaian pemeriksaan pajak, dan melakukan pemutakhiran datan serta menyusun
profil wajib pajak.
E-Registration, e-SPT, e-Felling, e-Billing, e-Faktur merupakan salah satu bagian dari
e-Tax system administrasi perpajakan, agar wajib pajak memperoleh kemudahan dalam
memenuhi kewajibannya, sehungga pemenuhan kewajiban perpajakan dapat lebih mudah
dilaksanakan dan tujuan untuk menciptakan administrasi perpajakan yang lebih tertib dan
transparan dapat dicapai. Sehingga dengan kemudahan tersebut target penerimaan pajak
bisa tercapai. Kemudahan untuk memenuhi kewajiban diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, perlu dukungan semua pihak dan sosialisasi
secara intens serta terus-menerus agar peningkatan pelayanan kepada wajib pajak terus
berjalan, agar tercapainya administrasi perpajakan yang modern (Mahyudin, 2015)
Tujuan diperbaharuinya system pajak dengan ditambahkannya e-system diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan pajak juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
administrasi perpajakan, dan dalam rangka menyesuaikan system administrasi perpajakan
dengan perkembangan tehnologi informasi serta untuk meningkatkan pelayanan kepada

wajib pajak dalam penyampaian surat pemberitahunan tahunan atau surat pemberitahuan
masa (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015).
Berdasarkan uraian permasalahan yang sangat beragam pada latar belakang diatas
penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian guna memenuhi tugas Aplikasi
Statistik Multivariat untuk mengetahui seberapa efisienkah system tersebut dengan judul “
Pengaruh e-Faktur Terhadap Kepatuhan PKP Dalam Penomeran Faktur Pajak”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah masalah
sebagai berikut :
1. Sejauh manakah efisiensi Penerapan Sistem e-Faktur terhadap Kepatuhan PKP Dalam
Penomeran Faktur Pajak?
2. Seberapa besar Pengaruh Sistem e-Faktur terhadap Kepatuhan PKP Dalam Penomeran
Faktur Pajak?
1.3 Tujuan Penelitian

4

`

Adapun tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui pengaruh variabel

modernisasi elektronik penomoran faktur (e-Faktur) Pajak Pertambahan Nilai terhadap
tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam penerapan penomoran faktur di Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Lumajang (KP2KP Lumajang)
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai masukan dan evaluasi bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak dalam
menciptakan system e-Faktur yang mudah dan efisien.
2. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak dalam
memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti dengan permasalahan lain
yang terkait dengan Sistem e-Faktur

BAB II

5

`

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
1. Definisi Pajak
Dalam (Undang - Undang Republik Indonesia, 2007) Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan(Undang - Undang Republik
Indonesia, 2007).
3. Surat Pemberitahuan
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan(Undang - Undang Republik Indonesia, 2007).
Surat pemberitahuan yang selanjutnya disebut dengan SPT adalah surat yang oleh
wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak , objek
pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan(Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
2015).
SPT elektronik adalah SPT dalam bentuk dokumen elektronik. Sedangkan aplikasi
SPT elektronik adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuat SPT
elektronik(Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015).
4. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa
Pajak(Undang - Undang Republik Indonesia, 2007)
5. Surat Pemberitahuan Tahunan
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak(Undang - Undang Republik Indonesia, 2007).
Menurut (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015) wajib pajak yang harus
menyampaikan laporan administrasi perpajakan dalam bentuk elektronik adalah :

6

`

a) Wajib Pajak yang diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
dalam bentuk dokumen elektronik sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan dan memiliki kewajiban untuk melaporkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan;
b) Wajib Pajak yang diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
dalam bentuk dokumen elektronik sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan dan memiliki kewajiban untuk melaporkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan;
c) Wajib Pajak yang sudah pernah menyampaikan SPT Elektronik; atau
d) Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus dan Kantor
Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Besar.
e) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d (Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, 2015), selain harus menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan dalam bentuk dokumen elektronik, juga harus menyampaikan SPT Masa
Pajak Penghasilan dan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dalam bentuk dokumen
elektronik
2.1.1

Fungsi SPT
Fungsi SPT dapat dilihat dari sisi Wajib Pajak, Pengusaha Kena Pajak, dan dari sisi

Pemotong atau Pemungut Pajak (Lingga, 2013) yaitu :
1. Wajib Pajak Penghasilan
a) Sarana untuk melapor dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak yang
sebenarnya terutang.
b) Melapor pembayaran/pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau
melalui pemotongan/pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak/bagian tahun
pajak.
c) Melaporkan pembayaran dari pemotong/pemungut tentang pemotongan/ pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan peraturan
perudang-undangan yang berlaku.
2. Pengusaha Kena Pajak
a) Sarana untuk melapor dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang
sebenarnya terutang.

7

`

b) Melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
c) Melaporkan tentang pembayaran/pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2.1.2

Jenis SPT
SPT dapat berbentuk formulir kertas (hardcopy) atau e-SPT. Berdasarkan waktu

pelaporan, SPT dibedakan menjadi dua :
1. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak.
2. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.
2.1.3

Tata Cara Pelaporan e-SPT

Tata cara pelaporan e-SPT menurut penelitiannya (Mokolinug & Budiarso, 2015) adalah :
1. Wajib pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem komputer yang digunakan
untuk keperluan administrasi perpajakannya.
2. Wajib pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data perpajakan yang
akan dilaporkan, antara lain:
a) Data identitas wajib pajak pemotong/pemungut dan identitas wajib pajak yang
dipotong/dipungut seperti NPWP, nama, alamat, kode pos, nama KPP, pejabat
penandatangan, kota, format nomor bukti potong/pungut, nomor awal bukti
potong/pungut, kode kurs mata uang yang digunakan.
b) Bukti pemotongan/pemungutan PPh.
c) Faktur Pajak
d) Data perpajakan yang terkandung dalam SPT.
e)

Data Surat Setoran Pajak (SSP) seperti masa pajak, tahun pajak, tanggal setor,
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), Kode Akun Pajak/Kode Jenis
Setoran (KJS) dan jumlah pembayaran pajak.

3. Wajib pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan sendiri
dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki wajib pajak kedalam
aplikasi e-SPT dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi eSPT.
4.

Wajib pajak mencetak bukti potong/pungut dengan menggunakan aplikasi e-SPT dan
menyampaikannya kepada pihak yang dipotong/dipungut.

8

`

5. Wajib pajak menandatangani SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil
cetakan aplikasi e-SPT.
6. Wajib pajak menandatangani SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil
cetakan aplikasi e-SPT.
7. Wajib pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e-SPT dan
disimpan dalam media elektronik (CD, flash disk).
8. Wajib pajak menyampaikan e-SPT ke KPP tempat wajib terdaftar dengan cara:
a)

Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa kurir ekspedisi/kurir dengan
bukti pengiriman surat, dengan membawa atau mengirimkan formulir induk SPT
Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan eSPT yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk
elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; atau

b)

Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Atas penyampaian e-SPT secara langsung diberikan tanda penerimaan surat dari TPT
sedangkan penyampaian e-SPT melalui pos atau jasa ekspedisi/kurir bukti pengiriman
surat dianggap sebagai tanda terima SPT.
10. Atas penyampaian melalui e-filling diberikan bukti penerimaan elektronik.
2.1.4

Wajib Pajak Yang Diwajibkan Menyampaikan SPT Tahunan Dalam Bentuk
Elektronik
Wajib pajak yang harus melaporkan dalam bentuk dokumen elektronik, dalam hal

memenuhi kriteria sebagai berikut(Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015) :
a) Wajib Pajak yang diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
dalam bentuk dokumen elektronik sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan dan memiliki kewajiban untuk melaporkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan;
b) Wajib Pajak yang diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
dalam bentuk dokumen elektronik sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan dan memiliki kewajiban untuk melaporkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan;
c) Wajib Pajak yang sudah pernah menyampaikan SPT Elektronik; atau
d) Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus dan Kantor

9

`

Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Besar.
2.1.5 Efektifitas Pengunaan Tehnologi Informasi
Secara umum efektifitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan –
tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif piihan cara dan menentukan pilihan dari
beberapa pilihan lainnya. Efetifitas juga bisa diartikan sebagai pengukuran keberhasilan
dalam pencapaian tujuan tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas
dapat selesai dengan pemilihan cara – cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut
adalah benar atau efektif.
Tujuan penggunaan tehnologi informasi dalam perpajakan adalah menghemat waktu,
mudah, akurat, dan paperless. Dengan penggunaan tehnologi informasi dalam perpajakan
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak baik dari segi kualitas
pelayanan maupun waktu dan tenaga sehingga lebih efektif dan efisien (Pujiani, 2013).
2.1.6 Sistem e-Tax
Sistem e-Tax merupakan modernisasi perpajakan dengan menggunakan tehnologi
informasi yang diharapkan dengan sistem e-Tax dapat mempermudah wajib pajak untuk
melaporkan pajak.
e-Tax Sistem terdiri dari beberapa aplikasi diantaranya adalah e-SPT PPh 21, e-Faktur, eSPT 1770, e-SPT 1771, e-Billing, e-Registration, e-Filling, e-Tax Sistem ini dibuat
dengan harapan dapat mempermudah wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya melaui on-line(Pujiani, 2013).
2.1.7 Penyampaian Pelaporan e-Tax Sistem
Tata cara penyampaian pelaporan e-Tax sistem adalah :
a) secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir;
b) melalui laman Direktorat Jenderal Pajak;
c) melalui Penyalur SPT Elektronik;
d) melalui saluran suara digital yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk Wajib
Pajak tertentu;
e) melalui jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara Direktorat Jenderal
Pajak dengan Wajib Pajak,
2.1.8 Faktur

10

`

PER-24/PJ/2012 menjelaskan “Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
2.1.9 Elektronik Penomoran Faktur Pajak (e-Faktur)
Terhitung mulai tanggal 1 April 2013 seluruh Pengusaha Kena Pajak wajib
menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-24/PJ/2012. Pengaturan penomoran
Faktur Pajak yang akan diberlakukan 1 April 2013 ini menurut informasi dari Direktorat
Jendral Pajak merupakan sistem penomoran Faktur Pajak yang bersifat sementara,
menunggu fase e-tax invoice, dimana pada tahap e-tax invoice mekanisme penomoran
sudah by sistem yang direncanakan akan dimulai tahun 2014 mendatang.
Elektronik Nomor Faktur Pajak merupakan kebijakan baru yang dibuat oleh Direktorat
Jenderal Pajak yang tertuang dalam Surat Edaran nomor SE-20/PJ/2014 tanggal 20 Juni
2014 tentang tata cara permohonan kode aktivasi dan password, permintaan aktivasi akun
Pengusaha

Kena Pajak dan sertifikat elektronik serta permintaan, pengembalian dan

pengawasan nomor seri faktur pajak.
2.2 Hipotesis
Berdasarkan pemaparan diatas maka hipotesis penelitian ini adalah: “Penerapan
Penomoran Faktur dengan sistem e-Faktur berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam penerapan penomoran faktur.
2.3 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain yang dapat dipakai sebagai
bahan pertimbangan berkaitan dengan pemasalahan penelitian ini adalah :
1. Analisis Efektifitas Penggunaan e-Sistem Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama
Palembang (Pujiani, 2013)
Penelitian ini menunjukan bahwa E-system di KPP Pratama Palembang Ilir Timur
kurang efektif karena berdasarkan data ada sekitar 1755 PKP yang terdaftar di KPP
Pratama Palembang Ilir Timur tetapi hanya sekitar 420 PKP yang melaporkan
menggunakan e-Registration.
2. Analisis Kepatuhan Wajib Pajak dengan diterapkannya Program e-SPT Dalam
Melaporkan SPT Masa PPN (Mahyudin, 2015).

11

`

Hasil penelitian ini, menunjukan terdapat perbedaan atau hubungan yang
signifikan antara kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah penerapan e-SPT, yaitu
penggunaan SPT Manual lebih dominan dibandingkan program e-SPT.
3. Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Efisiensi Pemrosesan Data Perpajakan
(Mokolinug & Budiarso, 2015)
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepraktisan dan kemudahan perhitungan
berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi pemrosesan data perpajakan pada
pengusaha kena di Kota Tomohon sedangkan kemudahan pelaporan dan kepraktisan eSPT tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi pemrosesan data
perpajakan pada pengusaha kena di Kota Tomohon.
4. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan
Pajak Penghasilan Badan (Suhendra, 2011)
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat kepatuhan wajib pajak yang diukur dari
jumlah Surat Pemberitahunan Tahunan (SPT) yang disampaikan berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP.
Pemeriksaan pajak yang diukur dari jumlah SPT yang diperiksa tidak berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP.
2.3 Kerangka Pemikiran

Modernisasi e-Faktur

WAJIB PAJAK BADAN

WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI

Sistem Informasi e-Faktur

Tingkat Kepatuhan Dalam
Penomoran Faktur

Jumlah WP Lapor
Dengan e-Faktur

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

12

`

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan hasil penelitian ini akan menggambarkan
masing-masing variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan Dokumentasi pada Kantor Pelayanan Pernyuluhan dan Konsiltasi
Perpajakan Lumajang (KP2KP).
3.2 Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tunggal terpancang,
karena sasaran yang akan diteliti sudah dibatasai dan terfokus, yaitu terbatas pada
Pengaruh Sistem e-Faktur terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam Penomoran
Faktur di Kantor Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan Lumajang (KP2KP Lumajang)
Tahun 2015.
3.3 Objek/Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan Lumajang

yang beralamat di Jl. Achmad Yani No. 06 Kelurahan

Tompokersan Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang, Dalam penelitian ini
respondennya adalah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar. yang diminta untuk mengisi
kuesiner dan objek pada penelitian ini adalah Pengaruh Sistem e-Faktur Tehadap
Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam Penerapan Penomoran Faktur.
3.4 Tehnik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling.
Simple Random Sampling adalah mengambil sampel secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada di dalam populasi. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh
Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan Lumajang
3.5 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan yaitu menyebarkan
100 kuesioner, tetapi yang kembali kepada penulis sekitar 98 Kuisioner. Kuisioner
tersebut di berikan kepada Pengusaha Kena Pajak yang melaporkan SPT Masanya di
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Lumajang.

13

`

3.6 Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Lapangan yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan penyebaran kuesioner kepada
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Lumajang. untuk memperoleh
data primer yang dibutuhkan berdasarkan permasalahan yang diteliti.
3.7 Devinisi Operasional Variabel
Variabel yang diteliti
Modernisasi Penerapan e-

Devinsi Operasional
e-Faktur
adalah

Indikator
1. Keamanan Sistem

Faktur (X)

sisitem

2. Kemudahan Sistem

dalam

aplikasi
penomoran

Kepatuhan Pengusaha Kena

faktur pajak
Kepatuhan

Pajak

pengusaha kena pajak

dalam

Faktur pajak (Y)

Penerapan

dalam
adalah

1. Mendaftar Kembali

penerapan

penomoran

3. Efisisensi

ke KPP
2.

faktur

Pengusaha

kepatuhan

pengusaha kena pajak
dalam

ID
Kena

Pajak
3.

membuat

faktur pajak.

BAB IV

14

Membuat

Membuat
Pajak

Faktur

Skala Pengukuran
Interval

`

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas
Tabel 1 Uji Validitas Variabel Sistem e-Faktur (X) dan Kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak Dalam Penerapan Penomoran Faktur (Y)
Item
r Hitung
X1
0.612
X2
0.547
X3
0.709
X4
0.779
X5
0.744
X6
0.572
X7
0.636
X8
0.699
Y1
0.647
Y2
0.687
Y3
0.662
Y4
0.798
Y5
0.775
Y6
0.549
Y7
0.777
Sumber : Data SPSS 21, 2016

r Tabel
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199
0.199

Hasil
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa seluruh nilai korelasi setiap pertanyaan
variabel Sistem e-Faktur (X) dan Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam Penerapan
Penomoran Faktur (Y) dinyatakan valid. Hal ini dapat kita lihat dari nilai r hitung yang
diperoleh dari hasil SPSS lebih besar dari r tabel yang diperoleh dari tabel r yaitu sebesar
0.199. Hasil perhitungan r hitung pada penelitian ini semuanya lebih besar dari r tabel,
dalam hal ini berarti seluruh pertanyaan dinyatakan valid. Nilai r hitung diperoleh dari
nilai Sig.(2-tailed) dengan nilai α = 0.05 (5%).
4.2 Uji Reliabilitas
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Pengaruh Sistem e-Faktur (X) dan Kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak Dalam Penerapan Penomoran Faktur (Y)
Item
Cronbach’s Aalpha Item
X
0.810
Y
0.823
Sumber : Data SPSS 21, 2016

Cronbach’s Aalpha
0.6
0.6

15

Hasil
Reliabel
Reliabel

`

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa Cronbach’s Aalpha variabel Pengaruh
Sistem e-Faktur (X) lebih besar dari standar Cronbach’s Aalpha, yaitu 0.810 lebih besar
dari 0.6 dan Cronbach’s Aalpha variabel kepatuhan PKP dalam penerapan penomoran
faktur (Y) lebih besar dari standar Cronbach’s Aalpha, yaitu 0.823 lebih besar dari 0.6.
Hal ini berarti seluruh variabel dinyatakan reliabel.
4.3 Uji Normalitas
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal
b. Calculated from data.
Sumber : Data Diolah SPSS 21, 2016

98
.0000000
3.55703930
.067
.067
-.041
.067
.200c,d

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar
0.200 > 0.05. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan
bahwa residual berdistribusi normal.
4.4 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Signifikansi
Hasil
X
0.886
Bebas Heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah SPSS, 2016
Dari tabel di atas, diperoleh nilai Sig. variabel Pengaruh e-Faktur (X) sebesar 0.886.
Dari hasil tabel di atas hasil nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi bebas dari heteroskedastisitas.
4.5 Analisis Regresi Linier Sederhana
Tabel 5 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Sederhana
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
1
(Constant)
10.402
X
.505
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah SPSS 21, 2016

16

2.090
.075

`

Pada tabel di atas di peroleh nilai B constant sebesar 10.402 dan nilai B X sebesar
0.505. Sehingga persamaan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut:
Y = a+bx
Y = 10.402 + 0.505x
a. Nilai konstansta adalah 10.402; ini dapat diartikan jika Pengaruh Sistem e-Faktur
adalah 0, maka Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam Penerapan Penomoran Faktur
nilainya 10.402.
b. Nilai koefisien regresi Pengaruh Sistem e-Faktur bernilai positif yaitu 0.505; ini dapat
diartikan bahwa setiap peningkatan Sistem e-Faktur sebesar 1, maka tingkat Pengusaha
Kena Pajak dalam Penerapan Penomoran Faktur juga akan meningkat sebesar 0.505.
4.6 Uji T

Tabel 6 Hasil Uji t
T
4.978
6.719

Model
(Constant)
X
a. Dependent Variable: Y
b. Sumber : Data Diolah SPSS 21, 2016
1

Sig.
.000
.000

Nilai t hitung > dari t tabel (6.719 > 1.985) dan signifikansi (0.00 < 0.05) maka Ho
di tolak, jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem e-Faktur berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam penerapan pelaporan faktur.
4.7

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
a
.566
1
.320
.313
3.575518
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah SPSS 21, 2016
Dari tabel di atas diperoleh nilai koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0.313
atau 31.3%. Hal ini menunjukkan bahwa Sistem e-Faktur berpengaruh sebesar 31.3%
terhadap kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam penerapan penomoran faktur. Dan
sisanya 68.7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Koefisien determinasi
pada penelitian ini terletak di antara 0.31-0.50. Hal ini menunjukkan bahwa model
penelitian memiliki cukup ketepatan.

17

`

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Nilai t hitung > dari t tabel (6.719 > 1.985) dan signifikansi (0.00 < 0.05), jadi
dapat disimpulkan bahwa Sistem e-Faktur berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam penerapan penomoran faktur. Nilai koefisien
Adjusted R Square adalah sebesar 0.313 atau 31.3%. Hal ini menunjukkan bahwa Sistem
e-Faktur berpengaruh sebesar 31.3% terhadap kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam
penerapan penomoran faktur. Dan sisanya 68.7% dipengaruhi oleh variabel lain yag tidak
diteliti.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa saran, sebagai
berikut:
1. Bagi Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Lumajang (KP2KP
Lumajang)
Untuk Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Lumajang lebih
banyak melakukan sosialisasi mengenai penggunaan, manfaat dan tata cara melakukan
penomoran faktur pajak dengan benar.

Agar supaya wajib pajak yang sudah

dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak bisa lapor dengan benar dan tepat waktu.
Karena masih banyak pengusaha kena pajak yang sudah dikukuhkan sebagai PKP
tetapi belum bisa menggunakan aplikasi e-faktur dengan benar, sehingga akan
mempengarui tingkat kepatuhan wajib pajak itu sendiri.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan bisa meneliti banyak varabel yang lebih luas dan lebih
banyak lagi, contoh saja sistem elektronik sebagai alat administrasi perpajakan sangat
banyak seperti : e-Filing, e-Billing, e-Faktur, e-nofa, e-Registration, e-SPT Masa, eSPT Tahunan.atau mungkin yang dibuat obyek penelitian bisa menggunakan Kantor
Pelayanan Pajak se Kantor Wilayah Jawa Timur III.

18

Zainal Arifn (150820301010)

DAFTAR PUSTAKA
Hutagaol, J., Winarno, W. W., & Pradipta, A. (2007). Strategi Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntabilitas, 6(2), 186-193.
Indriyani, F. (2010). Studi tentang kesalahan pengisian surat pemberitahuan (SPT)
tahunan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi di kantor pelayanan pajak
(KPP) Surakarta. UNS.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, P. D. J. P. (2015). Penyampaian Surat
Pemberitahuan Secara Elektronik.
Lingga, I. S. (2013). Pengaruh Penerapan e-SPT PPN Terhadap Efisiensi Pengisian
SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak: Survey Terhadap Pengusaha Kena Pajak
Pada KPP Pratama “X”. Jurnal Akuntansi, 4(1), 70-86.
Mahyudin, D. M. (2015). ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
DITERAPKANNYA PROGRAM E-SPT DALAM MELAPORKAN SPT
MASA PPN PADA KPP PRATAMA BITUNG. JURNAL RISET EKONOMI,
MANAJEMEN, BISNIS DAN AKUNTANSI, 3(1).
Mokolinug, D. D. S., & Budiarso, N. S. (2015). PENGARUH PENERAPAN e-SPT
TERHADAP EFISIENSI PEMROSESAN DATA PERPAJAKAN (Survey
Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada KPP Pratama Kota Tomohon).
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN, 10(2).
Pujiani, M. (2013). Analisis Efektivitas Penggunaan E-System terhadap Penerimaan
Pajak di KPP Pratama Palembang Ilir Timur.
Rahayu, S., & Lingga, I. S. (2012). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. MAKSI(1).
Sugiyono, P. (2012). Dr. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suhendra, E. S. (2011). Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Bisnis, 15(1).
Undang - Undang Republik Indonesia. (2007). Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan. 1-60.