LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM KRISMIN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

Disusun Oleh :
HERMANTO SIDABARIBA
DBD 111 098

LABORATORIUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2014

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI
DISUSUN OLEH:

HERMANTO SIDABARIBA
DBD 111 098


PALANGKA RAYA,

Juni 2014

MENYETUJUI,

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM

ASISTEM PRAKTIKUM

ROMIE HENDRAWAN

ITANDA CERIA SARAGIH

NIP. 1975 1209 200604 1 002

DBD 112 084

HALAMAN PERSEMBAHAN


ii

Dengan penuh ungkapan syukur saya persembahkan terutama kepada “Tuhan
Yesus Kristus”,atas penyertaan-Nya dalam menyelesaikan laporan akhir
ini.Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari
bantuan semua pihak untuk itu penulis mengungkapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala dukungan dari berbagai pihak sehingga laporan ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Pada kesempatan ini dengan penuh rasa
hormat saya persembahkan “Laporan Akhir Praktikum Kristalografi Mineralogi”
kepada semua pihak yang memberi dukungan, dan yang membantu dan menuntun
hingga laporan ini dapat terselesaikan yakni kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus”,atas penyertaan-Nya dalam menyelesaikan
laporan

akhir

telah

memberikan


kesehatan,

kelancaran,

dan

kesempatan yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga laporan akhir
ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua dan saudara yang telah memeberikan dukungan
penuh kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini.
3. Dosen pembimbing dan asisten pembimbing fakultas Teknik
Pertambangan yang telah memberikan materi dan menuntun penulis
dalam praktikum hingga terselasainya laporan akhir ini.

4. Semua teman-teman yang telah mendukung dalam praktikum hingga
dapat menyelesaikan laporan akhir.Penulis berterimakasih kepada

iii


semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu baik
dalam praktikum hingga terselesaikannya laporan akhir ini.

Palangkaraya, Juni 2014

Penulis

KATA PENGANTAR

iv

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-nyalah sehingga laporan akhir praktikum Kristalografi dan Mineralogi
dapat terselesaikan. Pada laporan ini, sebelum penulis memaparkan hasil
praktikum, terlebih dahulu penulis menjelaskan meteri-materi yang berhubungan
dengan praktikum yang telah dilaksanakan. Penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis. Dengan penjelasan yang
dipaparkan oleh penulis, diharapkan pembaca dapat mengerti materi-materi yang
akan dipraktikumkan. Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang membantu dalam praktikum yakni dosen pembimbing, asisten

pembimbing, dan semua pihak yang membantu dalam menulis laporan akhir
praktikum ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini banyak
kekurangan didalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan dari pihak yang membaca laporan ini.

Palangkaraya, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
v

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
BAB I. KRISTALOGRAFI...........................................................................1

I.1. Sistem Reguler..........................................................................4
I.2. Sistem Tetragonal......................................................................5
I.3. Sistem Triklin............................................................................7
I.4. Sistem Monoklin.......................................................................8
I.5. Sistem Kristal Orthorombic......................................................9
Lampiran
BAB II. MINERALOGI FISIK.....................................................................10
II.1. Warna........................................................................................12
II.2. Perawakan kristal (crystal habit)..............................................13
II.3. Kilap (luster).............................................................................22
II.4. Kekerasan (hardness)................................................................24
II.5. Gores (streak)............................................................................26
II.6. Belahan (cleavage)....................................................................26
II.7. Pecahan (fracture).....................................................................27
II.9. Berat jenis (Specific gravity).....................................................28
II.10. Kemagnetan ..............................................................................29
II.11. Derajat ketransparanan..............................................................29
Lampiran
BAB III.PENUTUP.........................................................................................31
III.1. Kesimpulan...............................................................................31

III.2. Saran..........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR TABEL

vii

viii

BAB I
KRISTALOGRAFI

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem
kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang
mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan
susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang

membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh
komposisikimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi
oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu.
Ada beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai Kristal, diantaranya
adalah padat, tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana
dengan proses fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang serta sudut inklimasi pada
setiap kristal tertentu. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat
kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada
sifat-sifat material tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah
ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari
"kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu.
Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal
ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan
strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material
kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik
atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika
kristal. Dalam struktu rdielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat
1

ditemukan seperti yang dijelaskan dalamkristal fotonik. Kristalografi adalah ilmu

- ilmu yang mempelajari tentang:
-

Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu
kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk
luar yang membatasinya.

-

Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping
mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan,
juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal
lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

-

Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.


-

Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya).
Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh
bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non
kristalin.



Kimia Kristal
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar,
beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat
mineral/kristal tidak hanya tergantung pada komposisi tetapi juga kepada
susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom
penyusun kristal/mineral. Kimia kristal sejak penemuan sinar X,

2

penyelidikan kristalografisinar X telah mengembangkan pengertian tentang
hubungan antarkimia dan struktur. Tujuannya adalah :

1.

Mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari
suatu jenis krisal.

2.

Dalam bidang geokimia, mempelajari kimia kristal adalah untuk
memprediksi struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan
temperatur dan tekanan.



Daya Ikat dalam Kristal
Daya yang mengikat atom (atau ion atau grup ion) dari zat
padakristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat
berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan,belahan
daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi
termal berhubungan secara lansung terhadap daya ikat.
Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik
leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah.
Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu :
ionik, kovalen, logam dan van der waals.

1)

GEOMETRI KRISTALOGRAFI
Sumbu dan Sudut Kristalografi
Sumbu kristalografi ialah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai 3 bentuk dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau
tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dimensi sehingga proyeksi
orthogonal. Sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas adalah sumbu a.

3

Sumbu horizontal pada bidang kertas adalah sumbu b. Sumbu yang vertikal
pada bidang kertas adalah sumbu c.

Gambar 1.1. Sudut dan Sumbu Kristalografi
Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu
kristalografi pada titik potong (pusat kristal).



sudut α

ialah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.



sudut

β

ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.



sudut γ

ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.

4

2)

KLAS SIMETRI
Pengelompokan dalam klas simetri berdasarkan pada :
1.

Sumbu Simetri

2.

Bidang Simetri

3.

Titik Simetri atau pusat simetri
1. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat
kristal, dimana apabila kristal tersebut sebagai poros putarannya,
maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukan
kenampakan-kenampakan seperti semula. Ada 4 jenis sumbu simetri
yaitu : sumbu simetri gyre, sumbu simetri gyre polair, sumbu cermin
putar dan sumbu invers putar.
 Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakkan (kondigurasi)
satu sam lain pada kedua belah pihak/ kedua ujung sumbu sama.
Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre) dituliskan
pada kanan atas atau kanan bawah. Misal L4 = L4 = g4 = g4.

5

Gambar 1.3. Digyre (L2 = l2g2 = g2)
Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul dua kali kenampakan yang sama.

Gambar 1.4. Trigyre (L2 = l2g2 = g2)

6

Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya. Akan muncul 3 kali kenampakan yang sama.

Gambar 1.5. Tetragyre (L4 = L4 = g4 = g4)
Apabila kristaldiputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan 4 kali kenampakannya

7

Gambar 1.6. Hexagyre (L6 = L6 = g6 = g6)
Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya. Akan muncul 6 kali kenampakan yang sama
 Sumbu

simetri

gyre

polair

berlaku

bila

kenampakkan

(konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak berbeda/
tidak sama. Jika pada salah satu sisinya berupa sudut maka pada
sisi lainnya berupa bidang. Dinotasikan dengan huruf L (linear)
atau g (gyre). Misal L2 = g2.

8

(i)
(ii)
(iii)
Gambar 1.7. Sumbu Simetri Gyre Polair

(iv)

Keterangan : (i) Digyre polair (L2 = g2)
(ii)

Trigyre polair (L3 = g3)

(iii)

Tetrahyre polair (L4 = g4)

(iv)

Hexagyre polair (L6 = g6)

 Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran
dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan
 ke arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan
sumbu tersebut. Dinotasikan dengan huruf
Axepy).

-

a.

Digyroide (S2)

b.

Trigyriode (S3)

c.

Tetragyroide (S4)

d.

Hexagyroide (S6)

Digyroide (S2)

9

“S” (spilegel

Gambar 1.8. Digyroide (S2)
Sumbu cermi putar bernilai 2, besar perputarannya 180o. 1 putaran
sebesar 180o menuju 1’, dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus
bidang cermin putaran menempati 2. 2 diputar 180o menuju 2’,
kemudian dicerminkan menempati 1 kembali.
Dari

1 – 1’ menempati 2
2 – 2’ menempati 1

-

Trigyroide (S3)

10

Gambar 1.9. Trigyroide (S3)
Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 120o. Dalam penentuan
dan cara mendapatkan sumbu bernilai tiga caranya sama dengan
digyroide. Cermin putaran menempati.
Dari 1 lewat 1’ menempati 2
Dari 2 lewat 2’ menempati 3
Dari 3 lewat 3’ menempati 4
Dari 4 lewat 4’ menempati 5
Dari 5 lewat 5’ menempati 6
Dari 6 lewat 6’ menempati 1

-

Tetragyroide (S4)

11

Gambar 1.10. Tetragyroide (S4)
sumbu cermin putar bernilai 4, besar perputaran 90o.
Dari 1 lewat 1’ menempati 2
Dari 2 lewat 2’ menempati 3
Dari 3 lewat 3’ menempati 4
Dari 4 lewat 4’ menempati 1
Pada kenampakan pertama, tetragyroide merupakan dyrogire, asal
susunan keseluruhan diputar sebesar 180o.

-

Hexagyroide (S6)

12

Gambar 1.11. Hexagyroide (S6)
Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 60o, kenampakan
pertama hexagyroide juga trigyroide, dengan perputaran sebesar 120o.
Dari 1 lewat 1’ menempati 2
Dari 2 lewat 2’ menempati 3
Dari 3 lewat 3’ menempati 4
Dari 4 lewat 4’ menempati 5
Dari 5 lewat 5’ menempati 6
Dari 6 lewat 6’ menempati 1

13

 Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu
tersebut

sebagai

poros

putarannya,

dilanjutkan

dengan

menginversikan (membalik) melalui titik pusat simetri pada sumbu
tersebut. Misal L4i, L6i dan sebagainya.

(i)

(ii)

(iii)

(iv)

Gambar 1.12. Sumbu Invers Putar
Keterangan:

(i)

Sumbu invers putar bernilai 2

(i) Sumbu invers putar bernilai 3
(ii) Sumbu invers putar bernilai 4
(iii) Sumbu invers putar bernilai 6
2. Bidang Simetri Kristal
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah
kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut
membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang

14

simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal,
yang berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah
adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang
simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.

Gambar 1.13. sumbu utama horizontal dan vertikal
Bidang simetri utama ada 2 yaitu:
-

Bidang utama horizontal dinotasikan

-

Bidang utama vertikal dinotasikan

Gambar 1.14. bidang simetri tambahan
15

3. Pusat Simetri Kristal
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita
dapat membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal
menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada
permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat
kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai

pasangan

dengan

kriteria

bahwa

bidang

yang

berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang
yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.
Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, yakni:
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
3. Sistem Hexagonal

16

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut
120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang).
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua
titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek.
7. Sistem Triklin

17

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Berikut dijelaskan mengenai 4 sistem kristal yakni Isometrik (reguler),
Tetragonal, Triklin dan Monoklin.
1.1. Sistem Reguler
Sistem ini juga disebut sistem kristal Sistem Isometrik, atau dikenal
pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan
panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal reguler memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α
= β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β
dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 1.15. Ketentuan Sistem Reguler

18

Gambar 1.16. Cara Menggambar Sistem Regulaer

Gambar 1.17. Bidang pada Sistem Reguler
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai
3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :


Tetaoidal



Gyroida



Diploida



Hextetrahedral
19



Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,
pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)
Penentuan Klas Simetri Sistem Reguler Menurut Herman Mauguin
Bagian pertama :

Menerangkan nilai sb a (SB a, b, c), mingkin

bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus sumbu a tersebut.
4
2
Bagian ini dinotasikan dengan : m , 4 , 4´ , m , 2
Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘,’ menunjukan adanya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian kedua : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu
simetri yang bernilai itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai
3 saja.
Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3´
Bagian ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermedite /
diagonal bernilai 2 dan tidaknya bidang simetri diagonal
yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.
2
Bagaian ketiga dinotasikan dengan m , 2, m atau tidak ada.
Contoh :
4 2
Klas Hexotahedral ......................................... m 3´ m
KlasPentagonal Icositetrahedral .................... 4 3 2

−−→

4 ´ 2
m3m

−−→ 4 3 2

Klas Hextetrahedral ....................................... 4´ 3 m −−→ 4´ 3 m

20

2
Klas Dyakisdodecahedral .............................. m 3´

−−→

2 ´
m3 -

Klas Tetratohedris .......................................... 2 3

−−→

23 -

Penentuan Klas Simetri Sistem Reguler Menurut Schoenflish
Bagian pertama:

Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan
yaitusumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.

·

kalau sumbu c bernilai 4 dinotasukan dengan huruf
O(Octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling
ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah Octahedron.

·

kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf
T(Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang
paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk
Tetrahedron.

Bagian kedua:

Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal
tersebut mempunyai:
·

Bidang simetri horisontal (h)

·

Bidang simetri vertical

·

Bidang simetri diagonal

(v)

|→ dinotasikan h

(d)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri horisontal

·

Bidang simetri vertical

(h)

|→ dinotasikan h

(v)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri vertical

·

Bidang simetri diagonal

Kalau mempunyai:

21

(v)
(d)

|→ dinotasikan v

·

Bidang simetri diagonal

|→ dinotasikan d

(d)

Contoh :
1.

Klas Hexoctahedral.................................Oh

2.

Klas Pentagonal icositetrahedral.............O

3.

Klas Hextetrahedral.................................Td

4.

Klas Dykisdodecahedral..........................Th

5.

Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedral T

Tabel 1.1. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Reguler

Isometric

(2)

2-

Fold Fold

6-

Fold

Fold

Center

(1)

Class Name

HermanPlanes

System

AXES
34-

Maugin

Tetartoidal
Diploidal
Hextetrahedr

3
3
3

4
4
4

-

-

3
6

yes
-

Symbols (3)
23
2/m 3
4 3m

al
Gyroidal
Hexocahedra

6
6

4
4

3
3

-

9

Yes

432
4/m 3 2/m

l

22

1.2. Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai
satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang
atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada

kondisi

sebenarnya,

Tetragonal

memiliki

axial

ratio

(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

23

Gambar 1.9. Cara Menggambar Sistem Tetragonal

Gambar 1.20. Bidang Sistem Tertragonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu
bˉ.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

24



Piramid



Bipiramid



Bisfenoid



Trapezohedral



Skalenohedral



Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
Penentuan Klas Simetri Sistem Tetragonal Menurut Herman Mauguin
Bagian Pertama :Menerangkan nilai sumbu c, munkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu c.
4
Bagian ini dinotasikan dengan : m , 4 , 4´
Bagian kedua :
Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan dengan : m , 2 , m atau tidak ada
Bagian Ketiga :
Menerangkan

ada

tidaknya

sumbu

simtri

imtermediet

dan

ada

tidaknyabidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : 2, 2, m atau tidak ada.

25

Contoh :
4 2 2
m, m, m

4 2 2
m, m, m



1.

Klas Ditetragonal bipyramidal

2.

Klas Tetragonal trapexohedral

4 2 2

3.

Klas Ditetragonal pryramidal

4 m m →

4 m m

4.

Klas Tetragonal sclenohedral

4´ 2 m



4´ 2 m

5.

Klas Tetragonal bipyramidal

4 → 4 -

-

6.

Klas Tetragonal pramdal. . 4

→ 4 -

-

7.

Klas Tetragonal bisphenoidal

4´ → 4´ -

-



4 4 2

Penentuan Klas Simetri Tetragonal Menurut Schoenflish
Bagian pertama:Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2
kemungkinan:
Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari
kata Diedrish.
Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c
dari kata Cyklich.
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di
sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Bidang simetri horisontal
·

(h)

Bidang simetri vertical

(v)

dinotasikan h
·

Bidang simetri diagonal

26

(d)

|→

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri horisontal

(h)

|→

dinotasikan h
·

Bidang simetri vertical

(v)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri vertical

(v)

|→

dinotasikan v
·

Bidang simetri diagonal

(d)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri diagonal

(d)

|→

dinotasikan d

Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal.........................C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal......................D4h
3. Klas Tetragonal scalenohedral......................D2d
4. Klas Tetragonal trapezohedral......................D
5. Klas Tetragonal bipyramidal........................C4h
6. Klas Tetragonal pyramidal............................C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal.........................S4
8. Klas Dihexagonal pyramidal........................C6
9. Klas Dihexagonal bipyramidal.....................D6h
10.

Klas Hexagonal trapezohedral....................D6

27

11.

Klas Hexagonal bipyramidal......................C6h

12.

Klas Hexagonal pyramidal..........................C6

13.

Klas Trigonal bipyramidal..........................C3h

14.

Klas Trigonal trapezohedral........................D3

15.

Klas Trigonal rhombohedral.......................C3i

16.

Klas Trigonal pyramidal.............................C3

17.

Klas Ditrigonal scalenohedral.....................D3d

18.

Klas Ditrigonal bipyramidal.......................D3h

19.

Klas Ditrigonal pyramidal..........................C3v

20.

Klas Orthorombic pyramidal......................C2v

21.

Klas Orthorombic bisphenoidal..................D2

22.

Klas Orthorombic bipyramidal...................D2h

23.

Klas Prismatik.............................................C2h

24.

Klas Spenoidal............................................C2

25.

Klas Domatic..............................................C1h

26.

Klas Pinacoidal...........................................Ci

27.

Klas Asymetric...........................................C1

Tabel 1.2. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Tetragonal

Tetragonal

(2)
Dispheoidal
Pyramidal
Dipyramidal
Scalenohedr

2-

Fold Fold
1
3

28

6-

Fold

Fold

1
1
-

-

1
2

Center

(1)

Class Name

HermanPlanes

System

AXES
34-

yes
-

Maugin
Symbols (3)
4
4
4/m
4 2m

al
Ditetragonal
Pyramidal
Trapezohedr

-

-

-

-

4

-

4mm

4

-

1

-

-

-

422

al
Ditetragonal-

4/m 2/m 2/
4

-

1

-

5

yes

Dipyramidal

1.3.

m

Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Sb a
disebut Brachy, sb disebut sb Macro, dan sb c disebut Basal/vertikal.

Gambar 1.22. Cara Menggambar Sistem Triklin

29

Gambar 1.23. Bidang pada Sistem Triklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ
dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:


Pedial



Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris.
1992)
Penentuan Klas Simetri Sistem Triklin Menurut Herman Mauguin

30

Sistem ini hanya mempunyai dua klas simetri, yaitu :
1. Memunyai titik simetri.................... Klas pinacoidal

2. Tidak Meempunyai unsur simetri.... Klas asymmetric

1

Penentuan Klas Simetri Triklin Menurut Schoenflish
Bagian pertama:

Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu

c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\
mediet, ada 2 kemungkinan:
·

Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan

D dari kata Diedrish.
·

Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan

dengan c dari kata Cyklich.
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di
sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
·

Bidang simetri horisontal

(h)

·

Bidang simetri vertical

(v)

|→

dinotasikan h
·

Bidang simetri diagonal

(d)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri horisontal

dinotasikan h

31

(h)

|→

·

Bidang simetri vertical

(v)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri vertical

(v)

|→

dinotasikan v
·

Bidang simetri diagonal

(d)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri diagonal

(d)

dinotasikan d
Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal.........................C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal......................D4h
3. Klas Tetragonal scalenohedral......................D2d
4. Klas Tetragonal trapezohedral......................D
5. Klas Tetragonal bipyramidal........................C4h
6. Klas Tetragonal pyramidal............................C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal.........................S4
8. Klas Dihexagonal pyramidal........................C6
9. Klas Dihexagonal bipyramidal.....................D6h
10.

Klas Hexagonal trapezohedral....................D6

11.

Klas Hexagonal bipyramidal......................C6h

12.

Klas Hexagonal pyramidal..........................C6

13.

Klas Trigonal bipyramidal..........................C3h

14.

Klas Trigonal trapezohedral........................D3

32

|→

15.

Klas Trigonal rhombohedral.......................C3i

16.

Klas Trigonal pyramidal.............................C3

17.

Klas Ditrigonal scalenohedral.....................D3d

18.

Klas Ditrigonal bipyramidal.......................D3h

19.

Klas Ditrigonal pyramidal..........................C3v

20.

Klas Orthorombic pyramidal......................C2v

21.

Klas Orthorombic bisphenoidal..................D2

22.

Klas Orthorombic bipyramidal...................D2h

23.

Klas Prismatik.............................................C2h

24.

Klas Spenoidal............................................C2

25.

Klas Domatic..............................................C1h

26.

Klas Pinacoidal...........................................Ci

27.

Klas Asymetric...........................................C1

Tabel 1.3. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Triklin

(2)

2-

Fold Fold

6-

Fold

Fold

Center

(1)

Class Name

HermanPlanes

System

AXES
34-

Maugin
Symbols
(3)

Triclinic

Pedial
Pinacoidal

-

-

-

1.4. Sistem Monoklin

33

-

-

yes

1
1

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak
lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya
sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada

kondisi

sebenarnya,

sistem

Monoklin

memiliki

axial

ratio

(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini,
sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring). Sb a disebut sb Clino, sb b Ortho dan sb c disebut sb
Basal/vertikal.

Gambar 1.24. Ketentuan Sistem Monoklin

34

Gambar 1.25. Cara Penggambaran Sistem Monoklin

Gambar 1.26. Bidang Sistem Monoklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang
pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ =
30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚
terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

35



Sfenoid



Doma



Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
Penentuan Klas Simetri Sistem Monoklin Menurut Herman Mauguin
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
2
1.Klas prismatic................................................. m
2. Klas Sphenoidal ............................................ 2
3. Klas domatik ................................................. m

Penentuan Klas Simetri Monoklin Menurut Schoenflish
Bagian pertama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\mediet, ada
2 kemungkinan:
Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari
kata Diedrish.
Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c
dari kata Cyklich.

36

Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di
sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
·

Bidang simetri horisontal

(h)

·

Bidang simetri vertical

(v)

|→

dinotasikan h
·

Bidang simetri diagonal

(d)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri horisontal

|→

(h)

dinotasikan h
·

Bidang simetri vertical

(v)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri vertical

(v)

|→

dinotasikan v
·

Bidang simetri diagonal

(d)

Kalau mempunyai:
·

Bidang simetri diagonal

(d)

|→

dinotasikan d
Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal.........................C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal......................D4h
3. Klas Tetragonal scalenohedral......................D2d
4. Klas Tetragonal trapezohedral......................D

37

5. Klas Tetragonal bipyramidal........................C4h
6. Klas Tetragonal pyramidal............................C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal.........................S4
8. Klas Dihexagonal pyramidal........................C6
9. Klas Dihexagonal bipyramidal.....................D6h
10.

Klas Hexagonal trapezohedral....................D6

11.

Klas Hexagonal bipyramidal......................C6h

12.

Klas Hexagonal pyramidal..........................C6

13.

Klas Trigonal bipyramidal..........................C3h

14.

Klas Trigonal trapezohedral........................D3

15.

Klas Trigonal rhombohedral.......................C3i

16.

Klas Trigonal pyramidal.............................C3

17.

Klas Ditrigonal scalenohedral.....................D3d

18.

Klas Ditrigonal bipyramidal.......................D3h

19.

Klas Ditrigonal pyramidal..........................C3v

20.

Klas Orthorombic pyramidal......................C2v

21.

Klas Orthorombic bisphenoidal..................D2

22.

Klas Orthorombic bipyramidal...................D2h

23.

Klas Prismatik.............................................C2h

24.

Klas Spenoidal............................................C2

25.

Klas Domatic..............................................C1h

26.

Klas Pinacoidal...........................................Ci

27.

Klas Asymetric...........................................C1

38

Tabel 1.4. Contoh Bentuk-Bnetuk Kristal Sistem Monoklin

Class
System (1)

Center

HermanPlanes

AXES

Name (2)

Monoclinic

Symbols
(3)

2Domatic

Maugin

3-

Fold Fold
-

4-

6-

Fold
-

Fold
-

1

-

M

Sphenoida

1

-

-

-

-

-

2

l
Prismatic

1

-

-

-

1

yes

2/m

BAB II
MINERALOGI FISIK

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya.

39

Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral
mempunyai pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing
diartikan sebagai bahan bukan ormanik (anorganik).
Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu
diketahui walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk
definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
 L. G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
 D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik.
 A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Batasan-batasan definisi mineral
1.

Suatu bahan alam
Harus terjadi secara alamiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga
manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun

40

kadang-kadang pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan
mempunyai suatu bentuk kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit
dibedakan dengan kristal di alam, tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat
disebut sebagai mineral. NaCI dibuat dialam disebut mineral Halite Dibuat di
laboratorium disebut Natrium Chlorida.

2.

Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap :
- Mineral mempunyai sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan
kristal, gores, belahan dll.
- Mineral mempunyai sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap api
oksidasi, api reduksi, pelentingan, pengarangan, dll.

3.

Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap :
- Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C)
Native Silver (Ag), dll.
- Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Zircon (ZrSiO4),
Cassiterite (SnO2).
- Mineral dapat berupa senyawa kimia yang komplek.

4.

Pada umumnya anorganik : batasan ini mengandung pengertian arti mineral
yang lebih luas :
Mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral yang
merupakan hasil kehidupan atau disebut juga mineral organik.
Contoh : Amber, Coal, Asphalt, Mallite.

41

5.

Homogen : mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan
menjadi senyawa lain yang Jebih sederhana oleh proses fisika.

6.

Dapat berupa padat, cair dan gas.
- Berupa zat padat : Quartz (SiO2), Barite (BaSO4)
- Berupa zat cair : Air raksa (HgS), Air (H2O)
Sifat-sifat fisik dari mineral :

 Warna (Colour)
Perawakan kristal (Crystal habit)

 Kilap (Luster)
Kekerasan (Hardness)
Gores (Streak)

 Belahan (Cleavage)
Pecahan (Fracture)

 Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
Berat jenis (Specific gravity)

 Rasa dan bau (Tasteand odour)
Kemagnetan
Derajat ketransparanan
Nama mineral dan rumus kimia

II.1. Warna

42

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat,
akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu
mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman
komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat
berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau
demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
 Putih

:

Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O),
Gypsum (CaSO4.H2O), Milky

Kwartz (Kuarsa

Susu) (SiO2)

Gambar 2.1. Kaolin
 Kuning

:

Belerang (S)

Gambar 2.2. Belerang
 Emas

:

Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Emas (Au)

43

Gambar 2.3. Pirit
 Hijau

:

Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10)

(OH)), Malasit (Cu

CO3Cu(OH)2)

Gambar 2.4. Klorit
 Biru

:

Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))

Gambar 2.5. Azurit
 Merah

:

Jasper, Hematit (Fe2O3)

44

Gambar 2.6. Jasper
 Coklat

:

Garnet, Limonite (Fe2O3)

Gambar 2.7. Limonite

 Abu-abu

:

Galena (PbS)

Gambar 2.8. Galena
 Hitam

:

Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

45

Gambar 2.9. Biotit

Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya
yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap
(arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi).
Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat
pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral
tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama
pada mineral disebut dengan nama idochromatic.
Misal : Sulfur warna kuning.
Magnetite Hitam
Pyrite warna kuning loyang
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur
lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari
pengotornya, disebut dengan nama allochromatic.

46

Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah


Abu-abu



Kuning



Coklat gelap



Merah muda



Biru bervariasi

Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/ pengotoran, warna
berubah-ubah menjadi :
Merah muda
Coklat – hitam
Violet
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu
pada mineral disebut dengan nama chromophroses.
Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophroses
dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a.

Komposisi kimia
Chlorite

- Hijau..............Cholor

(greak)

Albite

- Putih...............Albus

(latin)

Melanite - Hitam.............Melas

(greek)

Erythrite - Merah ...............Erythrite
(greek) (sel darah merah)
Rhodonite - Merah Jambu...Erythrite(greek)

47

b.

Struktur kristal dan ikatan atom
Intan – tak berwarna – hexagonal
Graphite – hitam – hexagonal

c.

Pengotoran dari mineral
Mineral : Silica tak berwarna
Jasper – merah
Chalsedon – coklat hitam
Agate – asap/putih

II.2. Perawakan kristal (crystal habit)
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun,
maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang
dijumpai sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya,
sehingga sulit

untuk mengelompokkan

mineral

kedalam sistem

kristalografi.
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh
bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidangbidang tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral
walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun
(foilated).

48

Perawakan kristal; dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975)
yaitu :
A.

Elongated habits (meniang/berserabut)


Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh :

- Tourmaline
- Pyrolusite
- Wollastonite

Gambar 2.10. Tourmaline


Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh :

- Asbestos
- Gypsum
- Silimanite
- Tremolite
- Pyrophyllite

49

Gambar 2.11. Asbestos


Menjarum (acicular) :
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh :

- Natrolite
- Glaucophane

Gambar 2.12. Natrolite


Menjaring (Reticulate) :
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai
jaring
Contoh :

- Rutile
- Cerussite

50

Gambar 2.13. Rutile



Membenang (filliform) :
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Contoh :

- Silver

Gambar 2.14. Silver


Merabut (capillary)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh :

- Cuprite
- Bysolite (variasi dari Actionalite)

51

Gambar 2.15. Cuprite


Mondok (stout, stubby, equant) :
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristalkristal dengan sumbu c lebih pendek dad sumbu yang lainnya.

Contoh :

- Zircon

52

Gambar 2.16. Zircon


Membintang (stellated):
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang
Contoh:

- Pirofilit

Gambar 2.17. Pirofilit


Menjari (radiated) :
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh :

- Markasit
- NatroHt

53

Gambar 2.18. Markasi

B.

Flattened habits (lembaran tipis)


Membilah (bladed) :
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu,
dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh
Contah :

- Kyanite
- Glaucophane
- Kalaverit

Gambar 2.19. Kyanite


Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar
dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contoh:

- Barite

54

- Hematite
- Hypersthene

Gambar 2.20. Barite


Membata (blocky) :
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan
antara tebal dan lebar hampir sarna.
Contoh:

- Microline

Gambar 2.21. Microline


Mendaun (foliated) :
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang
mudah dikupas / dipisahkan.
Contoh :

- Mica
- Talc
- Chorite

55

Gambar 2.22. Mica


Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contoh :

- Gypsum
- Millerite

Gambar 2.23. Gypsum



Membulu (plumose) :
Bentuk kristal yang tersu5un membentuk tumpukan bulu.
Contoh :

- Mica

56

Gambar 2.24. Mica
C.

Rounded habits (membutir)


Mendada (mamilary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like)
Contoh :

- Malachite
- Opal
- Hemimorphite

Gambar 2.25. Malachite


Membulat (colloform):
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contoh:

- Glauconite
- Cobaltite
- Bismuth
- Geothite
- Franklinite

57

- Smallite

Gambar 2.25. Geothite


Membulat jari (colloform radial)
Membentuk

kristal

membulat

dengan

menyerupai bentuk jari.
Contoh :

- Pyrolorphyte

Gambar 2.27. Pyrolorphyte


Membutir (granular)
Contoh :

- Olivine

- Niveolite

- Anhydrite

- Cryollite

- Chromite

- Cordirite

58

struktur

dalam

- Sodalite

- Cinabar

- Alunite

- Rhodochrosite

Gambar 2.28. Sodalite


Memisolit (pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh:

- Opal (variasi Hyalite)
- Gibbsite
- Pisolitic Limestone

Gambar 2.29. Pisolitic



Stalaktif (stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping
Contoh :

- Geothite

59

Gambar 2.30. Geothite



Mengginjal (reniform) :
Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal.
Contoh :

- Hematite

Gambar 2.31. Hematite

II.3. Kilap (luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan
sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi)

60

dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari
mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula
jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat
ditentukan dari kilapnya contohnya batubara.
Macam-macam kilap :
a. Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks
bias sama dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.

Gambar 2.32. Galena
b. Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai
indeks bias antara 2, 6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)

Gambar 2.33. Cuprite
c. Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai
warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari
gores dari mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.
Macam-Macam Kilap bukan logam :

61

1.

Kilap Kaca (Vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas.
Contoh : - Quartz

- Carbonates - Sulphates

- Spinel
- Garnet

- Silicates
- Leucite

- Fluorite

- Corondum

- Halite yang segar

Gambar 2.34. Spinel

2.

Kilap intan (adamantile luster)
Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau
permata.
Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, zircon, Rutile
62

Gambar 2.35. Diamond
3.

a. Kilap Lemak (greasy luster)
Contoh :

- Nepheline yang sudah teralterasi.
- Halite yang sudah terkena udara.

Gambar 2.36. Halit
b. Kilap Lilin (waxy luster)
Merupakan kilap seperti lilin yang khas
Contoh :

- Serpentine
- Cerargyrenite

Gambar 2.37. Serpentine

63

Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena
lemak, akibat proses oksidasi.
4.

Kilap Sutera (silky luster)
Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang parallel
atau berserabut (parallel fibrous struct