MAKALAH TEORI FILOLOGI DAN PENERAPANNYA

MAKALAH
TEORI FILOLOGI DAN PENERAPANNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filologi
Dosen Pengampu : Bu AFIATI HANDAYU DF, S.PD., M.PD.

Kelompok 5
Megawati

13130001

Qurrota Tsania El’izzah

13130020

Muhammad Harun Rosyd

13130028

JURUSAN PERPUSTAKAAN DAN INFORMAI ISLAM D3
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

Yogyakarta
2014

PENDAHULUAN
Sejarah filologi berkembang pesat dari masa ke masa begitupun pelbagai metode yang
digunakan. Dari yang telah kita bahas pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, kita dapat
memahami bahwa naskah dan teks merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan ibarat amplop
dan perangko. Sehingga penerjemahan terhadap keduanya pun hampir mencapai titik persamaan.
Contohnya naskah pidato dan teks pidato. Akan tetapi perlu diketahui bahwa pengertian naskah
dan teks tu sendiri berbeda sehingga dibutuhkan cara-cara yang lebih mutakhir agar kita dapat
mngetahui perbedaan yang sebenernya diantara keduanya.
Kemudian tidak semudah membalik kedua telapak tangan kita untuk mengetahui seluk
beluk dari keduanya. Para ahli filolog pun harus memenuhi berbagai kriteria yang kompeten
dalam menerjemahkan naskah dan teks di masa lampau. Contohnya, harus menguasai bahasa
naskah yang akan dikaji ataupun penyalinan sekaligus dalam menentukan umur. Ini dilakukan
agar karya para filolog tetap konsis sesuai dengan naskah aslinya.
Hal yang paling tidak kalah pentingnya adalah menentukan umur suatu naskah maupun
teks. Ada beberapa karya yang tidak sesuai dengan aslinya dalam segi umur yang dipublikasikan
kepada masyarakat luas. Akibatnya kita merasa ragu atau sangsi terhadap naskah tersebut,
sehingga mendorong para ahli filolog untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Sebagai contoh

kecilnya, Hikayat Hang Tuah yang terjadi pada masa portugis (1941), ternyata sesudah
dilakukan penelitian teks itu ditulis setelah tahun 1941. Maka, kesimpulan yang didapat adalah
penelitian yang ilmiah perlu dilakukan untuk menentukan umur suatu naskah.
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai ahli filolog kita harus berkompeten dalam
bidang filolog. Dimaksudkan agar tidak ada keraguan yang timbul dari hasil penelitian. Karena
pada era globalisasi ini, banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi kevalidan suatu naskah. Dan
begitu banyak campur tangan dari pihak lain yang tidak dalam bidangnya. Sehingga, inilah yang
menyebabkan berbagai keraguan dan kerancuan suatu naskah dilain sisi, dari segi kualitas teks.

PEMBAHASAN
Masalah Naskah –Teks dalam Filologi

A. Pengertian Naskah
Objek kajian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran
dan perasan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.jadi naskah itu benda konkret yang dapat
dilihat atau dipegang.di Indonesia bahan naskah untuk karya jawa kuna disebutkan oleh
Zoetmulder (kalawang ,1974) karas, semacam papan atau batu tulis, yang diduga oleh Robson
hanya dipakai untuk sementara (h.walan’), dan dluwang, yaitu kertas jawa dari kulit kayu naskah
Bali dan Lombok memakai lontar, naskah batak memakai kulit kayu, bambu, dan rotan.
B. Istilah Naskah –Teks di luar konteks Filologi

Dalam pemakaian sehari-hari,di luar konteks filologi, naskah yang akan diterbitkan atau
diperbanyak pada umumnya tidak lagi ditulis dengan tangan. Dalam hal ini,naskah merupakan
kopi atau teks bersih yang di tulis oleh pengarangnya sendiri, misalnya naskah dan teks dipakai
dengan pengertian yang sama, misalnya naskah pidato dan teks pidato.
a. Beda Naskah dan Prasasti
 Naskah pada umumnya berupa buku atau bahan tulisan tangan seperti diterangkan di
atas.prasasti berupa tulisan tangan pada batu (andesit, berporus, batu putih), batu bata,
logam (emas, perak, tembaga), gerabah, marmer, kayu, dan lontar.
 Naskah pada umumnya panjang ,karena memuat cerita lengkap.prasasti pada
umumnya pendek karena memuat soal-soal yang ringkas saja, misalnya pemberitahuan
resmi mengenai pendirian bangunan suci, doa-doa suci penolak rintangan karma dan
segala kejahatan.
 Naskah pada umumnya anonym dan tidak berangka tanhun prasasti sering menyebut
nama penulisnya dan ada kalanya membuat angka tahun yang tertulis dengan angka
atau sengkalan.

 Naskah yang paling tua Tjandra-karana (dalam bahasan jawa kuna)berasal kira-kira
dari abad ke-8.prasasti yang paling tua berasal kira-kira dari abad ke-4(prasasti kutai).
 Naskah berjumlah banyak kaarena disalin.prasasti tidak disalin sehingga jumlahnya
relatif tidak banyak , kurang lebih 500 buah.

Contoh-contoh naskah kuno

Contoh-contoh prasasti

b. Kodikologi
Kodikologi adalah ilmu kodeks.kodeks adalah bahan tulisan tangan atau gulungan atau
buku tulisan tangan,terutama dari teks-teks klasik.kodikologi mempelajari seluk-beluk atau
semua aspek naskah, antara lain bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulis naskah.

C. Pengertian Teks
Teks artinya kandungan atau muatan naskah ,sesuatu yang abstrak yang hanya dapat
dibayangkan saja. Teks terdiri atas isi,yaitu ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca dan bentuk,yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari
menurut berbagai pendekatan melalui alur,perwatakan,gaya bahasa dan sebagaima.
a. Tekstologi.
Ilmu yang mempelajari seluk-beluk teks disebut tekstologi, yang antara lain meneliti penjelmaan
dan penurunan teks sebuah karya sastra, penafsiran, dan pemahamannya. Dalam ruang lingkup
terbatas penulisan pengantar teori filologi ini,sekedar sebagai pedoman menyeluruh rinsipprinsip tersebut hanyalah disebutkan saja (dari terjemahannya) tanpa keterangan lebih lanjut
sebagai berikut.
1). Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu karya. Salah

satu diantara penerapannya yang praktis adalah edisi ilmiah teks yang bersngkutan.
2). Peneliti teks harus didahulukan dari penyuntingnya.
3). Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya.
4). Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya.
5). Secara metolis perubahan yang di lakukan secara sadar dalam sebuah teks(perubahan
ideologi, artistik, psikologis.
b. Terjadinya Teks

1). Aslinya hanya ada dalam ingatan pengarang atau pembawa cerita .turun-temurun terjadi
secara terpisah yang satu dari yang lain melalui dikte apabila orng ingin memiliki teks itu
sendiri .
2). Aslinya adalah teks tertulis,yang lebih kurang merupakan kerangka yang masih
memungkinkan atau memerlukan kebebesan seni.
3). Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan dalam pembawaannya
karena pengarang telah menentukan pilihan kata,urut-urutan kata,dan komposisi untuk
memenuhi maksud tertentu yang ketat dalam bentuk literer itu.
c. Teks Tulisan –Lisan
Antara teks tulisandengan lisan tidak ada perbedaan yang tegas,dalam sastra
melayu,hikayat dan syair di bacakan keras-keras kepada pendengar.
Kebiasaan ini berhubung erat dengan cirri umum sastra Indonesia ,yang terutama di

turunkan secara lisan dan merupakan milik bersama.ciri korektif ini berlaku pula bagi teks dalam
naskah-naskah yang yang sudah ratusan tahun tuannya.
Di Bali, datang memanfaatkan naskah klasik kakawin.demikian pula badad-badad
mempunyai fungsi sosial karena dibacakan pada kesempatan tertentu.sampai sekarang pun masih
berlangsung tradisi mabasan atau makakawin,yaitu membacakan kakawin dalam bahasa jawa
kuno dari lontar yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Bali.
Di Lombok teks tembang dibacakan untuk upacara “Rites de passage”,misalnya supitan. Di
Jawa, tembang macapat karya pujangga–pujangga besar seperti Ranggawarsita, Mangkunegara
IV, Pakubuwana IV, dan bermacam-macam babad lazim didengarkan bersama-sama pada
peristiwa-peristiwa abad yang penting.
Di Pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur ,cerita kentrung dengan tradisi tulis dan
lisan disampaikan kepada sejumlah pendengaran pada peralatan khitanan,perkawinan ruwatan
dan lain-lain. Dengan demikian, terjalin interaksi terus-menerus antara teks tulis dan lisan.
D. Penyalinan
Rangkaian penurunan yang dilewati oleh suatu teks yang turun-menurun disebut
tradisi.naskah diperbanyak karena orang ingin memiliki sendiri naskah itu,mungkin karena

naskah asli sudah rusak di makan zaman atau karena kekhawatiran terjadi sesuatu dengan naskah
asli, misalnya hilang terbakar, ketumpahan benda cair, karena perang, atau hanya kalau terlantar
saja. Mungkin pula naskah disalin dengan tujuan magis.

Akibat penyalinan ,tejdilah beberapa atau bahkan banyak naskah mengenai suatu
cerita.dalam penyalinan yang berkali-kali itu,tidak tertutup kemungkin timbulnya berbagi
kesalahan atau perubahan.penyalinan maju dari perkata ke perkata yang sama (saul du meme au
meme),

beberapa

baris,atau

bait

terlampaui,

atau

sebaliknya

ditulis

dua


kali

(di

tografi).disamping perubahan yang terjadi karena ketidaksengajaan, setiap penyainan bebas
untuk dengan sengaja menambah, mengurangi, mengubah naskah, menurut seleranya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman penyalinan.sehubungan dengan itu,dalam hal teks
modern pun perlu di adakan oleh penyusunannya sendiri dengan maksud menyempurnakan teks
sesuai dengan pertimbangan atau pandangan sebaik-baiknya.naskah salinan belum tentu
merupakan copy yang sempurna dari naskah yang disalin.ada kalanya perbedaan hanya kecil
saja,tetapi ada pula perbedaan yang besar sehingga timbul naskah-naskah yang berbeda versi
atau berbeda bacaannya.
E. Penentuan Umur
Naskah pada umumnya menyebutkan waktu penulisannya.oleh karenannya umur naskah
hanya dapat diruntut berdasarkan keterangan dari dalam (interne evidentine) dan keterangan dari
luar (externe evidentie) naskah itu sendiri.ada kalanya penyalinan pada akhir teks mengenai
bilamana dan dimana teks itu selesai disalin (kolofon). Apabila kolofon tidak ada, kertas bahan
naskah sering memperlihatkan tanda atau lambang pablik yang membuat kertas itu.tanda itu
disebut cap air (watermark). Dengan memakai daftar cap, dapat diketahui pada tahun berapa

kertas itu bibuat.kertas didatangkan dari Eropa, kemudian segera dipakai karena persediaan
terbatas.jadi,imur naskah dapat diperkirakan tidak jauh dari umur kertas.
Disamping itu,perlu diperhatikan catatan-catatan di sampul luar,sampul kertas depan dan
belakang naskah,serta cirri-ciri lain yang dapat member keterangan tentang umur
naskah .akhirnya,yang dapat juga member petunjuk dalam memperkirakan umur naskah ialah
waktu atau peristiwa-peristiwa sejarah yang disebut dalam teks.misalnya ,portugis dikalahkan
oleh bangsa belanda(1641). Berarti bahasa naskah yang membuat peristiwa itu ditulis sesudah

tahun (1641) apabila ada peristiwa lain yang kemudian disebutkan maka saat penulisan paling
awal (terminus a qua) dan paling akhir (terminus ad quem) dapat ditentukan.sebagai contoh teks
Hikayat Hang Tuah memuat peristiwa pada tahun 1641.rupanya teks itu ditulis pada abad ke-17,
sesudah tahun 1641,tetapi sebelum tahun 1726 karena pada tahun tersebut Hikayat Hang Tuah
telah disebutkan dalam Out en Nieuw Oost Indien karangan Francois Valentijn (1726).
PENUTUP
Kesimpulan
Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan
pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. Semua bahan tulisan disebut
handscrift dan manuscrift. Seiring perkembangan filologi, naskah berubah dari sisi
penggunaannya yaitu ada naskah pidato dan teks pidato.
Ada sekitar sepuluh prinsip dalam mengkaji filologi suatu naskah yang dikemukakan oleh

Lichacev. Beliau juga menggunakan istilah tekstologi untuk penelitian teks. Seorang filolog
harus berpegang kesepuluh prinsip tersebut agar tidak terjadi perbedaan salinan dari masa ke
masa. Untuk mempelajari seluk-beluk naskah disebut kodeks, dan ilmu yang mempelajari selukbeluk teks disebut tekstologi.
Adapun teks tulisan bersih yang dikarang oleh pengarang disebut otografi dan salinan
bersih yang disalin oleh penyalin disebut apografi. Ada tiga macam jenis tekstologi yaitu, teks
lisan, tulisan tangan, dan cetakan. Asal muasal terjadinya teks menurut Den Haan (1973), bahwa
ada tiga kemungkinan:
a. Aslinya teks hanya ada dalam ingatan pengarang atau pembawa cerita
b. Aslinya teks tertulis, yang lebih kurang merupakan kerangka yang masih
memungkinkan atau memerlukan kebebasan seni.
c. Aslinya merupakan teks yang tidak mengjinkan kebebasan dalam pembawaannya
karena pengarang telah menentukan pilihan kata, dan komposisi untuk maksud tertentu
yang ketat dalam bentuk literer itu.
Antara teks lisan dan tulisan tidak ada perbedaan yang tegas.dalam sastra melayu hikayat
dan syair di bacakan keras-keras kepada pendengar.penyalinan dimaksudkan karena ada
beberapa keperluan terhadap naskah-naskah.penentuan umur ditandai dengan adanya
keterangan dari dalam maupun luar naskah.ada beberapa yang mempengaruhi penentuan

umur tanda cap air,catatan luar naskah,serta penanggalan tentative jika naskah itu menjadi
milik perpustakaan.


DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Baroroh, 1994. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: PPPB Depdibud, 1994