LAPORAN DAN PENDAHULUAN DAN HALUSINASI
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI……
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan
(persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi
semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan sadar
penuh ( baik ).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi , suatu pencerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar.
2. Tanda dan gejala
Geja dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
a. Tahap 1 (comforting)
Tertawa tidak sesuai dengan situasi
Menggerakkan bibir tanpa bicara
Bicara lambat
Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
b. Tahap 2 (condemning)
Cemas
Konsentrasi menurun
Ketidakmampuan membedakan realita
c. Tahap 3
Pasien cenderung mengikuti halusinasi
Kesulitan berhubungan dgn orla
Perhatian dan konsentrasi menurut
Afek labil
Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
d. Tahap 4 (controlling)
Pasien mengikuti halusinasi
Pasien tidak mampu mengendalikan diri
Tidak mampu mengikuti perintah nyata
Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi social.
Isolasi social adalah opercobaan untuk mengindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi social :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain
c. Komunikasi kurang / tidak ada
d. Tidak ada kontak mata
e. Tidak melakukan aktivitas sehari-hari
f. Berdiam diri di kamar
g. Mobilitas kurang
h. Posisi janin saat tidur
4. Akibat
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko
mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu
perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah yang
dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri
sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak
lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan
marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang
dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
Tanda dan gejala :
Data obyektif :
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data subyektif
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d.
Mengungkapkan adanya keluhan fsik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung
C. POHON MASALAH
Resti menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori persepsi ; halusinasi
Isolasi sosial
D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.
2.
Masalah keperawatan
a.
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.
Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c.
Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
Klien mengatakan mendengar bunyi yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa
ada stimulus yang nyata
Klien
mengatakan
mencium
bau
tanpa
stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang
dilihat dan didengar
Klien
ingin
memukul/melempar
barang-
barang
Data Objektif :
Klien berbicara dan tertawa sendiri
Klien bersikap seperti mendengar/melihat
sesuatu
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis,
Ekspresi
sedih,
Komunikasi
verbal
kurang,
Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan
E. Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2.
Isolasi sosial : menarik diri
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien
dapat
membina
hubungan
saling
percaya
dasar
untuk
kelancaran hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2
Observasi
tingkah
laku
klien
terkait
dengan
halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke
kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
2.3
Bantu klien mengenal halusinasinya
a.
Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b.
Apa yang dikatakan halusinasinya
c.
Katakan perawat percaya klien mendengar
suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
d.
Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti
itu
e.
Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4
Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
2.5
Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
3.1 Identifkasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
ber pujian
3.3 Diskusikan
cara
baru
untuk
memutus/mengontrol
timbulnya
halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
tampak bicara sendiri
3.4 Bantu
klien memilih
dan melatih cara memutus halusinasinya
secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien
mendapat
dukungan
dari
keluarga
dalam
mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
a.
Gejala halusinasi yang dialami klien
b.
Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk
memutus halusinasi
c.
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah,
diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama
d.
Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu
mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi
dan manfaat minum obat
5.2
Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
5.3
Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan
efek samping minum obat yang dirasakan
5.4
Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak
menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.1.
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1
Kaji
pengetahuan
klien
tentang
manfaat
dan
keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a. Beri
kesempatan
kepada
klien
untuk
mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang
lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.2
Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. Beri
kesempatan
kepada
klien
untuk
mengungkapkan
perasaan dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. Beri
reinforcement
mengungkapkan
positif
perasaan
terhadap
tentang
kemampuan
kerugian
tidak
berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5. Klien
dapat
mengungkapkan
perasaannya
setelah
berhubungan
dengan orang lain
Tindakan :
5.1 Dorong
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
bila
berhubungan dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan
anggota
keluarga
secara
rutin
dan
bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA
1.
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Jakarta : EGC, 1995
2.
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3.
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri.
Jakarta : FIK UI. 1999
4.
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
1999
5.
Aziz
R,
dkk,
Pedoman
Asuhan
Keperawatan
Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
6.
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan
Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Jiwa
A. MASALAH UTAMA
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI……
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan
(persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi
semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan sadar
penuh ( baik ).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi , suatu pencerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar.
2. Tanda dan gejala
Geja dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
a. Tahap 1 (comforting)
Tertawa tidak sesuai dengan situasi
Menggerakkan bibir tanpa bicara
Bicara lambat
Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
b. Tahap 2 (condemning)
Cemas
Konsentrasi menurun
Ketidakmampuan membedakan realita
c. Tahap 3
Pasien cenderung mengikuti halusinasi
Kesulitan berhubungan dgn orla
Perhatian dan konsentrasi menurut
Afek labil
Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
d. Tahap 4 (controlling)
Pasien mengikuti halusinasi
Pasien tidak mampu mengendalikan diri
Tidak mampu mengikuti perintah nyata
Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi social.
Isolasi social adalah opercobaan untuk mengindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi social :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain
c. Komunikasi kurang / tidak ada
d. Tidak ada kontak mata
e. Tidak melakukan aktivitas sehari-hari
f. Berdiam diri di kamar
g. Mobilitas kurang
h. Posisi janin saat tidur
4. Akibat
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko
mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu
perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah yang
dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri
sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak
lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan
marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang
dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
Tanda dan gejala :
Data obyektif :
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data subyektif
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d.
Mengungkapkan adanya keluhan fsik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung
C. POHON MASALAH
Resti menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori persepsi ; halusinasi
Isolasi sosial
D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.
2.
Masalah keperawatan
a.
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.
Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c.
Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
Klien mengatakan mendengar bunyi yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa
ada stimulus yang nyata
Klien
mengatakan
mencium
bau
tanpa
stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang
dilihat dan didengar
Klien
ingin
memukul/melempar
barang-
barang
Data Objektif :
Klien berbicara dan tertawa sendiri
Klien bersikap seperti mendengar/melihat
sesuatu
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis,
Ekspresi
sedih,
Komunikasi
verbal
kurang,
Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan
E. Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2.
Isolasi sosial : menarik diri
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien
dapat
membina
hubungan
saling
percaya
dasar
untuk
kelancaran hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2
Observasi
tingkah
laku
klien
terkait
dengan
halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke
kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
2.3
Bantu klien mengenal halusinasinya
a.
Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b.
Apa yang dikatakan halusinasinya
c.
Katakan perawat percaya klien mendengar
suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
d.
Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti
itu
e.
Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4
Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
2.5
Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
3.1 Identifkasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
ber pujian
3.3 Diskusikan
cara
baru
untuk
memutus/mengontrol
timbulnya
halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
tampak bicara sendiri
3.4 Bantu
klien memilih
dan melatih cara memutus halusinasinya
secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien
mendapat
dukungan
dari
keluarga
dalam
mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
a.
Gejala halusinasi yang dialami klien
b.
Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk
memutus halusinasi
c.
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah,
diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama
d.
Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu
mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi
dan manfaat minum obat
5.2
Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
5.3
Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan
efek samping minum obat yang dirasakan
5.4
Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak
menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.1.
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1
Kaji
pengetahuan
klien
tentang
manfaat
dan
keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a. Beri
kesempatan
kepada
klien
untuk
mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang
lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.2
Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. Beri
kesempatan
kepada
klien
untuk
mengungkapkan
perasaan dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. Beri
reinforcement
mengungkapkan
positif
perasaan
terhadap
tentang
kemampuan
kerugian
tidak
berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5. Klien
dapat
mengungkapkan
perasaannya
setelah
berhubungan
dengan orang lain
Tindakan :
5.1 Dorong
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
bila
berhubungan dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan
anggota
keluarga
secara
rutin
dan
bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA
1.
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Jakarta : EGC, 1995
2.
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3.
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri.
Jakarta : FIK UI. 1999
4.
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
1999
5.
Aziz
R,
dkk,
Pedoman
Asuhan
Keperawatan
Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
6.
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan
Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Jiwa