BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Right Issue - Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Right Issue

  Right Issue adalah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dimana

  merupakan penawaran umum saham terbatas. Penawaran umum saham terbatas ini merupakan saham tambahan yang diterbitkan perusahaan yang telah go public atau sering disebut penawaran tambahan (seasoned offering). Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007:421), “Perusahaan publik bisa menerbitkan sekuritas, baik dengan melakukan penawaran kas umum pada investor secara umum atau dengan melakukan penawarn umum terbatas (right issue )”.

  Menurut Gitman (2009:284), yaitu:

  In a rights offering, the firm grants rights to its shareholders. These financial instrument allow stockholders to purchase additional shares at a price below the market price, in direct proportion to their number of owned shares. Rights are used primarily by smaller corporations whose shares are either closely owned or publicly owned and not actively traded .

  (Dalam rights issue, perusahaan memberikan hak kepada pemegang saham. Instrumen keuangan ini memungkinkan pemegang saham untuk membeli saham tambahan dengan harga di bawah harga pasar, dalam proporsi langsung dengan jumlah saham yang dimiliki mereka. Rights digunakan terutama oleh perusahaan-perusahaan kecil yang sahamnya baik milik sendiri atau milik publik dan tidak aktif diperdagangkan).

  Sedangkan Van Horne dan Wachowicz (2007:327) menyatakan, “Hak memesan efek terlebih dahulu ; penjualan sekuritas baru dimana pemegang saham lama diberikan keutamaan dalam pembelian sekuritas ini hingga sejumlah bagian saham biasa yang mereka miliki disebut juga rights offering

  ”. Dikatakan demikiaan disebabkan para pemegang saham lama dapat menerima satu hak beli (pendaftaran) untuk setiap lembar saham milik mereka. Tindakan pembelian sekuritas membutuhkan hak atas saham dengan jumlah tertentu. Hak tersebut menunjukkan opsi jangka pendek atas pembelian sekuritas baru dengan harga pendaftaran.

  Right issue adalah salah satu tindakan corporate action yang menurut

  peraturan perdagangan BEI, corporate action merupakan tindakan emiten yang memberikan hak kepada seluruh pemegang saham dari jenis dan kelas yang sama seperti hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hak untuk memperoleh dividen tunai, saham dividen, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Waran, atau hak-hak lainnya.

  Menurut Anoraga dan Kartika (2008:72), Right merupakan “salah satu jenis opsi yang merupakan derivatif (turunan) dari efek yang sebenarnya dan mempunyai masa hidup yang singkat. Di Indonesia right issue diatur dalam peraturan Bapepam No. IX.D1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih dahulu khususnya butir 2 disebutkan bahwa “Apabila suatu perusahaan telah melakukan Penawaran Umum saham atau perusahaan publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk melalui penerbitan Waran atau Efek Konversi, maka setiap pemegang saham harus diberi Hak Memesan efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan mereka”.

  Secara umum right issue ditujukan untuk memperkuat permodalan suatu perusahaan. Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham. Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan perusahaan dan para pemegang saham. Didalam memenuhi harapan para pemegang saham right issue sangat terkait dengan pre-emptive right/hak prioritas (hak yang dimiliki oleh pemegang saham lama untuk mempertahankan porsi kepemilikannya dalam perusahaan).

  Berdasarkan pre-emptive right/hak prioritas maka perusahaan harus memberikan hak atas saham (right) untuk setiap lembar saham biasa yang dimiliki oleh para pemegang saham lama. Hak atas saham bermanfaat bagi para pemegang saham opsi untuk membeli right issue sesuai dengan klausal penawaran dengan periode umumnya tiga minggu atau kurang. Klausal penawaran adalah hak atas saham yang dibutuhkan untuk membeli right issue dalam jumlah saham tambahan, harga pembelian per lembar dan tanggal kadaluarsa penawaran tersebut.

  Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:328) ada 3 (tiga) pilihan yang dilakukan para pemilik hak atas right issue, yaitu: 1) Menggunakan haknya dan membeli saham tambahan, 2) Menjual haknya, karena memang dapat dipindahtangankan, 3) Tidak melakukan apapun dan membiarkan hak tersebut kadaluarsa. Di dalam pemilihan tersebut para pemegang saham yang rasional akan memilih pilihan terakhir jika pemegang saham memiliki saham dalam jumlah yang sedikit atau nilai atas saham dapat diabaikan. Pilihan terakhir bila dilakukan akan memiliki dampak bagi pemegang saham menurut Anoraga dan Kartika (2008:72

  • –73), yaitu: “1) dilusi (berkurangnya proporsi kepemilikan pemegang saham yang tidak menggunakan haknya), 2) mengurangi ROI (return on onvestment) dengan bertambahnya saham yang beredar, 3) mengecilnya DPS (dividend per Share) karena harus dibagikan
kepada pemegang saham. Pada hakikatnya right issue tidak terpisahkan dari strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing (competitive position).

  Namun, tindakan dalam menawarkan right issue tidak selalu diterima oleh para pemegang saham, sehingga sering terjadi pro dan kontra di kalangan pemegang saham. Padahal diketahui right issue memiliki keterikatan hubungan yang tidak terpisahkan dengan strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing (competitive position). Untuk itu para pemegang saham akan menelaah setiap tindakan dalam melakukan hak atas right issue. Tindakan tersebut dilihat dari keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue, menurut Aini (2009:15), yaitu: 1.

  Keuntungan right issue, yaitu: a.

  Salah satu sumber dana bagi perusahaan b.

  Tidak memerlukan prosedur dan aturan yang ketat seperti halnya dengan penawaran umum perdana atau go public c.

  Right issue dapat dikombinasikan dengan derivatif efek lainnya, seperti warrant atau convertible stock.

2. Kelemahan right issue, yaitu: a.

  Belum ada peraturan mengenai penggunaan right issue b.

  Adanya perubahaan harga saham setelah dilakukannya right issue c. Adanya dilusi, yaitu: pengurangan persentasi kepemilikan dari pemegang saham lama jika tidak digunakan right issue tersebut.

  Keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam menelah right issue, menurut Fakhruddin (2008:220

  • –221), sebagai berikut: “latar belakang dilakukannya right issue, tujuan

  right issue , rencana penggunaan dana hasil right issue, kinerja keuangan emiten

  setelah right issue, dan harga pelaksanaan, serta rasio right issue ”. Pertimbangan tersebut juga dilakukan juga karena right issue tidak membutuhkan biaya yang besar jika mengeluarkan saham baru dan saham biasa menjadi likuid sehingga meningkatkan perdagangan saham. Bagi para pemegang saham tindakan right

  issue diharapkan hasilnya sesuai dengan tujuan jangka panjang untuk

  mempertahankan tingkat kepemilikan saham dengan menggunakan haknya dalam membeli tambahan saham.

2.2. Struktur Modal

  Struktur modal, menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:232) adalah “bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa”. Jadi struktur Modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Dimana keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan operasional perusahaan. Keputusan Struktur Modal yang diambil oleh manajer tidak hanya berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan.

  Modal menunjukkan dana jangka panjang pada suatu perusahaan yang meliputi semua bagian di sisi kanan neraca perusahaan, kecuali utang jangka pendek. Untuk itu modal, yaitu:

a. Modal Pinjaman

  Modal pinjaman didalam struktur modal hanya semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:324), “utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5

  • –20 tahun”.
Pemberi dana biasanya meminta return yang paling kecil atas segala jenis modal jangka panjang menurut Sundjaja dan Barlian (2002:240) karena:

  1. Modal pinjaman mempunyai prioritas lebih dahulu bila terjadi tuntutan atas pendapatan/aktiva yang tersedia untuk pembayaran. 2. Modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas pembayaran dibandingkan dengan pemegang saham prefern atau saham biasa. 3. Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak, maka biaya modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial menjadi lebih rendah.

b. Modal Sendiri (Ekuitas)

  Modal sendiri/ekuitas merupakan dana jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:240), “Modal sendiri atau equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan”. Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost.

  Tidak seperti modal pinjaman yang harus dibayar pada tanggal tertentu di masa yang akan datang, modal sendiri diharapkan tetap dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

  Di dalam penelitian ini perusahaan menggunakan modal sendiri karena mengeluarkan right issue. Perubahan struktur modal dengan penerbitan right issue diharapkan berpengaruh positif terhadap return perusahaan. Struktur modal merupakan masalah yang penting karena kinerja keuangan didapat dari baik atau buruknya struktur modal. Struktur modal yang kurang baik dengan jumlah hutang yang sangat tinggi akan membebani perusahaan yang bersangkutan, sedangkan menerbitkan saham baru menyebabkan perubahan struktur modal yang akan mengakibatkan berubahnya biaya modal.

2.3. Kinerja Keuangan

  Perkembangan perusahaaan sangat perlu diperhatikan dan diketahui baik oleh perusahaan, pemegang saham, ataupun investor baru. Hal itu diperlukan untuk mengambil keputusaan untuk perusahaan paling tidak untuk lima tahun terakhir, dimana dilakukan baik perusahaan dalam proses perkenalan, perkembangan, maturity ataupun decline. Kinerja keuangan adalah kinerja yang dinilai berdasarkan ukuran angka, dimana anggaran disesuaikan dengan realisasi anggarannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan membandingkan kinerja secara internal dan eksternal. Tindakan internal adalah membandingkan perusahaan saat ini dan sebelumnya, sedangkan tindakan eksternal adalah membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing lainnya (competitive benchmarking).

  Untuk itu dilakukan analisis laporan keuangan diperusahaan dan juga diperlukan data keuangan masa lalu agar dapat diperkirakan untuk tahun

  • – tahun berikutnya. Analisis laporan keuangan dapat diketahui dengan tingkat keuangan perusahaan dan hasil perusahaan tersebut, sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan, menurut Syamsuddin (2007:37) merupakan “perhitungan rasio – rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan”. Sedangkan analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:94) akan melibatkan “1) membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari
  • –perusahaan lain dalam industri yang sama dan 2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu”.
Analisis laporan keuangan memerlukan data laporan tahunan (annual

  report ) sebagai input dalam analisis rasio. Laporan tahunan, menurut Brigham

  dan Houston (2006:45) adalah “sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan

  • – juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek prospek perusahaan di masa mendatang”. Di dalam analisis laporan keuangan data yang paling dibutuhkan dalam laporan tahunan adalah laporan keuangan, seperti : neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan keuangan menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007:56
  • –64), yaitu: 1) Neraca menampilkan potret asset (aktiva) dan kewajiban perusahaan pada waktu tertentu. Asset ters>– mewakili penggunaan kas yang didapatkan
  • – didaftar pada sisi kiri neraca. Kewajiban yang mewakili sumber kas
  • – didaftar di sebelah kanan. 2) Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban, dan laba bersih perusahaan selama periode tertentu. 3) Laporan arus kas memperlihatkan arus kas masuk dan keluar dari operasi serta dari investasi dan aktivitas pendanaan. Laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:46
  • –58), sebagai berikut:

  1) Neraca (balance sheet) adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu. 2) Laporan laba rugi (income

  statement ) adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan

  pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun. 3) Laporan laba ditahan (statement of

  retained earnings ) adalah pernyataan yang melaporkan berapa banyak laba

  perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke dividennya. Tampilan untuk laba ditahan yang ada di sini merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan. 4) dampak dari aktivitas

  • – aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi.
Ada beberapa cara dalam melakukan analisis laporan keuangan tersebut, tetapi analisis rasio keuangan paling umum dan sering digunakan. Dikarenakan analisis rasio keuangan dapat menunjukkan kekuatan ataupun kelemahan perusahaan dan juga pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio keuangan menurut Harahap (2008:297) adalah “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”. Dengan analisis rasio keuangan dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan rata

  • – rata industri atau dengan rasio keuangan perusahaan lainnya. Teknik rasio keuangan paling umum digunakan, dimana menyederhanakan informasi hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Penyederhanaan tersebut menilai secara cepat hubungan antara pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain untuk mendapat informasi dan memberikan penilaian. Hal itu dapat dilakukan dengan cross sectional approach untuk mengetahui baik/buruk operasi yang dilakukan perusahaan dibandingkan perusahaan lain, selain itu dengan time series approach untuk membandingkan rasio perusahaan saat ini dengan sebelumnya sehingga dapat diketahui perusahaan maju atau mundur. Namun, analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dan keterbatasan, menurut Harahap (298 -299), yaitu:

  1. Keunggulan analisis rasio 1) Rasio merupakan angka

  • – angka ikhtisar statistik yang lebih mudah 2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

  3) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model

  • – model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).

  5) Menstandarisir size perusahaan 6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau

  “time series”. 7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

  2. Keterbatasan analisis rasio 1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

  2) Keterbatasan yan dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti.

  a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif

  b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

  c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

  d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berebeda. 3)

  Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4) Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

  5) Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

  Walaupun analisis rasio memiliki keunggulan dan keterbatasan, analisis rasio merupakan cara yang tepat untuk merangkum sejumlah besar data dari laporan keuangan dan membandingkan kinerja perusahaan agar dapat digunakan manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk itu ada beberapa pembagian rasio, tetapi pada umumya rasio dibagi empat, yaitu : rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Di dalam penelitian penggunaan rasio sesuai yang sering digunakan, yaitu rasio likuiditas diproksikan dengan current ratio, rasio leverage diproksikan dengan debt ratio, rasio aktivitas diproksikan dengan aset turn over, dan rasio profitabilitas diproksikan dengan return on asset, dan net profit margin.

2.3.1. Rasio likuiditas

  Likuiditas, menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77) adalah “kemampuan untuk menjual sebuah asset guna mendapatkan kas pada waktu singkat”. Dengan kata lain rasio ini kas dapat diubah dengan cepat dan murah. Rasio likuiditas ini menggambarkan perusahaan mampu melunasi utang

  Rasio likuiditas, menurut Harahap (2008:301) menggambarkan “kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”.

  • – utangnya, biasanya dilengkapi dengan anggaran kas. Namun, dengan menghubungkan jumlah kas dan aktiva lancar dengan kewajiban lancar dapat memberikan ukuran likuiditas yang cepat dan mudah digunakan.

  Rasio likuiditas dianalisis bersumber pada sumber informasi tentang modal kerja yakni pos

  • – pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas yang paling umum digunakan menurut Darsono dan Ashari (2005:52-54), yaitu:

  1.Current ratio

  Current ratio merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.

  2.Quick test ratio

  Quick test ratio yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar.

  Net working capital merupakan selisih antara current asset (aktiva

  lancar) dengan current liabilities (utang lancar). Jumlah net working

  capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di

  dalam suatu perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding dengan perusahaan lain.

  4.Defensive Interval ratio

  Defensive interval ratio ini berguna untuk mengetahui keberlangsunga

  dari perusahaan dalam melakukan operasi tanpa keberlangsungan dari perusahaan dalam melakukan operasi tanpa adanya arus kas dari pihak eksternal.

  3.Net working capital

  Pada penelitian rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio (CR) karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Hal ini yang paling sering dan umum digunakan para kreditur dalam mengambil keputusan pemberian pinjaman saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau membutuhkan dana tambahan dalam operasi perusahaan. Dengan kata lain para kreditur melihat ketepatan waktu perusahaan membayar utangnya pada saat jatuh tempo.

  Current ratio adalah rasio likuiditas yang membandingkan current asset

  dengan current liabilities. Current asset umumnya, yaitu: kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan, sedangkan current liabilities, yaitu: utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban

  • – beban akrual lainnya. Di dalam rasio ini apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari current asset maka menyebabkan penurunan yang cepat pada current ratio. Hal ini menunjukkan adanya masalah karena current

  ratio merupakan dasar penilaian terbaik dari perubahan current asset menjadi kas dalam pemenuhan current liabilities.

  Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena

  current asset tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu yang dikatakan

  perusahaan yang baik dalam current rationya harus dianalisis dengan

  • – rata rasio industri, frekuensi melakukan kredit, ketepatan waktu dalam pengembalian, dan lainya.

2.3.2. Rasio Leverage

  Rasio leverage yang dikenal juga dengan pengungkit keuangan (financial

  leverage ), menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77)

  “mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan”. Leverage keuangan dapat berupa utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Tingkat leverage ditunjukkan di dalam neraca yang mana terlihat besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Perlu diketahui utang dapat meningkatkan pengembalian saham pada pemegang saham pada masa baik dan sebaliknya pada masa buruk.

  Menurut Brigham dan Houston (2006:101) ada 3 (tiga) hal penting dalam

  leverage , yaitu:

  1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat memeprtahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2) kreditur akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proprosi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi oleh kreditor. 3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atu diungkit (leveraged).

  Pengukuran utang didasarkan pada data

  • –data yang berasal dari neraca dan rasio yang biasanya yang digunakan menurut Syamsuddin (2007:54-55), yaitu:

  1. Debt Ratio Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio total utang terhadap total aktiva, yang umunya disebut sebagai rasio utang (debt ratio), akan mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditur. Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang.

  2. Debt Equity Ratio Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumalah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.

  3. Debt to Total Capitalization Ratio Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang.

  4. Times Interest Earned Rasio ini sering juga disebut “the total interest coverage ratio” yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban

  • – kewajiban tetap berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini,
  • – semakin baik/mampu suatu perusahaan di dalm membayar bunga bunga atas segala utang – utangnya.

  5. Total Debt Coverage Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban

  • – kewajiban kepada kreditur baik yang berupa bunga maupun pinjaman pokok (principal) ataupun pembayaran sinking fund .

  6. The overall coverage ratio

  The overall coverage ratio ini hampir sama dengan total debt coverage

  hanya dengan tambahan terhadap kewajiban

  • – kewajiban finansial tetap lainnya seperti pemabayaran lease dan dividen untuk saham preferen.

  Pada penelitian ini rasio leverage yang digunakan adalah debt ratio (DR) menggambarkan solvabilitas yang menggambarkan total utang terhadap total aktiva. Debt ratio menunjukkan bahwa semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi.

2.3.3. Rasio Aktivitas

  Rasio aktivitas adalah kegiatan perusahaan dalam melakukan operasi perusahaan seperti kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Dirancang untuk melihat aktiva terlalu tinggi, terlalu rendah atau wajar dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan ke depan. Untuk itu dapat melihat perusahaan efektif dan efisien atau tidak dalam mengelola aktivanya, sehingga aktiva yang rendah menunjukkan keuntungan yang rendah dan sebaliknya aktiva yang tinggi menunjukkan biaya modal modal yang terlalu tinggi juga dan menyebabkan keuntungan tertekan.

  Rasio aktivitas menurut Harahap (2008:308-309), yaitu:

1. Inventory turnover ratio

  Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

  2. Receivable Turn over

  Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

  3. Fixed Aset Turn Over

  Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aktiva tetap mencipatakan penjulan yang tinggi.

  4. Total asset turn over

  Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

  5. Average Collection period

  Rasio ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik. Rasio ini sejalan dengan informasi yang digambarkan Receivable Turn Over. Pada penelitian ini menggunakan rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio/ TATO) mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan.

  Semakin tinggi rasio maka semakin baik maka seandainya rasio ini rendah maka dapat melakukan langkah

  • – langkah seperti meningkatkan penjualan, menjual

2.3.4. Rasio Profitabilitas

  Rasio profitabilitas menunjukkan pada laba perusahaan atau disebut juga dengan rasio rentabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2006:107) rasio profitabilitas adalah “sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek – efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil

  • – hasil operasi”. Untuk mendapatkan laba dapat melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

  Rasio profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2006:107

  • –110), yaitu:

1. Profit margin on sales

  Margin laba atas penjualan (Profit margin on sales), yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Dimana margin laba yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas inivestasinya pemegang saham karena leverage keuangan.

  2. Basic earning power Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (Basic earning

  power ) dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga

  dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini bermanfaat dalam membandingkan perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat pengungkitan keuangan yang berbeda.

  3. Return on total assets Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak.

  4. Return on common equity Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang diukur sebagai tingkat pengembalian ekuitas saham biasa (Return on common equity).

  Pada penelitian ini menggunakan return on asset (ROA) dan net profit

  

margin (NPM) dalam melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Return

on Asset (ROA) sering digunakan manajer dalam mengukur kinerja perushaan

  dalam menghasilkan laba. Dikarenakan laba bersih mengukur keuntungan setelah dipotong beban bunga, sehingga profitabilitas terlihat jelas dari perusahaan sebagai fungsi struktur modalnya. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan dapat membeli asset yang sama saat ini dan tingkat pengembalian yang tinggi dan sebaliknya.

  Net profit margin menunjukkan pendapatan bersih yang diterima dari

  setiap penjualan. Semakin besar NPM semakin baik karena terlihat perusahaan baik dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi. Namun, hal itu belum tentu karena margin yang tinggi berarti volume penjualan rendah. Maka margin yang rendah dan volume penjualan tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik.

2.4. Hubungan Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan

  Pada dasarnya analisis rasio dalam laporan keuangan dilakukan untuk melakukan tindakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Tindakan tersebut salah satunya dalam hal kinerja keuangan, yakni: pendanaan atau pembiayaan perusahaan untuk menanggulangi kesulitan keuangan (financial distress).

  Pembiayaan modal banyak dilakukan perusahaan dengan menjadi perusahaan go

  public, dimana perusahaan memasuki pasar modal. Hal itu dilakukan untuk lebih

  mudah dalam mendapatkan modal dengan pasar modal sebagai wadah ataupun alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Setelah perusahaan tercatat atau listed di bursa efek maka perusahaan dapat melakukan penawaran saham, salah satu penawaran perusahaan dengan right issue.

  Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham. Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan perusahaan dan para pemegang saham. Untuk itu hubungan right issue terhadap kinerja perusahaan haruslah berpengaruh baik pada perusahaan. Dengan kata lain

  right issue memberikan peningkatan pada kinerja keuangan dengan melihat pada

  rasio keuangan baik rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas di dalam penelitian ini.

2.4.1. Hubungan Right Issue Terhadap Current Ratio

  Current ratio (CR) merupakan salah satu rasio dalam rasio likuiditas yang

  mana merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Current ratio paling sering dan umum digunakan terutama oleh para kreditur karena menunjukkan tingkat keamanan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajibannya saat melakukan peminjaman.

  Pada dasarnya apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari

  

current asset maka current ratio mengalami penurunan yang cepat. Hal ini

menunjukkan adanya perubahan current asset menjadi kas menjadi lambat.

  Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena current

  asset tidak dimanfaatkan dengan baik. Perusahaan yang baik dalam current ratio nya harus dianalisa dengan memperhatikan beberapa faktor seperti rata

  • – rata rasio industri, frekuensi melakukan kredit, ketepatan waktu dalam pengembalian, dan lainya.

  Hubungan right issue dengan current ratio seharusnya memiliki perbedaan dan pengaruh baik pada sebelum dan sesudah right issue, serta pada perusahaan

  

issuer dan perusahaan nonissuer. Pada hasil penelitian yang dilakukan Putra

  (2006) menggunakan current ratio membuktikan bahwa pada uji independen untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan issuer dan nonissuer, terlihat

  current ratio signifikan artinya ada perbedaan antara perusahaan issuer dengan nonissuer .

  Rusmilawati (2006) meneliti kinerja perusahaan terhadap current ratio dibuktikan beberapa hal, yaitu: (1) di dalam perbedaan perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman right issue dengan uji berpasangan, terlihat current ratio signifikan artinya ada perbedaan pada perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman dan perusahaan menjadi lebih baik setelah pengumuman right issue. (2) antara perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right

  issue hasilnya signifikan artinya terdapat perbedaan current ratio antara

  perusahaan yang melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue .

  Andriyani (2008) meneliti pengaruh sikap refleksi oportunistik kinerja perusahaan pada saat perusahaan sebelum dan sesudah right issue, dibuktikan bahwa baik secara simultan dan parsial current ratio signifikan artinya ada perbedaan sebelum dan sesudah right issue. Tarigan (2011) membuktikan bahwa

  current ratio signifikan baik pada saat sebelum dan sesudah right issue, serta pada

  perusahaan issuer dan nonissuer. Artinya ada perbedaan pada perusahaan setelah right issue terhadap kinerja perusahaan berpengaruh positif, artinya ada pengaruh.

2.4.2. Hubungan Right Issue Terhadap Debt Ratio

  Debt ratio (DR) adalah rasio yang mengukur berapa besar aktiva

  perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan utang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang.

  Hubungan right issue dengan debt ratio seharusnya memiliki perbedaan dan pengaruh, hal itu dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan, Sukwadi (2006) meneliti tentang debt ratio perusahaan yang melakukan right issue dan hasilnya berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue, di mana diperoleh hasil debt ratio signifikan dan ternyata debt ratio lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang tidak melakukan right issue.

  Yokobus dan Ediningsih (2009) membuktikan, yaitu: 1) Di dalam perbedaan perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman right issue terlihat debt

  ratio signifikan artinya ada perbedaan pada perusahaan sebelum dan sesudah

  pengumuman. 2) untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan issuer dan perusahaan issuer dengan nonissuer. Yessi Beru tarigan (2011) membuktikan bahwa debt ratio signifikan baik pada saat sebelum dan sesudah right issue, serta pada perusahaan issuer dan nonissuer. Artinya ada perbedaan pada perusahaan setelah right issue dan ada perbedaan pada perusahaan issuer dan nonissuer.

2.4.3. Hubungan Right Issue Terhadap Total Asset Turnover ratio

  Total asset turnover ratio (TATO) menunjukkan perputaran total aktiva

  diukur dari volume penjualan. Menunjukkan seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio maka semakin baik maka seandainya rasio ini rendah maka dapat melakukan langkah

  • –langkah seperti meningkatkan penjualan, menjual beberapa asset, atau dikombinasikan keduanya. Apabila rasio ini rendah akibat perputaran lambat yang menunjukkan aktiva lebih besar dari penjualannya.

  Hubungan right issue terhadap total asset turnover seharusnya memiliki pengaruh dan ada perbedaan, dapat dilihat pada penelitan sebagai berikut: Rusmilawati (2006) membuktikan bahwa total asset turnover signifikan pada perubahan perusahaan sebelum dan sesudah right issue. Artinya ada perbedaan yang terjadi pada perusahaan setelah right issue karena adanya peningkatan penjualan setelah right issue. Andriyani (2008) meneliti pengaruh sikap refleksi oportunistik kinerja perusahaan pada saat perusahaan sebelum dan sesudah right

  issue , dibuktikan bahwa baik secara simultan dan parsial total asset turnover signifikan artinya ada perbedaan sebelum dan sesudah right issue.

  Return on Asset (ROA) adalah rasio sering digunakan manajer dalam

  mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja Perusahaan diukur antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak. Dikarenakan laba bersih mengukur keuntungan setelah dipotong beban bunga, sehingga profitabilitas terlihat jelas dari perusahaan sebagai fungsi struktur modalnya. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan dapat membeli asset yang sama saat ini dan tingkat pengembalian yang tinggi dan sebaliknya.

  Untuk hubungan right issue dengan return on asset harus berpengaruh dan ada perbedaan, dapat dilihat pada hasil penelitian, yaitu: Rusmilawati (2006) yang menunjukkan ROA cukup signifikan pada perusahaan setelah dilakukannya right

  issue dan begitu juga pada perusahaan issuer dan nonissuer ROA juga

  berpengaruh signifikan yang artinya ada perbedaan yang terjadi. Yokobus dan Ediningsih (2009) menunjukkan ROA memiliki perbedaan yang signifikan pada perusahaan setelah right issue.

2.4.5. Hubungan Right Issue Terhadap Net Profit Margin

  Net profit margin (NPM) yang dihitung dengan membagi laba bersih

  dengan penjualan. Semakin besar NPM semakin baik karena terlihat perusahaan baik dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi. Namun, hal itu belum tentu karena margin yang tinggi berarti volume penjualan rendah. Sebaliknya margin yang rendah dan volume penjualan tinggi mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasinya pemegang saham karena leverage keuangan.

  Untuk itu hubungan right issue dengan net profit margin (NPM) memiliki hubungan yang berpengaruh positif dan ada perbedaan, dimana dapat dilihat pada hasil penelitian, berikut: Putra (2006) menggunakan net profit margin membuktikan bahwa pada uji independen untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan issuer dan nonissuer, terlihat net profit margin signifikan artinya ada perbedaan antara perusahaan issuer dengan nonissuer. Rusmilawati (2006) cukup signifikan pada perusahaan setelah dilakukannya right issue dan begitu juga pada perusahaan issuer dan nonissuer net profit margin juga berpengaruh signifikan yang artinya ada perbedaan yang terjadi, sehingga menunjukkan dana yang diperoleh dapat dikelola dengan baik.

2.5. Penelitian Terdahulu

  Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam melihat pengaruh

  right issue terhadap kinerja perusahaan, yaitu:

  Kabir dan Roosenboom (2002) meneliti tentang dapatkah pasar saham mengantisipasi kinerja operasi masa depan dengan menggunakan bukti dari ekuitas right issue. Penelitian menggunakan pengumuman right issue dan mengamati bahwa penurunan harga saham yang signifikan secara statistik terjadi ketika perusahaan mengumumkan right issue. Sampel diambil dari daftar perusahaan industri yang melakukan right issue yang terdaftar di bursa Amsterdam antara Januari 1984 dan Desember 1995. Namun sampel akhir terdiri dari 58 perusahaan issuer. Data laporan keuangan dikumpulkan dari tahunan perusahaan selama lima tahun setelah right issue. Data ini dikumpulkan dari REACH (database Belanda tersedia di CD-ROM), dan buku tahunan perusahaan Belanda dengan periode penelitian dari 60 hari sebelum pengumuman sampai 30 hari setelah pengumuman.

  Metode penelitian yang digunakan adalah event study yang digunakan untuk mengukur reaksi harga saham menjadi pengumuman rights issue. Untuk menguji apakah pengembalian kelebihan kumulatif rata-rata secara signifikan berbeda dari nol. Penelitian dilakukan dengan konvensional t-test berdasarkan pengembalian kelebihan standar dan juga melakukan non-parametrik tes seperti uji tanda dan uji Wilcoxon signed Ranks Test. Variabel yang digunakan return on

  sales yang mirip dengan return on asset, yaitu: laba bersih dibagi dengan rata-rata

  awal dan nilai akhir buku total aset, arus kas dibagi dengan nilai rata-rata total aset, laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibagi dengan nilai rata-rata total aset, dan laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dan amortisasi (EBITDA) dibagi dengan nilai rata-rata total aset.

  Analisis empiris menunjukkan bahwa harga saham menurun secara signifikan pada pengumuman right issue. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham menafsirkan ekuitas rights issue sebagai berita negatif. Efek dari right

  issue tidak kualitatif berbeda dari non-right issue. Analisis menyampaikan

  informasi kualitatif sama dan menghasilkan perubahan kualitatif serupa dalam harga saham dan kinerja operasi. Selain itu disimpulkan juga bahwa besarnya penurunan harga saham dan kinerja perusahaan yang lebih kecil untuk perusahaan yang melakukan right issue.

  Lukose dan Rao (2003) meneliti tentang operasi kinerja perusahaan laporan keuangan tahun 1990 sampai 2000 dengan sampel perushaan yang digunakan adalah 392 perusahaan. Metode penelitian dengan nonparametrik

  

Wilcoxon Signed -jajaran Uji yang menguji nol hipotesis bahwa kinerja normal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Right Issue Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Return Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 47 103

Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 54 112

Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia

3 72 128

Pengaruh Right Issue Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.

6 75 107

Analisis dan Pengaruh Manajemen Laba Akrual Dan Aktivitas Nyata Terhadap Penawaran Right Issue Serta Kinerja Jangka Panjang Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Right Issue di Bursa Efek Indonesia

1 58 137

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Right Issue 2.1.1 PengertianRight Issue - Analisis Pengaruh Right Issue yang Diterbitkan oleh Warrant Issuers dan Non Warrant Issuers Terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham - Pengaruh Right Issue Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Return Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 0 13

Pengaruh Right Issue Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Return Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 2 10