Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

AFRIRA SYUHANA

090502059

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: apakah terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah dilakukannya right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, apakah terdapat perbedaan antara kinerja perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue, dan apakah right issue berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang melakukan right issue yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah dilakukanya right issue, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue, dan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh yang signifikan right issue terhadap kinerja perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin (NPM) sebelum dan sesudah perusahaan melakukan right issue yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin antara perusahaan issuer dan nonissuer yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dan right issue berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover ratio (TATO), return on assets (ROA) dan net profit margin (NPM) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan 26 sampel perusahaan issuer dan 26 perusahaan nonissuer sebagai sampel pembanding. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perusahaan yang melakukan right issue periode 2007-2009. Metode pengumpulan data adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis data, yaitu: hipotesis pertama dengan paired sample t test, hipotesis kedua dengan independent sample t test, dan hipotesis ketiga dengan analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan net profit margin sebelum dan setelah melakukan right issue. Namun, kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan current ratio, debt ratio, total asset turnover, dan return on asset tidak ada perbedaan sebelum dan setelah melakukan right issue, 2) Tidak ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue, dan 3) Right issue berpengaruh negatif dan signifikan terhadap debt ratio dan net profit margin. Namun, right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap current ratio dan return on asset, dan right issue berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap total asset turnover.

Kata Kunci: Right Issue, Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, dan Net Profit Margin.


(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE RIGHT ISSUE ON THE COMPANY’S PERFORMANCE LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

The formula of problem in this research are: is there a diference in a company’s performance before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia Stock Exchange, is there a diference between companies’s performance which execution of a right issue and the companies that do not, and is a right issue significantly influence the company’s performance that execution right issue listed on Indonesia Stock Exchange. This research aimed to determine whether there is difference in companies’s performance before and after the execution of a rights issue, whether there are differences in companies’s performance which execution of a right issue and the companies that do not, and to analyze whether there is a significant influence on companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

Hypothesis in this research are: there is a diference in a company’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia Stock Exchange. There is a diference on the companies’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin between issuer companies and nonissuer companies, and a right issue influence on the companies’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin listed on Indonesia Stock Exchange.

The sample is 26 issuer companies and 26 nonissuer companies as a sample comparison in this research. This research uses secondary data sourced from financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) and conduct a rights issue from 2007 to 2009. Data collection method is a quantitative approach by data analysis techniques that the first hypothesis is paired sample t test, the second hypothesis is independent sample t test, and the third hypothesis is simple regression analysis.

The results of this research in that: 1)There is a difference in a company's financial performance proxied by net profit margin before and after execution of the rights issue. While there is no difference in the company's financial performance proxied by the current ratio, debt ratio, total asset turnover, and return on assets before and after execution of the rights issue, 2) There is no difference in financial performance between companies that conduct a rights issue and the companies that do not, and 3) Right issue influences negatively and significant to the company's financial performance by the debt ratio and the net profit margin. But the right issue influences positively and not significant to the financial performance by the current ratio, and return on assets, and right issue influences negatively and not significant to the company's financial performance by total asset turnover.

Keywords: Right Issue, Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Assets, and Net Profit Margin


(4)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Segala kehormatan, keberkahan, dan kebaikan hanya tercurah kepada Allah

SWT. Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT karena atas limpahan hidayah dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara. Tak lupa penulis mengucapkan shalawat berangkaikan salam

kepada Nabi Muhammad SAW, yang diutus oleh-Nya sebagai rahmatan lil’alamiin, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin Ya Rabbal’Alamiin.

Skripsi ini berjudul “PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA”, selama menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan, motivasi,

dan doa dari berbagai pihak.Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, yaitu: Ayahanda Suyatno dan Ibunda Elly Supina. Tak lupa penulis ingin menghaturkan terimakasih dengan hati yang tulus kepada: 1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku Pelaksana tugas Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah memberikan kritik dan saran atas penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen, seluruh staf serta para pegawai Departmen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Adik – adikku tercinta: Kahfi Dwi Kurnia, Hasnul Tri Syura, dan Gilang Maulana Akasa atas perhatian dan bantuannya.

9. Sahabat, teman, dan rekan mahasiswa stambuk 2009: Asih, Yanti, Yohana, Afni, Arum, Ros, Efendi, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan perhatian, dukungan, dan doa.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan dan

kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan kita senantiasa mendapatkan

limpahan Rahmat dan Karunia dari Allah SWT.

Medan, Maret 2013 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Right Issue ... 11

2.2. Struktur Modal ... 15

2.3. Kinerja Keuangan ... 17

2.3.1. Rasio Likuiditas ... 21

2.3.2. Rasio Leverage ... 23

2.3.3. Rasio Aktivitas ... 24

2.3.4. Rasio Profitabilitas ... 26

2.4. Hubungan Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan ... 27

2.4.1. Hubungan Right Issue Terhadap Current Ratio ... 28

2.4.2. Hubungan Right Issue Terhadap Debt Ratio ... 30

2.4.3. Hubungan Right Issue Terhadap Total Asset Turnover ... 31

2.4.4. Hubungan Right Issue Terhadap Return on Assets ... 31

2.4.5. Hubungan Right Issue Terhadap Net Profit Margin ... 32

2.5. Penelitian Terdahulu ... 33

2.6. Kerangka Konseptual ... 45

2.7. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 52

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

3.2.1. Tempat Penelitian ... 52

3.2.2. Waktu Penelitian ... 52

3.3. Batasan Operasional ... 52

3.4. Definisi Operasional ... 53

3.5. Populasi Penelitian ... 56

3.6. Jenis Data ... 58

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 59

3.8. Teknik Analisis Data ... 59

3.8.1. Teknik Analisis Data Hipotesis Pertama ... 59


(7)

3.8.3. Teknik Analisis Data Hipotesis Ketiga ... 62

3.8.3.1. Uji Normalitas ... 65

3.8.3.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 65

3.8.3.3. Koefisien Determinasi ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ... . 67

4.1.1. Perusahaan yang Melakukan Right Issue yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia ... 67

4.1.2. Perusahaan yang Tidak Melakukan Right Issue yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia ... 77

4.2. Hasil Penelitian ... 78

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 78

4.2.1.1. Statistik Deskriptif Hipotesis Pertama ... 78

4.2.1.2. Statistik Deskriptif Hipotesis Kedua dan Ketiga ... 81

4.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 84

4.2.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama... 84

4.2.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 87

4.2.2.3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 93

4.3. Pembahasan ... 102

4.3.1. Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Melakukan Right Issue ... 102

4.3.2. Perbedaan Antara Kinerja Perusahaan yang Melakukan Right Issue dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 103

4.3.3. Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Keuangan ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 106

5.2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Offering Right Issue antara Tahun 2005 – 2011 ... 5

1.2 Perbandingan Perusahaan Indoexchange dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk Sebelum dan Sesudah melakukan Right Issue………..………... 7

1.3 Perbandingan Perusahaan Dharma Samudera Fishing dan Barito Pacific Tbk Sebelum dan Sesudah Melakukan Right Issue ………... 8

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... ………….…… 42

3.1 Ringkasan Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 55

3.2 Kriteria Sampel ... 57

3.3 Kriteria Sampel Perusahaan Nonissuer ... 58

4.1 Statistik Deskriptif Pada Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, dan Net Profit Margin yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. ... 77

4.2 Statistik Deskriptif Perusahaan Issuer dan Nonissuer Pada Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, dan Net Profit Margin yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia ... 81

4.3 Paired Samples t- TestPerbedaan Current Ratio Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 84

4.4 Paired Samples t - Test Perbedaan Debt Ratio Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 85

4.5 Paired Samples t - Test Perbedaan Total Asset Turnover Sebelum dan Setelah melakukan Right Issue ... 86

4.6 Paired Samples t- Test Perbedaan Return on Asset Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 86

4.7 Paired Samples t - Test Perbedaan Net Profit Margin Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 87

4.8 Independent Samples t - Test Perbedaan Current Ratio Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 88

4.9 Independent Samples t - Test Perbedaan Debt Ratio Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 89

4.10 Independent Samples t - Test Perbedaan Total Asset Turnover Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 90 4.11 Independent Samples t - TestPerbedaan Return on Asset


(9)

Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue

dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 91 4.12 Independent Samples t-TestPerbedaan Net Profit Margin

Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue

dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 92 4.13 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Current Ratio ... 93 4.14 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap Debt Ratio ... 93 4.15 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Total Asset Turnover ... 94 4.16 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Return on Asset ... 94 4.17 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Net Profit Margin ... 94 4.18 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Current Ratio ... 95 4.19 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Current Ratio ... 96 4.20 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Debt Ratio. ... 97 4.21 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Debt Ratio. ... 98 4.22 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Total Asset Turnover ... 98 4.23 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Total Asset Turnover ... 99 4.24 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Return on Asset ... 99 4.25 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Return on Asset ... 100 4.26 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Net Profit Margin ... 101 4.27 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual Hipotesis Pertama ... 48 2.2. Kerangka Konseptual Hipotesis Kedua ... 49 2.3. Kerangka Konseptual Hipotesis Ketiga ... 50


(11)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE RIGHT ISSUE ON THE COMPANY’S PERFORMANCE LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

The formula of problem in this research are: is there a diference in a company’s performance before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia Stock Exchange, is there a diference between companies’s performance which execution of a right issue and the companies that do not, and is a right issue significantly influence the company’s performance that execution right issue listed on Indonesia Stock Exchange. This research aimed to determine whether there is difference in companies’s performance before and after the execution of a rights issue, whether there are differences in companies’s performance which execution of a right issue and the companies that do not, and to analyze whether there is a significant influence on companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

Hypothesis in this research are: there is a diference in a company’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia Stock Exchange. There is a diference on the companies’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin between issuer companies and nonissuer companies, and a right issue influence on the companies’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin listed on Indonesia Stock Exchange.

The sample is 26 issuer companies and 26 nonissuer companies as a sample comparison in this research. This research uses secondary data sourced from financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) and conduct a rights issue from 2007 to 2009. Data collection method is a quantitative approach by data analysis techniques that the first hypothesis is paired sample t test, the second hypothesis is independent sample t test, and the third hypothesis is simple regression analysis.

The results of this research in that: 1)There is a difference in a company's financial performance proxied by net profit margin before and after execution of the rights issue. While there is no difference in the company's financial performance proxied by the current ratio, debt ratio, total asset turnover, and return on assets before and after execution of the rights issue, 2) There is no difference in financial performance between companies that conduct a rights issue and the companies that do not, and 3) Right issue influences negatively and significant to the company's financial performance by the debt ratio and the net profit margin. But the right issue influences positively and not significant to the financial performance by the current ratio, and return on assets, and right issue influences negatively and not significant to the company's financial performance by total asset turnover.

Keywords: Right Issue, Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Assets, and Net Profit Margin


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Setiap perusahaan baik perusahaan manufaktur, perdagangan dan jasa pasti menginginkan kinerja yang baik diperusahaanya. Kinerja yang baik itu dilaksanakan untuk mencapai tujuan kuantitatif dan kualitatif perusahaan. Tujuan kuantitatif adalah tujuan yang berorientasi pada laba optimal, sedangkan tujuan kualitatif adalah tujuan yang dilaksanakan dari misi operasional perusahaan sebagai bagian dari tujuan kuantitatif. Namun, perubahan globalisasi sangat cepat, sehingga tidak hanya memberikan manfaat, juga memberikan kerugian yang dapat diderita perusahaan. Perubahan globalisasi yang memberikan manfaat tentu tidak menjadi masalah bagi perusahaan, tetapi perubahan globalisasi yang memberikan kerugian yang menjadi prioritas perhatian perusahaan. Masalah kerugian perusahaan dapat membuat perusahaan mengambil kebijakan untuk melakukan perampingan tenaga kerja ataupun likuidasi.

Kerugian terburuk yang dapat diderita perusahaan adalah kesulitan keuangan (financial distress) yang kemungkinaan dapat menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan harus meningkatkan kinerja perusahaanya baik kinerja non keuangan dan keuangan. Kinerja non keuangan adalah kinerja yang dinilai tidak berdasarkan ukuran-ukuran angka, seperti: kualitas produk, kehadiran karyawan, dan lainya. Kinerja keuangan adalah kinerja


(13)

yang dinilai berdasarkan ukuran angka, dimana anggaran disesuaikan dengan realisasi anggarannya.

Analisis kinerja perusahaan diutamakan pada kinerja keuangan perusahaan karena kinerja keuangan yang akan mempengaruhi kinerja non keuangan. Selain itu kinerja keuangan juga akan mempengaruhi perusahaan dalam bertindak untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Tindakan tersebut dilakukan dengan membandingkan kinerja secara internal dan eksternal. Tindakan internal adalah membandingkan perusahaan saat ini dan sebelumnya, sedangkan tindakan eksternal adalah membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing lainnya (competitive benchmarking).

Tindakan–tindakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan strategi dan taktis perusahaan yang terbaik agar dapat berproduksi secara efektif dan efisien. Tindakan tersebut dilakukan untuk meramalkan keuntungan dan dividen di masa mendatang yang sangat diperhatikan perusahaan umumnya dan khususnya para pemegang saham. Hal ini dapat dinilai salah satunya dengan menggunakan analisis rasio dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:94) akan melibatkan “1) membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari perusahaan–perusahaan lain dalam industri yang sama dan 2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu”.

Analisis rasio sering digunakan karena memberikan interpretasi yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang menjelaskan hubungan yang saling terkait antara variabel. Selain itu analisis rasio yang digunakan untuk menilai kinerja


(14)

keuangan memiliki beberapa bagian yang berbeda menurut beberapa ahli. Menurut Brigham dan Houston (2006:95-111) terbagai atas 5 (lima) kelompok, yaitu:

1) Rasio Likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang menunujukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. 2) Rasio Manajemen Aktiva (asset management ratio) adalah serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktiva–aktivanya. 3) Rasio Manajemen Utang (leverage ratio) adalah penggunaan pendanaan melalui utang. 4) Rasio Profitabilitas (profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek–efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil–hasil operasi. 5) Rasio Nilai Pasar (market value ratio) adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya.

Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:72), yaitu:

1) Rasio leverage (leverage ratio) memperlihatkan seberapa besar utang perusahaan. 2) Rasio likuiditas (liquidity ratio) mengukur seberapa mudah perusahaan dapat memegang kas. 3) Rasio efesiensi (efficiency ratio) atau rasio tingkat perputaran (turnover ratio) mengukur seberapa produktif perusahaan menggunakan aset–asetnya. 4) Rasio profitabilitas (profitability ratio) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan.

Pada dasarnya analisis rasio dalam laporan keuangan dilakukan untuk melakukan tindakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Tindakan tersebut salah satunya dalam hal kinerja keuangan, yakni: pendanaan atau pembiayaan perusahaan untuk menanggulangi kesulitan keuangan (financial distress). Dikarenakan terjadi ketidakseimbangan finansial perusahaan, antara aktiva dan pasiva perusahaan. Pendanaan atau pembiayaan perusahaan dapat dilakukan dengan modal sendiri atau pinjaman. Modal sendiri atau ekuitas adalah sumber dana yang diperoleh dari saham yang merupakan dana jangka panjang, sedangkan


(15)

pinjaman adalah sumber dana yang berasal dari utang baik utang jangka pendek ataupun utang jangka panjang.

Pendanaan atau pembiayaan menggunakan modal atau pinjaman adalah keputusan yang saling melengkapi. Namun, pertimbangan dalam memilih antara pendanaan atau pembiayaan dengan modal atau pinjaman harus diperhatikan, seperti: tingkat suku bunga, rasio utang terhadap modal sendiri (debt to equity ratio), besarnya dana yang diperlukan, kondisi pasar modal dan apresiasi pasar. Pendananan dengan modal adalah pendanaan jangka panjang atau lebih tepat dikatakan sebagai pembiayaan, yang menjadi alternatif pilihan pendanaan yang sering dilakukan perusahaan karena modal merupakan sumber pembiayaan internal yang tindakannya mudah dan cepat. Namun, tidak hanya itu pembiayaan dengan modal dilakukan karena pertimbangan pinjaman kurang atau tidak memadai dan kurang atau tidak menguntungkan.

Pembiayaan modal banyak dilakukan perusahaan dengan menjadi perusahaan go public, dimana perusahaan memasuki pasar modal. Hal itu dilakukan untuk lebih mudah dalam mendapatkan modal dengan pasar modal sebagai wadah ataupun alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Setelah perusahaan tercatat atau listed di bursa efek maka perusahaan dapat melakukan penawaran saham, salah satu penawaran perusahaan dengan right issue.

Right Issue adalah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dimana merupakan penawaran umum saham terbatas. Menurut Gitman (2009:284) yaitu:

In a rights offering, the firm grants rights to its shareholders. These financial instrument allow stockholders to purchase additional shares at a price below the market price, in direct proportion to their number of owned shares. Rights are used primarily by smaller corporations whose


(16)

shares are either closely owned or publicly owned and not actively traded. (Dalam rights issue, perusahaan memberikan hak kepada pemegang saham. Instrumen keuangan ini memungkinkan pemegang saham untuk membeli saham tambahan dengan harga di bawah harga pasar, dalam proporsi langsung dengan jumlah saham yang dimiliki mereka. Rights digunakan terutama oleh perusahaan-perusahaan kecil yang sahamnya baik milik sendiri atau milik publik dan tidak aktif diperdagangkan).

Secara umum right issue ditujukan untuk memperkuat permodalan suatu perusahaan. Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham. Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan perusahaan dan para pemegang saham, yakni peningkatan yang lebih baik terhadap kinerja perusahaan. Namun right issue juga dapat tidak memberikan hasil yang sesuai terhadap kinerja perusahaan.

Tindakan right issue juga dapat dilihat dari perkembangan penawaran (offerings) right issue, yang mengalami perubahan pada tren penawarannya (offerings) pada pasar modal. Berikut perkembangan penawaran (offerings) right issue antara tahun 2005-2011, yaitu:

Tabel 1.1

Perkembangan OfferingsRight Issue antara Tahun 2005-2011 No. Tahun

Rights Offerings

Shared Issued (Lembar) Fund Raised (Rp Miliar)

1. 2005 36.572.716583 5.812

2. 2006 47.196.323.644 12.583

3. 2007 54.251.932.669 29.497

4. 2008 146.967.890.026 56.610

5. 2009 14.073.644.764 8.557

6. 2010 162.557.830.573 48.161

7. 2011 116.304.201.131 42.141


(17)

Dari Tabel 1.1 Perkembangan Offerings Right Issue antara tahun 2005-2011 menunjukkan perubahan tren hasil penawaran. Pada tahun 2005-2006 shared issue meningkat 29,05% dan fund raised meningkat 37,24%, pada tahun 2006-2007 shared issue meningkat 14,95% dan fund raised meningkat 134,42%, pada tahun 2007-2008 shared issue meningkat 170,90% dan fund raised meningkat 91,91%, pada tahun 2008-2009 shared issue menurun –9,04% dan fund raised menurun -84,88%, pada tahun 2009-2010 shared issue meningkat 10,55% dan fund raised meningkat 462,77%, dan pada tahun 2010-2011 shared issue menurun –28,45% dan fund raised menurun -12,50%.

Shared issue dan fund raised pada tahun 2005-2008 tetap terus meningkat, walaupun mengalami persentasi peningkatan yang berbeda–beda. Namun, tahun 2008-2009 ternyata rights offerings mengalami penurunan yang sangat besar, yakni: shared issue menurun dari 170,90% (tahun 2008) menjadi -9,04% (tahun 2009) dan fund raised menurun dari 91,91% (tahun 2008) menjadi –84,88% (tahun 2009). Pada tahun 2009-2010 rights offerings mengalami peningkatan kembali, yakni: shared issue meningkat menjadi 10,55% dan fund raised meningkat menjadi 462,77%. Walaupun pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan yang sangat besar, tetapi pada tahun 2009-2010 persentasi fund raised adalah peningkatan persentase tertinggi selama tahun 2005-2011.

Tindakan right issue yang dapat dilihat dari perkembangan penawaran (offerings) right issue pada pasar modal juga dapat terlihat bagaimana pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dilihat dari perusahaan yang hanya melakukan right issue dan tidak bergerak disektor


(18)

keuangan. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan yang melakukan right issue antara tahun 2007-2009. Selain itu periode pengamatan dalam penelitian ini untuk melihat kinerja perusahaan diperlukan hanya laporan keuangan dua tahun sebelum melakukan right issue dan setelah melakukan right issue.

Permasalahan dalam pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan dapat terlihat dengan perbandingan menggunakan rasio dua tahun sebelum melakukan right issue dan setelah melakukan right issue. Untuk melihat pengaruh right issue dapat sesuai harapan dan tidak sesuai dengan harapan perusahaan. Berikut perbandingan Perusahaan Indoexchange dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melakukan right issue. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang mengalami peningkatan yang paling besar dari perusahaan issuer lain.

Tabel 1.2

Perbandingan Perusahan Indoexchange dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk Sebelum dan Sesudah Melakukan Right Issue

No Kode Nama Perusahaan

Waktu Rasio Kinerja Perusahaan CR

(x)

DR (x)

TATO (x)

ROA (%)

NPM (x)

1. INDX Indoexchange Tbk

Sebelum 4.54 4 0.13 -987,13 -78.83 Sesudah 3.96 0.70 0.20 0.21 0.01

2. CPIN Charoen

Pokphand Indonesia Tbk

Sebelum 1.32 0.76 2.11 1.57 0.01 Sesudah 1.82 0.45 2.72 30.15 0.11

Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012 (Data diolah)

Dari Tabel 1.2 Perbandingan Perusahan Indoexchange yang bergerak pada sub sektor computer and service dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk yang bergerak pada sub sektor animal feed sebelum dan sesudah melakukan right issue, yang menunjukkan bahwa terdapat perubahan perbandingan perusahaan sebelum melakukan right issue dengan setelah melakukan right issue. Perubahaan tersebut


(19)

sesusai dengan harapan perusahaan, yang mana perubahan terjadi sangat besar terhadap kinerja perusahan, yaitu rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR), rasio leverage diproksikan dengan debt ratio (DR), rasio aktivitas diproksikan dengan total asset turnover (TATO), dan rasio profitabilitas diproksikan dengan Return on asset (ROA) dan Net Profit Margin (NPM).

Selain dengan melihat perubahan right issue terhadap kinerja pada perusahaan yang mengalami peningkatan dan sesuai harapan. Right issue juga dapat tidak memberikan hasil yang sesuai terhadap kinerja perusahaan. Untuk itu berikut perbandingan perusahaan Dharma Samudera Fishing dan Barito Pacific Tbk sebelum dan sesudah melakukan right issue, tetapi dengan perubahan yang menurun, yaitu:

Tabel 1.3

Perbandingan Perusahan Dharma Samudera Fishing dan Barito Pacific Tbk Sebelum dan Sesudah melakukan Right Issue

No Kode Nama Perusahaan

Waktu Rasio Kinerja Perusahaan CR

(x)

DR (x)

TATO (x)

ROA (%)

NPM (x)

1. DSFI Dharma

Samudera Fishing Industries

Sebelum 1.27 0.48 1.30 0.23 0.00 Sesudah 0.52 0.88 1.20 -71.63 - 0.60

2. BRPT Barito Pacific Tbk

Sebelum 1.18 0.54 0.36 29.98 0.84 Sesudah 2.16 0.46 0.88 3.34 0.04 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012 (Data diolah)

Dari Tabel 1.3 Perbandingan Perusahan Dharma Samudera Fishing yang bergerak pada sub sektor fishery dan Barito Pacific Tbk yang bergerak pada sub sektor chemicals sebelum dan sesudah melakukan right issue menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan right issue tidak memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapankan. Perubahan yang terjadi sangat besar terhadap kinerja perusahaan, yaitu: rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR),


(20)

rasio leverage diproksikan dengan debt ratio (DR), rasio aktivitas diproksikan dengan total asset turnover (TATO), dan rasio profitabilitas diproksikan dengan return on asset (ROA) dan net profit margin (NPM). Tentu hal ini menujukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk, sehingga dapat mengurangi kepercayaan para pemegang saham.

Berdasarkan latar belakang, maka penelitian ini berjudul sebagai berikut: “Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah dilakukannya right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue?

3. Apakah right issue berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang melakukan right issue yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan


(21)

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue.

3. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh yang signifikan right issue terhadap kinerja perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh, yaitu: a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai Pengaruh Right Issue terhadap Kinerja Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Emiten

Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan mengetahui kinerja keuangan perusahannya sebelum dan sesudah melakukan right issue, serta kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue.

c. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para investor mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan melihat likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi.

d. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak yang ingin melakukan pengembangan mengenai pengaruh right issue terhadap kinerja keuangan perusahaan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Right Issue

Right Issue adalah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dimana merupakan penawaran umum saham terbatas. Penawaran umum saham terbatas ini merupakan saham tambahan yang diterbitkan perusahaan yang telah go public atau sering disebut penawaran tambahan (seasoned offering). Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007:421), “Perusahaan publik bisa menerbitkan sekuritas, baik dengan melakukan penawaran kas umum pada investor secara umum atau dengan melakukan penawarn umum terbatas (right issue)”.

Menurut Gitman (2009:284), yaitu:

In a rights offering, the firm grants rights to its shareholders. These financial instrument allow stockholders to purchase additional shares at a price below the market price, in direct proportion to their number of owned shares. Rights are used primarily by smaller corporations whose shares are either closely owned or publicly owned and not actively traded. (Dalam rights issue, perusahaan memberikan hak kepada pemegang saham. Instrumen keuangan ini memungkinkan pemegang saham untuk membeli saham tambahan dengan harga di bawah harga pasar, dalam proporsi langsung dengan jumlah saham yang dimiliki mereka. Rights digunakan terutama oleh perusahaan-perusahaan kecil yang sahamnya baik milik sendiri atau milik publik dan tidak aktif diperdagangkan).

Sedangkan Van Horne dan Wachowicz (2007:327) menyatakan, “Hak memesan efek terlebih dahulu ; penjualan sekuritas baru dimana pemegang saham lama diberikan keutamaan dalam pembelian sekuritas ini hingga sejumlah bagian saham biasa yang mereka miliki disebut juga rights offering”. Dikatakan demikiaan disebabkan para pemegang saham lama dapat menerima satu hak beli (pendaftaran) untuk setiap lembar saham milik mereka. Tindakan pembelian


(23)

sekuritas membutuhkan hak atas saham dengan jumlah tertentu. Hak tersebut menunjukkan opsi jangka pendek atas pembelian sekuritas baru dengan harga pendaftaran.

Right issue adalah salah satu tindakan corporate action yang menurut peraturan perdagangan BEI, corporate action merupakan tindakan emiten yang memberikan hak kepada seluruh pemegang saham dari jenis dan kelas yang sama seperti hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hak untuk memperoleh dividen tunai, saham dividen, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Waran, atau hak-hak lainnya.

Menurut Anoraga dan Kartika (2008:72), Right merupakan “salah satu jenis opsi yang merupakan derivatif (turunan) dari efek yang sebenarnya dan mempunyai masa hidup yang singkat. Di Indonesia right issue diatur dalam peraturan Bapepam No. IX.D1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih dahulu khususnya butir 2 disebutkan bahwa “Apabila suatu perusahaan telah melakukan Penawaran Umum saham atau perusahaan publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk melalui penerbitan Waran atau Efek Konversi, maka setiap pemegang saham harus diberi Hak Memesan efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan mereka”.

Secara umum right issue ditujukan untuk memperkuat permodalan suatu perusahaan. Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham.


(24)

Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan perusahaan dan para pemegang saham. Didalam memenuhi harapan para pemegang saham right issue sangat terkait dengan pre-emptive right/hak prioritas (hak yang dimiliki oleh pemegang saham lama untuk mempertahankan porsi kepemilikannya dalam perusahaan).

Berdasarkan pre-emptive right/hak prioritas maka perusahaan harus memberikan hak atas saham (right) untuk setiap lembar saham biasa yang dimiliki oleh para pemegang saham lama. Hak atas saham bermanfaat bagi para pemegang saham opsi untuk membeli right issue sesuai dengan klausal penawaran dengan periode umumnya tiga minggu atau kurang. Klausal penawaran adalah hak atas saham yang dibutuhkan untuk membeli right issue dalam jumlah saham tambahan, harga pembelian per lembar dan tanggal kadaluarsa penawaran tersebut.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:328) ada 3 (tiga) pilihan yang dilakukan para pemilik hak atas right issue, yaitu:

1) Menggunakan haknya dan membeli saham tambahan, 2) Menjual haknya, karena memang dapat dipindahtangankan, 3) Tidak melakukan apapun dan membiarkan hak tersebut kadaluarsa. Di dalam pemilihan tersebut para pemegang saham yang rasional akan memilih pilihan terakhir jika pemegang saham memiliki saham dalam jumlah yang sedikit atau nilai atas saham dapat diabaikan.

Pilihan terakhir bila dilakukan akan memiliki dampak bagi pemegang saham menurut Anoraga dan Kartika (2008:72–73), yaitu: “1) dilusi (berkurangnya proporsi kepemilikan pemegang saham yang tidak menggunakan haknya), 2) mengurangi ROI (return on onvestment) dengan bertambahnya saham yang beredar, 3) mengecilnya DPS (dividend per Share) karena harus dibagikan


(25)

kepada pemegang saham. Pada hakikatnya right issue tidak terpisahkan dari strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing (competitive position).

Namun, tindakan dalam menawarkan right issue tidak selalu diterima oleh para pemegang saham, sehingga sering terjadi pro dan kontra di kalangan pemegang saham. Padahal diketahui right issue memiliki keterikatan hubungan yang tidak terpisahkan dengan strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing (competitive position). Untuk itu para pemegang saham akan menelaah setiap tindakan dalam melakukan hak atas right issue. Tindakan tersebut dilihat dari keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue, menurut Aini (2009:15), yaitu:

1. Keuntungan right issue, yaitu:

a. Salah satu sumber dana bagi perusahaan

b. Tidak memerlukan prosedur dan aturan yang ketat seperti halnya dengan penawaran umum perdana atau go public

c. Right issue dapat dikombinasikan dengan derivatif efek lainnya, seperti warrant atau convertible stock.

2. Kelemahan right issue, yaitu:

a. Belum ada peraturan mengenai penggunaan right issue

b. Adanya perubahaan harga saham setelah dilakukannya right issue c. Adanya dilusi, yaitu: pengurangan persentasi kepemilikan dari

pemegang saham lama jika tidak digunakan right issue tersebut. Keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam menelah right issue, menurut Fakhruddin (2008:220–221), sebagai berikut: “latar belakang dilakukannya right issue, tujuan right issue, rencana penggunaan dana hasil right issue, kinerja keuangan emiten setelah right issue, dan harga pelaksanaan, serta rasio right issue”. Pertimbangan tersebut juga dilakukan juga karena right issue tidak membutuhkan biaya yang besar jika mengeluarkan saham baru dan saham biasa menjadi likuid sehingga


(26)

meningkatkan perdagangan saham. Bagi para pemegang saham tindakan right issue diharapkan hasilnya sesuai dengan tujuan jangka panjang untuk mempertahankan tingkat kepemilikan saham dengan menggunakan haknya dalam membeli tambahan saham.

2.2. Struktur Modal

Struktur modal, menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:232) adalah “bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa”. Jadi struktur Modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Dimana keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan operasional perusahaan. Keputusan Struktur Modal yang diambil oleh manajer tidak hanya berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan.

Modal menunjukkan dana jangka panjang pada suatu perusahaan yang meliputi semua bagian di sisi kanan neraca perusahaan, kecuali utang jangka pendek. Untuk itu modal, yaitu:

a. Modal Pinjaman

Modal pinjaman didalam struktur modal hanya semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:324), “utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5–20 tahun”.


(27)

Pemberi dana biasanya meminta return yang paling kecil atas segala jenis modal jangka panjang menurut Sundjaja dan Barlian (2002:240) karena:

1. Modal pinjaman mempunyai prioritas lebih dahulu bila terjadi tuntutan atas pendapatan/aktiva yang tersedia untuk pembayaran. 2. Modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas pembayaran dibandingkan dengan pemegang saham prefern atau saham biasa. 3. Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak, maka biaya modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial menjadi lebih rendah.

b. Modal Sendiri (Ekuitas)

Modal sendiri/ekuitas merupakan dana jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:240), “Modal sendiri atau equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan”. Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost. Tidak seperti modal pinjaman yang harus dibayar pada tanggal tertentu di masa yang akan datang, modal sendiri diharapkan tetap dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Di dalam penelitian ini perusahaan menggunakan modal sendiri karena mengeluarkan right issue. Perubahan struktur modal dengan penerbitan right issue diharapkan berpengaruh positif terhadap return perusahaan. Struktur modal merupakan masalah yang penting karena kinerja keuangan didapat dari baik atau buruknya struktur modal. Struktur modal yang kurang baik dengan jumlah hutang yang sangat tinggi akan membebani perusahaan yang bersangkutan, sedangkan menerbitkan saham baru menyebabkan perubahan struktur modal yang akan mengakibatkan berubahnya biaya modal.


(28)

2.3.Kinerja Keuangan

Perkembangan perusahaaan sangat perlu diperhatikan dan diketahui baik oleh perusahaan, pemegang saham, ataupun investor baru. Hal itu diperlukan untuk mengambil keputusaan untuk perusahaan paling tidak untuk lima tahun terakhir, dimana dilakukan baik perusahaan dalam proses perkenalan, perkembangan, maturity ataupun decline. Kinerja keuangan adalah kinerja yang dinilai berdasarkan ukuran angka, dimana anggaran disesuaikan dengan realisasi anggarannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan membandingkan kinerja secara internal dan eksternal. Tindakan internal adalah membandingkan perusahaan saat ini dan sebelumnya, sedangkan tindakan eksternal adalah membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing lainnya (competitive benchmarking).

Untuk itu dilakukan analisis laporan keuangan diperusahaan dan juga diperlukan data keuangan masa lalu agar dapat diperkirakan untuk tahun – tahun berikutnya. Analisis laporan keuangan dapat diketahui dengan tingkat keuangan perusahaan dan hasil perusahaan tersebut, sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan, menurut Syamsuddin (2007:37) merupakan “perhitungan rasio – rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan”. Sedangkan analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:94) akan melibatkan “1) membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari perusahaan–perusahaan lain dalam industri yang sama dan 2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu”.


(29)

Analisis laporan keuangan memerlukan data laporan tahunan (annual report) sebagai input dalam analisis rasio. Laporan tahunan, menurut Brigham dan Houston (2006:45) adalah “sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek – prospek perusahaan di masa mendatang”. Di dalam analisis laporan keuangan data yang paling dibutuhkan dalam laporan tahunan adalah laporan keuangan, seperti : neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan keuangan menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007:56–64), yaitu:

1) Neraca menampilkan potret asset (aktiva) dan kewajiban perusahaan pada waktu tertentu. Asset tersebut – mewakili penggunaan kas yang didapatkan – didaftar pada sisi kiri neraca. Kewajiban yang mewakili sumber kas itu – didaftar di sebelah kanan. 2) Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban, dan laba bersih perusahaan selama periode tertentu. 3) Laporan arus kas memperlihatkan arus kas masuk dan keluar dari operasi serta dari investasi dan aktivitas pendanaan.

Laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:46–58), sebagai berikut:

1) Neraca (balance sheet) adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu. 2) Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun. 3) Laporan laba ditahan (statement of retained earnings) adalah pernyataan yang melaporkan berapa banyak laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke dividennya. Tampilan untuk laba ditahan yang ada di sini merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan. 4) Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas – aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi.


(30)

Ada beberapa cara dalam melakukan analisis laporan keuangan tersebut, tetapi analisis rasio keuangan paling umum dan sering digunakan. Dikarenakan analisis rasio keuangan dapat menunjukkan kekuatan ataupun kelemahan perusahaan dan juga pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio keuangan menurut Harahap (2008:297) adalah “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”. Dengan analisis rasio keuangan dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan rata – rata industri atau dengan rasio keuangan perusahaan lainnya.

Teknik rasio keuangan paling umum digunakan, dimana menyederhanakan informasi hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Penyederhanaan tersebut menilai secara cepat hubungan antara pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain untuk mendapat informasi dan memberikan penilaian. Hal itu dapat dilakukan dengan cross sectional approach untuk mengetahui baik/buruk operasi yang dilakukan perusahaan dibandingkan perusahaan lain, selain itu dengan time series approach untuk membandingkan rasio perusahaan saat ini dengan sebelumnya sehingga dapat diketahui perusahaan maju atau mundur. Namun, analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dan keterbatasan, menurut Harahap (298 -299), yaitu:

1. Keunggulan analisis rasio

1) Rasio merupakan angka – angka ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model – model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).


(31)

5) Menstandarisir size perusahaan

6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”.

7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2. Keterbatasan analisis rasio

1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2) Keterbatasan yan dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti.

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berebeda.

3) Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4) Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5) Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Walaupun analisis rasio memiliki keunggulan dan keterbatasan, analisis rasio merupakan cara yang tepat untuk merangkum sejumlah besar data dari laporan keuangan dan membandingkan kinerja perusahaan agar dapat digunakan manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk itu ada beberapa pembagian rasio, tetapi pada umumya rasio dibagi empat, yaitu : rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Di dalam penelitian penggunaan rasio sesuai yang sering digunakan, yaitu rasio likuiditas diproksikan dengan current ratio, rasio leverage diproksikan dengan debt ratio, rasio aktivitas diproksikan dengan aset turn over, dan rasio profitabilitas diproksikan dengan return on asset, dan net profit margin.


(32)

2.3.1. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas, menurut Harahap (2008:301) menggambarkan “kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”. Likuiditas, menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77) adalah “kemampuan untuk menjual sebuah asset guna mendapatkan kas pada waktu singkat”. Dengan kata lain rasio ini kas dapat diubah dengan cepat dan murah. Rasio likuiditas ini menggambarkan perusahaan mampu melunasi utang – utangnya, biasanya dilengkapi dengan anggaran kas. Namun, dengan menghubungkan jumlah kas dan aktiva lancar dengan kewajiban lancar dapat memberikan ukuran likuiditas yang cepat dan mudah digunakan.

Rasio likuiditas dianalisis bersumber pada sumber informasi tentang modal kerja yakni pos – pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas yang paling umum digunakan menurut Darsono dan Ashari (2005:52-54), yaitu:

1.Current ratio

Current ratio merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. 2.Quick test ratio

Quick test ratio yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar.

3.Net working capital

Net working capital merupakan selisih antara current asset (aktiva lancar) dengan current liabilities (utang lancar). Jumlah net working capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di dalam suatu perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding dengan perusahaan lain.

4.Defensive Interval ratio

Defensive interval ratio ini berguna untuk mengetahui keberlangsunga dari perusahaan dalam melakukan operasi tanpa keberlangsungan dari perusahaan dalam melakukan operasi tanpa adanya arus kas dari pihak eksternal.


(33)

Pada penelitian rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio (CR) karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Hal ini yang paling sering dan umum digunakan para kreditur dalam mengambil keputusan pemberian pinjaman saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau membutuhkan dana tambahan dalam operasi perusahaan. Dengan kata lain para kreditur melihat ketepatan waktu perusahaan membayar utangnya pada saat jatuh tempo.

Current ratio adalah rasio likuiditas yang membandingkan current asset dengan current liabilities. Current asset umumnya, yaitu: kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan, sedangkan current liabilities, yaitu: utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban – beban akrual lainnya. Di dalam rasio ini apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari current asset maka menyebabkan penurunan yang cepat pada current ratio. Hal ini menunjukkan adanya masalah karena current ratio merupakan dasar penilaian terbaik dari perubahan current asset menjadi kas dalam pemenuhan current liabilities.

Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena current asset tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu yang dikatakan perusahaan yang baik dalam current rationya harus dianalisis dengan memperhatikan beberapa faktor seperti: rata – rata rasio industri, frekuensi melakukan kredit, ketepatan waktu dalam pengembalian, dan lainya.


(34)

2.3.2.Rasio Leverage

Rasio leverage yang dikenal juga dengan pengungkit keuangan (financial leverage), menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77) “mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan”. Leverage keuangan dapat berupa utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Tingkat leverage ditunjukkan di dalam neraca yang mana terlihat besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Perlu diketahui utang dapat meningkatkan pengembalian saham pada pemegang saham pada masa baik dan sebaliknya pada masa buruk.

Menurut Brigham dan Houston (2006:101) ada 3 (tiga) hal penting dalam leverage, yaitu:

1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat memeprtahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2) kreditur akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proprosi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi oleh kreditor. 3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atu diungkit (leveraged).

Pengukuran utang didasarkan pada data–data yang berasal dari neraca dan rasio yang biasanya yang digunakan menurut Syamsuddin (2007:54-55), yaitu:

1. Debt Ratio

Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio total utang terhadap total aktiva, yang umunya disebut sebagai rasio utang (debt ratio), akan mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditur. Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang.


(35)

2. Debt Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumalah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.

3. Debt to Total Capitalization Ratio

Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang.

4. Times Interest Earned

Rasio ini sering juga disebut “the total interest coverage ratio” yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban – kewajiban tetap berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik/mampu suatu perusahaan di dalm membayar bunga – bunga atas segala utang – utangnya.

5. Total Debt Coverage

Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban – kewajiban kepada kreditur baik yang berupa bunga maupun pinjaman pokok (principal) ataupun pembayaran sinking fund.

6. The overall coverage ratio

The overall coverage ratio ini hampir sama dengan total debt coverage hanya dengan tambahan terhadap kewajiban – kewajiban finansial tetap lainnya seperti pemabayaran lease dan dividen untuk saham preferen. Pada penelitian ini rasio leverage yang digunakan adalah debt ratio (DR) menggambarkan solvabilitas yang menggambarkan total utang terhadap total aktiva. Debt ratio menunjukkan bahwa semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi.

2.3.3.Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah kegiatan perusahaan dalam melakukan operasi perusahaan seperti kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Dirancang untuk melihat aktiva terlalu tinggi, terlalu rendah atau wajar dibandingkan dengan


(36)

tingkat penjualan saat ini dan ke depan. Untuk itu dapat melihat perusahaan efektif dan efisien atau tidak dalam mengelola aktivanya, sehingga aktiva yang rendah menunjukkan keuntungan yang rendah dan sebaliknya aktiva yang tinggi menunjukkan biaya modal modal yang terlalu tinggi juga dan menyebabkan keuntungan tertekan.

Rasio aktivitas menurut Harahap (2008:308-309), yaitu: 1. Inventory turnover ratio

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

2. Receivable Turn over

Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

3. Fixed Aset Turn Over

Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aktiva tetap mencipatakan penjulan yang tinggi.

4. Total asset turn over

Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

5. Average Collection period

Rasio ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik. Rasio ini sejalan dengan informasi yang digambarkan Receivable Turn Over.

Pada penelitian ini menggunakan rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio/TATO) mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio maka semakin baik maka seandainya rasio ini rendah maka dapat melakukan langkah – langkah seperti meningkatkan penjualan, menjual beberapa asset, atau dikombinasikan keduanya.


(37)

2.3.4.Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan pada laba perusahaan atau disebut juga dengan rasio rentabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2006:107) rasio profitabilitas adalah “sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek – efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil – hasil operasi”. Untuk mendapatkan laba dapat melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2006:107–110), yaitu: 1. Profit margin on sales

Margin laba atas penjualan (Profit margin on sales), yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Dimana margin laba yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas inivestasinya pemegang saham karena leverage keuangan.

2. Basic earning power

Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (Basic earning power) dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini bermanfaat dalam membandingkan perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat pengungkitan keuangan yang berbeda.

3. Return on total assets

Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak.

4. Return on common equity

Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang diukur sebagai tingkat pengembalian ekuitas saham biasa (Return on common equity). Pada penelitian ini menggunakan return on asset (ROA) dan net profit margin (NPM) dalam melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Return on Asset (ROA) sering digunakan manajer dalam mengukur kinerja perushaan dalam menghasilkan laba. Dikarenakan laba bersih mengukur keuntungan setelah dipotong beban bunga, sehingga profitabilitas terlihat jelas dari perusahaan sebagai fungsi struktur modalnya. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan


(38)

dapat membeli asset yang sama saat ini dan tingkat pengembalian yang tinggi dan sebaliknya.

Net profit margin menunjukkan pendapatan bersih yang diterima dari setiap penjualan. Semakin besar NPM semakin baik karena terlihat perusahaan baik dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi. Namun, hal itu belum tentu karena margin yang tinggi berarti volume penjualan rendah. Maka margin yang rendah dan volume penjualan tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik.

2.4. Hubungan Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan

Pada dasarnya analisis rasio dalam laporan keuangan dilakukan untuk melakukan tindakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Tindakan tersebut salah satunya dalam hal kinerja keuangan, yakni: pendanaan atau pembiayaan perusahaan untuk menanggulangi kesulitan keuangan (financial distress). Pembiayaan modal banyak dilakukan perusahaan dengan menjadi perusahaan go public, dimana perusahaan memasuki pasar modal. Hal itu dilakukan untuk lebih mudah dalam mendapatkan modal dengan pasar modal sebagai wadah ataupun alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Setelah perusahaan tercatat atau listed di bursa efek maka perusahaan dapat melakukan penawaran saham, salah satu penawaran perusahaan dengan right issue.

Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham.


(39)

Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan perusahaan dan para pemegang saham. Untuk itu hubungan right issue terhadap kinerja perusahaan haruslah berpengaruh baik pada perusahaan. Dengan kata lain right issue memberikan peningkatan pada kinerja keuangan dengan melihat pada rasio keuangan baik rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas di dalam penelitian ini.

2.4.1. Hubungan Right Issue Terhadap Current Ratio

Current ratio (CR) merupakan salah satu rasio dalam rasio likuiditas yang mana merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Current ratio paling sering dan umum digunakan terutama oleh para kreditur karena menunjukkan tingkat keamanan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajibannya saat melakukan peminjaman.

Pada dasarnya apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari current asset maka current ratio mengalami penurunan yang cepat. Hal ini menunjukkan adanya perubahan current asset menjadi kas menjadi lambat. Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena current asset tidak dimanfaatkan dengan baik. Perusahaan yang baik dalam current rationya harus dianalisa dengan memperhatikan beberapa faktor seperti rata – rata rasio industri, frekuensi melakukan kredit, ketepatan waktu dalam pengembalian, dan lainya.

Hubungan right issue dengan current ratio seharusnya memiliki perbedaan dan pengaruh baik pada sebelum dan sesudah right issue, serta pada perusahaan


(40)

issuer dan perusahaan nonissuer. Pada hasil penelitian yang dilakukan Putra (2006) menggunakan current ratio membuktikan bahwa pada uji independen untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan issuer dan nonissuer, terlihat current ratio signifikan artinya ada perbedaan antara perusahaan issuer dengan nonissuer.

Rusmilawati (2006) meneliti kinerja perusahaan terhadap current ratio dibuktikan beberapa hal, yaitu: (1) di dalam perbedaan perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman right issue dengan uji berpasangan, terlihat current ratio signifikan artinya ada perbedaan pada perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman dan perusahaan menjadi lebih baik setelah pengumuman right issue. (2) antara perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue hasilnya signifikan artinya terdapat perbedaan current ratio antara perusahaan yang melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue.

Andriyani (2008) meneliti pengaruh sikap refleksi oportunistik kinerja perusahaan pada saat perusahaan sebelum dan sesudah right issue, dibuktikan bahwa baik secara simultan dan parsial current ratio signifikan artinya ada perbedaan sebelum dan sesudah right issue. Tarigan (2011) membuktikan bahwa current ratio signifikan baik pada saat sebelum dan sesudah right issue, serta pada perusahaan issuer dan nonissuer. Artinya ada perbedaan pada perusahaan setelah right issue dan ada perbedaan pada perusahaan issuer dan nonissuer. Sedangkan right issue terhadap kinerja perusahaan berpengaruh positif, artinya ada pengaruh.


(41)

2.4.2. Hubungan Right Issue Terhadap Debt Ratio

Debt ratio (DR) adalah rasio yang mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan utang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang.

Hubungan right issue dengan debt ratio seharusnya memiliki perbedaan dan pengaruh, hal itu dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan, Sukwadi (2006) meneliti tentang debt ratio perusahaan yang melakukan right issue dan hasilnya berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue, di mana diperoleh hasil debt ratio signifikan dan ternyata debt ratio lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang tidak melakukan right issue.

Yokobus dan Ediningsih (2009) membuktikan, yaitu: 1) Di dalam perbedaan perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman right issue terlihat debt ratio signifikan artinya ada perbedaan pada perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman. 2) untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan issuer dan nonissuer, terlihat debt ratio juga signifikan artinya ada perbedaan antara perusahaan issuer dengan nonissuer. Yessi Beru tarigan (2011) membuktikan bahwa debt ratio signifikan baik pada saat sebelum dan sesudah right issue, serta


(1)

LAMPIRAN Lampiran 1

Sampel Perusahaan Issuer antara tahun 2007-2009

No. KODE Nama Perusahaan Periode Right Issue

1 CITA Cita Mineral Investindo Tbk 2007 2 DSFI Dharma Samudera Fishing Industries 2007

3 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 2007

4 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2007

5 BRPT Barito Pacific Tbk 2007

6 GJTL Gajah Tunggal Tbk 2007

7 ADES Ades Waters Indonesia Tbk 2007 8 KPIG Global land Development Tbk 2007 9 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk 2007

10 BTEL Bakrie Telecom Tbk 2008

11 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2008

12 DUTI Duta Pertiwi Tbk 2008

13 TCID Mandom Indonesia Tbk 2008

14 SSIA Surya semesta Internusa Tbk 2008 15 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk 2008 16 CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk 2008

17 ABBA Abdi Bangsa Tbk 2008

18 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk 2008

19 UNTR United Tractors Tbk 2008

20 CPRO Central Proteinaprima Tbk 2008 21 IATA Indonesia air transport Tbk 2008

22 LPLI Star pacific Tbk 2009

23 INDX Indoexchange Tbk 2009

24 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 2009 25 LPPF Matahari Department Store Tbk 2009 26 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk 2009


(2)

Lampiran 2

Sampel Perusahaan Non issuer Antara Tahun 2007 2009

No. KODE Nama Perusahaan

1 ARII Atlas Resources Tbk

2 IIKP Inti Agri Resources Tbk

3 SRSN Indo Acidatama Tbk

4 SIPD Sierad Produce Tbk

5 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 6 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 7 PSDN Praisdha Aneka Niaga Tbk 8 DILD Intiland Development Tbk 9 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk

10 ISAT Indosat Tbk

11 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 12 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk

13 MRAT Mustika Ratu Tbk

14 DGIK Duta Graha Indah Tbk 15 BCIP Bumi Citra Permai Tbk

16 LPCK Lippo Cikarang Tbk

17 FORU Fortune Indonesia Tbk 18 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk

19 AKRA AKR Corporindo Tbk

20 BWPT PT. BW Plantation Tbk 21 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 22 IDKM Indosiar Karya Media Tbk 23 DNET Dyaviacom Intrabumi Tbk

24 RIGS Rig Tenders Tbk

25 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 26 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk


(3)

Lampiran 3 Rasio Keuangan

Rasio Perusahaan Sebelum Right Issue Tahun 2007 -2009 (Dua Tahun Sebelum)

No. KODE Nama Perusahaan CR DR TATO ROA NPM

1 CITA Cita Mineral Investindo Tbk

0.4413 0.8209 0.6393 0.3905 0.0061 2 DSFI Dharma Samudera

Fishing Industries

1.2704 0.4834 1.3005 0.2339 0.0018 3 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 1.1117 0.7617 1.047 0.233 0.0022 4 CPIN Charoen Pokphand

Indonesia Tbk

1.3181 0.7576 2.1146 1.5708 0.0074 5 BRPT Barito Pacific Tbk 1.1751 0.5392 0.3572 29.9892 0.8396 6 GJTL Gajah Tunggal Tbk 2.3107 0.7285 0.6463 4.6372 0.0717 7 ADES Ades Waters Indonesia

Tbk

0.218 1.4185 0.6844 -56.775 -0.8296 8 KPIG Global land

Development Tbk

13.0972 0.0421 0 2.5412 0 9 FPNI Titan Kimia Nusantara

Tbk

0.3632 0.7788 0.6531 -17.1877 -0.2632 10 BTEL Bakrie Telecom Tbk 1.7609 0.3255 0.2742 3.2781 0.1196 11 AISA Tiga Pilar Sejahtera

Food Tbk

1.0811 0.7381 0.9162 0.0357 0.0004 12 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0.7634 0.5403 0.2437 1.6142 0.0662 13 TCID Mandom Indonesia Tbk 8.7808 0.096 1.4157 14.8941 0.1052 14 SSIA Surya semesta Internusa

Tbk

0.8953 0.5481 0.813 1.1596 0.0196 15 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk 1.4018 0.4129 0.1301 0.8733 0.0671 16 CKRA Citra Kebun Raya Agri

Tbk

33.8924 0.0329 0.1548 0.44 0.0284 17 ABBA Abdi Bangsa Tbk 1.1853 0.4271 0.6298 0.6392 0.0101 18 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk 1.3613 0.3806 0.083 -5.0926 -0.6134 19 UNTR United Tractors Tbk 1.3411 0.5874 1.2196 8.2716 0.2501 20 CPRO Central Proteinaprima

Tbk

3.8539 0.7009 1.2941 6.1591 0.0476 21 IATA Indonesia air transport

Tbk

1.4081 0.3791 0.5015 7.0356 0.1403 22 LPLI Star pacific Tbk 54.4133 0.0243 0.0751 34.411 4.5836 23 INDX Indoexchange Tbk 4.5391 4.0035 0.1252 -987.1252 -78.831 24 BLTA Berlian Laju Tanker

Tbk

0.6972 0.8396 0.1762 3.6721 0.2084 25 LPPF Matahari Department

Store Tbk


(4)

Rasio Perusahaan Sesudah Right Issue Tahun 2007 -2009 (Dua Tahun Sesudah)

No. Nama Perusahaan CR DR TATO ROA NPM 1 Cita Mineral Investindo

Tbk

0.8078 0.3654 0.7752 5.5422 0.0715 2 Dharma Samudera

Fishing Industries

0.5172 0.8812 1.2017 -71.6256 -0.5961 3 Budi Acid Jaya Tbk 1.0435 0.5105 1.1147 9.1577 0.0822 4 Charoen Pokphand

Indonesia Tbk

1.8175 0.4482 2.7216 30.1476 0.1108

5 Barito Pacific Tbk 2.1617 0.4625 0.8789 3.342 0.038

6 Gajah Tunggal Tbk 2.5318 0.6862 0.8775 10.0101 0.1141 7 Ades Waters Indonesia

Tbk

2.4837 0.6174 0.7541 9.1543 0.1214 8 Global land Development

Tbk

9.6652 0.125 0.0267 6.1236 2.2972 9 Titan Kimia Nusantara

Tbk

0.7827 0.5061 1.303 11.2411 0.0863 10 Bakrie Telecom Tbk 0.8161 0.5795 0.2238 0.0808 0.0036 11 Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk

1.285 0.6954 0.3641 4.1336 0.1135

12 Duta Pertiwi Tbk 2.8935 0.3211 0.2133 6.9935 0.3279

13 Mandom Indonesia Tbk 10.6845 0.0943 1.4008 12.5516 0.1185 14 Surya semesta Internusa

Tbk

1.0191 0.5997 0.7093 0.5889 0.083 15 Laguna Cipta Griya Tbk 16.1773 0.0712 0.0645 -0.5418 -0.084 16 Citra Kebun Raya Agri

Tbk

42.9852 0.0185 0 -0.2737 0

17 Abdi Bangsa Tbk 0.8539 0.6781 0.7731 0.4599 0.0103

18 Ratu Prabu Energi Tbk 1.8206 0.4186 0.245 2.0055 0.0819 19 United Tractors Tbk 1.5659 0.352 1.2567 13.0451 0.1038 20 Central Proteinaprima

Tbk

0.7263 0.6936 0.7404 -8.6724 -0.1171 21 Indonesia air transport

Tbk

0.7725 0.695 0.3617 -6.6772 -0.0486 22 Star pacific Tbk 12.5053 0.0875 0.0851 -17.0438 -2.002

23 Indoexchange Tbk 3.9604 0.6957 0.2005 0.205 0.0102

24 Berlian Laju Tanker Tbk 1.5029 0.7201 0.1078 0.7506 0.0697 25 Matahari Department

Store Tbk

0.9175 2.1156 1.9405 19.2202 0.0991 26 Excelcomindo Pratama

Tbk


(5)

Rasio Perusahaan yang Tidak Melakukan Right issue Tahun 2007 -2009

No Perusahaan CR DR TATO ROA NPM

1 Atlas Resources Tbk 0.83 0.3 1.3 3.52 0.03 2 Inti Agri Resources Tbk 8.86 0.01 0.07 -2.19 -0.34 3 Indo Acidatama Tbk 1.71 0.47 0.85 6.13 0.07 4 Sierad Produce Tbk 2.02 0.28 1.98 2.27 1.15 5 Sorini Agro Asia Corporindo

Tbk

1.54 0.41 1.17 12.48 0.11 6 Indomobil Sukses

Internasional Tbk

0.93 0.87 1.36 2.32 0.02 7 Praisdha Aneka Niaga Tbk 0.51 1.56 1.68 9.18 0.05 8 Intiland Development Tbk 0.45 1.33 0.18 1.2 0.07 9 Indopoly Swakarsa Industry

Tbk

0.52 0.82 0.73 0.05 0.08 10 Indosat Tbk 0.52 0.65 0.37 6.52 0.04 11 Ultra Jaya Milk Tbk 2 0.35 0.94 5.35 5.71 12 Bumi Serpong Damai Tbk 2.66 0.37 0.21 5.66 0.16 13 Mustika Ratu Tbk 7.61 0.13 0.96 6.32 0.66 14 Duta Graha Indah Tbk 1.53 0.5 0.69 3.6 0.05 15 Bumi Citra Permai Tbk 9.08 5.03 0.44 9.71 0.22 16 Lippo Cikarang Tbk 4.78 0.66 0.24 3.91 0.16 17 Fortune Indonesia Tbk 1.63 0.62 1.77 3.49 0.02 18 Radiant Utama Interinsco Tbk 1.5 0.64 1.76 2.06 0.01 19 AKR Corporindo Tbk 1.2 0.63 1.35 3.5 0.23 20 PT. BW Plantation Tbk 1.27 0.58 1.92 9.17 0.34 21 Arpeni Pratama Ocean Line

Tbk

0.2 1.15 1.02 -29.72 -1.78 22 Indosiar Karya Media Tbk 0.62 0.85 0.96 -10.81 -0.11 23 Dyaviacom Intrabumi Tbk 0.1 0.25 1.073 4.08 0.38 24 Rig Tenders Tbk 1.37 -1.53 0.56 -0.05 -0.09 25 Sumber Alfaria Trijaya Tbk 0.83 0.71 3.63 7.19 0.2 26 Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.96 0.41 0.7 10.6 0.22


(6)

Lampiran 4

Right issue

No. KODE TAHUN Nama Perusahaan Right Issue

1 CITA 2007 Cita Mineral Investindo Tbk 4156.82 2 DSFI 2007 Dharma Samudera Fishing Industries -88.40 3 BUDI 2007 Budi Acid Jaya Tbk 295.19 4 CPIN 2007 Charoen Pokphand Indonesia Tbk 364.72 5 BRPT 2007 Barito Pacific Tbk 513.22

6 GJTL 2007 Gajah Tunggal Tbk 31.56

7 ADES 2007 Ades Waters Indonesia Tbk -3138.26 8 KPIG 2007 Global land Development Tbk 1686.23 9 FPNI 2007 Titan Kimia Nusantara Tbk 1995.69 10 BTEL 2008 Bakrie Telecom Tbk 247.38 11 AISA 2008 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 504.89

12 DUTI 2008 Duta Pertiwi Tbk 66.39

13 TCID 2008 Mandom Indonesia Tbk 56.09 14 SSIA 2008 Surya semesta Internusa Tbk 60.53 15 LCGP 2008 Laguna Cipta Griya Tbk 279.06 16 CKRA 2008 Citra Kebun Raya Agri Tbk 2372.87

17 ABBA 2008 Abdi Bangsa Tbk 37.88

18 ARTI 2008 Ratu Prabu Energi Tbk 638.99 19 UNTR 2008 United Tractors Tbk 251.85 20 CPRO 2008 Central Proteinaprima Tbk 110.16 21 IATA 2008 Indonesia air transport Tbk -28.39 22 LPLI 2009 Star pacific Tbk 19126.20 23 INDX 2009 Indoexchange Tbk -1887.90 24 BLTA 2009 Berlian Laju Tanker Tbk -99.97 25 LPPF 2009 Matahari Department Store Tbk -5812.74 26 EXCL 2009 Excelcomindo Pratama Tbk 206.68