ARGUMEN DALAM BAHASA JERMAN DAN PERAN YA

ARGUMEN DALAM BAHASA JERMAN DAN PERAN YANG
DISANDANGNYA

Edy Hidayat
Jurusan Sastra Jerman Fak. Sastra Universitas Negeri Malang

Abstract: Sentences consist of some constituents. The non predicative constituents
of the sentences are called argument. Arguments in German are not only analyzed
through their functions (subject, object etc.) but also through their roles, which is
known as semantic role. The role of each argument in German sentences is different.
It depends on the verbs. This article describes the variety of semantic roles of each
argument, which are caused by the inherent meaning of the verb, so that the
differences will be seen clearly even though the cases and the functions in the
sentences are equal.
Keywords: argument, role, verbs, German

Selama ini, kajian kalimat acapkali hanya
ditinjau dari fungsi dan kategori. Fungsi
sintaksis membahas subjek, objek, predikat
dan sebagainya dalam suatu kalimat
sedangkan kategori membahas kelas kata

seperti verba, nomina, ajektiva, dan sebagainya. Sebuah kasus dalam bahasa Jerman
dapat dengan mudah ditentukan fungsinya
dalam kalimat dilihat dari bentuk artikelnya.
Kasus nominati, misalnya, dapat dipastikan
mempunyai fungsi subjek sedangkan kasus
accusativ dan dativ berfungsi sebagai objek.
Kajian tentang peserta/komponen kalimat apa saja yang harus hadir dalam sebuah
kalimat dan hal-hal yang menuntut kehadiran peserta/komponen tersebut sangat jarang dibicarakan. Hal lain yang juga menarik untuk dibahas adalah peran, yaitu kajian
semantis dari masing-masing argumen dalam kalimat. Bagaimanakah peran masingmasing argumen dalam bahasa Jerman?
Apakah dapat dipastikan apabila kasusnya

sama maka perannya pun sama? Dalam
artikel ini, dipaparkan bagaimana perilaku
verba dan peran tiap argumen dalam bahasa
Jerman. Peran, terjemahan dari role,
memang lebih banyak berurusan dengan
makna sehingga bahasan mengenai kedua
tataran bahasa, yaitu sintaksis dan semantik
tidak dipisah dalam tulisan ini.
Dalam linguistik, argumen dipahami sebagai bagian kalimat yang mengisi tempat

kosong yang terbuka yang disebabkan oleh
predikat karena tuntutan valensinya. Argumen tersebut menyandang peran semantik
(agens, patiens dan sebagainya). Istilah lain
untuk argumen adalah Mitspieler, Aktant,
Ergänzung, dan Partizipant (http://de.wikipedia.org/wiki/Argument/online). Sementara itu, menurut Kridalaksana (2001:17),
argumen adalah nomina atau frasa nominal
yang bersama-sama predikator membentuk
proposisi. Dalam Bußmann (2002:93),
in der Formalen Logik
dikatakan,
31

32 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

Terminus zur Bezeichnung der Leerstellen
eines Prädikats bzw. einer Funktion. Je
nachdem, wie viele Argumente ein Prädikat
verlangt, bezeichnet man es als ein-, zweioder dreistellig . Argumen merupakan
penanda tempat kosong yang disediakan
oleh sebuah predikat.

VERBA BAHASA JERMAN
Verba dalam kalimat bahasa Jerman
mempunyai peran yang penting. Komponen-komponen yang hadir dalam sebuah
kalimat sangat tergantung pada verbanya.
Menurut Gross (1988:84), verba merupakan
pusat kalimat dan memerlukan pelengkap
agar dapat membentuk sebuah kalimat.
Drosdowski (1995:89) juga memberi definisi verba, yaitu kata yang mengungkapkan
kegiatan, kejadian atau keadaan, seperti
bauen membangun , fallen jatuh , regnen
hujan , verblühen menjadi layu dan sebagainya. Sementara itu, Kridalaksana (2001:
76) berpendapat bahwa secara umum verba
dapat diidentifikasikan dan dibedakan dari
kelas kata lain karena ciri-ciri berikut ini:
(1) kata kerja berfungsi utama sebagai
predikat atau sebagai inti dari predikat
dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain; (2) kata kerja mengandung makna dasar perbuatan (aksi) proses
atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
Helbig dan Buscha (2005:68) menggolongkan verba ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu semantis, sintaktis, dan morfologis.

Aspek semantis terdiri atas Tätigkeitsverben, Vorgangsverben, dan Zustandsverben. Tätigkeitsverben (verba yang menyatakan aksi), yaitu verba yang subjek
pelakunya (agen) melakukan perbuatan dan
tindakan secara aktif,
misalnya verba
arbeiten
bekerja , zerbrechen
memecahkan dan sebaginya, Vorgangsverben
(verba yang menyatakan proses), yaitu
verba yang menunjukkan suatu perubahan,
suatu proses yang dialami oleh subjek dan
mengubah keadaan atau sifat subjek ter-

sebut, misalnya verba erfrieren membeku ,
verblühen menjadi layu , fallen jatuh , dan
Zustandsverben (verba keadaan), yaitu
verba yang menyatakan keadaan, eksistensi,
sesuatu yang tetap dan subjeknya tidak
berubah, misalnya sich befinden berada ,
liegen terletak , sein berada dan sebagainya.
Aspek sintaktis verba dibedakan berdasarkan peran gramatikal dan hubungan subjek dan objek. Berdasarkan peran gramatikal, dibedakan atas empat hal. Pertama,

Vollverben, verba yang dapat berdiri sendiri
sebagai predikat, misalnya gehen pergi ,
machen melakukan dan sebagainya. Kedua, Hilfsverben, (verba bantu), yaitu verba
yang membutuhkan verba lain, pada umumnya untuk menentukan kala. Dalam kalimat,
verba itu tidak menyandang makna, misalnya verba haben, sein, werden dan sebagainya. Ketiga, Modalverben, yaitu verba
yang kehadirannya menuntut kehadiran verba lain dalam bentuk infinitif, misalnya müssen harus , können dapat , dan sebagainya. Keempat, Funktionsverben, yaitu verba
yang dalam pembentukannya membutuhkan Verbalsubstantiven, yaitu kata benda
yang dibentuk dari kata kerja. Dalam kalimat, makna utama disandang oleh nominanya sedangkan Funktionsverben tidak
menyandang makna, misalnya Entscheidung keputusan treffen bertemu menjadi
mengambil keputusan .
Sementara itu, berdasarkan hubungan
subjek dan objek dibedakan atas dua hal.
Pertama, Reflexive Verben, yaitu verba yang
pronomina refleksifnya (sich, mich dsb.)
berhubungan dengan subjek kalimat. Pronomina refleksif bersifat identik dengan subjek kalimat. Kedua, Reziproke Verben, yaitu verba yang menandakan adanya hubungan timbal balik antara subjek dengan objek
(biasanya verba ini diikuti oleh pronomina
seperti sich, mich dsb.)
Aspek hubungan morfologis verba terdiri atas tiga kategori. Pertama, verba asal
(ursprüngliche Verben), misalnya verba


Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 33

fallen jatuh , fahren pergi , dan sebagainya. Kedua, verba yang dibentuk melalui
proses pengalihan dari kata lain (abgeleitete
Verben), misalnya arbeiten (Arbeit), hausen
(Haus), dan sebagainya. Ketiga, verba yang
dibentuk melalui penambahan kata lain
(zusammengesetzte Verben), misalnya teilnehmen, haushalten, radfahren, dan sebagainya.
Vollverb dan Kopulaverb menuntut kehadiran komponen-komponen kalimat tertentu. Perilaku verba seperti itu oleh Tesniere (dalam Pittner dan Bergman, 2001:
143) disebut valensi, yaitu verba membuka
tempat-tempat kosong yang dapat diisi
oleh komponen kalimat tertentu. Komponen-komponen kalimat yang mengisi posisi
valensi sebuah verba tersebut mempunyai
fungsi sebagai pelengkap (Ergänzung) dari
sebuah verba.
Pelengkap (Ergänzung) vs Keterangan
(Angabe)
Sering kali pemahaman tentang istilah
pelengkap atau Ergänzung tertukar dengan
istilah keterangan Angabe, bahkan ada yang

menganggap keduanya sama. Sebenarnya,
kedua istilah tersebut merupakan dua hal
yang berbeda. Dalam tataran sintaksis, pelengkap berfungsi melengkapi kalimat. Bila
dalam suatu kalimat (yang membutuhkan
pelengkap) tidak terdapat pelengkap, kalimat tersebut belum lengkap. Oleh karena
itu, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, sedangkan keterangan merupakan
informasi tambahan yang bila dihilangkan
tidak menjadikan sebuah kalimat salah
secara gramatikal. Kridalaksana (2001:114)
Ergänzungen
E0 Nominativ-E
E1 Akkusativ-E.
E2 Genitiv-E
E3 Dativ-E
E4 Präpositiv-E
E5 Situativ-E
E6 Direktiv-E

Beispiele
Ich schlafe.

Ich sehe ihn
Ich gedenke seiner.
Ich danke ihr.
Ich denke an dich.
Ich wohne hier.
Ich fahre dorthin.

mengemukakan bahwa pelengkap (juga
disebut komplemen) adalah kata atau frasa
yang secara gramatikal melengkapi kata
atau frasa lain dengan menjadi subordinat
padanya. Adapun keterangan, masih menurut Kridalaksana (2001:107), adalah kata
atau kelompok kata yang dipakai untuk
meluaskan atau membatasi makna subjek
atau predikat dalam klausa. Untuk lebih
jelasnya kita lihat kalimat berikut.
Wir wollen dir zum Geburtstag ein
Fahrrad
schenken.
Kami

ingin
menghadiahimu sebuah sepeda pada hari
ulang tahunmu .

Pada kalimat tersebut, dir dan ein Fahrrad
merupakan Ergänzung. Untuk mengujinya,
bila kedua kata/frasa tersebut dilesapkan
menjadi Wir wollen zum Geburtstag schenken, kalimat tersebut menjadi tidak berterima. Sedangkan frasa zum Geburtstag merupakan Angabe, yang bila dilesapkan tidak
akan mengaburkan makna kalimat tersebut.
Häussermann (1992:194) secara jelas
memaparkan perbedaan antara pelengkap
dan keterangan. Pelengkap tergantung pada
verba, hampir selalu obligatoris, dan
maknanya mengacu pada verba. Adapun
keterangan kehadirannya tidak tergantung
pada verba, selalu fakultatif, dan maknanya
mencakup keseluruhan kalimat.
Verba menyediakan tempat-tempat kosong yang dapat diisi oleh pelengkap. Gross
(1988:90) mengklasifikasi pelengkap ke
dalam 10 jenis E(rgänzung), yaitu E0-E9.

Keterangan lebih lanjut mengenai E0-E9
adalah sebagai berikut.

Traditionalgram.
Sub. (subjek)
Akk.obj (objek akusatif)
Gen.obj.(objek genitif)
Dat.obj. (objek datif)
Präp.obj.(objek berpreposisi)
Adv. Best. (ket. Situatif)
Adv. Best. (ket. Direktif)

34 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

E7 Subsumtiv-E
E8 Qualitativ-E
E9 Verbativ-E

Ich bin Lehrer.
Ich bin krank.

Ich lasse bitten.

Senada dengan pandangan Gross, Helbig dan Buscha (2005:28) menjelaskan
bahwa pelengkap yang diperlukan kata
kerja untuk dapat membentuk sebuah
kalimat yang utuh bermacam-macam. Kata
kerja memerlukan sejumlah pelengkap yang
berbeda-beda agar kata kerja tersebut dapat
merealisasikan maknanya dan sebuah kalimat akan terbentuk dengan utuh.
Valensi Sintaksis Verba Bahasa Jerman
Menurut Tesniere (1959), Istilah valensi
pada awalnya berasal dari istilah kimia yang
menggambarkan bagaimana kemungkinan
penggabungan bahan-bahan tertentu dengan
bahan-bahan lain (dalam Pittner 2001). Salah satu dari inti pemikirannya antara lain
adalah bahwa subjek merupakan pelengkap
verba. Sementara itu, menurut Bußmann
(2002:727), valensi adalah perilaku sebuah
leksem (misalnya verba, ajektiva, atau
nomina) untuk membentuk lingkungan
sintaksisnya dan menyediakan tempat untuk
konstituen lain yang dibutuhkan kalimat
yang berhubungan dengan ciri gramatikalnya.
Valensi menyediakan tempat untuk diisi
oleh peserta kalimat. Jumlah dan jenis
peserta yang dibutuhkan tergantung pada
perilaku verbanya. Peserta-peserta kalimat
tersebut disebut Aktanten, Ergänzungen,
Mitspieler, atau Argumente. Pittner dan
Bergman (2001;44) mengemukakan bahwa
verba-verba dapat digolongkan menurut
kemungkinan adanya satu, dua, tiga, atau
empat peserta nominal, yang dikenal
dengan istilah valensi . Untuk lebih jelasnya, kita lihat kalimat berikut, yang
penandaan pelengkapnya menggunakan
klasifikasi Ergänzung (E0-E9) dari Gross
seperti yang telah dipaparkan di atas.
Pertama, verba bervalensi nol (0-wertige
Verben)

Präd. Nomen (pel. Predikat)
Prädikativum (pel. Predikat)
Inf. konstr. (konstruksi infinitif)
1)
2)

Es regnet. (hari) hujan
Es donnert. petir

Witterungsverben seperti regnen, schneien,
donnern, dan sebagainya sebenarnya tidak
membutuhkan subjek, dalam hal ini agen,
dan oleh karena itu digolongkan ke dalam
verba bervalensi 0. Akan tetapi, karena
tuntutan gramatikal bahwa sebuah kalimat
paling tidak memiliki sebuah subjek dan
predikat, muncullah pronomina es yang
berfungsi sebagai subjek.
Kedua, verba bervalensi satu (1-wertige
Verben),
3)

4)

Hans schläft. Hans tidur .
Die Blume blüht auf. Bunga itu mekar .

Verba-verba seperti schlafen,
tidur ,
niesen, bersin aufblühen mekar dan
sebagainya membutuhkan satu pelengkap,
yaitu subjek. Hans dan die Blume (E0) pada
kalimat 3) dan 4) merupakan subjek yang
menjadi pelengkap verba schlafen dan
aufblühen. Verba-verba tersebut tidak
membutuhkan objek dan oleh karena itu
digolongkan ke dalam verba bervalensi 1.
Ketiga, Verba bervalensi dua (2-wertige
Verben)
5)

Er trinkt ein Glas Wein. Ia meminum
segelas anggur .
6) Sein Erfolg beruht auf harter Arbeit.
Keberhasilannya adalah karena kerja
kerasnya

Verba-verba seperti trinken,
minum
beruhen berlandaskan dan sebagainya seperti pada kalimat 5) dan 6) di atas membutuhkan 2 pelengkap, yaitu subjek er dan
sein Erfolg (E0) serta objek ein Glas Wein
(E1) dan auf harter Arbeit (E4). Pelengkappelengkap tersebut muncul karena tuntutan
verba trinken dan beruhen sehingga
digolongkan ke dalam verba bervalensi 2.

Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 35

Keempat, verba bervalensi tiga (3-wertige
Verben)
Das Mädchen gibt dem Verkäufer das
Geld. Gadis itu memberikan uang kepada
pen-jual .
8) Sie sagte ihm die Wahrheit. Ia
mengatakan kepadanya yang sebenarnya .
9) Hans stellt das Bier in den Kuhlschrank.
Hans menyimpan bir itu di dalam lemari
es .
7)

Verba-verba seperti geben, memberi ,
sagen, mengatakan , dan stellen menyimpan pada kalimat 7), 8), dan 9) di atas
membutuhkan 3 pelengkap. Verba geben
dan sagen menuntut kehadiran subjek das
Mädchen dan sie (E0), objek dem Verkäufer
dan ihm (E3), serta das Geld dan die
Wahrheit (E1). Sementara verba stellen pada 9) tidak membutuhkan objek (E3). Karena perilakunya yang berbeda, verba tersebut
hanya membutuhkan kehadiran subjek Hans
(E0), objek das Bier (E1) dan in den
Kuhschrank (E6) yang menyatakan arah/direktiv.
Kelima, verba bervalensi empat (4-wertige
Verben)
10)

Die Mutter bringt dem Jungen das
Frühstück ans Bett. Ibu membawakan
anaknya sarapan ke tempat tidur .
11)
Die Firma lieferte dem Kunden das
Paket ins Haus. Firma itu mengirimi
pelanggan-nya paket ke rumah .

Verba-verba seperti bringen membawa ,
liefern mengirim dan sebagainya membutuhkan dua pelengkap, yaitu subjek die
Mutterr dan die Firma (E0), objek dem
Jungen dan dem Kunden (E3) serta das
Frühstück dan das Paket (E1), dan Adverbial Bestimmung ans Bett dan ins Haus
(E6). Pelengkap E6 muncul karena makna
inheren verba bringen dan liefern menuntut
kehadiran Direktiv Ergänzung.
Pada umumnya, setiap verba dapat
dipastikan mempunyai valensi tertentu.
Namun demikian ada pula verba bahasa Jerman yang mempunyai beberapa valensi

(http://de.wikipedia.org/wiki/Satzsemantik/
online). Verba reden berbicara , misalnya,
dapat digolongkan ke dalam verba bervalensi satu, dua, dan tiga.
reden1 (einwertig):
Sie
redet.
(E0) ia
berbicara
reden2 (zweiwertig): Er
redet
Unsinn.
(E0+E1 : Redeinhalt) ia berbicara tanpa arti
reden3 (zweiwertig): Sie redete mit Charme.
(E0+E4:Redeweise) ia
berbicara
dengan
menawan
reden4 (zweiwertig): Er redet mit allen.
(E0+E4:
Angeredeter) ia
berbicara
dengan
semua orang .
reden5 (zweiwertig): Sie
redete
über
Literatur.
(E0+E4:
Redethema) ia
berbicara
tentang
literatur
reden6 (dreiwertig):
Er redete mit jedem
über Gott und die Welt.
(E0+E4+E4) ia
berbicara dengan setiap
orang
tentang
ketuhanan dan dunia .

Dari beberapa contoh tersebut, dapat
dipa-hami bahwa valensi merupakan
kapasitas sebuah verba menuntut kehadiran
kom-po-nen tertentu dalam sebuah kalimat.
Lebih konkretnya adalah bagaimana verba
mem-butuhkan pelengkap-pelengkap tertentu dalam kalimat. Tiap verba menuntut
kehadiran pelengkap-pelengkap tertentu
agar terben-tuk sebuah kalimat yang utuh.
Jenis dan jumlah pelengkapnya tergantung
pada peri-laku verbanya.
Valensi sintaksis secara umum dapat
dipahami bahwa sebuah verba bukan hanya
menyediakan sejumlah tempat kosong tertentu, melainkan juga menetapkan argumenargumen dengan peran semantis tertentu.
Pada verba seperti essen makan misalnya,
peran kedua argumennya jelas berbeda.
Subjek yang mengacu pada argumen aktif
disebut agens, sementara objek akusatif

36 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

menunjukkan argumen pasif, yang merupakan objek dari tindakan tersebut disebut patiens.
Peran Semantis Verba Bahasa Jerman
Sebelum berbicara mengenai peran, ada
baiknya kita pahami dulu tentang istilah
semantik. Menurut Verhaar (1999:386)
semantik berarti teori makna atau teori arti,
yakni cabang sistematik bahasa yang
menyelidiki makna atau arti. Adapun Kridalaksana (2001:193) mengemukakan bahwa
semantik adalah sistem dan penyelidikan
makna dan arti dalam suatu bahasa atau
bahasa pada umumnya. Dari kedua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
semantik adalah ilmu makna.
Menurut Kridalaksana (2001: 168),
peran adalah hubungan antara predikator
dengan sebuah nomina dalam proposisi
sedangkan Verhaar (1999,167) berpendapat
bahwa pe-ran merupakan segi semantis dari
peserta-peserta verba. Sebelum membahas
peran masing-masing argumen dalam
kalimat, kita lihat lebih dahulu contoh
sederhana berikut:
(12) Der Kommissar verhaftete den Polizisten.
Komisaris menangkap polisi .
(Täter (pelaku): der Kommissar, Erleider
(penderita): der Polizist)
(13) Der Polizist verhaftete den Kommissar.
Polisi menangkap komisaris .
(Täter (pelaku): der Polizist, Erleider
(penderita): der Kommissar)

Dalam tata bahasa tradisional, kita
mengenal istilah pelaku dan penderita. Der
Kommis-sar pada (12) merupakan pelaku
(Täter) karena berfungsi sebagai subjek
sementara den Polizisten adalah objek
penderita (Erleidiger), sedangkan kalimat
(13) merupakan kebalikannya. Pelaku dan
penderita seperti pada contoh tersebut
adalah yang kita pahami sebagai peran
semantis. Berikut kita periksa peran
semantis masing-masing argumen dalam
kalimat bahasa Jerman.

Agens
Agens adalah yang melakukan tindakan
atau yang menyebabkan perubahan keadaan/peristiwa (Verursacher eines Gesehens)
yang kita kenal dengan istilah pelaku .
(14) Hans liest. Hans membaca .
(15) Eva arbeitet zu viel. Eva bekerja terlalu
keras .

Hans dan Eva pada kalimat (14) dan (15)
merupakan argumen yang berperan sebagai
Agens karena melakukan tindakan.
Patiens (atau theme )
Patiens adalah peran argumen yang
dikenai perlakuan atau yang digerakkan
atau yang mengalami perubahan keadaan,
yang dikenal dengan penderita .
(16) Peter öffnet die Tür.
ka pintu
(17) Karla näht ein Kleid.
sebuah baju

Peter membuKarla menjahit

Pada kalimat (16) dan (17) yang mempunyai peran Patiens adalah die Tür pintu
dan ein Kleid sebuah baju karena dikenai
perlakuan yang dilakukan Agens, yaitu
Peter dan Karla.
Rezipient
Rezipient
adalah
menerima tindakan.

sesuatu

yang

(18) Eva schickt dem Otto eine Mail. Eva
mengirimi Otto sepucuk surat .
(19) Peter schenkte seiner Freundin ein Auto.
Peter menghadiahi pacarnya sebuah
mobil .

Dem Otto dan seiner Freundin pada pada
kalimat (18) dan (19) mempunyai peran
Rezipient kerena menerima tindakan Eva
dan Peter yang disebabkan oleh verba
schicken mengirim dan schenken menghadiahi .

Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 37

Experiencer
Experiencer atau pengalaman adalah
yang mengalami proses mental atau emosional dari suatu tindakan (Träger eines mentalen oder emotionalen Prozesses).

(24) Suppe isst man mit dem Löffel. Sup
dimakan dengan menggunakan sendok .

Dalam kalimat (24) dem Löffel sendok
jelas menyatakan alat yang digunakan untuk
makan.

(20) Eva hasst Spinnen. Eva membenci labalaba .
(21) Dem Theaterbesucher gefällt die
Aufführung. Pengunjung teater menyukai
pertunjukan itu .

Benefaktiv (Benefizient).

Eva dan dem Theaterbesucher pada kalimat
(20) dan (21) merupakan Experiencer. Verba hassen membenci membuat Eva melibatkan emosinya sehingga Eva menyandang peran Experiencer, begitu pula dengan
dem Theaterbesucher yang disebabkan oleh
verba gefallen menyukai . Sesuatu yang
memengaruhinya
menyandang
peran
Stimulus. Karena verba hassen dan gefallen,
subjek pada kedua kalimat tersebut bukan
merupakan agens.

(25) Sie öffnet ihm die Tür. Ia (pr) membukakan
pintu untuknya (lk) .

Stimulus

(26) Toba See liegt in Nord-Sumatra. Danau
Toba terletak di Sumatera Utara .
(27) Frau Weber wohnt in Hamburg. Nyonya
Weber tinggal di Hamburg .

Stimulus merupakan penyebab timbulnya perasaan mental dan emosional yang
dirasakan oleh Experiencer/pengalam (Auslöser eines solchen Prozesses).
(22) Klatschgeschichten interessieren Katrin.
Gosip menarik perhatian Katrin
(23) Den Zuschauern gefiel die Aufführung.
Penonton menyukai pertunjukan itu .

Klatschgeschichten dan die Aufführung
pada (22) dan (23) merupakan stimulus. Kedua argumen tersebut merangsang timbulnya perasaan emosi Katrin dan den
Zuschauern karena pengaruh verba
interessieren menarik (perhatian) dan
gefallen menyukai .
Instrument
Instrument adalah peran yang menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan
suatu tindakan (das Mittel, mit dem eine
Aktivität ausgeführt wird).

Benefaktiv adalah orang yang menikmati hasil perbuatan (Nutznießer einer Handlung), seperti pada kalimat berikut.

Pada kalimat (25) ihm merupakan benefizient karena karena ia menikmati perlakuan
verba öffnen membuka yang dilakukan
orang (sie) untuknya.
Lokation (Position eines Dinges).
Lokation adalah peran yang menyatakan
letak sesuatu, seperti yang ditunjukkan oleh
kalimat berikut.

Frasa in Nord-Sumatra dan in Hamburg
pada kalimat (24) dan (25) merupakan lokation karena menyatakan makna tempat.
Lokation sangat erat hubungannya dengan
makna yang dikandung oleh verba seperti
liegen terletak dan wohnen tinggal yang
menuntut kehadiran argumen yang menyatakan tempat.
Source
Source adalah peran yang menyatakan
sumber dari mana sesuatu berasal. (Ausgangpunkt).
(28) Valentino Rossi kommt aus Italien.
Valentino Rossi berasal dari Italia

Argumen aus Italien pada kalimat (28)
merupakan source yang menyatakan tempat
asal subjek, dalam hal ini Valentino Rossi.

38 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

Argumen tersebut muncul karena tuntutan
verba kommen berasal . Verba lain yang
menuntut kehadiran argumen yang menyatakan asal seperti ini antara lain adalah
stammen berasal .
Path dan Goal
Dalam kalimat (29) berikut terlihat
perbedaan antara peran Path (Weg) dan
Goal (Ziel einer Bewegung).
(29) Er geht zum Markt durch den Park. Ia
pergi ke pasar melalui taman .

Path adalah peran yang menyatakan jalan
atau jejak seperti durch den Park melalui
taman pada kalimat (29). Sedangkan zum
Markt pasar merupakan goal, yang
menunjukkan tujuan (arah) dari suatu
gerakan/tindakan.
Possessor
Possessor adalah peran yang menyatakan pemilik (Der Besitzer einer Entität)
seperti terlihat pada kalimat berikut.
(30) Hans hat einen Hund. `Hans mempunyai
seekor anjing .

Hans pada (30) merupakan subjek kalimat
dan menyandang peran possessor. Argumen
lain yang harus hadir karena adanya verba
haben adalah einen Hund. Peran itu tidak
terlepas dari verba yang mempunyai makna
milik seperti haben dan gehören.
Extent
Extent adalah peran yang menyatakan
jangka waktu seperti viele Jahrzehnte atau
luasnya tempat/jarak, seperti sieben Kilometer.
(31) Er lief zwei Kilometer. Ia berjalan sejauh
dua kilo meter .
(32) Das Seminar dauerte vier Stunden.
Seminar itu berlangsung selama empat
jam .

Zwei Kilometer dua kilometer pada (31)
menunjukkan jarak dan vier Stunden empat

jam pada (32) menyatakan jangka waktu
yang disebabkan oleh verba laufen berjalan dan dauern berlangsung . Oleh karena itu kedua argumen tersebut menyandang
peran Extent.
Dari paparan tersebut, dapat dipahami
bahwa peran semantis adalah makna argumen yang ditimbulkan oleh verba sehingga
makna itu berakar pada verba. Agar lebih
jelas, berikut dipaparkan beberapa contoh
kalimat yang mengandung berbagai
argumen dengan peran-peran yang telah
dibahas, yaitu Agens (AG), Patiens (PAT),
Instrument (INST), Experiencer (EXP),
Recipient (REC), Benefaktiv (BEN),
Lokation (LOC), Source (SOURCE), Path
(PATH), Goal (GOAL), Possesor (POSS),
dan Extent (EXT).
(33) Die Hitze (AG) schmolz das Wachs (PAT).
Panas melelehkan lilin itu .
(34) Die Leute (AG) lachten. Orang-orang
tertawa .
(35) Das Wachs (PAT) schmolz. Lilin
meleleh .

Kalimat (33), dan (34), subjeknya jelas
mempunyai peran AG karena subjeknya
melakukan sebuah tindakan dan objeknya
adalah PAT karena dikenai perlakuan AG.
Bandingkan (33) dan (35), das Wachs tetap
mempunyai peran yang sama, yakni PAT
meskipun fungsinya berbeda. Hal yang
sama juga ditunjukkan oleh der Baum pada
(36) dan (37).
(36) Der Baum (PAT) fiel. Pohon itu tumbang .
(37) Er (AG) fällte den Baum (PAT) mit diesem
Schweizer Offiziersmesser (INST). ia memotong pohon itu dengan pisau Swiss
(38) Karl (EXP) liebt Kautabak. (STIM) Karl
menyukai tembakau kunyah .
(39) Karl (AG) beobachtete Eva. (PAT) Karl
mengamati Eva .

Kalimat (38) dan (39) sama-sama terdiri
atas kasus nominatif dan akusatif, tetapi
menggunakan verba yang berbeda sehingga
argumennya menyandang peran yang berbeda. Subjek pada (38) bukan AG,

Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 39

melainkan EXP karena verba lieben
melibatkan perasaan emosi subjek sehingga
objeknya
mempunyai
peran
STIM,
sedangkan Karl pada (39) merupakan AG
karena verba beobachten.

(49) Der Baum (PAT) wurde von dem Förster
(AG) gefällt. pohon itu ditebang oleh penjaga
hutan .

(40) Hans (AG) schenkte dem Hund (REC)
einen Knochen (PAT). Hans menghadiahi
anjing itu sepotong tulang .
(41) Hans (AG) schoß dem Hund (BEN) eine
Wildgans (PAT). Hans menembak seekor
angsa liar untuk anjing itu .
(42) Anna (AG) vermachte ihr Geld (PAT) dem
Institut für Sprachwissenschaft (REC).
Anna mewariskan uangnya kepada Institut
Ilmu Bahasa .

Dari paparan tersebut terlihat jelas
bahwa argumen hadir karena tuntutan
verba. Tiap verba menuntut kehadiran
argumen tertentu agar terbentuk sebuah
kalimat yang utuh. Jenis dan jumlah
argumennya tergantung pada perilaku
verbanya. Valensi sintaksis secara umum
dapat dipahami bahwa sebuah verba tidak
hanya menyediakan sejumlah tempat kosong tertentu, melainkan juga menetapkan
argumen-argumen dengan peran semantis
tertentu. Tidak semua subjek menyandang
peran sebagai agens, begitu pula dengan
objek, tidak selalu menyandang peran
patiens. Meskipun sama-sama mem-punyai
fungsi sebagai objek datif atau aku-satif,
perannya sangat mungkin berbeda. Nomina
atau frasa nominal yang menya-takan
tempat tidak selalu berperan lokatif, tetapi
juga dapat berperan sebagai goal, source
atau path. Subjek pada konstruksi kalimat
pasif mempunyai peran patiens karena
dikenai perlakuan dan frasa nomina dengan
von mempunyai peran agens (als der Täter).
Perbedaan peran tersebut, meskipun
mempunyai fungsi dan kasus yang sama,
dipengaruhi oleh makna inheren verba.

(43) Sie (AG) tat es für Peter (BEN).

Objek datif pada (40) adalah REC karena
menerima perlakuan AG, tetapi datif pada
(41) bukan merupakan REC, melainkan
BEN karena diuntungkan oleh perlakuan
AG. Adapun BEN pada (43) cukup jelas .
(44) Madagaskar (AG) liegt im indischen
Ozean (LOC). Madagaskar terletak di
Lautan India .
(45) Vasco da Gama (AG) fuhr von Portugal
(SOURCE) um die afrikanische Küste
(PATH) nach Indien (GOAL). Vasco da
Gama berangkat dari Portugal mengelilingi
pesisir Afrika menuju ke India .

Nomina dan frasa nominal Madagaskar, im
indischen Ozean, von Portugal, um die
afrikanische Küste dan nach Indien samasama menyatakan tempat, tetapi perannya
dapat berupa AG, LOC, SOURCE, PATH
atau GOAL. Hal ini juga disebabkan oleh
verba dan preposisi yang diikuti oleh
nomina tersebut. Bandingkan juga peran
argumen dalam kalimat berikut, yang cukup
jelas perbedaannya.
(46) Bernhard (POSS) hat einen Hund (PAT).
Bernhard mempunyai seekor anjing .
(47) Das Buch (PAT) gehört mir. (POSS)
Buku itu milik saya .
(48) Lola (AG) rannte sieben Kilometer (EXT).
Lola berlari sejauh tujuh kilo meter .

PENUTUP

DAFTAR RUJUKAN
Bußmann, Hadumod. 2002. Lexikon der
Sprachwissenschaft. Stuttgart: Kröner
Verlag.
Droswdowski, Günter. 1995. Grammatik
der deutschen Gegenwartsprache.Duden
Band 4. Mannheim: Duden Verlag.
Gross, Harro. 1988. Einführung in die
germanistische Linguistik. München:
Iudicium Verlag.

40 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

Häussermann, Ulrich. 1992. Grundgrammatik Deutsch. Frankfurt am Main:
Verlag Moritz Diesterweg.
Helbig, Gerald & Joachim Buscha. 2005.
Deutsche Grammatik. Berlin: Langenscheidt.
http://de.wikipedia.org/wiki/Satzsemantik/o
n line. (diakses tanggal 27.11.2007)
http://de.wikipedia.org/wiki/Argument/on
line. (diakses tanggal 2.12.2007)

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pittner, Karin & Judith Bergman. 2001
Deutsche Syntax, Tübingen: Gunter
Narr Verlag.
Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik
Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.