TUGAS KELOMPOK SMESTER 2 MONOPOLI

PENINJAUAN TERHADAP KASUS TINDAKAN MONOPOLI YANG
DILAKUKAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

DOSEN : KADEK ARY PURNAMA DEWI, SH.MH.

Disusun oleh:
NO

NAMA

NIM

1.

IDA AYU NYOMAN RATMIATI

2015.001.2294

2.

I KOMANG JULIHARTA


2015.001.2308

3.

NI KADEK DWIKA SULISTYA

2015.001.2309

4.

NI PUTU ARYA MARLIKAWATI

2015.001.2327

5.

SUHERMAN PRAYUDI

2015.001.2379


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NGURAH RAI
DENPASAR
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
Anugrah-Nya sehingga penulis telah berhasil membuat paper yang berjudul Peninjauan
Terhadap Kasus Tindakan Monopoli Yang Dilakukan Perusahaan Listrik Negara.
Penyusunan paper ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai Mahasiswa berkaitan
dengan Mata Kuliah Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Univesita Ngurah Rai Denpasar.
Sebagai manusia, penulis menyadari sepenuhnya, bahwa terdapat banyak
kekurangan atas penulisan pepar ini, demikian pula dalam penyusunan pepar ini penulis
yakin tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Kadek Ary Purnama Dewi, SH.,MH selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah
Hukum Ekonomi atas waktu dan bimbingan sertaa pemahaman terkait materi
jenis tindakan monopoli yang dilarang di negara Indonesia.

2. Bapak/Ibu dosen dan staf Fakultas Hukum Univesita Ngurah Rai Denpasar.
3. Teman-teman Mahasiswa semester II yang telah banyak memberikan masukan,
motivasi serta dorongan terhadap penyelesaian paper.
4. Serta pihak - pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
kritik dan saran yang bersifatnya membangun sangat dibutuhkan demi peningkatan penulisan
selanjutnya.Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna sebagai bahan
kajian lebih lanjut.

Denpasar,

Juli

Penulis

2016

BAB 1

PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi ini, dimana ilmu teknologi dan pengetahuan semakin berkembang,
dunia usaha dan bisnispun semakin luas dan semakin beraneka ragam dan tidak hanya
terpatok pada pasar nyata tetapi juga pasar abstrak. Pasar nyata itu adalah pasar tempat
bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan transaksi dimana pembeli bisa melihat
kondisi barang secara langsung. Contoh dari pasar nyata adalah pasar tradisional dan
pasar swalayan. Sedangkan pasar abstrak itu sendiri adalah kebalikan dari pasar nyata
dimana pembeli tidak dapat menawar barang-barang yang akan dibelinyaa serta tidak
dapat melihat barang itu secara langsung, dan proses transaksinya hanya dengan
menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar abstrak adalah pasar online, pasar
saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Pasar menurut struktur dibedakan menjadi empat macam yaitu pasar persaingan
sempurna, monopoli, persaingan monopolistik, dan oligopoli. Disini kami berkonsentrasi
kepada pasar monopoli.
Selama kurang lebih 20 tahun terakhir ini, wacana hukum ekonomi ditandai dengan
pro dan kontra tentang monopoli dan persaingan tidak sehat lainnya. Banyak kalangan
yang secara terang-terangan meminta agar Indonesia segera membuat aturan-aturan
dengan melihat pengalaman negara-negara industri yang sudah lama memberlakukannya,

seperti Amerika, Jepang, dan masyarakat Ekonomi Eropa.
Tak bisa dibantah lagi bahwa undang-undang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat itu perlu karena kita tidak ingin perekonomian negara ini
hanya dikuasai oleh segelintir orang atau pengusaha yang memiliki pangsa pasar yang
monopolistis dan persaingan tidak sehat lainnya. Struktur pasar yang demikian itu tidak
hanya merugikan mekanisme pasar, yang seharusnya dituntut oleh kompetensi yang
sehat, tetapi juga akan merugikan pengusaha kecil dan terlebih lagi bagi konsumen.
Konsumen merasakan dampak yang sangat dominan ketika harga yang ditawarkan para

monopolis terlalu tinggi sedangkan produk tersebut sangat dibutuhkan. Pada gilirannya
yang rugi juga para buruh dan negara pasar pada akhirnya tidak dapat berperan optimal.
Dalam jangka panjang, bila semua ini tidak diatasi sedini mungkin maka struktur
perekonomian kita akan diwarnai dengan kesenjangan yang tajamdan tidak sehat. Untuk
itu perlu dan saya rasa sangat perlu sekali adanya campur tangan pemerintah dalam
mengatur pasar monopoli ini. Sebelumnya kita juga perlu mengetahui apakah sebenarnya
pasar monopoli ini, ciri-cirinya, penyebab terjadinya monopoli sehingga kita akan
mendapat sebuah gambaran bagaimana memberikan pengaturan terhadap monopolis
yang ada.
Warga negara Indonesia menganggap bahwa listrik merupakan kebutuhan vital bagi
kehidupannya sehari-hari. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia tidak dapat

terlepas dari listrik. Bahkan di desa terpencil sekalipun saat ini sudah dapat menikmati
fasilitas listrik. Namun kini, Indonesia sedang mengalami krisis listrik. Listrik menjadi
sesuatu yang mahal dan langka disebabkan ketersediaannya yang sangat terbatas. Salah
satu faktor yang menjadi pemicu kelangkaan listrik ini adalah pertumbuhan akan
kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat sementara tidak diimbangi oleh usaha
penyediaan tenaga listrik yang memadai.
PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang memiliki kewajiban untuk menyediakan kebutuhan listrik di
Indonesia. Namun faktanya, masih banyak kasus di mana mereka malah justru
merugikan masyarakat. Di satu sisi kegiatan monopoli mereka dimaksudkan untuk
kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai
UUD 1945 Pasal 33, namun di sisi lain, tindakan PT. PLN ini justru belum atau bahkan
tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat.
Wacana mengenai krisis listrik ini sebenarnya telah muncul sejak awal tahun 2002
atau akhir tahun 2001. Pada waktu itu hingga sekarang muncul pemikiran untuk
keterlibatan pihak swasta terhadap pengelolaan ketenagalistrikan di Indonesia yang

selama ini dimonopoli oleh PLN. Keadaan krisis listrik yang parah ditunjukkan oleh
fenomena listrik padam serentak se-Jawa Bali pada Rabu, 20 Februari 2008 karena
terjadi defisit pasokan listrik hingga 1.044 MW. Saat itu, pemerintah bersiap untuk

mengumumkan keadaan darurat jika defisit mencapai 1.500 MW.
Krisis listrik di Indonesia bisa dikatakan sudah berada dalam tahap yang
mengkhawatirkan. Di beberapa wilayah, tiada hari tanpa pemadaman bergilir. Sistem
Jawa-Bali yang paling maju dan terinterkoneksi juga masih sering mengalami
masalah.Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)
memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk
Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2015.
Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan
Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal
dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih
pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya
gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di
pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap.
Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit
berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara
Karang.Minimnya pasokan listrik sebagian besar dipicu stagnasi produksi PLN. PLN
sebagai pemasok 90% kebutuhan listrik nasional sulit meningkatkan produksi karena
minimnya keuangan perusahaan sehingga sulit diharapkan dapat melakukan ekspansi.
Produksi PLN yang sudah ada juga tidak optimal dan mahal karena sebagian besar
pembangkit sudah tua, boros bahan bakar, kekurangan pasokan energi primer, dan sering

mengalami kerusakan. PLN juga dikenal tidak efisien, seperti susut daya listrik yang
besar, mahalnya harga pembelian listrik swasta, tingginya kasus pencurian listrih hingga
korupsi.
Stagnasi ini juga dipicu oleh pembangunan listrik yang tidak bervisi ke depan akibat
subsidi BBM regresif membuat sebagian besar pembangkit PLN adalah pembangkit

termal yang kini kian mahal. Selain mahal, konversi energi bahan bakar fosil menjadi
listrik juga sangat tidak efisien (hanya sekitar 30%) dan tidak ramah lingkungan.
Hingga kini, sebagian besar produksi listrik nasional masih mengandalkan bahan
bakar fosil. Kodisi PLN yang demikian ini akan menjadi semakin terpuruk apabila tidak
dibenahi, karena permintaan listrik akan terus meningkat seiring dengan pertambahan
penduduk. Pertumbuhan konsumsi listrik diperkirakan 8-10% per tahun hingga 2016.
Dengan demikian krisis yang disebabkan kesenjangan (gap) antara permintaan dan
pawaran sudah terprediksi sejak lama.
Jika tidak ada tambahan kapasitas yang berarti, krisis pada sistem Jawa-Bali dan
sistem interkoneksi Sumatra hanya tinggal menunggu waktu.Beberapa dekade ini, fungsi
PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah. Swasta
diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk
distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN.
Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk

Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission
Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan
masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat
tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
Artinya bahwa pihak swasta sangat dibutuhkan untuk ikut serta dalam usaha
penyediaan tenaga listrik di samping PLN sebagai salah satu pelaksana kegiatan usaha
penyediaan tenaha listrik di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam koridor kepentingan
masyarakat luas terutama dalam hal menetapkan tarif yang dapat dijangkau masyarakat
sesuai dengan kemampuan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat.
Keberadaan PLN saat ini sangat mendominasi dan memonopoli ketenagalistrikan di
Indonesia. Tetapi keberadaannya tersebut malah tidak mampu melayani masyarakat
pengguna listrik tersebut sementara keterlibatan swasta dalam bisnis listrik secara
langsung (menjadi kompetitor PLN) sulit dilakukan karena terdapat preseden putusan

Mahkamah Konstitusi (MK) No. 001-021-022/PUU-I/2003 yang menyatakan bahwa UU
No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan tidak memiliki kekuatan mengikat.
UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan memiliki perbedaan signifikan
dengan UU No. 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan yang lama.[4]Dalam
UU No.20 Tahun 2002 dijelaskan bahwa semua pelaku usaha diberikan kesempatan yang
lebih luas untuk dapat masuk dalam usaha penyediaan tenaga listrik. Selain itu hal yang

cukup berbeda ialah bahwa undang-undang ini telah mengatur hal-hal yang terkait dalam
penerapan kompetisi di wilayah-wilayah tertentu.
Sesungguhnya melalui UU No. 20 Tahun 2002 tersebut akan dimungkinkan
keterlibatan swasta menjadi pelaku usaha yang menyediakan listrik di Indonesia. Telaah
terhadap putusan MK tersebut menjadi menarik dikarenakan secara tidak langsung
mendukung PLN dalam memonopoli ketenagalistrikan di Indonesia padahal secara
prediktif pada tahun 2003 telah tergambar akan adanya krisis listrik disebabkan
kemampuan PLN yang tidak cukup untuk menjamin pasokan listrik se Indonesia. Oleh
karena itu, makalah ini akan mendeskripsikan persoalan monopoli yang dilakukan oleh
PLN dalam perspektif hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
2.

RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan dan mempelajari latar belakang masalah diatas tersebut,
maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kasus tindakan monopoli yang dilakukan Perusahaan Listrik
Negara dalam kurun 1 dekade terakhir ?
2. Apakah upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk menangani dan
mengatasi kekurangan sumber daya ketenagalistrikan di Indonesia agar tidak
menyimpang ?


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.

PEMBAHASAN UMUM TERKAIT KASUS YANG DIANGKAT
1. PENGERTIAN MONOPOLI
Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau segelintir
perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti
yang mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk
dalam bidang industri atau bisnis tersebut. Dengan kata lain, pasar dikuasai oleh satu
atau segelintir perusahaan, sementara pihak lain sulit masuk di dalamnya. Karena itu,
hampir tidak ada persaingan berarti.
Monopoli berasal dari bahasa Yunani, yaitu monos dan polein. Monos berarti
satu, sedangkan polein berarti menjual. Dari arti bahasa itulah pasar monopoli dapat
diartikan sebagai suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang
menguasai pasar atau situasi pasar dimana hanya ada satu penjual produk, dan tidak
ada produk lain yang menjadi pengganti (no substitutes) dari produk yang
diperdagangkan oleh si monopolis (monopolis adalah orang yang menjalankan
monopoli).
Seluruh bagian pasar yang bersangkutan, dia sendirilah yang menguasainya,
dengan perkataan lain, di pasar itu tiada terdapat barang lain yang sejenis, sehingga si

monopolis tidak perlu mempertimbangkan pengaruh perusahaan lain terhadap
ketetapannya mengenai harga maupun jumlah yang diperdagangkan.
Dalam kehidupan perkonomian faktual, jenis pasar monopoli ini sangat jarang
tidak mendapat persaingan dari penjual lain. Meskipun dalam suatu pasar misalnya
hanya terdapat satu penjual sehingga tidak ada pesaing secara langsung dari penjual
lain, tetapi penjual tunggal tersebut akan menghadapi pesaing secara tidak langsung
dari penjual lain yang mnghasilkan produk yang dapat merupakan alternatif produk
pengganti yang tidak sempurna.
Secara umum, perusahaan monopoli menyandang dikonotasikan negatif
dengan perolehan keuntungan yang melebihi normal dan penawaran komoditas
yang lebih sedikit bagi masyarakat, meskipun dalam prakteknya tidak selalu
demikian. Dalam ilmu ekonomi dikatakan ada monopoli jika seluruh hasil industri
diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan yang disebut monopolis atau perusahaan
monopoli.
Beberapa pengertian monopoli menurut beberapa sumber :
a. Menurut Black Law Dictionary
Monopoly is a priviledge or peculiar advantage vested in one or more
persons or companies, consisting in the exclusive rights ( or power ) to
carry on a particular business or trade, manufacture of particular article,
or control the sale of the whole supply of a particular commodity. A form of
market structure in which one or only a few firms dominate the total sales
of a product or services. Natural monopoly is one result where one fim of
efficient size can produced all or more than market can take as
remunerative prices.
Dapat diartikan sebagai suatu keistimewaan ( hak istimewa ) atau keuntungan
tertentu yang didapat oleh satu atau lebih orang atau perusahaan, karena
adanya hak eksklusif ( atau kekuasaan ) untuk menjalankan suatu bidang
usaha tertentu atau perdagangan, menghasilkan barang atau jasa tertentu, atau

mengendalikan penjualan keseluruhan produksi atau komoditas barang atau
jasa tertentu.
Bentuk dari struktur pasar yang mana satu atau hanya beberapa perusahaan
yang

mendominasi

keseluruhan

penjualan

atas

suatu

barang

atau

jasa.Penekanan lebih diberikan pada adanya suatu hak istimewa yang
menghapuskan persaingan bebas, yang tentu pada akhirnya juga akan
menciptakan penguasaan pasar.
b. Menurut Section 2 Sherman Act
Monopoli adalah strategi yang bertujuan untuk menghilangkan kemampuan
untuk melakukan persaingan, dan atau untuk tetap mempertahankannya. Hal
ini memberikan konsekuensi dimungkinkan dan diperkenankannya monopoli
yang terjadi secara alamiah, tanpa adanya kehendak dari pelaku usaha
tersebut untuk melakukan monopoli.Sumber ini lebih menekankan kepada
proses terjadinya monopolisasi dan bukan pada monopoli yang ada. Ada
beberapa argumen yang dapat dikemukakan sehubungan dengan proses
terjadinya monopoli secara alamiah. Hal-hal tersebut antara lain meliputi hal
– hal dibawah ini :
1) Monopoli sebagai akibat terjadinya Superior Skill yang salah satunya
dapat terwujud dari pemberian hak paten secara eksklusif dari negara,
berdasarkan pada peraturan perundang – undangan yang berlaku kepada
pelaku usaha tertentu atas hasil riset dan pengembangan atas teknologi
tertentu. Selain itu ada juga dikenal sebagai istilah trade secret yang
meskipuntidak memperoleh eksklusivitas pengakua oleh negara namun
dengan teknologi rahasianya mampu membuat satu produk superior.
2) Monopoli terjadi karena pemberian negara. Di Indonesia, hal ini sangat
amat jelas dapat dilihat dan di amati dari ketentuan Pasal 33 ayat (2) dan
Pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945, yang
isinya adalah sebagai berikut :

a) “ Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”
b) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat
3) Monopoli merupaka suatu historical accident karena monopoli tersebut
terjadi karena tidak sengaja, dan berlangsung karena proses alamiah, yang
ditentukan oleh berbagai faktor terkait dimana monopoli itu terjadi. Dalam
hal ini penilaian mengenai pasar yang bersangkutan yang memungkinkan
terjadinya monopoli sangat relevan.
c. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Ke 2 yang disusun oleh Christopher
Pass dan Bryan Lowes
Monopoli adalah suatu jenis struktur pasar atau market structure yang
mempunyai sifat – sifat sebagai berikut dibawah ini dijelaskan yaitu :
1) Satu perusahaan dan banyak pembeli, yaitu suatu pasar yang terdiri dari
satu pemasok tunggal dan menjual produknya pada pembeli – pembeli
kecil yang bertindak secara bebas tetapi dalam jumlah besar.
2) Kurangnya produk substitusi, yaitu tidak adanya produk subsitusi yang
dekat dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli
( elastisitas silang permintaan / cross elasticity demand adalah nol );
3) Pemblokiran pasar untuk dimasuki, yaitu hambatan – hambatan untuk
masuk ( barrier to entry ) begitu ketat sehingga tidak mungkin bagi
perusahaan baru untuk memasuki pasar yang bersangkutan ( pasar
persaingan sehat ), baik rintangan alamiah maupun rintangan dari
pemerintah ( policy – generated barriers to competition ).
d. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Yang disebut dengan monopoli adalah situasi pengadaan barang dagangannya
tertentu ( dipasar lokal atau nasional ) sekurang – kurangnya sepertiganya

dikuasai oleh satu orang atau satukelompok, sehingga harganya dapat
dikendalikan.
e. Menurut Sadono Sukirno ( 2002 )
Monopoli adalah Suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan
saja dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang
pengganti yang sangat dekat. Dr. Boediono (1982), menjelaskan tentang pasar
monopoli lebih dalam, monopoli adalah suatu keadaan dimana di dalam pasar
hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Ini
adalah kasus monopoli murni atau pure monopoly. Dalam kenyataan sulit
untuk mendapatkan contoh dari suatu perusahaan monopoli murni, dimana
sama sekali tidak ada unsure persaingan dari perusahaan lain.

2. JENIS MONOPOLI
Secara umum Ada dua macam monopoli yaitu monopoli alamiah dan yang kedua
adalah monopoli artifisial,yaitu:
a. Monopoli alamiah lahir karena mekanisme murni dalam pasar. Monopoli ini
lahir secara wajar dan alamiah karena kondisi objektif yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, yang menyebabkan perusahaan ini unggul dalam pasar tanpa bisa
ditandingi dan dikalahkan secara memadai oleh perusahaan lain. Dalam jenis
monopoli ini, sesungguhnya pasar bersifat terbuka. Karena itu, perusahaan ain
sesungguhnya bebas masuk dalam jenis industri yang sama. Hanya saja,
perusahaan lain tidak mampu menandingi perusahaan monopolistis tadi
sehingga perusahaan yang unggul tadi relatif menguasasi pasar dalam jenis
industri tersebut.

b. Monopoli artifisial, Monopoli ini lahir karena persekongkolan atau kolusi
politis dan ekonomi antara pengusaha dan penguasa demi melindungi
kepentingan kelompok pengusaha tersebut. Monopoli semacam ini bisa lahir
karena pertimbangan rasional maupun irasional. Pertimbangan rasional
misalnya

demi

melindungi

industri

industri

dalam

negeri,

demi

memenuhi economic of scale, dan seterusnya. Pertimbangan yang irasional
bisa sangat pribadi sifatnya dan bisa dari yang samar-samar dan besar muatan
ideologisnya sampai pada yang kasar dan terang-terangan. Monopoli ini
merupakan suatu rekayasa sadar yang pada akhirnya akan menguntungkan
kelompok yang mendapat monopoli dan merugikan kepentingan kelompok
lain, bahkan kepentingan mayoritas masyarakat.
3. CIRI – CIRI PASAR MONOPOLI
Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah sebagai berikut :
a. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan
Dari definisi monopoli telah diketahui bahwa hanya ada satu saja perusahaan
dalam industri tersebut. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya
tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain,
kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mereka harus membeli dari
perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat penjualan sepenuhnya ditentukan
oleh perusahaan monopoli itu, dan konsumen tidak dapat berbuat suatu apapun
didalam menentukan syarat jual beli.
b. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip
Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli tidak dapat digantikann oleh
barag lain yang ada didalam pasar. Barang-barang tersebut merupakan satu-

satunya jenis barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang mirip yang
dapat menggantikan.
c. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri
Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang
mempunyai kekuasaan monopoli. Keuntungan perusahaan monopoli tidak
akan menyebabkan perusahaan-perusahaan lain memasuki industri tersebut.

d. Dapat mempengaruhi penentuan harga
Perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual didalam pasar, maka
penentuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu perusahaan monopoli
dipandang sebagai penentu harga.
e. Promosi iklan kurang diperlukan
Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan didalam
industri, ia tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan
iklan. Walau ada yang menggunakan iklan, iklan tersebut bukanlah bertujuan
untuk menarik pembeli, melainkan untuk memelihara hubungan baik dengan
masyarakat.
Sedangkan menurut Wilson Bangun ( 2007 ), ciri – ciri pasar monopoli adalah :
a. Terdapat hanya satu penjual di pasar
b. Tidak ada barang pengganti
c. Ada hambatan perusahaan lain masuk pasar
d. Perusahaan sebagai penentu harga (price taker)

4. UNDANG – UNDANG / REGULASI TERKAIT MONOPOLI

Dalam situasi tertentu kita membutuhkan perusahaan besar dengan kekuatan
ekonomi yang besar dalam hal praktek monopoli, oligopoli, suap, harus dibatasi dan
dikendalikan, karena apabila tidak dapat merugikan kepentingan masyarakat pada
umumnya dan kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Maka Indonesia pun
kemudian membuat sebuah peraturan anti - monopoli yaitu Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini menerjemahkan monopoli
sebagai suatu tindakan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha.Sedangkan praktik monopoli pada UU tersebut dijelaskan sebagai suatu
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
UU ini dibagi menjadi 11 bab yang terdiri dari beberapa pasal.
Tujuang dibentuknya undang – undang mengenai larangan praktik monopoli
adalah :
a. Menjaga kepentinga umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan yang sama bagi pelaku
usaha besar, pelaku usaha mencegah, dan pelaku usaha kecil
c. Terciptannya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha

5. FAKTOR – FAKTOR TERWUJUDNYANYA MONOPOLI
Faktor-Faktor yang Menimbulkan Monopoli Menurut Sadono Sukirno (2002),
Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan wujudnya pasar (perusahaan) monopoli.
Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan
tidak dimiliki oleh perusahaan lain
b. Perusahaan monopoli pada umumnya, dapat menikmati skala ekonomi
(Economies of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi
c. Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang, yaitu pemerintah
memberikan hak monopoli kepada perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Ayu Winarsih ( 2013 ), penyebab monopoli ialah :
a. Adanya penguasa bahan mentah (sumber daya) tertentu. Satu jenis produk
tertentu mungkin hanya dapat dihasilkan dengan menggunakan faktor produksi
tertentu. Misalnya, Perusahaan Listrik Negara (PLN). Karena listrik
merupakan kebutuhan vital masyarakat secara luas, maka penguasaan atau
pengelolanya ditangani oleh pemerintah seperti yang tercantum dalam UUD
1945. satu perusahaan yang memiliki tanah atau hutan yang menghasilkan
jenis kayu tertentu (ukir misalnya) maka perusahaan tersebut mempunyai
kedudukan monopoli untuk produksi kayu ukir.

b. Adanya penguasaan teknik produksi tertentu atau memiliki keunggulan
teknologi. Satu produsen yang memiliki teknik atau keunggulan teknologi jauh
diatas calon pesaingnya, untuk satu periode tertentu dapat mempunyai
kedudukan monopoli. Misalnya penguasaan teknik foto, dulu hanya da pada
(kodak), sehingga sampai sekarang orang sering menyebut tustel dengan
sebutan kodak. Demikian pula dengan IBM, untuk menyebut komputer.
Selama teknik produksi tidak ada yang meniru, maka pasar barang-barang
tersebut akan dikuasai oleh si monopolis.
c. Adanya penguasaan hak patent untuk produk tertentu (merupakan unsur
yuridis). Untuk mendapatkan hak patent ini biasanya harus didahului oleh
adanya suatu penemuan. Satu produsen menemukan cara-cara produksi baru
atau menghasilkan produk jenis baru kemudian dimintakan hak patent pada
pemerintah. Dalam hal ini produsen mendapatkan monopoli untuk
menghasilkan barang tersebut. Misalnya Graham Bell untuk pesawat telepon
dan Thomas Edison untuk bola lampu pijar. Hak patent ini diberikan oleh
departemen kehakiman dan mempunyai masa berlaku tertentu. Selama jangka
waktu tersebut maka tidak ada orang lain yang dapat memproduksi barang
yang sama, karena jika memproduksi maka akan dituntut ke pengadilan.
d. Adanya lisensi (izin). Hal ini terjadi karena diperoleh secara institusional
(kelembagaan). Misalnya monopoli yang dipegang oleh PT ASTRA
Internasional, yaitu monopoli unutk perakitan dan penjualan mobil baru merk
TOYOTA.
e. Adanya monopoli yang diperoleh secara alamiah (tidak perlu adanya hak
patent atau lisensi). Misalnya karena faktor luas pasar yang terlalu besar

sehingga tidak memungkinkan untuk dilayani oleh lebih dari satu penjual.
Masuknya perusahaan baru biasanya tidak akan menguntungkan, sebab
perusahaan lama yang memegang monopoli sudah mempunyai pengalaman
yang lebih luas dan mempunyai kekayaan non material atau good will dari
masyarakat. Oleh sebab itu pendatang baru akan dapat bertahan jika
mempunyai teknologi yang lebih efisien.
6. KEBAIKAN DAN KEBURUKAN MONOPOLI
Kebaikan pasar monopoli antara lain sebagai berikut:
a. Industri-industri yang berkembang banyak yang bersifat monopoli
b. Mendorong untuk adanya inovasi baru agar tetap terjaga monopolinya
c. Tidak akan mungkin timbul perusahaan-perusahaan yang kecil sehingga
perusahaan monopoli akan semakin besar.

Keburukan pasar monopoli sebagai berikut:
a. Timbul ketidakadilan karena keuntungan banyak dinikmati oleh produsen
b. Konsumen merasa berat karena harus membeli barang dengan harga sangat
tinggi oleh perusahaan monopoli
c. Tidak efisiennya biaya produksi, karena perusahaan monopoli tidak
memanfaatkan secara penuh penghematan ongkos produksi atau sering disebut
timbulnya pemborosan
d. Adanya unsur eksploitasi terhadap konsumen dan pemilik faktor-faktor
produksi

BAB 3
PEMBAHASAN KASUS

3.1.

PEMBAHASAN KASUS
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengakui adanya dugaan
pelanggaran UU No.5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat oleh PT PLN (Persero) apabila BUMN sektor listrik itu
meneruskan kebijakan capping untuk TDL sektor industri. KPPU akan mengkaji
sesuai dengan prosedur lewat pemeriksaan selanjutnya. Kemungkinan pasal yang akan
dikaji KPPU ialah pasal 19d di dalam Undang-Undang Nomor 5/1999 yang mengatur
masalah diskriminasi terkait penerapan tarif terhadap para pelaku industri.
Untuk itu, KPPU akan segera menelisik data-data PLN untuk melihat siapa
saja pelanggan industri yang menikmati capping dengan yang tidak. Sementara ini,
KPPU mengakui pada 2010 memang terdapat perbedaan tarif untuk golongangolongan industri. Untuk golongan industri kecil atau rumah tangga yang
dikenakan capping diganjar

Rp803

kena cappingdikenakan Rp916 per KWh.

per

KWh.

Sementara

yang

tidak

Sehingga ada disparitas harga sekitar Rp113 per KWh. Sementara untuk
golongan menengah berkapasitas tegangan menengah berbeda Rp667 per KWh
apabila dikenakan cappingdan Rp731 KWh untuk yang tidak.
Perbandingan bagi industri yang memakai capping dengan yang tidak, untuk
tegangan menengah sebesar 23%. Untuk golongan tarif untuk keperluan industri
besar, mereka yang dikenakan capping harus membayar sebesar Rp594 per KWh
sementara yang tidak menjadi Rp605 per KWh (disparitas harga Rp11 per KWh).
Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, KPPU akan segera melakukan
pemeriksaan sesuai prosedur yang ada berdasarkan surat yang masuk ke pihaknya
pada 11 Januari silam.
KPPU juga akan panggil pihak yang selama ini diuntungkan dengan tarif lebih
rendah atau yang iri terhadap perbedaan harga karena mereka dikenakan beban yang
lebih tinggi dibanding yang lain. Selain itu, mereka juga akan memanggil Pemerintah
dan Kementerian Keuangan dan Dirjen Listrik Kementerian ESDM untuk meminta
pandangan dari mereka dan akan membuktikan di lapangan misal cek kuitansi supaya
ada fakta dan data hukum tidak hanya data statistik.
Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik
sebenarnya sudah mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya
pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani
PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia.
Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian
Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke
Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga
listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.

Krisis listrik kemudian juga memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara
(PT. PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah
termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2014.
Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu
dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi
bakal dikenakan bagi industri yang membandel.

Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya
listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit
utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1
dan 2, serta Cilacap.
Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk
pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara
Karang.
Akibat dari PT. PLN yang memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik
masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu
secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Banyak daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering
terjadi pemadaman listrik secara sepihak. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang
tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, tindakan yang dapat diklasifikasikan sebagai
upaya PLN memonopoli kelistrikan negara dapat ditinjau dan diperdalam melalui
beberapa teori sebagai berikut :
a. Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika deontologi

Konsep teori etika deontologi ini mengemukakan bahwa kewajiban manusia
untuk bertindak secara baik, suatu tindakan itu bukan dinilai dan dibenarkan
berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan
tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri dan harus bernilai moral
karena berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari
tujuan atau akibat dari tindakan itu. Etika deontologi sangat menekankan
motivasi, kemauan baik dan watak yang baik dari pelaku.
Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya
mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang
baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil
dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan
usahanya.
b. Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika teleologi
Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang akan dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung
dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan
hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas
masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai
etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.
c. Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika utilitarianisme

Etika utilitarianisme adalah teori etika yang menilai suatu tindakan itu etis
apabila bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. Tindakan PT. PLN bila
ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena mereka
melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat
bergantung pada PT. PLN.

3.2.

ANALISA KASUS
Kelistrikan di Indonesia adalah bentukan sejarah, keadaan geografis, dan
keteresediaan sumber daya alam dari zaman dahulu. Dalam perjalanannya, pemerintah
selalu mengambil peran yang sempurna dalam penyediaan listrik bagi rakyat yang
didasarkan pada Pasal 33 UUD 1945. Meskipun pada masa pemerintahan Kolonial
Belanda dan setelah kemerdekaan telah ada perusahaan swasta komersial yang
memproduksi listrik, namun pemerintah nasional mengambil peranan dalam
pembangunan sektor ini selama 50 tahun terakhir.
Perusahaan Umum Listrik Negara yang didirikan pada 1950 telah menjadi
pemain kunci dalam cepanya pembangunan sektor kelistrikan. Data statistik
menunjukkan bahwa PLN adalah salah satu perusahaan listrik terbesar di dunia
dengan total pelanggan 22 juta dan lebih dari 50.000 karyawan serta hampir seluruh
bagian masyarakat adalah stakeholders bagi PLN.
PLN

berdiri

dilandaskan

pada

UU

No.

15 Tahun

1985

tentang

Ketenagalistrikan dan pada tahun 2002 UUNo.15 Tahun 1985 dinyatakan tidak
berlaku oleh UU No. 20 Tahun 2002. Namun kemudian melalui Putusan MK No 001-

021-022/PUU-I/2003 yang dibacakan pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2004
menyatakan bahwa UU No. 20 Tahun 2002 tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
Permasalahan inti dari persoalan UU No. 20 Tahun 2002 adalah pada Pasal 16,
17 dan 68 yang menjiwai dari UU ketenagalistrikan tersebut. Pasal 16 menyatakan
bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dilakukan secara terpisah oleh Badan Usaha
yang berbeda. Pasal 17 menyatakan bahwa usaha pembangkitan listrik dilakukan
berdasarkan kompetisi dan dilarang menguasai pasar.
Larangan penguasaan pasar ini meliputi segala tindakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat antara
lain:
a. menguasai kepemilikan;
b. menguasai sebagian besar kapasitas terpasang pembangkitan tenaga listrik
dalam satu wilayah kompetisi;
c. menguasai sebagian besar kapasitas pembangkitan tenaga listrik pada posisi
beban puncak;
d. menciptakan hambatan masuk pasar bagi Badan Usaha lainnya;
e. membatasi produksi tenaga listrik dalam rangka mempengaruhi pasar;
f. melakukan praktik diskriminasi;
g. melakukan jual rugi dengan maksud menyingkirkan usaha pesaingnya;
h. melakukan kecurangan usaha; dan/atau
i. melakukan persekongkolan dengan pihak lain.

Sedangkan Pasal 68 menyatakan bahwa Pada saat Undang-undang ini berlaku,
terhadap Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan dianggap
telah memiliki izin yang terintegrasi secara vertikal yang meliputi pembangkitan,
transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik dengan tetap melaksanakan tugas
dan kewajiban penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sampai dengan
dikeluar-kannya Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik berdasarkan Undang-undang
ini.

Keputusan MK dalam hal ini menyatakan bahwa Pasal 16, 17 ayat (3), serta 68
UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan berlawanan dengan UUD 1945 dan
oleh karenanya harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Meskipun yang berlawanan hanya tiga pasal tersebut, akan tetapi karena pasal-pasal
tersebut merupakan jantung dari UU No.20 Tahun 2002 padahal seluruh paradigma
yang mendasari UU Ketenagalistrikan adalah kompetisi atau persaingan dalam
pengelolaan dengan sistem unbundling dalam ketenagalistrikan tidak sesuai dengan
jiwa dan semangat Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang merupakan norma dasar
perekonomian nasional Indonesia.
MK berpendapat bahwa cabang produksi dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945
di bidang ketenagalisrikan harus ditafsirkan sebagai satu kesatuan antara pembangkit
transmisi dan distribusi sehingga dengan demikian meskipun hanya pasal, ayat, atau
bagian dari ayat tertentu saja dalam undang-undang a quo yang dinyatakan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengkiat akan tetapi hal tersebut mengakibatkan
UU No.20 Tahun 2002 secara keseluruhan tidak dapat dipertahankan, karena akan

menyebabkan

kekacauan

yang

menimbulkan

ketidakpastian

hukum

dalam

penerapannya.
Dalam siaran Pers Koalisi Masyarakat Anti Kenaikan Harga sebagai pihak
yang mengajukan Judicial Reviewatas UU No. 20 Tahun 2002 menyatakan bahwa
dalam UU No. 20 Tahun 2002 terlihat bahwa negara tidak lagi bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum
dan tidak ada lagi ketentuan yang menyebutkan agar harga listrik terjangkau oleh
masyarakat sebagaimana semula ditetapkan dalam UU No. 15 Tahun 1985 terlebih
lagi harga listrik diserahkan kepada pasar sehingga tidak mempertimbangkan daya
beli atau kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini sangat merugikan kepentingan
bangsa, negara dan rakyat Indonesia (merugikan kepentingan publik).
Akibat adanya pertentangan antara UU No.20 Tahun 2002 dengan UUD Pasal
33, menimbulkan dampak yang merugikan kepentingan bangsa, Negara dan
masyarakat (publik) Indonesia, PLN juga terkena dampaknya. PLN yang selama ini
merupakan satu-satunya BUMN yang mengelola sektor ketenagalistrikan dan telah
memberikan sumbangsih bagi bangsa, Negara, dan masyarakat yang telah
menjalankan fungsi untuk menyediakan tenaga listrik bagi seluruh masyarakat
Indonesia dengan harga terjangkau dan juga telah memberikan peran yang besar bagi
perekenomian nasional, berdasarkan UU No. 20 tahun 2002 tidak lagi merupakan
cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Akibatnya, tidak adanya jaminan dan kepastian bagi seluruh masyarakat untuk
memperoleh tenaga listrik dengan harga terjangkau dan justru akan merugikan
perekonomian Negara yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.

Bahkan dapat pula mengganggu keamanan negara dan kedaulatan negara
karena negara tidak lagi berkewajiban mengelola cabang produksi terpenting untuk
kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Putusan MK ini sejalan dengan pengalaman dunia akan tenaga kelistrikan
yang telah membuktikan bahwa keberhasilan restrukturisasi sektor tenaga listik adalah
mitos belaka.
Sejumlah negara baik negara maju dan berkembang telah menerapkan
restrukturisasi namun memberikan hasil yang serupa yaitu kenaikan tarif listrik,
terjadinya pemadaman, menurunnya tingkat kehandalan, penguasaan sektor listrik
oleh sebagian kecil perusahaan energi multinasional dan kegagalan negara melindungi
kepentingan ekonomi dan kepentingan masyarakat.
Secara ekonomi, iklim kompetensi dan persaingan yang sehat dapat
menghemat miliaran atau bahkan terilyunan rupiah uang konsumen yang harus
dibayarakan ke produsen karena harga yang tidak wajar (overcharge) sebagai akibat
kenaikan harga yang artifisial.
Secara umum, terdapat beberapa manfaat yang didapat perekonomian jika
pada sektor ketenagalistrikan terjadi kompetisi dan persaingan yang sehat, di
antaranya adalah:
a. Harga yang wajar dilihat dari kualitas.
Dalam iklim persaingan, produsen akan berlomba-lomba menarik
konsumen dengan menurunkan harga dan meningkatkan kualitas
barang/jasa yang dijualnya. Hanya barang/jasa dengan harga yang rendah
dengan kualitas terbaik yang akan dibeli oleh konsumen.

b. Konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli barang/jasa.
Pasar yang kompetitif akan menghasilkan barang/jasa yang ditawarkan
pelaku usaha dengan pilihan harga dan kualitas yang bervariasi. Setiap
konsumen pada dasarnya memiliki daya beli dan selera yang berbeda-beda.
Karakteristik konsumen untuk memproduksi barang/jasa sesuai dengan
kemampuan dan keinginan konsumen. Produsen dituntut untuk sensitif
terhadap daya beli dan perubahan selera konsumen. Pelaku usaha yang
tidak tanggap terhadap perubahan daya beli dan perubahan selera
konsumen lambat laun akan tersingkir di pasar.

c. Persaingan memungkinkan timbulnya inovasi.
Persaingan usaha akan merangsang pelaku usaha berlomba-lomba
membuat inovasi, baik inovasi produk untuk memenuhi selera konsumen,
inovasi teknologi maupun inovasi metode produksi yang lebih efisien.
Inovasi akan terus berkembang karena dalam pasar yang bersaing hanya
pelaku usaha inovatif yang dapat bertahan dan bersaing. Terkait dengan
sektor ketenagalistrikan, jika ada pesaing lain bagi PLN, tentunya akan
mendorong PLN berpikir dan melakukan yang terbaik dalam menentukan
harga dan memberikan pelayanan. Hal ini secara positif akan mendorong
PLN pada efisiensi kinerja dan inovasi teknologi.
Namun, kompetisi yang dikehendaki agar dapat tercapai suatu iklim usaha
yang sehat tidak dapat dilakukan dalam bidang ketenagalistrikan. Hal ini dikarenakan

segmen yang bersifat monopoli alamiah tidak dikompetisikan dan diprioritaskan
untuk dikelola oleh BUMN.
Pada dasarnya usaha penyediaan ketenagalistrikan dilakukan secara monopoli,
harga jual juga tetap dilakukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
berdasarkan kewenangan dalam memberi izin tersebut. Meskipun demikian usaha
penyediaan ketenagalistrikan juga dapat dilakukan secara terintegrasi atau satu jenis
usaha saja.
Namun karena PLN adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maka diberi
hak untuk diprioritaskan dalam memenuhi ketenagalistrikan. Dengan demikian
ketersediaan listrik sesungguhnya merupakan tugas Pemerintah untuk menenuhinya.
Keterlibatan swasta dalam penguasaan listrik tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme pasar dikarenakan ketenagalistrikan merupakan sektor yang unik dan
perlu penanganan khusus demi untuk tersedianya listrik yang relatif murah bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, secara hukum masih terdapat berbagai perdebatan, apakah
usaha yang dilakukan oleh PLN adalah tindakan monopoli yang diperbolehkan atau
tidak. Namun melihat dari kerugian yang diterima oleh masyarakat, seharusnya
tindakan monopoli ini tidak boleh dilakukan.
Kerugian ini diduga karena kurang optimalnya kinerja PLN dalam penyedia
listrik masyarakat. Sedangkan dari segi persaingan usaha, monopoli yang dilakukan
PLN merupakan persaingan usaha yang tidak sehat karena mulai adanya pihak swasta
yang juga menyediakan tenaga listrik di Indonesia.

Persaingan ini dianggap sehat apabila PLN tidak menghalangi usaha
perusahaan listrik swasta lainnya untuk menyediakan listrik bagi masyarakat,
sedangkan dalam hal ini PLN malahan menghalangi perusahaan lain untuk bersaing di
bidang ketenagalistrikan ini.

BAB 4
PENUTUP

4.1

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan umum,teori,regulasi,pembahasan kasus dan analisa
kasus mengenai Peninjauan Terhadapan Kasus Tindakan Monopoli Yang Dilakukan
Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) , maka untuk menjawab rumusan masalah diatas
didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah melakukan tindakan
monopoli, yang menyebabkan kerugian pada masyarakat. Tindakan PT.
PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Namun, monopoli yang dilakukan oleh PLN dalam sektor
ketenagalistrikan memiliki landasan yuridis yang kuat yakni melalui
konstruksi hukum Pasal 33 UUD 1945 dan UU Ketenagalistrikan. Hanya
saja, PLN belum mampu menunjukkan kinerjanya secara optimal sehingga
belum dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia
secara layak. Demikian ini merupakan suatu hal yang dilematis bagi
penyelenggaraan ketenagalistrikan di Indonesia mengingat kedudukan
PLN yang kuat secara yuridis tersebut.
2. Upaya yang dapat diambil dan dilakukan oleh Pemerintah RI dalam hal ini
untuk

menangani

dan

mengatasi

kekurangan

sumber

daya

ketenagalistrikan ialah :
a. Melibatkan swasta dalam menyediakan pasokan listrik
b. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur Pembangkit Tenaga Listrik
dan Memanfaatkan Semua Pembangkit Listrik Alternatif
c. Memaksimalkan Pengunaan Sumber Daya Yang Ada dan Mulai
Menggunakan Sumber Daya yang Baru
d. Memperbaiki Sistem Distribusi Listrik
e. Mendorong Penggunaan E-Commerce dalam Sistem Pemasaran

4.2.

SARAN
Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan merata,
sebaiknya pemerintah juga membuka kesempatan yang luas bagi penyedia listrik lain
baik investor swasta maupun internasional dalam persaingan usaha ketenagalistrikan.
Akan tetapi, Pemerintah harus tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi
investor tersebut, sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat.
Selain itu, Pemerintah hendaknya dapat memperbaiki kinerja PLN saat ini, sehingga
menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat banyak
sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33.

DAFTAR PUSTAKA

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 001-021-022/PUU-I/2003.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan.
Banu Muhammad H, 2005, Urgensi Persaingan Usaha pada Sektor Ketenagalistrikan di
Indonesia, dalam Jurnal Konstitusi Volume 3 Mei 2005
Unduhan internet :
1. Anonim. KPPU

Duga

PLN

Lakukan

Praktek

Monopoli,

http://hileud.com/hileudnews?
title=KPPU+Duga+PLN+Lakukan+Praktek+Monopoli&id=511698 diunduh

pada

tanggal 10 Juli 2016, pkl 13.20.
2. Rifqi,

Mohammed. Monopoli

Ketenagalistrikan

PLN

dan

Persaingan

Usaha dalam

Bidang

Indonesia.http://rifqin.blogspot.com/2008/04/monopoli-pln-dan-

persaingan-usaha-dalam.html diunduh 10 Juli 2016, pkl. 13.30.
3. LPP

Community. Etika

Bisnis:

Monopoli-Kasus

PT.

Perusahaan

Listrik

Negara.http://lppcommunity.wordpress.com/2009/01/08/etika-bisnis-monopoli-kasuspt-perusahaan-listrik-negara/ diunduh 10 Juli 2016 pkl. 21.38.
4. Taqdir. Monopoli PLN.

http://www.taqdire.web.id/2010/10/monopoli-pt-

pln.html diunduh 11 Juli 2016 pkl. 08.10.
5. Rifqi,

Mohammed. Monopoli

Ketenagalistrikan

PLN

dan

Persaingan

Usaha dalam

Bidang

Indonesia.http://rifqin.blogspot.com/2008/04/monopoli-pln-dan-

persaingan-usaha-dalam.html diunduh 11 Juli 2016, pkl. 09.30.