PEMANFAATAN E BUDGETING DAN PARTISIPASI

TUGAS AKHIR MATA KULIAH POLITIK KEUANGAN NEGARA
“PEMANFAATAN E-BUDGETING DAN PARTISIPASI ANGGARAN DI
KOTA BANDUNG PADA MASA KEPEMIMPINAN RIDWAN KAMIL”

OLEH


Anggalih Bayu Muh Kamim

(15/384256/SP/26968)



M. Asep Rifa’i

(15/381161/SP/26773)



Moh Hasan Asy Syadzily


(11/317883/SP/24768)



Tegar Ario Yudhanto

(15/385690/SP/27038)

DEPARTEMEN POLITIK & PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2017

I.

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Pemerintah Kota Bandung telah mendapat banyak manfaat dengan

menggunakan instrumen e-budgeting untuk mendorong partisipasi publik
dalam tata kelola anggaran. Kota Bandung sebelum menerapkan e-budgeting
banyak dijumpai kegiatan yang tidak efektif. Sebelum e-budgeting banyak
muncul kegiatan yang tidak direncanakan. Ada juga kegiatan yang
direncanakan tiba-tiba hilang. Setelah e-budgeting hal-hal seperti ini tidak
terjadi lagi. Dalam penerapan sistem e-budgeting terdapat konsep terdapat
konsep akuntabel, transparan dan kontroling dalam penggunaannya.1
Proses persiapan sistem e-Budgeting oleh seluruh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Bandung terbilang
yang paling cepat. Proses konstruksi e-Budgeting ini terbilang sangat cepat,
yakni hanya enam bulan saja terhitung sejak diluncurkan. Dibandingkan
dengan daerah lain, seperti Kota Surabaya dan DKI Jakarta, durasi waktu
persiapan di Kota Bandung ini adalah yang tersingkat di Indonesia. Berkat eBudgeting, kini Pemkot Bandung dapat memonitor komposisi anggaran dari
seluruh SKPD dan bisa melakukan langkah-langkah strategis untuk melakukan
efisiensi anggaran.2
Sebenarnya, e-budgeting bukanlah salah satu sistem tunggal. Sistem ebudgeting hanya salah satu komponen dalam terobosan sistem pemerintahan
masa depan yaitu secara elektronik atau e-government. Sistem tersebut ini
dimaksudkan untuk mempermudah hubungan antara pemerintah dengan
stakeholder seperti masyarakat dalam hal partisipasi dan pelayanan publik (epartisipatif), internal kepegawaian dalam pemantauan kinerja (e-kinerja),
dunia usaha dan lembaga lainya baik profit maupun non profit dalam hal

pelayanan informasi dan bisnis (e-procurement, e-ppid, e-invesment).3

1 Puteranegara Batubara,” Ridwan Kamil: E-Budgeting Mampu Cegah Korupsi!,”(ditulis pada 2 Desember
2017, diakses pada 19 Desember 2017, https://news.okezone.com/read/2017/12/02/525/1824131/ridwan-kamile-budgeting-mampu-cegah-korupsi).
2 Anonim,” e-Budgeting Kota Bandung Tercepat Kelarnya,”(ditulis pada 20 Juni 2016, diakses pada 19
Desember 2017, http://www.balebandung.com/e-budgeting-kota-bandung-tercepat-kelarnya/).
3 Apung Widadi,” Jangan Bunuh E-Budgeting,”(ditulis pada 2 April 2015, diakses pada 19 Desember 2017,
https://news.detik.com/kolom/2877374/jangan-bunuh-e-budgeting).

E-budgeting di Bandung juga telah membangtu menfasilitasi
partisipasi masyarakat dalam tata kelola anggaran. E-budgeting di Bandung
terintegrasi dengan sistem e-musrenbang sampai aplikasi LAPOR yang akan
membantu pada evaluasi kinerja SKPD dengan partisipasi masyarakat. Ebudgeting di Bandung dibangun dengan paradigma pembangunan partisipatif.
Pembangunan

partisipatif

pada

prinsipnya


lebih

kepada

pendekatan

pembangunan

apa

ingin

diterapkan

dalam suatu

masyarakat.

yang


Sebagaimana paradigma pembangunan yang telah dibahas sebelumnya, maka
pendekatan pembangunan yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah
desentralisasi pembangunan. Pemerintah memberi kewenangan yang sebesarbesarnya kepada daerah otonom untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Partisipasi

yang

dimaksud

adalah

menyelenggarakan

dan

mengatur

pemerintahan di daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengkajian mengenai aspek penggunaan e-budgeting di Kota Bandung untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat

menjadi penting untuk memastikan efektivitas instrumen dan responsivitas
pemerintah dalam pengelolaan anggaran yang partisipatif. Kota Bandung
menjadi menarik untuk dikaji terkait keberhasilannya dalam menyiapkan ebudgeting dalam upaya melibatkan masyarakat dalam tata kelola anggaran.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan pengkajian ini
adalah,”Bagaimana mekanisme partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan
sistem e-budgeting untuk tata kelola anggaran di Kota Bandung?”
II.

Hasil dan Pembahasan
II.1.

Pemanfaatan e-budgeting dalam Pelibatan Masyarakat dalam

Tata Kelola Anggaran di Kota Bandung
Pengembangan e-budgeting di Kota Bandung tidak terlepas dari arahan
yang dibuat oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
yang mendorong munculnya Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA).
Sejalan dengan RPJM Tahun 2010-2014, dalam Renstra Tahun 20102014,Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah


menetapkan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Daerah sebagai
kegiatan untuk mendukung capaian indikator kinerja” Meningkatnya Tingkat
Opini BPK terhadap LKPD”. Untuk mendukung tujuan tersebut, sejak tahun
2003, Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah
membentuk Satuan Tugas Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA), dengan tugas:4
1. Mengembangkan/membuat

dan

melakukan

pemutakhiran

Program Aplikasi Komputer SIMDA yang berkaitan dengan
pembangunan / peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
atau dalam rangka pemenuhan kebutuhan manajemen daerah,
mengarah ke grand design Data Base Management System
(DBMS).

2. Memberikan bimbingan teknik / pelatihan kepada Satgas
SIMDA Perwakilan BPKP yang akan ditugaskan dalam
asistensi/implementasi Program Aplikasi Komputer SIMDA.
3. Membantu Satgas SIMDA Perwakilan BPKP melakukan
asistensi implementasi Program Aplikasi Komputer SIMDA
pada pemerintah daerah.
Tujuan pengembangan Program Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah
ini adalah:
1. Menyediakan Data base mengenai kondisi di daerah yang terpadu baik
dari aspek keuangan, aset daerah, kepegawaian/aparatur daerah
maupun pelayanan publik yang dapat digunakan untuk penilaian
kinerja instansi pemerintah daerah.
2. Menghasilkan informasi yang komprehensif, tepat dan akurat kepada
manajemen pemerintah daerah. Informasi ini dapat digunakan sebagai
bahan untuk mengambil keputusan.
4 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,” Pengenalan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA),”(diakses pada 21 Desember 2017, http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp).

3. Mempersiapkan aparat daerah untuk mencapai tingkat penguasaan dan
pendayagunaan teknologi informasi yang lebih baik.

4. Memperkuat basis pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi
daerah.
Di Bandung sendiri pemanfaatan mekanisme e-budgeting dilakukan melalui
portal website dan aplikasi. Perencanaan penganggaran APBD di Kota
Bandung dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:

Gambar 1. Mekanisme Penyusunan APBD di Kota Bandung
Sumber: data.bandung.go.id

Penyusunan RAPBD di Kota Bandung melalui mekanisme e-budgeting
diawali dengan e-musrebang. Pemerintah Kota Bandung memiliki keunggulan dalam

perencanaan pembangunan yang mendorong pengembangan tata pemerintahan yang
transparan dan akuntabel. Salah satunya lewat Musyawarah Rencana Pembangunan
(Musrenbang). Hal ini menjadi upaya memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat, setiap pemerintah daerah memiliki perencanaan yang berbeda. Pemkot
Bandung akan meningkatkan rencana pembangunan lewat e-Musrenbang. Melalui
peran elektronik diyakini dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam
merencanakan pembangunan Kota Bandung ke depannya. Dengan aplikasi itu ada
yang dinamakan e-musrenbang. Setiap usulan rencana pembangunan bisa dimasukan

lewat aplikasi tersebut. Fungsi aplikasi ini untuk memudahkan agar rencana yang
diusulkan bisa diterima dengan cepat.5
e-Musrenbang merupakan aplikasi hibah dari Ikatan Alumni Institut Teknologi
Bandung (ITB) Jawa Barat. Aplikasi tersebut memudahkan para ketua RW
memasukkan data aspirasi dari masyarakat. Dengan begitu, para ketua RW akan
terlibat aktif dalam menyampaikan usulan kebutuhan kegitan yang bakal dilaksanakan
di wilayah masing-masing. Para ketua RW ini akan mendapat pendampingan dari
relawan serta aparat pemkot sampai pengajuan usulan tuntas. Dengan e-Musrenbang,
masyarakat melalui operator RW diberikan akses untuk memasukkan usulan ke dalam
aplikasi. Nantinya ada aparat kelurahan yang bertugas melakukan verifikasi dan pihak
kecamatan melakukan validasi

secara berjenjang. Sehingga, usulan kegiatan

masyarakat akan sesuai dengan perangkat daerah yang menangani. Selain itu,
masyarakat dapat melakukan penelusuran (tracking) terhadap usulan kegiatan yang
terintegrasi dengan sistem penganggaran (e-budgeting). Aplikasi e-Musrenbang ini
juga secara otomatis akan terhubung ke “Bandung Command Center”.6
Setelah melalui musrenbang akan melalui input dalam internal SKPD. Dalam
aplikasi sistem informasi perencanaan dan penganggaran daerah, yang berperan

sebagai Admin Perangkat Daerah adalah Kepala Perangkat Daerah di Pemerintah
Kota Bandung. Peran dari admin adalah Mengatur operator yang dapat merinci setiap
kegiatan dan Admin Eharga tiap PD; Membuat kegiatan termasuk mengisi heading

5 Dian Rosadi,” E-Musrenbang jadi solusi peningkatan pembangunan di Kota Bandung,”(ditulis pada 27 Januari
2017, diakses pada 21 Desember 2017, https://bandung.merdeka.com/halo-bandung/e-musrenbang-jadi-solusipeningkatan-pembangunan-di-kota-bandung--1701273.html).
6 Irfan Fitrat,” E-Musrenbang Perkuat Smart City Bandung,”(ditulis pada 3 Februari 2017, diakses pada 21
Desember
2017,
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/02/okrav9400-emusrenbangperkuat-smart-city-bandung).

kegiatan; Memvalidasi Kegiatan. Untuk mengakses aplikasi Perencanaan dan
Penganggaran Kota Bandung, admin masuk ke alamat http://apbd.bandung.go.id/.
Setelah

login

sebagai Admin

Perangkat

Daerah

(Kepala Perangkat

Daerah), maka tampilan yang muncul dalam aplikasi adalah seperti di bawah ini.7

Gambar 2. Dashboard Utama Aplikasi SIRA

Pada halaman utama (dashboard) ini terdapat informasi mengenai jumlah
kegiatan, jumlah belanja baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung,
jumlah pendapatan dan jumlah rincian dari tiap jenis belanja langsung. Selain itu ada
4 bagian dari dashboard ini yang perlu diperhatikan, yakni:
1. Bagian Pengaturan ini berisi pilihan untuk mengatur profil dan akun
Admin SKPD serta terdapat menu Logout dari aplikasi
7 Anonim,” Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Perencanaan Dan Penganggaran Daerah Kota
Bandung
Untuk
APBD
Perubahan,”
(diunduh
pada
22
Desember
2017,
https://apbd.bandung.go.id/doc/manualAPBDPerubahan.pdf).

2. Pengaturan untuk tahun Anggaran. Di dalamnya terdapat 3 pilihan,
yaitu
a. 2017-Murni : Untuk melihat data APBD 2017
b. 2017-Perubahan : Untuk menginput APBD-P 2017
c. 2018-Murni : Untuk menginput APBD 2018
3. Berisi berbagai pilihan menu terkait dengan penggunaan aplikasi
a. Belanja : terdiri dari belanja langsung maupun belanja tidak langsung
b. Pendapatan : memuat informasi mengenai pendapatan di Perangkat
Daerah terkait
c. Pembiayaan : memuat informasi mengenai pembiayaan di Perangkat
Daerah terkait
d. Musrenbang&Reses: memberikan informasi kegiatan-kegiatan di
Perangkat Daerah yang berasal dari usulan Musrenbang dan Reses.
e. Usulan Komponen : Digunakan untuk mengusulkan komponen baik
SSH, HSPK dan ASB yang bisa digunakan oleh Perangkat Daerah.
Pengusulan komponen ini dapat dilakukan saat fasenya diaktifkan oleh
BPKA.
4. Memuat informasi mengenai tahapan pembuatan anggaran yang terdiri
dari RKPD, KUA/PPAS, RAPBD dan APBD.
5. Memberikan informasi kepada Kepala Perangkat Daerah (Admin
Perangkat Daerah) mengenai kegiatan-kegiatan mana saja yang belum
di validasi.
Untuk memperbaiki kegiatan dalam APBD-Perubahan, terdapat beberapa langkah
yang
perlu dilakukan, yaitu :

1. Pastikan tahun anggaran sudah diubah menjadi 2017-Perubahan
2. Pilih menu Belanja Langsung
3. Pilih kegiatan yang akan diperbaiki rinciannya
4. Agar kegiatan dapat dirinci oleh operator Perangkat Daerah, maka Kepala
Perangkat Daerah harus mengatur terlebih dahulu staff yang dapat merinci
kegiatan tersebut. Dalam setiap kegiatan hanya dibatasi 2 orang yang dapat
mengedit kegiatan tersebut. Klik tanda panah yang ada di sebelah nama
kegiatan -> Pilih Atur Staff.
Setelah kegiatan yang dibuat dirinci oleh operator perangkat daerah, kemudian
admin perangkat daerah (Kepala PD) harus memvalidasi kegiatan tersebut agar nilai
pagu kegiatan sama dengan nilai rincian kegiatan. Selain itu jika kegiatan tersebut
belum divalidasi oleh Kepala PD, RKA dari kegiatan tersebut tidak dapat dicetak.
Untuk melakukan validasi klik Detail kemudian akan muncul detail kegiatan yang
berisi heading dan rincian komponen. Kemudian di bagian bawah detail kegiatan
tersebut ada tombol validasi yang harus di klik.
Pemanfaatan mekanisme e-budgeting di Kota Bandung terintegrasi dalam satu
sistem yang disebut BIRMS. Bandung Integrated Resources Management System
(BIRMS), yaitu sistem pengelolaan daerah yang terintegrasi dari hulu hingga hilir
yang diawali dari Proses Perencanaan Pembangunan Daerah, Pelaksanaan Anggaran
dan Pengawasan Anggaran serta Penilaian Kinerja Pelaksanaan Anggaran. BIRMS
dirancang untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas
serta sinkronisasi dalam tata kelola pemerintahan yang antara lain mengelola sistem
perencanaan pembangunan Kota dengan sistem pengelolaan keuangan daerah, yang
meliputi :8
1. Proses Perencanaan Pembangunan Kota Bandung, terdiri dari proses
penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra, Renja SKPD dan RKPD.

8 Kelompok Kerja Penyusunan Pedoman Umum Bandung Integrated Resources Management System,”Pedoman
Umum Bandung Integrated Resouces Management System,” (diunduh pada 22 Desember 2017,
https://ppid.bandung.go.id/?media_dl=10103).

2. Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 sebagaimana telah diubah untuk kedua kali dengan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, yang dimulai dari proses
penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Plafond dan Prioritas
Anggaran Sementara (PPAS), RAPBD, APBD, Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA), Penyusunan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA).
Bandung Integrated Resources Management System (BIRMS) dimaksudkan
sebagai acuan dalam perencanaan dan penganggaran terintegrasi dengan Sistem
Aplikasi berbasis Web. Tujuan utama dari seluruh system BIRMS ini adalah untuk
memudahkan Pimpinan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung dalam mengambil
kebijakan anggaran dan memantau seluruh penyelenggaraan pemerintahan dalam
bidang perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah serta untuk
memudahkan penyusunan Pertanggungjawaban Walikota Bandung yang akurat,
akuntabel dan transparan. BIRMS terdiri atas mekanisme sebagai berikut:9

9 Ibied.,

Gambar 2. Mekanisme BIRMS di Kota Bandung

e-Project Planning adalah Sistem Perencanaan Kegiatan yang menggunakan
teknologi informasi berbasis web untuk memfasilitasi pencatatan rincian rencana
kegiatan yang telah ditetapkan berdasarkan faktor waktu, alokasi anggaran dan
volume kegiatan. Di dalam e-Project Planning, perencanaan ini meliputi : a.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan b. Rencana Penyerapan Anggaran c. Rencana
Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Sistem informasi yang dimaksud untuk
memudahkan proses perencanaan project / pekerjaan setelah anggaran dari suatu
kegiatan disetujui. Proses perencanaan tersebut meliputi penentuan pekerjaan dan
atribut-atribut lain yang diperlukan untuk proses pemaketan, misalnya penentuan
bentuk lelang atau penunjukan langsung. Sistem informasi perencanaan kegiatan
merupakan bagian kelanjutan dari e-Budgeting dan tahapan awal yang diperlukan
untuk sistem e-Procurement. Tujuan dibuatnya aplikasi ini adalah untuk
memudahkan pengguna dari Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) / Unit Kerja di
Lingkungan Pemerintah Kota Bandung dalam merencanakan paket-paket pekerjaan
yang telah disetujui alokasi anggarannya, dengan input data langsung dari hasil
proses-proses di e-Budgeting. Output dari e-Project Planning diharapkan langsung
dapat dipakai oleh sistem e-Procurement tanpa harus ada re-input secara manual.10
Selanjutnya adalah e-contract. Kontrak berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah perjanjian
tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa atau
Pelaksana Swakelola. Kontrak merupakan satu kesatuan dokumen yang tidak
terpisahkan dengan seluruh dokumen pengadaan barang/ jasa. Berdasarkan hal
tersebut, dibutuhkan sebuah inovasi untuk mempermudah pembuatan dan
penyimpanan dokumen pengadaan barang/jasa dan mampu terintegrasi dengan sistem
pengadaan barang/jasa secara elektronik ( e-procurement).11
Berikutnya ialah Electronic Progress atau e-Progress adalah merupakan
aplikasi yang membantu proses pembuatan laporan kemajuan pekerjaan dari setiap
pelaksanaan pekerjaan.

Penyedia melaporkan hasil pekerjaan secara elektronik

kepada PPK, dan PPK dapat langsung melakukan pengecekan ke lapangan (untuk
10 Ibied.,
11 Ibied.,

pekerjaan konstruksi) atau melakukan pemeriksaan barang. Selain laporan kemajuan
pekerjaan yang dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan Pekerjaan, e-Progress
dilengkapi juga dengan proses pembuatan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dan
Berita Acara Pembayaran. Ini juga akan diikuti dengan penggunaan electronic
progress performance.
Electronic Project Performance adalah aplikasi berbasis teknologi informasi
yang dibangun untuk membantu Pemerintah Kota Bandung dalam mengukur kinerja
kegiatan masing-masing DPA di setiap SKPD. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan antara rencana waktu pelaksanaan peyelesaian pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak yang telah diinput oleh Pejabat Pembuat Komitmen dalam
aplikasi e-Contract dan realisasi serah terima pekerjaan yang telah diinput oleh
Penyedia barang/jasa dan di setujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen dalam aplikasi
e-Progress. Dalam aplikasi ini akan ditampilkan perbandingan antara prosentasi
rencana kontrak dan realisasi pekerjaan, baik perbandingan keuangan maupun
pekerjaan. Dengan demikian akan terlihat kinerja Kegiatan apa yang mampu
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana. Kinerja kegiatan atau pelaksanan
paket pekerjaan lebih.12
Selanjutnya adalah Electronic Asset adalah sebuah aplikasi menggunakan
teknologi informasi berbasis web yang didesain untuk membantu proses pencatatan
asset dan pemutakhiran data asset, yang diperoleh dari Belanja Modal Kegiatan di
Lingkungan Pemerintah Kota Bandung.

e-Asset ini diintegrasi dengan e-

Procurement, e-Contract dan e-Progress. Adapun pencatatan asset dalam e-Contract
meliputi sebagai berikut: 1. Nama Kegiatan 2. Nama Pekerjaan Belanja Modal DPA 3.
Nilai Anggaran Belanja Modal DPA 4. Nilai Asset 5. Nama dan Alamat SKPD sebagai
Pengguna Asset Dengan adanya database pencatatan asset, diharapkan laporan asset
dapat secara mudah diakses dan disajikan. Sehingga akan memudahkan dalam proses
pencatatan neraca keuangan daerah. Selain hal tersebut, Laporan Asset dapat
digunakan untuk proses monitoring dan evaluasi, sehingga memudahkan dalam proses
asistensi kebutuhan belanja modal pendukung di setiap SKPD. Seluruh mekanisme ini
akan membantu masyarakat untuk memantau dan memberikan masukan dalam tata
kelola anggaran di Kota Bandung.13
12 Ibied.,
13 Ibied.,

2.2.

Dampak Partisipasi dalam Pemanfaatan e-Budgeting di
Kota Bandung

Bandung saat ini mempunyai tiga aplikasi andalan, untuk evaluasi pelayanan
di kelurahan/kecamatan warga dapat menggunakan kanal Sistem Informasi Penilaian
(SIP), untuk instansi pemerintah memakai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Online (SILAKIP), dan aduan berbagai permasalahan memakai Layanan
Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR). Walikota Bandung menjelaskan
bahwasanya menjelaskan bahwa hanya dengan instrumen partisipatif dari masyarakat,
kinerja birokrasinya meningkat. Lima puluh persen permasalahan pelayanan publik di
Kota Bandung sudah dapat diselesaikan dengan sistem yang ada. Contohnya, jika
dulu masalah perizinan warga harus menghadap ke kantor sekarang dapat dilakukan
di rumah, dengan men-scan dokumen dan mengikuti prosedur lewat laman yang ada.
Untuk pembayaran biaya perijinan secara online juga dapat dengan mudah ditelusuri
hingga nomor antriannya, dokumen yang sudah selesai juga akan dikirim lewat
petugas pos langsung kepada pihak yang mengajukan.14
Ridwan Kamil mempunyai prinsip untuk melakukan perubahan ada empat hal
yang dipegang yaitu pemerintah dengan political power, civil society dengan social
power, pebisnis dengan capital power dan media dengan information power. Semua
itu kalau efektif dikerahkan semuanya untuk ikut berpartisipasi membangun Kota
Bandung bisa lebih baik. Terutama dalam membangun civil society sebagai sumber
kekuatan sosial. Kekuatan social ini erat kaitanya dengan bagaimana kepemimpinan
di Kota Bandung bisa menghimpun dengan konsep partisipasi. Ada tiga kunci utama
dalam membangun partisipasi yang mengarah pada level Citizen Power dimana
kategori tersebut sudah pada level partisipasi yang tinggi dimana masyarakat sendiri
bisa menilai, mengontrol dan mengawasi, yaitu melakukan dengan semangat
Kolaborasi, Desentralisasi, dan Inovasi.15
Pertama, semangat kolaborasi adalah kunci dalam berbagi baik ide maupun
materi semua unsur harus aktif terlibat dalam pembangunan di Kota Bandung. Maka
setiap ada program yang harus melibatkan partisipasi masyarakat selalu dilakukan
14 Tri Endang Mudiastuti. Ed.” Ridwan Kamil - Walikota Bandung, Smart City Sebuah Kebutuhan,” Warta
Pembangunan, Volume xxIII, Nomor 3, Tahun 2016: Hlm 10-15.
15 Deni Fauzi Ramdani dan Fikri Habibi,” Penguatan Partisipasi Masyarakat Dalam Mendorong Program Smart
City di Kota Bandung,”(Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Teknologi Terapan yang dilaksanakan
pada Serang, 25 November 2017): Hlm 126-128.

dengan cara terbuka. Semua pihak boleh ikut dan aktif terlibat. Ridwan Kamil
mencontohkan pada waktu adanya kegiatan memperingati Konfrensi Asia Afrika
Pemkot membuka kepanitiaan agar terlibat aktif untuk membantu suksesnya acara
tersebut caranya dengan mendaftarkan diri secara online. Ada sekitar 11000 yang
mendaftarkan diri padahal yang dibutuhkan hanya 3000 orang saja. Kalau melihat
tingkat antusiasme masyarakat untuk ikut sangat tinggi.
Kedua, semangat desentralisasi memberikan kewenangan-kewenangan yang
lebih mandiri untuk pembangunan sampai pada level RW pun Pemkot memberikan
anggaran yang cukup besar untuk dikelola sebesar Rp 100 juta. Anggaran ini
dimaksudkan agar tingkat partisipasi masyarakat akan lebih tinggi dalam
pembangunan.
Ketiga, adalah semangat berinovasi ini erat kaitannya dengan dua kunci
sebemnya karena inovasi ini harus menempel pada masing-masing peran sehingga
tercipta partisipasi yang efektif. Inovasi ini dilakukan supaya setiap program yang
dilakukan untuk mengarahkan pada konsep smart city dengan karakteristik
masyarakat di era milenial. Satu contoh yang dilakukan oleh Pemkot adalah membuka
ruang partisipasi secara terbuka kepada masyarakat untuk merespon setiap
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Akses itu dibuka melalui media social
yang sudah terkoneksi dengan dinas-dinas dan walikota Bandung.
Selain itu Pemkot Bandung melakukan penilaian kinerja bisa dilakukan
melalui aplikasi berbasis teknologi informasi yang dikenal dengan Sistem Informasi
Penilaian (SIP) Bandung Juara. Aplikasi ini merupakan salahsatu sistem informasi
penilaian yang bisa mewadahi partisipasi masyarakat untuk menilai kinerja layanan
yang dilakukan kecamatan di Kota Bandung. Pada aplikasi ini terdapat dua kriteria
penilaian yaitu pertama, kriteria penialaian warga terhadap kinerja kecamatan
meliputi ketertiban, keindahan, kebersihan, indeks kebahagiaan, dan ngabandungan.
Kedua, mengenai kualitas pelayanan yang diberikan dan rata-rata waktu pelayanan.
Hasil penilaian warga masyarakat tersebut menjadi bahan penilaian walikota untuk
memberikan rapor kecamatan.16

16 Ibied.,

Hasil penilaian masyarakat terhadap kinerja di 30 kecamatan di Kota Bandung
berdasarkan kategori penilaian ketertiban, keindahan, kebersihan, indeks kebahagiaan,
dan program ngabandungan mendapatkan nilai paling tinggi dengan indeks 3,60
(kategori cukup baik) yakni untuk kecamatan Bandung Kidul. Sedangkan kecamatan
yang mendapatkan penilaian paling rendah dengan indeks penilaian 1,79 (kategori
sangat kurang baik atau buruk) adalah Kecamatan Bojongloa Kaler. Sebagian besar
lagi, masyarakat menilai kinerja kecamatan dalam mewujudkan ketertiban, keindahan,
kebersihan, indeks kebahagiaan, dan program ngabandungan dengan penilaian ratarata pada kategori kurang baik (indeks 2). Berdasarkan penilaian masyarakat terhadap
kinerja kecamatan tersebut (meliputi ketertiban, keindahan, kebersihan, indeks
kebahagiaan, dan program ngabandungan) 4 kecamatan memperoleh penilaian
tertinggi yakni Kecamatan Bandung Kidul, Andir, Ujung Berung, dan Kecamatan
Sumur Bandung dengan indeks 3 (cukup baik). 5 kecamatan mendapatkan penilaian
kinerja sangat kurang atau buruk yaitu Kecamatan Cibeunying Kaler, Bandung Kulon,
Kiaracondong, Cinambo, dan Bojongloa Kaler. Sedangkan sebagian besar kecamatan
di Kota Bandung, mendapatkan penilaian dari masyarakat dengan indeks 2 (kurang
baik). Penilaian ini menunjukkan bahwa kinerja kecamatan di Kota Bandung masih
belum dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat terkait ketertiban, keindahan,
kebersihan, indeks kebahagiaan, dan program ngabandungan. Padalah program ini
sesungguhnya sudah menjadi janji politik Walikota Ridwan Kamil.17
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh
Aristanti Widyaningsih dengan memberikan simpulan atas penelitian mengenai
pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack serta pengaruh gaya
kepemimpinan sebagai variabel moderasi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung
ditemukan bahwasannya Partisipasi anggaran berpengaruh langsung dan positif
terhadap munculnya budgetary slack. Artinya semakin tinggi tingkat partisipasi dalam
penyusunan anggaran maka akan semakin tinggi budgetary slack (senjangan
anggaran) yang ditimbulkan. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack
tidak dimoderasi oleh gaya kepemimpinan, dalam hal ini gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada hubungan.18
17 Novie Indrawati Sagita,” Partisipasi Warga Masyarakat Dalam Penilaian Kinerja Kecamatan Di Kota
Bandung,” Jurnal Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016: Hlm 315-317.
18 Aristanti Widyaningsih,” Moderasi Gaya Kepemimpinan Atas Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap
Budgetary Slack,” Jurnal Fakta Ekonomi, Vol. 6 No. 1 Juni 2011: Hlm 10-15.

Di Kota Bandung pasca pergantian walikota tahun 2013 telah terjadi adanya
reframing namun tidak disertai restructuring. Dalam hal revitalization dan renewal
ada sedikit dilakukan namun tidak dibarengi dengan perubahan regulasi yang
memadai contohnya tentang konsep Bandung Juara yang merupakan suatu renewal
dalam menyemangati aparat untuk giat meraih prestasi dalam berbagai bidang
sehingga menjadikan Bandung juara (kahiji). Sebaiknya dibarengi dengan
memberikan landasan hukum formal setingkat Perda dan didukung kekuatan politik di
lembaga DPRD Kota. Hal inilah yang terungkap di DPRD yang menunggu pihak
Pemerintah Kota untuk merapat ke DPRD membicarakan langkah konkrit dalam
mewujudkan reframing baru di Kota Bandung.19
Selain itu, perlu dilakukan langkah konkret untuk menjaga partisipasi warga
dalam mekanisme e-budgeting di Kota Bandung. Para pejabat pimpinan SKPD dalam
jajaran

Pemerintah

Kota

Bandung

hendaknya

tetap

melibatkan

seluruh

Kabid/kabag/kasubag dalam penyusunan anggaran. Hasil penelitian dari Aristanti
Widyaningsih menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel partisipasi
anggaran dengan budgetary slack. Oleh karena itu, pemerintah daerah sebaiknya tidak
hanya terfokus pada faktor tersebut, melainkan dengan menggali lebih lagi faktorfaktor lain yang berpengaruh kuat terhadap munculnya budgetary slack dengan kata
lain masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang mampu
menjelaskan budgetary slack. Menyangkut gaya kepemimpinan di lingkungan
Pemerintah Kota Bandung, meskipun temuan lebih berorientasi kepada hubungan dan
tidak berpengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack,
namun hendaknya senantiasa tetap memperhatikan struktur tugas dan produktivitas
sebagai bagian penting dari gaya kepemimpinan yang dapat memberikan kontribusi
pada peningkatan kualitas kerja seluruh komponen yang terdapat dalam organisasi di
Pemerintah Kota Bandung.20
Pemerintah Kota Bandung khususnya pada bagian Pemerintahan Umum perlu
melakukan upaya sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat mengenai Sistem
Informasi Penilaian (SIP) Bandung Juara agar masyarakat semakin peduli dan sadar

19 Nandang Alamsah Deliarnoor,” Aspek Hukum Transformasi Manajemen Pemerintahan Kota Bandung Tahun
2013-2016,” Jurnal Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016: Hlm 190-192.
20 Widyaningsih, op.cit., hlm 15.

akan

pentingnya

keterlibatan

mereka

dalam

memantau

dan

mengevaluasi

(participation in evaluation) kinerja.
III.

Kesimpulan
Berkat e-budgeting, kini Pemkot Bandung dapat memonitor komposisi
anggaran dari seluruh SKPD dan bisa melakukan langkah-langkah strategis untuk
melakukan efisiensi anggaran. Proporsi anggaran Kota Bandung lebih baik, lebih
prioritas, lebih bisa dipertanggungjawabkan dan tidak ada anggaran-anggaran
siluman. Dengan E-budgeting, semua harga barang sama, tidak lagi terjadi
perbedaan harga antara dinas. Sebelumnya, SKPD bisa mengajukan anggaran
seenaknya tapi mulai sekarang pengajuan anggaran diperketat, jika kegiataan dan
anggaran tidak sesuai dengan tupoksinya, maka secara otomatis sistem akan
menolaknya.
e-Budgeting yang terkoneksi dengan BIRMS telah membantu pelibatan
masyarakat dalam tata kelola angaran dengan berbasiskan pada teknologi
informasi. BIRMS dengan mekanisme e-budgeting telah menjadi suatu gerakan
yang transparansi dalam proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam bentuk
keterbukaan dan partisipasi dalam public contracting pada semua tahapan proses
kontrak dan semua jenis kontrak. Bandung Integrated Resources Management
System

(BIRMS)

dimaksudkan

sebagai

acuan

dalam

perencanaan

dan

penganggaran terintegrasi dengan Sistem Aplikasi berbasis Web.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,” e-Budgeting Kota Bandung Tercepat Kelarnya,”(ditulis pada 20 Juni 2016, diakses
pada 19 Desember 2017, http://www.balebandung.com/e-budgeting-kota-bandung-tercepatkelarnya/).
Anonim,” Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Perencanaan Dan Penganggaran
Daerah Kota Bandung Untuk APBD Perubahan,” (diunduh pada 22 Desember 2017,
https://apbd.bandung.go.id/doc/manualAPBDPerubahan.pdf).
Batubara, Puteranegara,” Ridwan Kamil: E-Budgeting Mampu Cegah Korupsi!,”(ditulis pada
2

Desember

2017,

diakses

pada

19

Desember

2017,

https://news.okezone.com/read/2017/12/02/525/1824131/ridwan-kamil-e-budgeting-mampucegah-korupsi).
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,” Pengenalan Sistem Informasi Manajemen
Daerah

(SIMDA),”(diakses

pada

21

Desember

2017,

http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp).
Deliarnoor, Nandang Alamsah,” Aspek Hukum Transformasi Manajemen Pemerintahan Kota
Bandung Tahun 2013-2016,” Jurnal Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016: Hlm 183-200.
Fitrat, Irfan,” E-Musrenbang Perkuat Smart City Bandung,”(ditulis pada 3 Februari 2017,
diakses

pada

21

Desember

2017,

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/02/okrav9400-emusrenbangperkuat-smart-city-bandung).
Kelompok Kerja Penyusunan Pedoman Umum Bandung Integrated Resources Management
System,”Pedoman Umum Bandung Integrated Resouces Management System,” (diunduh
pada 22 Desember 2017, https://ppid.bandung.go.id/?media_dl=10103).
Mudiastuti, Tri Endang. Ed.” Ridwan Kamil - Walikota Bandung, Smart City Sebuah
Kebutuhan,” Warta Pembangunan, Volume xxIII, Nomor 3, Tahun 2016: Hlm 10-15.
Ramdani, Deni Fauzi dan Fikri Habibi,” Penguatan Partisipasi Masyarakat Dalam
Mendorong Program Smart City di Kota Bandung,”(Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Teknologi Terapan yang dilaksanakan pada Serang, 25 November 2017): Hlm 125129.
Rosadi,

Dian,”

Bandung,”(ditulis

E-Musrenbang
pada

27

jadi

solusi

peningkatan

Januari

2017,

diakses

pada

pembangunan
21

di

Desember

Kota
2017,

https://bandung.merdeka.com/halo-bandung/e-musrenbang-jadi-solusi-peningkatanpembangunan-di-kota-bandung--1701273.html).
Sagita, Novie Indrawati,” Partisipasi Warga Masyarakat Dalam Penilaian Kinerja Kecamatan
Di Kota Bandung,” Jurnal Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016: Hlm 308-329.
Widadi, Apung,” Jangan Bunuh E-Budgeting,”(ditulis pada 2 April 2015, diakses pada 19
Desember 2017, https://news.detik.com/kolom/2877374/jangan-bunuh-e-budgeting).

Widyaningsih, Aristanti,” Moderasi Gaya Kepemimpinan Atas Pengaruh Partisipasi
Anggaran Terhadap Budgetary Slack,” Jurnal Fakta Ekonomi, Vol. 6 No. 1 Juni 2011: Hlm
1-18.