STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM. docx

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENANAMAN
BUDI PEKERTI UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Strategi
Pembelajaran Akuntansi
Dosen Pengampu: Sukanti, M.Pd

Oleh:
Dyrian Haryatno
11403244026

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013/ 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini marak berita tentang pelecehan seksual pada anak
kecil, berbagai media massa terus mencari kasus-kasus tentang pelecehan
anak diberbagai daerah. Bahkan, hal tersebut terjadi di sekolah dimana anak

menimba ilmu. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk mendapatkan
ilmu dan bermain bersama teman, berubah menjadi tempat yang mengerikan
bagi anak korban pelecehan seksual. Masa anak-anak adalah masa dimana
anak masih belum matang cara berpikirnya, anak-anak masih menjadi peniru.
Jadi apabila anak melihat atau mengalami perilaku yang tidak sepantasnya
untuk anak kecil, maka akan mempengaruhi kondisi psikologis anak. Anak
belum bisa membedakan apakah hal itu baik atau buruk, anak akan meniru
dari apa yang mereka lihat. Walaupun hal tersebut perilaku yang tidak pantas,
tetapi jika anak tidak diberitahu maka anak akan menirukan hal tersebut.
Komunikasi orangtua kepada anak menjadi kunci penting untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak sepantasnya. Orangtua harus
mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan oleh anak selama dia di sekolah,
ajak anak untuk bercerita tentang sekolahnya. Orangtua juga berperan untuk
menanamkan budi pekerti, budi pekerti akan lebih tertanam dalam kebiasaan
anak jika diajarkan dirumah sejak dini. Tetapi, walaupun di rumah diajarkan
budi pekerti, sekolah seharusnya juga memasukkan budi pekerti kedalam
kurikulum sekolah. Menjadikan budi pekerti sebagai mata pelajaran akan
sangat membantu dalam menanamkan budi pekerti, paling tidak anak menjadi
tahu hal-hal yang dianggap benar sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Ketika budi pekerti ditanamkan secara terus menerus, maka hal

itu akan mengendap dalam otak anak dan dapat membentuk karakter anak.
Seseorang yang melakukan hal menyimpang, bisa disebabkan
berbagai faktor. Yang pertama, seseorang melakukan hal yang menyimpang
karena kondisi psikologisnya yang memang bermasalah. Yang kedua, karena
trauma masa lalu, seseorang bisa menjadi menyimpang karena telah

mengalami sendiri dan membekas, sehingga membentuk kepribadian yang
menyimpang. Oleh karena itu, penanaman budi pekerti sejak dini dan kontrol
dari orang tua sangat penting.
Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk menanamkan
budi pekerti kepada anak. Banyak strategi pembelajaran yang bisa diterapkan
untuk menanamkan budi pekerti, tetapi kita memerlukan strategi yang paling
tepat dan efektif. Strategi pembelajaran contekstual menjadi strategi yang
paling tepat untuk menanamkan nilai sikap, karena dalam strategi ini siswa
terlibat langsung dalam menemukan materi. Implikasinya dalam penanaman
budi pekerti adalah dalam penanaman budi pekerti anak perlu melihat
langsung bagaimana itu sikap yang baik dan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Dalam makalah ini akan diulas lebih lanjut tentang
pembelajaran kontekstual dalam penanaman budi pekerti.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari budi pekerti?
2. Apa tujuan mempelajari budi pekerti?
3. Apa pengertian strategi pembelajaran?
4. Apa pengertian strategi pembelajaran Kontekstual?
5. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran

kontekstual

dalam

penanaman budi pekerti?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari budi pekerti.
2. Untuk mengetahui tujuan mempelajari budi pekerti.
3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran kontekstual.
5. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam
penanaman budi pekerti.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Budi Pekerti

 

Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi

dan   pekerti.   Budi   dalam   bahasa   sangsekerta   berarti   kesadaran,   budi,
pengertian,   pikiran   dan   kecerdasan.   Kata   pekerti   berarti   aktualisasi,
penampilan,   pelaksanaan   atau   perilaku.   Dengan   demikian   budi   pekerti
berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku.
 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti

diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti
dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal
dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebtu ethics.
 


Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa

budi   pekerti secara   konsepsional   adalah   budi   yang   dipekertikan
(dioperasionalkan,   diaktualisasikan   atau   dilaksanakan)   dalam   kehidupan
sehari­hari   dalam   kehidupan   pribadi,   sekolah,   masyarakat,   bangsa   dan
negara.
 

Pengertian pendidikan budi pekerti menurut Haidar (2004) adalah

usaha   sadar   yang   dilakukan   dalam   rangka   menanamkan   atau
menginternalisasikan nilai­nilai moral ke dalam sikap dan perilaku peserta
didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah)
dalam   kehidupan   sehari­hari,   baik   dalam   berinteraksi   dengan   Tuhan,
dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu perilaku positif
yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu
yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-laihan,
misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati

orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum dan
lain sebagainya.
Dari beberapa pengertian diatas, budi pekerti adalah kesadaran
positif yang diaktualisasikan kedalam tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari, baik   dalam   berinteraksi   dengan   Tuhan,   dengan   sesama
manusia maupun dengan alam/lingkungan.

Berkaitan   dengan   hal   tersebut,   Pusbangkurandik     (1997)
mengkategorikan pendidikan budi pekerti menjadi tiga komponen yaitu: 
a. Keberagamaan,   terdiri   dari   nilai­nilai;   (a)   kekhusukan   hubungan
denganTuhan,   (b)   kepatuhan   kepada   Agama,   (c)   niat   baik   dan
keikhlasan, (d)perbuatan baik, (e) pembalasan atas perbuatan baik dan
buruk.
b. Kemandirian, terdiri dari nilai­nilai; (a) harga diri, (b)   disiplin, (c)
etos kerja  (kemauan untuk berubah, hasrat mengejar kemajuan, cinta
ilmu, teknologi  dan seni), (d) rasa tanggung jawab, (e) keberanian dan
semangat, (f) keterbukaan, (g) pengendalian diri.
c. Kesusilaan,   terdiri   dari   nilai­nilai;   (a)   cinta   dan   kasih   sayang,   (b)
kebersamaan, (c)  kesetiakawanan, (d) tolong­menolong, (e) tenggang
rasa,   (f)     hormat   menghormati,   (g)   kelayakan   (kapatutan),   (h)   rasa

malu, (i) kejujuran dan (j) pernyataan terima kasih, permintaan maaf
(rasa tahu diri).
2. Tujuan Mempelajari Budi Pekerti
Tujuan pendidikan budi pekerti berdasarkan kerangka pemikiran para ahli
yaitu sebagai berikut :
a. Siswa memahami  nilai  ­ nilai  budi  pekerti  di  lingkungan  keluarga,
lokal,   nasional,   dan internasional   melalui   adat   istiadat,   hukum,
undang­ undang dan tatanan antar bangsa.
b. Siswa mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisiten
dalam mengambil keputusan budi pekerti di tengah ­ tengah rumitnya
kehidupan bermasyarakat saat ini.
c. Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara
rasional   bagi  pengambilan   keputusan   yang   baik   setelah   melakukan
pertimbangan sesuai dengan norma pendidikan budi pekerti .
d. Siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi
pembentukan  kesadaran   dan   pola   perilaku   yang   berguna  dan
bertanggung jawab batas tindakannya.
 

Secara   umum   bertujuan   untuk   memfasilitasi   siswa   agar   mampu


menggunakan   pengetahuan,  mengkaji   dan   mempersonalisasikan   nilai,

mengembangkan   keterampilan   sosial   yang   memungkinkan   tumbuh   dan
berkembang, berakhlak mulia dalam diri manusia serta mewujudkannya
dalam perilaku sehari ­ hari, dalam berbagai konteks sosial ­ budaya yang
berbhinneka sepanjang hayat.
Pendidikan Budi Pekerti bertujuan untuk :
a.

Membina  kepribadian   peserta  didik   berdasarkan   nilai,   norma,  dan
moral   luhur   bangsa   Indonesia   yang   tercermin   dalam   dimensi
keagamaan, kesusilaan, dan kemandirian.

b.

Membiasakan peserta didik untuk berpola pikir, bersikap, berkata,
dan   bertindak   yang   mencerminkan   nilai,   norma,   dan   moral   luhur
bangsa   Indonesia   yang   tercermin   dalam   dimensi   keagamaan,
kesusilaan, kemandirian


c.

Menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk berlangsungnya
pembentukan budi pekerti yang luhur.

d.

Pendidikan   budi   pekerti   mempunyai   sasaran   kepribadian   siswa   ,
khususnya unsur karakter atau watak yang mengandun hati nurani
(conscience)  sebagai kesadaran  diri  (consciousness) untuk  berbuat
kebajikan (virtue).

3. Pengertian Strategi Pembelajaran
  

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method,

or series of activities designed to achieves a particular educational goal
(J.R.   David,   1976).   Jadi,   dengan   demikian   strategi   pembelajaran   dapat

diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

 

(   Wina   Sanjaya,   2006)   Ada   dua   hal   yang   patut   dicermati   dari

pengertian   diatas.   Pertama,   strategi   pembelajaran   merupakan   rencana
tindakan   (rangkaian   kegiatan)   termasuk   penggunaan   metode   dan
pemanfaatan   berbagai   sumber   daya/   kekuatan   dalam   pembelajaran.   Ini
berarti   penyusunan   suatu   strategi   baru   sampai   pada   proses   penyusunan
rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Artinya , arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah­
langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar
semuanya   diarahkan   dalam   upaya   pencapaian   tujuan.   Oleh   sebab   itu,
sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas dapat
diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi
suatu strategi.
  


Kemp   (1995)   menjelaskan   bahwa   strategi   pembelajaran   adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan   pembelajaran   dapat   dicapai   secara   efektif   dan   efisien.   Senada
dengan pendapat diatas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa
strategi   pembelajaran   itu   adalah   suatu   set   materi   dan   prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama­sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa.
4. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
 

Contextual   Teaching   and   Learning  (CTL)   adalah   suatu   strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh   untuk   dapat   menemukan   materi   yang   dipelajari   dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep
tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan   materi,   artinya   proses   belajar   diorientasikan   pada   proses

pengalaman secara langsung.  Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat
menemukan   hubungan   antara   materi   yang   dipelajari   dengan   situasi
kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara
pengalaman   belajar   di   sekolah   dengan   kehidupan   nyata.  Ketiga,   CTL
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL   bukan   hanya   mengharapkan   siswa   dapat   memahami   materi   yang
dipelajarinya,   akan   tetapi   bagaimana   materi   pelajaran   dapat   mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari­hari.
 

Sehubungan   dengan   hal   itu,   terdapat   lima   karakteristik   penting

dalam proses pembelajaran yang menggunakan  pendekatan CTL.
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan   yang   sudah   dipelajari   ,   dengan   demikian   pengetahuan
yang   akan   diperoleh   siswa   adalah   pengetahuan   yang   utuh   yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran   kontekstual   adalah   belajar   dalam   rangka   memperoleh
dan   menambah   pengetahuan   baru.   Pengetahuan   baru,   itu   diperoleh
dengan   cara   deduktif,   artinya   pembelajaran   dimulai   dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.
c. Pemahaman   pengetahuan   (understansing   knowledge),   artinya
pengetahuan   yang   diperoleh   bukan   untuk   dihafal   tetapi   untuk
dipahami,   diyakini,   misalnya   dengan   cara   meminta   tanggapan   dari
yang   lain   tentang   pengetahuan   yang   diperolehnya   dan   berdasarkan
tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan
d. Mempraktikan   pengetahuan   dan   pengalaman   tersebut   (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus   dapat   diaplikasikan   dalam   kehidupan   siswa,   sehingga   tampak
perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan   refleksi   (reflecting   knowledge)   terhadap   strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
5. Penerapan   Strategi   Pembelajaran   Kontekstual   dalam   Penanaman   Budi
Pekerti
Pola Pembelajaran CTL
a. Pendahuluan 
1) Guru menjelaskan tiga komponen budi pekerti, yaitu keberagaman,
kemandirian, dan kesusilaan. Serta menjelaskan pentingnya budi
pekerti dalam pembentukan kepribadian.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
a) Siswa   dibagi   ke   dalam   beberapa   kelompok   sesuai   dengan
jumlah siswa
b) Tiap   kelompok   ditugaskan   untuk   melakukan   observasi,
observasi dilakukan di lingkungan rumah masing masing siswa.
Setiap   kelompok   melakukan   observasi   di   lingkungan   tempat
tinggal masing­masing. 
c) Melalui   observasi   siswa   ditugaskan   untuk   mencatat   berbagai
komponen   dalam   budi   pekerti   yang   ditemukan   dilingkungan
rumahnya
3) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
oleh setiap siswa.
b. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi dilingkungan rumah masing­masing 
2) Siswa mencatat hal­hal yang mereka temukan tentang budi pekerti
di lingkungan rumah masing­masing 
Di dalam kelas

1) Siswa   mendiskusikan   hasil   temuan   mereka   sesuai   dengan
kelompoknya masing
2) Siswa melaporkan hasil diskusi 
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
kelompok lain.
Penutup
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar
masalah   budi   pekerti,   dan   menyampaikan   tiga   komponen   budi
pekerti yang sesuai dengan hasil pengamatan siswa
2) Guru   menugaskan   siswa   untuk   mengimplementasikan   tiga
komponen budi pekerti ke dalam kehidupan sehari­hari, kemudian
membuat laporan tentang apa yang sudah siswa implemetasikan.
 

Dengan   pembelajaran   kontekstual,   anak   mengalami   langsung

dalam   kehidupan   nyata.   Sehingga   diharapkan,   dengan   melihat   teladan
langsung   dalam   kehidupan   sehari­harinya,   anak   dapat   menirukan   hal
tersebut. 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 

Budi   pekerti  adalah kesadaran positif yang diaktualisasikan kedalam

tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan,
dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan. Budi pekerti menjadi
sangat   penting   untuk   pembentukan   karakter   anak.   Pembelajaran   kontekstual
menjadi strategi yang tepat untuk menanamkan budi pekerti, tiga komponen budi
pekerti   yaitu   Keberagamaan,   terdiri   dari   nilai­nilai;   (a)   kekhusukan   hubungan
denganTuhan,   (b)   kepatuhan   kepada   Agama,   (c)   niat   baik   dan   keikhlasan,
(d)perbuatan baik, (e) pembalasan atas perbuatan baik dan buruk. Kemandirian,
terdiri dari nilai­nilai; (a) harga diri, (b)  disiplin, (c) etos kerja  (kemauan untuk
berubah,   hasrat   mengejar   kemajuan,   cinta   ilmu,   teknologi     dan   seni),   (d)   rasa
tanggung jawab, (e) keberanian dan  semangat, (f) keterbukaan, (g) pengendalian
diri.   Kesusilaan,   terdiri   dari   nilai­nilai;   (a)   cinta   dan   kasih   sayang,   (b)
kebersamaan, (c)   kesetiakawanan, (d) tolong­menolong, (e) tenggang   rasa, (f)
hormat menghormati, (g) kelayakan (kapatutan), (h) rasa malu, (i) kejujuran dan
(j) pernyataan terima kasih, permintaan maaf (rasa tahu diri). Ketiga komponen
tersebut   diharapak   bisa   menciptakan   manusia   yang   bermoral,   berkarakter,
berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur merupakan tujuan dari pembangunan
manusia Indonesia yang kemudian diimplementasikan ke dalam tujuan pendidikan
nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Dikbud. 1997. Pedoman Pembelajaran Budi Pekerti,. Jakarta: Pusbang­
kurrandik.
Cahyoto,2002.Budi  Pekerti   Dalam   Perspektif   Pendidikan.  Malang   :  Depdiknas
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah – Pusat Penataran Guru IPS dan
PMP Malang
Departemen   Pendidikan   dan   Kebudayaan   .1989.Kamus   Besar   Bahasa
Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka
Haidar   Putra   Daulay,   (2004). Pendidikan   Islam   Dalam   Sistem   Pendidikan
Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, Cet. ke­1.
          Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. 2001.
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses 
Pendidikan.  Jakarta : KENCANA PREDANA MEDIA
Izzaty, Rita Eka dkk, 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY 
PRESS

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62