HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (WUS) DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARA JUANTI KABUPATEN SINTANG TAHUN 2014

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN

  

SIKAP WANITA USIA SUBUR (WUS) DENGAN

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARA JUANTI

KABUPATEN SINTANG

TAHUN 2014

RELATIONSHIP EDUCATION KNOWLEDGE AND ATTITUDE FERTILE

  

WOMEN WITH BREAST SELF-EXAMINATION (BSE) IN THE WORK AREA

HEALTH DARA JUANTI SINTANG 2014 Desi Kurniawati Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (S1), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya ABSTRAK

  Deteksi dini kanker belum populer di Indonesia, karena ketidaktahuan, ketidak pedulian dan ketidak mampuan finansial, dan banyak anggota masyarakat yang takut menghadapi kenyataan bahwa ada diantara mereka yang terkena kanker payudara. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk menemukan tumor atau kanker payudara oleh penderita sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan pengetahuan dan sikap wanita usia subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri . Jenis peneltian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan cross

  sectional dengan tehnik pengambilan sampel

  total sampling sebanyak 60 orang wanita usia subur (WUS) . Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji statistik uji chi square dengan taraf signifikan 0,05 (5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pendidikan (p

  value = 0,000), pengetahuan (p value = 0,000),

  sikap (p value = 0,000), dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden pendidikan tinggi (96,7%), pengetahuan baik (81,8%), sikap mendukung (81,2%) pernah melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Diharapkan kepada masyarakat khususnya wanita usia subur agar melakukan SADARI sedini mungkin untuk deteksi dini pencegahan kanker payudara dan kepada pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dara Juanti agar memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakukan SADARI bukan hanya di tempat fasilitas kesehatan saja tetapi di tempat umum seperti pada saat posyandu, pertemuan arisan atau ibu-ibu PKK.

  Kata kunci : Pendidikan, pengetahuan, sikap, SADARI

  ABSTRACT

  Early detection of cancer is not popular in Indonesia, because do not, indifference and incompetence financially, and many members of the public who are afraid to face the fact that there are among those affected by breast cancer. Breast self-examination (BSE) is an examination that aims to find a tumor or breast cancer by patients themselves. This study aims to determine the relationship of educational knowledge and attitudes of women of childbearing age with breast self-examination. Type of this research is quantitative research using cross sectional design with a sample of 60 women of childbearing age. Techniques of data collection using questionnaires, data analysis using univariate and bivariate analysis using chi square statistical test with a significance level of 0.05 (5%).

  The results showed that there was a significant relationship between education (p value = 0.000), knowledge (p value = 0.000), attitude (p value = 0.000), with breast self-examination

  (BSE). From this study it can be concluded that the majority of higher education respondents (96.7%), good knowledge (81.8%), being supportive (81.2%) never carry out breast self- examination (BSE). To hope for the public women of childbearing age breast self examination to become possible early to prevent breast cancer and to health service in work Dara Juanti Sintang health area to hope take health education about breast self examination not in health facility but in public service etc, on Posyandu, a small club of saving meeting, PKK mother.

  apabila diketahui lebih dini , dalam hal ini, diperlukan suatu sikap positif dari wanita mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai salah satu upaya deteksi dini kanker payudara, sehingga diharapkan wanita akan melakukan deteksi dini secara rutin.

  pemeriksaan SADARI masih sangat rendah, hal ini banyak dipengaruhi oleh ketidaktahuan wanita akan bahaya kanker payudara, sedangkan pengetahuan masih dipengaruhi oleh pendidikan maupun ekonomi. Selain masih

  7 Minat masyarakat untuk melakukan

  belum populer di Indonesia, karena ketidaktauan, ketidakpedulian dan ketidakmampuan finansial, dan banyak anggota masyarakat yang takut menghadapi kenyataan bahwa ada diantara mereka yang terkena kanker payudara. Pemeriksaan payudara sendiri merupakan pemeriksaan yang bertujuan menemukan tumor atau kanker oleh penderita sendiri. Sehubungan dengan masalah kurang memasyaraktnya deteksi dini kanker di Indonesia maka sangat dibutuhkan usaha penanggulangan secara terpadu dengan melibatkan bidang medis dan ilmiah, pemerintah serta masyarakat untuk mengatasi dan menghadapi penyakit kanker yang merupakan momok bagi kita semua.

  6 Pada kenyataannya, deteksi dini kanker

  terdapat keluhan pada payudaranya, belum tentu ia tidak terkena kanker payudara oleh sebab itu sebaiknya pemeriksaan payudara sendiri dan dilakukan secara rutin sangat diperlukan.

  5 Wanita yang tampak sehat dan tidak

  kanker payudara yang ampuh dan memenuhi syarat serta sangat efisien. Pemeriksaan yang dilakukan sangat sederhana, ekonomis, tidak menyebabkan sakit dan cepat.. Diagnosis awal SADARI dan pengobatan yang tepat sangat memungkinkan penyembuhan kanker secara total.

  Keywords: Education, knowledge, attitudes, BSE

  4 SADARI merupakan skrining dan deteksi

  4 Kanker payudara dapat disembuhkan

  Spektrum terbanyak menurut penelitian Azamris dalam penelitian Ayu (2009) adalah pada stadium IIIa dan IIIb sebesar 68,6%, stadium IV 8,6%, sedangkan stadium dini (stadium I dan II) hanya 22,4% . Penyebab keterlambatan penderita datang ke dokter, antara lain takut operasi, percaya pada pengobatan tradisional atau paranormal dan faktor ekonomi atau ketiadaan biaya. semakin tinggi stadium kanker payudara maka kemungkinan sembuh akan turun hingga 15%. Keadaan ini menyebabkan tingginya angka pengangkatan payudara pada penderita kanker payudara di Indonesia .

  ribu penduduk di Indonesia terserang kanker payudara. Kanker payudara ternyata paling banyak menyerang wanita indonesia, 87% penderita Indonesia datang ke tempat pengobatan dalam kondisi stadium lanjut.

  payudara diperkirakan mencapai 21.600 wanita dan 5.300 orang akan meninggal dunia. Sementara itu, Australian Institut of and Welfare melaporkan, 1 dari 11 wanita di Australia sebanyak 11.791 wanita menderita kanker payudara dan sekitar 2.594 orang meninggal dunia karena penyakit tersebut. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita tetap menunjukkan titik tertinggi.

  Society (2007) di kanada penderita kanker

  setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh juta dan ada sekitar 1,2 juta wanita didiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2008, menjadikan kanker payudara menjadi urutan kedua setelah kanker mulut rahim. Survei terakhir di dunia menunjukkan tiap tiga menit ditemukan penderita kanker payudara dan setiap 11 menit ditemukan seorang wanita meninggal akibat kanker payudara.

  memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara invasive (stadium I-IV) dan sekitar 40.140 orang akan meninggal karena penyakit ini, dan sebanyak 3% kasus kematian wanita di Amerika disebabkan oleh kanker payudara.

  Kanker payudara adalah kanker yang menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim pada perempuan. Di Amerika kanker payudara ini menduduki peringkat tertinggi diantara kanker yang lainnya. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa kanker payudara baik di Indonesia maupun Amerika Serikat memperlihatkan kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun.

  Pendahuluan

1 The American Cancer (2007)

2 Menurut WHO (Word Health Organization),

3 Berdasarkan laporan Canadian Cancer

3 Setiap tahun ada seratus wanita dari 100

  banyaknya anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan sehingga ada rasa takut untuk melakukan SADARI. Adanya cerita yang disampaikan oleh orang lain bahwa pemeriksaan SADARI tidak cukup berguna bagi mereka apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, sehingga menimbulkan keraguan untuk melakukan SADARI.

1 Rendahnya tingkat pengetahuan, dan

  minimnya akses informasi kesehatan, membuat wanita tidak paham bahkan tidak mengetahui sama sekali informasi yang tepat berkenaan dengan kanker payudara. Dengan tingkat pengetahuan yang rendah, maka sarjana kesehatan masyarakat sebagai salah satu tenaga kesehatan khususnya tentang kanker payudara kepada masyarakat.

1 Data dari RSUD dr. Soedarso Pontianak

  Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian dari responden berpendidikan rendah sebanyak 30 (50%)

  Tinggi (≥SMA) 30 50,0 Jumlah 60 100,0

  Rendah (< SMA) 30 50,0 2.

  No . Pendidik an Frekuen si Persenta si (%) 1.

  (WUS) Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur

  1. Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan Pendidikan

  A. Analisa Univariat

  Hasil

  menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden untuk diisi setelah responden bersedia diteliti. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument. Instrumen diuji cobakan pada 30 wanita usia 20-45 tahun di Puskesmas Tanjung Puri Sintang. Responden dalam uji coba ini merupakan pengunjung pada Puskesmas Tanjung Puri Sintang dan mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan responden dalam penelitian. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Sintang.

  12 Instrumen penelitian ini adalah

  penelitian ini adalah semua wanita usia subur (WUS) usia 20-45 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Dara Juanti Sintang. Dengan kunjungan wanita usia subur (WUS) bulan Juni- Juli 2014 sebanyak 60 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh (total sampling) yaitu teknik penentuan sampel semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

  11 Metode pendekatan yang digunakan cross sectional. Populasi yang digunakan pada

  menjelaskan suatu keadaan atau situasi kepada sampel penelitian.

  analitik yaitu penelitian yang diarahkan untuk

  penelitian ini menggunakan metode survey

  Metode

  Pendidikan Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintan gTahun 2014”

  petugas kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Dara Juanti Sintang terdapat 7 kasus wanita yang pernah menderita kanker payudara. Dari register kunjungan Wanita Usia Subur (WUS) bulan Januari-Februari 2014 diperoleh data kunjungan sebanyak 60 orang, dan dari tanya jawab 10 wanita usia 20-45 tahun bahwa tujuh diantara mereka pernah mendengar tentang kanker payudara dan juga tentang SADARI namun kurang mengerti apa maksud dari SADARI itu sendiri, dua diantara mereka bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai SADARI serta hanya satu orang yang pernah melakukan SADARI itupun dalam jangka waktu yang tidak teratur dengan alasan tidak merasakan adanya keluhan pada payudaranya. Melihat hal yang demikian ini, maka penyebarluasan pengetahuan dan informasi mengenai SADARI perlu digalakkan, untuk meningkatkan kesadaran wanita usia subur melakukan pemeriksaan dini kanker payudara, dan untuk kedepannya pemeriksaan serupa dapat terus dilaksanakan dengan penuh kesadaran sendiri. Maka peneliti merasa perlu untuk mengambil penelitian tentang “ Hubungan

  orang, tahun 2012 berjumlah 16 orang, tahun 2013 berjumlah 25 orang.

  Adeno Mamae (FAM), tahun 2011 berjumlah 19

  Djoen Sintang menunjukan tahun 2011 berjumlah enam orang, tahun 2012 berjumlah 24 orang dan tahun 2013 berjumlah enam orang. Sedangkan data penderita tumor jinak Fibro

  forum MMK (Melati Mekar Kembali ), menyebutkan, bahwa penderita kanker payudara yang berada diperkumpulan Forum MMK setiap tahunya tidak pernah kurang dari 40 orang.

  menunjukan 60-70% pasien datang pada stadium tiga keatas, pasien yang dating pada stadium tinggi menjalani kemoterapi tetap harus menjalani pengangkatan payudara.

8 Data yang didapat dari Kota Pontianak

9 Data kanker payudara dari RSUD Ade M

10 Studi pendahuluan yang didapatkan dari

  36-45

  21

  35

  dan yang berpendidikan tinggi sebanyak 2.

  tahun 30 (50,0%). (Tua) Jumla

  60 100,0 h

2. Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan Pengetahuan

  Berdasarkan Tabel 4.4 di atas

  Tabel 4.2

  menunjukkan bahwa sebagian besar

  Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur

  responden berusia 20-35 tahun (Muda)

  (WUS) Berdasarkan Pengetahuan di yaitu sebanyak 39 (65%). Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

  N Pengetah Frekue Persent o. uan nsi asi (%)

  5. Distribusi Frekuensi Wanita Usia Baik 33 55,0 1.

  Subur (WUS) Berdasarkan Pekerjaan Kurang 27 45,0 2.

Tabel 4.5 baik

  Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Jumlah 60 100,0 Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

  Berdasarkan Tabel

  4.2 menunjukkan bahwa sebagian dari responden berpengetahuan baik yaitu

  No Pekerja Frekuen Persenta sebanyak 33 (55,0%). . an si si (%)

  1. Bekerja

  15

  25 Tidak

  45

  75

  3. Distribusi Frekuensi Wanita Usia 2. bekerja Jumlah

  60 100,0 Subur (WUS) Berdasarkan Sikap

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur

  Berdasarkan Tabel

  4.5

  (WUS)Berdasarkan Sikap

  menunjukkan bahwa sebagian besar

  di Wilayah Kerja Puskesmas Dara

  responden tidak bekerja yaitu

  Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

  sebanyak 45 (75%)

  No Frekuen Persenta Sikap . si si (%) Menduku 32 53,3 1.

  6. Distribusi Frekuensi Wanita Usia ng

  Subur (WUS) Berdasarkan Status Kurang 28 46,7

  Perkawinan 2. menduku

Tabel 4.6 ng

  Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur Jumlah 60 100,0 (WUS)Berdasarkan Status Perkawinan di

  Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

  Berdasarkan Tabel 4.3 di atas

  N Status Frekuen Persenta

  menunjukkan sebagian dari responden

  o Perkawin

  bersikap mendukung yaitu sebanyak si si (%)

  . an 32 (53,3%).

  1 Menikah 53 88,3 .

  2 Belum 7 11,7

  4. Distribusi Frekuensi Wanita Usia menikah .

  Subur (WUS) Berdasarkan Usia Jumlah 60 100,0 Tabel 4.4

  Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan Usia

  Berdasarkan Tabel

  4.6

  di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti

  menunjukkan bahwa hampir seluruh

  Kabupaten Sintang Tahun 2014

  responden status perkawinan menikah

  No Frekuens Persentas Usia yaitu sebanyak 53 (88,3%). . i i (%) 20-35

  39

  65 tahun

  1.

  (Muda )

  (40,6%).

  7. Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan Informasi Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur

  (WUS)Berdasarkan Informasi Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

  Informa No Frekuen Persenta si . si si (%) SADARI

  1. Pernah 32 53,3 Tidak 28 46,7 2. pernah Jumlah

  60 100,0

  Berdasarkan Tabel

  4.7 menunjukkan bahwa sebagian dari responden informasi tentang SADARI pernah yaitu sebanyak 32 (53,3%).

  8. Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

  Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Wanita Usia

  Subur (WUS) Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun

  Sumber No informa Frekuen Persenta . si si si (%) SADARI

  1. Petugas 6 18,8 kesehat an Bangku

  12 37,5 kuliah

  2. Media 13 40,6

  3 massa 4..

  Orang 1 3,1 lain Jumlah 60 100,0

  Berdasarkan Tabel

  4.8 menunjukkan bahwa sebagian dari responden mendapat informasi SADARI dari media masa yaitu sebanyak 13

9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Wanita Usia Subur mengenai SADARI yang Pernah di Lakukannya

  Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan Jawaban Mengenai SADARI yang Pernah di Lakukannya di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

  Ya Tidak Pernyataan n % n %

  Saya melakukan SADARI tiap bulan dalam 6 bulan terakhir 14 43,8 18 56,2 ini Saya melakukan SADARI tidak teratur 20 62,5 12 37,5 Saya berdiri dan memperhatikan bentuk payudara tanpa 17 53,1 15 46,9 menggunakan cermin Saya memperhatikan puting saya 32 100 Saya memperhatikan kulit payudara saya 29 90,6 3 9,4 Saya akan memperhatikan cairan yang keluar dari puting 28 87,5 4 12,5 saya Saya periksa payudara saya dengan berbaring 14 43,8 18 56,2 Saya meraba payudara saya dengan menggunakan 3 jari 28 87,5 4 12,5 yang dirapatkan Saya meraba payudara saya dengan menggunakan jari 5 15,6 27 84,4 telunjuk Saya meraba seluruh payudara dengan gerakan memutar 27 84,4 5 15,6 Saya meraba seluruh payudara dengan tekanan kuat 16 50,0 16 50,0 sampai ke dalam Saya meraba payudara saya setelah haid saya selesai 13 40,6 19 59,4 setiap bulannya

  Berdasarkan Tabel 4.9 tampak bahwa perhatian responden paling banyak tertuju pada puting payudara, yaitu dilakukan oleh 32 responden (100%) .

10. Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS)Berdasarkan Alasan Tidak Pernah SADARI

  Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan Alasan Tidak Pernah

  Melakukan SADARI Jumlah n % n % Pernah

  32 53,3 Tidak pernah 28 47,7 Alasan :

  Tidak mau melakukan Tidak mengerti gunanya Tidak merasa perlu untuk melakukan Tidak pernah diajarkan caranya Lainnya

  3

  14

  4

  4

  3 10,7 50,0 14,3 14,3 10,7

  Jumlah 60 100

  Berdasarkan Tabel 4.10, terlihat 53,3% responden yang pernah melakukan SADARI. Dari wanita yang mengatakan tidak pernah melakukan SADARI, ternyata sebagian besar dari mereka beralasan bahwa mereka tidak mengerti kegunaan dari SADARI (50,0%).

  SADARI di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Sintang Tahun 2014

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

  Rendah 27 90,0 3 10,0 30 100 261.000 0,000

  Tinggi 1 3,3 29 96,7 30 100 Jumlah

  28 46,7 32 53,3 60 100

  Berdasarkan Tabel 4.11, wanita usia subur yang berpendidikan rendah pernah melakukan SADARI sebanyak 3 (10,0%), dan sebanyak 29 (96,7%) sedangkan wanita usia subur berpendidikan tinggi pernah melakukan SADARI sebanyak 29 (96,7%).

  Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga dengan

  alpha 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan Wanita

  Usia Subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

  Pendidikan SADARI Total OR 95% CI P Tidak value pernah pernah n % n % n %

  (SADARI)di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014

  Tabel 4.11 Hubungan Pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri

  2. Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

  Hubungan pengetahuan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dapat di lihat pada tabel berikut.

  Tabel 4.12 Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan Payudara

  Sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Sintang Tahun 2014

  SADARI OR Total P Pengetahuan 95% Tidak pernah pernah value

  CI n % n % n % 22 81,5

5 18,5

27 100 Kurang Baik 6 18,2

27 81,8

33 100 Baik

  19.800 0,000 28 46,7

32 53,3

60 100 Jumlah

  Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, wanita usia subur yang berpengetahuan kurang baik pernah melakukan SADARI sebanyak 5 (18,5%), sedangkan wanita usia subur yang berpengetahuan baik melakukan SADARI sebanyak 27 (81,8%).

  Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Sehigga dengan

  alpha 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

  Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 19.800 dapat diartikan bahwa wanita usia subur yang berpengetahuan kurang baik memiliki risiko19,8 kali untuk tidak melakukan SADARI dibandingkan wanita usia subur berpengetahuan baik.

  3. Hubungan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan

  Tabel 4.13 Hubungan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Sintang Tahun 2014

  SADARI OR Total Tidak pernah pernah P n % Sikap 95% n % n % value CI

  Kurang mendukung 22 78,6

6 21,4

28 100 Mendukung 6 18,8

26 81,2

32 100 15,889 0,000 Jumlah 28 46,7

32 53,3

60 100

  Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, wanita usia subur yang bersikap kurang mendukung pernah melakukan SADARI sebanyak 6 (21,4%), sedangkan, wanita usia subur yang bersikap mendukung pernah melakukan SADARI sebanyak 26 (81,2%).

  Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga dengan

  alpha 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap Wanita Usia Subur (WUS) pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

  Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 15.889 dapat diartikan bahwa wanita usia subur yang bersikap kurang mendukung memiliki risiko 15,8 kali untuk tidak melakukan SADARI dibandingkan wanita usia subur yang bersikap mendukung.

  Pembahasan

A. Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

  Hasil uji statistik menggunakan chi

  pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan faktor lain yang dapat mempengaruhi suatu perilaku, diantaranya pengetahuan, kepercayaan, sikap, sumber daya. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, maka apa yang dipelajari antara lain perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku baru atau adopsi perilaku tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan berlangsung lama. Dibuktikan dari presentase yang tinggi jawaban responden

  16 Didukung pula dengan penjelasan bahwa

  pendidikan, media, dan keterpaparan informasi. Pengetahuan merupakan faktor predisposing yang sangat menentukan untuk membentuk perilaku sehingga adanya pengetahuan yang tinggi maka seseorang dapat mewujudkan suatu tindakan yang positif. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) diharapkan sikap yang baik dapat mempengaruhi perilaku SADARI.

  11 Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh

  Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,00, sehingga dengan alpha 5% artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita usia subur pernah melakukan SADARI sebanyak 5 (18,5%), dengan pengetahuan kurang baik dan sebanyak 27 (81,8%) dengan pengetahuan baik. Kenyataan ini sesuai dengan tinjauan teori. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu melalui proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun informal, informasi yang diperoleh dapat menambah pengetahuan responden karena sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata (membaca), dan telinga (mendengar). Pengetahuan baik bila informasi diperoleh dari sumber yang kompeten, misalnya bidan, perawat,dokter.

  B. Hubungan Pengetahuan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

  wanita yang berpendidikan rendah memiliki risiko 261 kali tidak melakukan SADARI di bandingkan dengan wanita yang berpendidikan tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan mempengaruhi seseorang untuk melakukan pemeriksaan SADARI , semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah seseorang menerima informasi tentang SADARI.

  pada penelitian hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan wanita tentang SADARI yang menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan responden tentang SADARI.

  dilakukan oleh Proborini pada penelitian yang dilakukan di Kelurahan Banjardowo Genuk Semarang tahun 2012 pada wanita tentang hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap dengan perilaku SADARI yang menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan perilaku SADARI.

  Pendidikan dapat menjadi sarana untuk membuka wawasan sehingga seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih mudah menerima perubahan. Namun demikian untuk meningkatkan pengetahuan wanita usia subur tidak harus dengan cara meningkatkan pendidikan formal mereka tetapi dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Pendidikan kesehatan yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan wanita usia subur diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin.

  Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, persepsi sehat dan sakit. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predispossing, tingkat pendidikan formal maupun informal tolak ukur bagi seseorang untuk mempermudah dalam memberikan persepsi, respon atau tanggapan mengenai segala sesuatu dari luar.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita usia subur yang pendidikan rendah melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebanyak 3 (10,0%). Sedangkan wanita usia subur pendidikan tinggi melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebanyak 29 (96,7%).

  dengan alpha 5% artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang tahun 2014.

  square diperoleh nilai p=0,000, sehingga

13 Hal ini, sejalan dengan penelitian yang

14 Demikian juga penelitian yang dilakukan

15 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

  yang salah dengan pertanyaan Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), dapat mendeteksi secara dini adanya kanker payudara.

11 Rendahnya pengetahuan wanita usia

5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan

17 Penelitian oleh Sreedharan, et al. pada

15 Hal ini sejalan dengan penelitian yang

18 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

  2. Informasi SADARI, 53,3% pernah mendapat informasi SADARI, 40,6% mendapatkan informasi dari media masa.

  Alasan utama responden yang tidak melakukan SADARI 50,0% tidak mengerti kegunaan dari SADARI

  4. Responden yang pernah melakukan SADARI 53,3%, jawaban paling banyak adalah 100 % tertuju pada puting payudara.

  3. Pendidikan rendah dan tinggi sebanyak 50 % pengetahuan baik sebanyak 55,0% sikap mendukung 53,3%.

  1. Karakteristik wanita usia subur (WUS) dalam penelitian ini yaitu 65% berusia muda, 75% tidak bekerja, 88,3% menikah,

  subur tentang SADARI disebabkan oleh wanita tidak tahu atau kurang mengerti dengan manfaat SADARI, kurang memperhatikan payudara, rasa takut akan operasi, percaya pada dukun atau tradisional dan rasa malas serta malu memperhatikan payudara. Berdasarkan pernyataan dari Sutjipto, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan faktor budaya, yang menyebabkan seseorang datang dengan kondisi kanker payudara stadium lanjut.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada wanita usia subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang Tahun 2014 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

  Kesimpulan

  Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Handayani pada penelitian tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku para wanita dalam melakukan SADARI di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten 2010 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku responden melakukan SADARI. Demikian juga penelitian pada wanita di Kelurahan Banjardowo Genuk Semarang tahun 2012 oleh Proborini. Proborini menyatakan ada hubungan bermakna antara sikap terhadap perilaku pemeiksaan payudara sendiri (SADARI). Selanjutnya hasil penelitian Sari pada remaja putri di MAN 2 Banda Aceh tahun 2013, menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap dengan tindakan SADARI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita usia subur yang bersikap kurang mendukung memiliki risiko 15,8 kali tidak melakukan SADARI dibandingkan wanita usia subur bersikap mendukung. Peneliti menyimpulkan bahwa sikap sangat menentukan tindakan seseorang, semakin seseorang mempunyai sikap yang positif atau mendukung maka akan semakin mudah seseorang tersebut menerima dan menerapkan informasi tentang SADAR

  Hasil uji kemaknaan diperoleh nila p=0,000 sehingga dengan alpha 5% artinya ada hubungan bermakna antara sikap dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti Sintang tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita usia subur pernah melakukan SADARI sebanyak 6 (21,4%), dengan sikap kurang mendukung dan sebanyak 26 (81,2%) dengan sikap mendukung. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourble) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar,2005). Sikap didefenisikan sebagai semacam kecendrungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2005).

  wanita yang berpengetahuan kurang baik memiliki risiko dengan 19.80 tidak melakukan SADARI, dibandingkan dengan wanita berpengetahuan baik. Peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi pola pikir, semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin baik seseorang tersebut memahami informasi tentang SADARI.

  dilakukan pada tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku para wanita dalam melakukan SADARI di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten 2010 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku responden melakukan SADARI.

  tahun 2010 tentang pengetahuan dan praktik SADARI pada perawat Arab didapatkan hasil 84,4% melakukan SADARI. Alasan mereka melakukan SADARI yaitu takut akan kanker payudara, saran dari dokter untuk melakukan SADARI, pengaruh media,merasa nyeri pada payudara, saran dari petugas kesehatan dan dorongan dari teman.

  pada sebagian besar wanita melakukan SADARI dengan nyaman, sedangkan hal yang paling dominan yang menjadi hambatan mereka melakukan SADARI adalah kurang pengetahuan.

C. Hubungan Sikap dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

  5. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

  6. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI

  7. Ada hubungan yang bermakna antara sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

  Saran

  Dengan diketahuinya beberapa faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), maka perlu dilakukan upaya

  DAFTAR PUSTAKA

  untuk meningkatkan kesadaran wanita untuk melakukan deteksi dini yaitu dengan melakukan SADARI secara rutin 1.

  Hawari, D. 2008. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi, FKUI, Gaya Baru, :Jakarta.

  2. American Cancer Society. 2010..

  Breast Cancer Facts and Figures 2002.

  (online) Available from: <http//www.cancer.org> . diakses 14 Maret 2014.

  3. Ayu Y. 2009. Persepsi Penderita Kanker Payudara Terhadap Pengangkatan Payudara di Kota Pontianak. Skripsi tidak diterbitkan.

  Program sarjana strata

  1 FIK Universitas Muhammadiyah: Pontianak

  4. Amirin, Zoya Jusung. 2014. Penderita CA Mammae Butuh Dukungan Suami, (online)

  Info/aging/agu/2010/ag01.htm. diakses 15 Maret 2014

  5. Sutjipto. 2008. Kanker Payudara Stadium Dini Dapat Diobati. Medika : Jakarta 6. Cahyani. 2012. Pemeriksaan Dini

  Menyelamatkan Payudara. Femina, November 2012: hlm 72.

  7. Pamungkas, Zaviera. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara. Buku Biru: Yogyakarta.

  8. Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat. 2013. Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Barat. Pontianak

  9. Melati Mekar Kembali, Forum Pontianak. 2013 10.

   Rumah Sakit Umum Daerah Ade M Djoen Sintang. 2013. Profil Rumah Sakit Ade M Djoen . Sintang 11.

  Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

  12. 2007.

  Sugiyono. Statistik Untuk Penellitian. Alfabeta: Bandung.

  13. Caple, dkk. 2010. Sexually Transmitted Diseases:Risk Factors. CINAHLI Nursing Guide

  14. Proborini. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku SADARI Pada Wanita di Kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Skripsi tidak diterbitkan

  .

  15. Seftiani. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Tentang SADARI di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Skripsi

  . tidak diterbitkan. Program sarjana strata 1 FIK Universitas Jember : Jawa Timur.

  16. 2012.

  Simanullang. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang SADARI Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Melaksanakan SADARI di Dusun I Desa Namorambe

  Fakultas Ilmu Kecamatan. Keperawatan Universitas Darma Agung : Medan.

  17. Parajuli, P. 2010. Knowledge about breast cancer and breast self examination practices among medical, dental, and B. Sc nursing

  

Healt

students of BPKIHS. Renaissance 8 (3) : 166-168.

  18. Handayani. 2010. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Para Wanita Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten. Skripsi tidak diterbitkan. Program PSIK FK UNDIP : Semarang.