STUKTUR DEWAN REDAKSI JURNAL FONDRAKõ (PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN) Penanggung Jawab

  INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (FPIPS) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)

  Websiteln. Yos Sudarso No. 118/E-S Gunungsitoli Telp./Fax.(0639)21616 Nias 22812

STUKTUR DEWAN REDAKSI

  JURNAL FONDRAKõ (PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN) Penanggung Jawab Dra. Sri Wahyuningsih, MM

  Editor ahli Dr. M. Fitri Rahmadana, SE.,M.Si (UNIMED PRESS) Devi Yendrianof, S.Kom.,M.Si |(STMIK Kaputama)

  Anugerah Tatema Harefa, SH.,MA Fatiani Lase, S.Pd.,M.Pd Pemimpin Umum

  Drs. Amin Otoni Harefa,M.Pd Pemimpin Redaksi

  Amstrong Harefa, SH.,MH Sekretaris Redaksi

  Adrianus Bawamenewi, SH.,MH Dewan Redaksi

  Drs. Benzisokhi Laoli, MM darisalim Telaumbanua, SH.,MH Jhon Peter Waruwu, SH.,MH Hendrikus Otniel Harefa, SH.,MH

  Tata Usaha Juniawan Telaumbanua, SE

  Alamat Redaksi / Diterbitkan Oleh :

  IKIP GUNUNGSITOLI Jl. Yos Sudarso No. 118/E-S Gunungsitoli Telp/Fax. (0639) 21616 Nias 22812

  

PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA

DALAM BELAJAR DI KELAS IX SMP MASYARAKAT DAMAI

GUNUNGSITOLI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Amstrong Harefa, S.H.,M.H

  

(IKIP Gunungsitoli)

Abstrak

  Hukuman adalah perbuatan yang dengan sadar dan disengaja diberikan dengan serta mengakibatkan nestapa terhadap anak atau sesama manusia yang menjadi tanggung jawab kita dan pada umumnya ada dalam kondisi yang lebih lemah secara fisik maupun psikis daripada kita, juga memerlukan kita. Sedangkan kedisiplinan ialah adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan, kepatuhan di sini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan.

  Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui data tentang pengaruh pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) Untuk mengetahui besernya pengaruh penerapan hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014. (3) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan penerapan hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Variabel yang diteliti yaitu pemberian hukuman sebagai variabel bebas (X) dan kedisiplinan siswa dalam belajar sebagai varibel terikat (Y).

  Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan yaitu (1) Besarnya rata-rata perolehan skor item angket untuk pemberian hukuman (variabel X) adalah 64,3 sedangkan kedisiplinan siswa dalam belajar sebesar 65. (2) Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh hasil r xy = 0,805 dan r tabel = 0,361 dengan tingkat korelasinya tinggi. Sedangkan dari perhitungan koefisisen determinan pemberian hukuman mempunyai pengaruh terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar sebesar 64,803%. (3) Adanya pengaruh yang sangat kuat antara pemberian hukuman terhadap pembentukkan kedisiplinan siswa dalam belajar. Hal ini ditandai dengan hitung tabel hasil pengujian hipotesis diperoleh t = 7.180 > t = 2,048 sehingga dapat disimpulkan Ha diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014.

  Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran yaitu (1) Hendaknya setiap siswa yang melanggar disiplin sekolah diberikan hukuman yang tegas dan bersifat mendidik, (2) Setiap siswa hendaknya menunjukkan kedisiplinan diri serta respon yang baik terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah. (3) Hendaknya tata tertib sekolah lebih dipertegas agar tercipta kedisiplinan siswa dalam belajar.

  Kata Kuci : Hukuman, Kedisiplinan Siswa PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Pendidikan merupakan hak setiap orang yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kepribadiannya serta persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus didapatkan secara penuh melalui pendidikan yang layak. Dalam proses pembelajaran setiap mahasiswa bukan hanya memiliki kemampuan nalar terhadap materi yang disampaikan Dosen tetapi hendaknya memiliki komponen psikologi yang sehat dan baik. Ketika psikologinya dalam kondisi tidak baik, maka tentu akan mengakibatkan mahasiswa kurang berhasil memahami materi perkuliahan yang disajikan Dosen.

  Psikologi dalam bahasa yunani kuno ‘psyce’ artinya ‘jiwa’ dan ‘logos’ artinya ‘kata’, maka dalam arti luas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Soemarno Soedarsono, (1999:56) mengatakan : “psikologi adalah kejiwaan seseorang yang merujuk kepada pemikiran”. Selanjutnya Gordon W. Allport (1968) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengerti dan menerangkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi, atau kehadiran orang lain.”.

  Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan di antara manusia ternyata tidak selamanya berjalan lancar. Adakalanya muncul kesalahpahaman, perselisihan, pertengkaran, permusuhan, bahkan peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi dalam skala yang kecil ditingkat keluarga dan lingkungan kelurahan bahkan di lingkungan mahasiswa. Dalam kajian psikologi sosial hal ini terjadi karena tidak adanya kesamaan pandangan terhadap suatu pola perilaku pada suatu struktur kelompok di kalangan mahasiswa. Masing-masing pihak merespon rangsangan sosial yang diterimanya dari lingkungan social dimanapun dia berada, sehingga memunculkan sikap memilih atau menghindari sesuatu.

  Fokus kajian Psikologi Sosial lebih bertitik tolak pada manusia sebagai individu yang membina hubungan-hubungan sosial di masyarakat, misalnya persepsi, motivasi dan sikap, dan berusaha memahami proses-proses yang mempengaruhi kelangsungan dan keseragaman jenis maupun bentuk hubungan social seperti kepemimpinan, kerja sama, dan konflik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek studi dalam psikologi sosial lebih menitik beratkan pada semua kondisi psikologis individu dalam masyarakat, dalam hal ini berusaha melihat hubungan yang ada antara berbagai kondisi sosial dengan kondisi psikologis individu dalam masyarakat. Yang dimaksud kondisi sosial di sini adalah semua aspek yang ada dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi individu. Dalam kehidupan sehari-hari individu akan selalu berhubungan mempengaruhi.

  Menurut Sri Nawarti, (2011:14) “pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai”. Pendidikan karakter di perguruan tinggi semua komponen harus dilibatkan yaitu kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, pengelolaan mata kuliah, pengelolaan perguruan tinggi, pelaksanaan kegiatan aktivitas mahasiswa, evaluasi, peranan orang tua dan pengembangan staf.

  Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Kecerdasan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan karakter meliputi ranah afektif, kognitif, psikomotor, atau kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi. Sayangnya Perguruan Tinggi di Indonesia lebih terfokus terhadap kemampuan akademis. Mahasiswa dianggap berhasil apabila mampu mencapai nilai tertinggi. Padahal Nilai akademis bukanlah sebagai ukuran mutlak bagi seorang mahasiswa melainkan hanya sebagai tuntutan administratif.

  Hipotesis Penelitian “Hipotesis merupakan jawaban sementara dengan masalah penelitian, yang

  kebenarannya masih harus di uji secara empiris”, (Sumardi Surya Brata, 1995:69). Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan dan sinkron dengan merumuskan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh yang signifikan Pembelajaran Psikologi Sosial Terhadap Pendidikan Karakter Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan IKIP Gunungsitoli Kelas B Semester VIII Tahun Akademik 2013/2014.

  Asumsi Penelitian

  Asumsi merupakan anggapan dasar dalam penelitian yang seharusnya ada dan telah diterima kebenarannya secara ilmiah. Menurut Ngalim Purwanto, (1992:45) menegaskan “asumsi adalah anggapan dasar pada penelitian sebelum mendapatkan hasil yang objektif”. Maka yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah dengan pembelajaran psikologi sosial yang efektif dan sungguh-sungguh dapat mempengaruhi Pendidikan Karakter Mahasiswa.

  KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Psikologi Sosial Defenisi Pembelajaran

  Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran. sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik”. Senada dengan

  

Arikunto, (1993:12) mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung

  terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut Arikunto (1993:4) berpendapat bahwa “pembelajaran merupakan bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

  Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditegaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

  Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media. Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar.

  Pengertian Psikologi Sosial

  Pada tahun 1930, di Amerika Serikat telah dikembangkan psikologi yang secara khusus mempelajari hubungan antar manusia. Akhirnya muncullah cabang ilmu baru dari ilmu jiwa ini yang kemudian dikenal dengan istilah psikologi sosial. Masalah-masalah yang menjadi fokus bahasannya adalah kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kontek sosialnya. “Diantara kegiatan-kegiatan tersebut adalah kelompok organisasi, kepemimpinannya, anggota atau pengikutnya, prilaku moralnya, kekuasaannya, komunikasinya, dan kebudayaannya”, (Ahmadi, 2002). Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hubungan antar manusia mendorong para ahli untuk memberikan definisi operasional pada psikologi sosial karena dalam tatanan ilmu pengetahuan masih termasuk dalam ilmu yang baru terbentuk.

  Hubert Bonner dalam bukunya “Social Psychology” (1953) menyatakan “Psikologi

  sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.“ Definisi ini menunjukkan bahwa Bonner lebih menitikberatkan pada tingkah laku individu, bukan tingkah psikologi sosial. Senada dengan A.M. Chorus dalam bukunya “Gronslagen der sociale

  Psycologie” (1953) merumuskan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang

  mempelajari tingkah laku individu manusia sebagai anggota suatu masyarakat”. Chorus memberikan definisi tersebut dengan kesadaran bahwa setiap manusia yang normal akan hidup dan berhubungan bersama dengan masyarakat. Lebih lanjut Gordon W. Allport (1967) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengerti dan menerangkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah ;laku individu dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi, atau kehadiran orang lain.”

  Pendapat para tokoh tentang pengertian psikologi sosial di atas sangat beragam. Namun demikian tidaklah berarti antara yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan. Perpaduan diantara pendapat tersebut akan dapat saling melengkapi dan menyempurnakan. Rangkuman pengertian dari berbagai pendapat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : “Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.” Dengan demikian membicarakan psikologi sosial tidak dapat dilepaskan deri pembicaraan individu yang berhubungan dengan situasi-situasi sosial.

  Ruang Lingkup dan Tujuan Psikologi Sosial

  Objek studi psikologi sosial adalah segala gerak-gerik atau tingkah laku yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan sosialnya. Oleh karenanya masalah pokok yang dipelajari adalah pengaruh sosial atau perangsang sosial. Hal ini disebabkan adanya pengaruh sosial terhadap tingkah laku individu. Dengan demikian “psikologi sosial membatasi diri dan hanya mempelajari serta menyelidiki tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi perangsang sosial”, (Ahmadi, 2005). Objek pembahasan dari psikologi sosial tidaklah berbeda dengan psikologi secara umumnya. Hal ini bisa dipahami karena psikologi sosial adalah salah satu cabang ilmu dari psikologi. Bila objek pembahasan psikologi adalah manusia dan kegiatannya, maka psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosialnya, serta gejala-gejala jiwa seperti perasaan, kemauan, dan berfikir yang terlepas dari alam sekitar.

  Psikologi Sosial dalam membicarakan objek pembahasannya dapat pula bersamaan dengana sosiologi. Masalah-masalah sosial yang dibicarakan dalam sosiologi adalah kelompok- kelompok manusia dalam satu kesatuan seperti macam-macam kelompok, perubahan- perubahannya, dan macam-macam kepemimpinannya. Sedangkan dalam Psikologi Sosial adalah meninjau hubungan individu yang satu dengan yang lainnya seperti bagaimana pengaruh terhadap pimpinan, pengaruh terhadap anggota, pengaruh terhadap kelompok lainnya.

  Shaw & Constanzo (1982) membagi ruang lingkup Psikologi Sosial dalam 3 wilayah

  studi, yaitu:

  1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).

  2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru, dan lainnya.

  3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama, persaingan, dan konflik.

  Pembelajaran Psikologi Sosial Bagi Mahasiswa

  Komitmen terhadap pembangunan kesehatan mental dan psikologi mahasiswa perlu dilandasi oleh pemahaman yang mendalam tentang aspek-aspek akademis maupun praktis dari kebijakan kemahasiswaan. Mengembangkan program Workshop berarti “Mewujudkan Kampus Indonesia Sejahtera” sebagai sarana bertukar pemikiran dan pengalaman di bidang program- program kemahasiswaan. Masalah-masalah psikologis dalam proses belajar di perguruan tinggi merupakan sesuatu yang tidak dapat sepenuhnya dihindari. Untuk itu diperlukan komitmen dari Perguruan Tinggi untuk menyediakan sarana pendukung untuk menekan sebanyak mungkin dampak negatifnya, dan bahkan untuk meningkatkan kemampuan pribadi mahasiswa untuk menghadapi tantangan dan beban dalam proses belajar tersebut. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah memiliki sarana pendukung yang memadai untuk menangani masalah, dan mengembangkan potensi, kesehatan mental mahasiswa. Perguruan Tinggi juga perlu menerapkan kebijakan-kebijakan di sektor akademis dan non-akademis yang kondusif terhadap pengembangan kesehatan mental dan karakter mahasiswa.

  Bila dicermati secara mendalam, masalah-masalah kesehatan mental pada mahasiswa bersumber pada aspek akademis maupun non-akademis, dan dari faktor internal maupun eksternal mahasiswa. Masalah-masalah akademis terutama disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan studi, misalnya akibat salah memilih jurusan, metode pembelajaran yang berbeda dengan SMA, cara dosen mengajar, tugas perkuliahan, masalah- masalah dalam pengerjaan skripsi, dan kehawatiran terhadap karier dan masa depan. Permasalahan non-akademis terutama berasal dari tekanan sosial yang dialami mahasiswa sehari-hari seperti permasalahan yang terkait dengan keluarga, misalnya karena tinggal terpisah dari keluarga, kondisi keuangan keluarga, riwayat pola pengasuhan asuh dari orangtua, perbedaan prinsip dengan orang tua. Selain itu masalah-masalah yang bersumber dari kehidupan di pondokan, hubungan perteman dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, kesulitan adaptasi umum, masalah dalam hubungan lawan jenis, serta masalah di dalam organisasi dan kegiatan kemahasiswaan sering merupakan sumber permasalahan yang serius bagi mahasiswa.

  

Pengaruh Pembelajaran Psikologi Sosial Terhadap Pembentukan Pendidikan Karakter

Mahasiswa

  Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan terutama dalama dalam rangka pembentukan pendidikan karakter para siswa dan mahasiswa serta telah kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian. Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.

  Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Daeng Sudirwo (2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :

  a) Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan

  b) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.

  c) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya. d) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.

  e) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.

  f) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

  g) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.

  h) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

i) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.

  j) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain. k) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan. l) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman. m) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal terutama dalam pembentukan karakter peserta didik utamanya mahasiswa. Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan mahasiswa dalam melaksanakan tugas profesionalnya kelak. kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa.

  METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, dengan model pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif dipilih karena tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran psikologi sosial terhadap pendidikan karakter mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IKIP Gunungsitoli kelas B semester VIII tahun akademik 2013/2014. Menurut Ali Mohammad Asrori

  

(1987:120) bahwa ”metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab

  permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi yang sedang terjadi sekarang”. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis data, pengolahan data dan membuat kesimpulan.

  Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

  a. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan target menuntaskan seluruh materi mata kuliah psikologi sosial.

  b. Peneliti melakukan pembimbingan kepada mahasiswa terkait dengan penguasaannya terhadap setiap materi psikologi sosial.

  c. Peneliti mengamati dengan seksama pola perilaku mahasiswa setiap saat dan menganalisa terbentuknya pendidikan karakter mahasiswa.

  d. Peneliti melakukan pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder.

  e. Data yang diperoleh dianalisa sesuai dengan langkah-langkah yang disusun oleh peneliti.

  Variabel Penelitian Sugiyono (2006:2) menyatakan :

  Variabel merupakan segala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati, variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai varian antara satu dengan lainnya dalam kelompok itu.

  Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran psikologi sosial sebagai variabel bebas (X) pendidikan karakter mahasiswa

  Populasi dan Sampel

1. Populasi

  Pelaksanaan penelitian selalu berhadapan dengan objek yang diteliti baik berupa manusia maupun gejala yang terjadi. Arikunto (1990:115) mengatakan “populasi adalah seluruh objek yang diteliti mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IKIP Gunungsitoli Kelas B semester VIII Tahun Akademik 2013/2014.

  Sampel

  Dalam melaksanakan penelitian tidak semua populasi dijadikan subjek penelitian, ada juga yang diambil sebagian saja untuk diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono

  

(2006:118) menyatakan bahwa “semakin besar persen yang diambil maka semakin kecil jumlah

  sampelnya”. Selanjutnya Arikunto (1990:120) mengatakan “untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya bila subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.

  Berdasarkan pendapat di atas, maka mengingat jumlah populasi kurang dari 100, dengan demikian seluruh jumlah populasi ditetapkan menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 orang.

  Jenis Data dan Intrumen Penelitian

  1. Jenis Data Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

  Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari respon atau sumber data yang dilakukan melalui pengedaran angket. Penentuan akan jenis data yang digunakan sangat diperlukan sebab data tersebut akan diolah sesuai dengan pengolahan data yang dipakai dalam penelitian ini.

  2. Instrumen Penelitian

  Untuk pengumpulan data penelitian digunakan instrumen berupa angket yang berisikan beberapa pertanyaan yang berasal dari dua variabel yakni variabel pembelajaran psikologi sosial dan variabel pendidikan karakter mahasiswa. Pertanyaan tersebut terdiri dari beberapa opsi jawaban untuk dipilih oleh reponden secara bebas dan bertanggung jawab.

  Teknik dan Alat Pengumpulan Data

  1. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengedarkan daftar angket (quesioner) dengan beberapa alternatif jawaban yang

  2. Alat Pengumpulan Data

  Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah lembar daftar angket (quesioner) dengan beberapa alternatif jawaban yang disediakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran psikologi sosial terhadap pendidikan karakter mahasiswa.

  Teknik Analisis Data

  Untuk menganalisa data yang telah diperoleh, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Verifikasi Data

  Verifikasi data merupakan usaha untuk mengecek apakah angket yang telah diedarkan oleh peneliti telah diisi sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

  2. Pengolahan Angket

  Angket yang telah diedarkan kepada responden memiliki empat alternatif jawaban untuk dipilih sesuai dengan kemampuan dan pemahaman mahasiswa. Keempat alternatif itu mempunyai bobot sebagai berikut :

  a. Yang memilih alternatif a diberi bobot 4 (75% -100% = sangat baik)

  b. Yang memilih alternatif b diberi bobot 3 (50% -74% = baik)

  c. Yang memilih alternatif c diberi bobot 2 (25% - 49% = cukup)

  d. Yang memilih alternatif d diberi bobot 1 (0% - 24% = kurang)

3. Uji Validitas Item Angket

  Dalam mencari validitas tiap-tiap butir tes, maka digunakan rumus Product Moment (Arikunto, 1990:226) yaitu:

  N xy ( x) ( y) S S S

  • r xy =
  • 2 2 2 2 {N x ( x) } {N y ( y) }

      S S S S - -

      Keterangan: r xy = Koefisien korelasi N = Jumlah responden x = Jumlah skor x S

      y S = Jumlah skor y

      Reliabilitas

      Untuk mencari reliabilitas tes digunakan rumus Spearman Brown, Suharsimi Arikunto (1990:120) sebagai berikut :

      

    2 . r

    1 2 . 1 2 r ii =

      ( 1 r . ) 1 2 1

    • +

      2

      Keterangan:

      r = Koefisien korelasi ½ = r Korelasi antara skor-skor setiap belahan item tes.

      Untuk menginterprestasikan mengenai besarnya korelasi reliabilitas alat penelitian dijabarkan sebagai berikut (Surakhmad, Winarno 1985:302) : 0,00-0,20 = korelasi rendah sekali 0,20-0,40 = korelasi rendah tetapi ada 0,40-0,70 = korelasi sedang 0,70-0,90 = korelasi tinggi 0,90-1,100 = korelasi sangat tinggi

      Menghitung Koefisien Korelasi Analisis korelasi product moment berguna untuk menentukan suatu besaran yang

      menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain”, (Husein Umar

      2000:133). Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan rumur korelasi product moment sebagai berikut : N xy ( x) ( y) - xy S S S r = 2 2 2 2

      {N x ( x) } {N y ( y) } S - S - S S

      Keterangan : r xy = Koefisien Korelasi N = Jumlah responden x = Variabel x y = Variabel y

      Variabel yang akan dicari koefisien korelasi hitungnya adalah pemberian hukuman (variabel x), dan kedisiplinan siswa dalam belajar sebagai (variabel y). Tinggi rendahnya korelasi yang dihasilkan dapat dibandingkan sebagai berikut:

      Antara 0,80 sampai dengan 1,00 tinggi Antara 0,60 sampai dengan 0,80 cukup Antara 0,40 sampai dengan 0,60 agak rendah Antara 0,20 sampai dengan 0,40 rendah Antara 0,00 sampai dengan 0,20 sangat rendah (tak berkorelasi)

      Menentukan Koefisien Determinan

      Untuk mengetahui besarnya pengaruh pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar maka digunakan rumus koefisien determinasi. Koefisien determinasi dimanfaatkan untuk mengetahui persentase kontribusi variabel X terhadap Y, yang sering disebut sebagai koefisien penentu dan dilambangkan dengan KD (Sudjana dan Sudrajat

      2001:174). Koefisien determinasi dengan rumus : 2 KD = r x 100%

      Nilai r berasal dari hasil perhitungan r xy

      Pengujian Hipotesis

      Untuk mengetahui kehandalan korelasi r digunakan rumus statistik dengan rumus sebagai berikut :

      r ( n 2 )

    • -

      t =
    • 2

        ( 1 r )

      • dk = n-2

        Keterangan: t = t hitung r = Simbol angka korelasi product moment dk = Derajat kebebasan (db) atau degree of freedon (df) n = Besar sampel

        2 = Bilangan konstanta 1 = Bilangan konstanta

        Kriteria pengujian adalah nilai t kemudian dikonsultasikan pada tabel harga t pada taraf signifikan 0,05% dengan kaidah pengujian (Ridwan, 2005:139), dengan kata lain jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sebaliknya jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

        PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN Deskripsi Temuan Penelitian

        1. Verifikasi Data

        Angket penelitian yang telah divalidasi kepada 3 (tiga) orang guru senior, selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli, untuk kemudian mengadakan verifikasi data hasil penelitian. Verifikasi ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengecek apakah angket yang telah diedarkan sudah sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan. Data yang lewat dalam hasil verifikasi dinyatakan memenuhi syarat untuk diolah angketnya. Angket yang telah diedarkan oleh peneliti kepada responden yang berjumlah ........ orang yang terdiri dari 20 item soal penerapan hukuman dan 20 item soal kedisiplinan siswa dalam belajar, telah dijawab dengan lengkap oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisian. Tabulasi jawaban angket responden penelitian dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 (lampiran 3 dan 4).

        2. Pengolahan Skor Angket

        Pada bab sebelumnya dikatakan bahwa angket yang diedarkan kepada responden memiliki empat option. Setelah angket diedarkan dan diisi oleh responden, maka hasil dari angket yang telah diisi tersebut diolah dengan membuat rekapitulasi jawaban pada setiap

        Option A bobotnya adalah 4 Option B bobotnya adalah 3 Option C bobotnya adalah 2 Option D bobotnya adalah 1 Berdasarkan tabel pada lampiran 3 dan 4, maka peneliti melakukan perhitungan skor siswa pada angket pemberian hukuman (X) dan kedisiplinan siswa dalam belajar (Y) menjadi nilai baku. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai responden 1 untuk variabel X adalah 77.5 dan untuk variabel Y adalah 92.5. Dengan mengikuti langkah-langkah seperti pada responden 1 di atas maka diperoleh nilai untuk responden 2 sampai dengan 30 seperti pada tabel 4 (lampiran 5).

        3. Uji Validitas Item Angket

        Perhitungan validitas item soal angket dilakukan dengan melakukan pengujian pada setiap variabel yaitu dengan menghitung validitas variabel X dan menghitung validitas variabel Y. Item soal angket yang telah dijawab oleh responden dihitung apakah soal angket memenuhi

        2 2

        syarat validitas. Berikut ini disajikan hasil ΣX, ΣY, ΣX , ΣY , dan ΣXY serta tabulasi jawaban responden untuk persiapan perhitungan validitas butir soal (lihat lampiran 6, 7, 8, dan 9 10, 11, 12, dan 13).

        Untuk item soal nomor satu pemberian hukuman (X) dihitung dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar untuk mengetahui tingkat kevalidan. Jumlah dari 2 2 ΣX, ΣY, ΣX , ΣY , dan ΣXY disubstitusi pada rumus korelasi product moment. Berdasarkan tabel 5, 6, dan 7 (lihat lampiran 6, 7, dan 8), maka dibuat tabel persiapan penghitungan validasi item amgket nomor 1 (satu) untuk variabel X sebagaimana pada tabel ( lampiran 9). Berdasarkan pada tabel tersebut dilakukan perhitungan uji validitas item nomor satu sebagaimana pada lampiran 9.

        Berdasarkan pada perhitungan tersebut diperoleh hasil r xy = 0,438 dari soal nomor satu dibandingkan dengan tabel harga kritik product moment (r tabel ), dengan interval kepercayaan 5% hitung tabel diperoleh hasil untuk N = 30 adalah 0361. Apabila harga r > r , maka butir soal nomor satu dinyatakan valid. Seperti halnya pada soal nomor satu di atas diberlakukan juga pada soal nomor dua sampai dengan nomor dua puluh variabel X. Hasil perhitungan uji validitas secara keseluruhan dari item soal nomor satu sampai dengan item soal nomor dua puluh dapat dilihat seperti pada tabel 9 (lampiran 9).

        Sebagaimana pada item soal nomor satu, hal yang sama juga dilakukan pada item soal nomor 1 dari kedisiplinan siswa dalam belajar (variabel Y), maka untuk soal nomor 1 (satu) dari kedisiplinan siswa dalam belajar (Y) dihitung dengan menggunakan rumus product moment 2 2 dengan angka kasar untuk mengetahui tingkat kevalidan. Jumlah dari ΣX, ΣY, ΣX , ΣY , dan

        ΣXY disubstitusi pada rumus korelasi product moment. Berdasarkan tabel 10, dan 11, dan 12 (lampiran 10, 11 dan 12) maka dibuat tabel persiapan maka dilakukan perhitungan uji validitas item angket untuk variabel Y sebagaimana pada tabel 13 (lampiran 13) sehingga dapat

        Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil r xy = 0,462 dari soal nomor satu variabel Y kemudian dibandingkan dengan tabel harga kritik produk moment (r tabel ), dengan interval kepercayaan 5% diperoleh hasil untuk N = 30 adalah 0,361. Apabila harga r hitung > r tabel, maka butir soal nomor satu dinyatakan valid. Berdasarkan perhitungan pada soal nomor satu di atas diberlakukan juga pada soal nomor dua sampai dengan nomor dua puluh variabel Y dengan hasil sebagaimana pada tabel 14 (lampiran 13).

        Perhitungan Reliabilitas Alat Penelitian

        Perhitungan uji reliabilitas alat penelitian diberlakukan seperti halnya pada perhitungan uji validitas item angket yaitu dengan menghitung reliabilitas tiap-tiap variabel penelitian. Perhitungan koefisien reliabilitas alat penelitian dihitung dengan metode belah dua, yaitu dengan membelah item menjadi ganjil dan genap. Berpedoman pada tabel 5, maka dibuat tabel persiapan perhitungan alat reabilitas alat penelitian sebagaimana pada tabel 15 (lampiran 14).

        2 2 Jumlah dari ΣX, ΣY, ΣX , ΣY , dan ΣXY disubstitusi pada rumus korelasi product moment.

        Berpedoman tabel 15 (lampiran 14), maka dilakukan perhitungan uji reliabilitas variabel X seperti yang tertera pada lampiran 15.

        Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh hasil dimana r xy = 0,800 maka reliabilitas instrumen penelitian dapat diketahui dengan menggunakan rumus Spearman Brown yaitu 1 1 dengan mensubtitusikan harga r xy ke dalam rumus r xy (r (lilihat lampiran 15). Berdasarkan 2 2 ) perhitungan tersebut didapat harga reliabilitas instrument adalah r 11 = 0,889 dikonfirmasikan dengan r tabel = 0,361. Karna r 11 > r tabel maka hasil instrument penelitian tersebut memenuhi syarat reliabilitas dan dinyatakan reliabel dengan tingkat korelasinya tinggi.

        Berpedoman pada tabel 10 (lampiran 10), maka dibuat tabel persiapan perhitungan reabilitas alat penelitian variabel Y sebagaimana pada tabel 16 (lampiran 16). Jumlah dari ΣX, 2 2 ΣY, ΣX , ΣY , dan ΣXY disubstitusi pada rumus korelasi product moment. Berdasarkan tabel tersebut, maka dilakukan perhitungan uji reliabilitas variabel Y seperti yang tertera pada lampiran 16. xy

        Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh hasil dimana r = 0,711 maka reliabilitas instrumen penelitian dapat diketahui dengan menggunakan rumus Spearman Brown yaitu 1 1 dengan mensubtitusikan harga r xy ke dalam rumus r xy (r (lihat lampiran 16). Dari hasil 11 2 2 ) tabel perhitungan di atas menunjukkan bahwa r = 0,831 kemudian dikonfirmasikan dengan r = 11 tabel 0,361. Karna r > r maka hasil instrument penelitian tersebut memenuhi syarat reliabilitas dan dinyatakan reliabel dengan tingkat korelasi Tinggi.

        Koefisien Korelasi

        Untuk mencari koefisien korelasi dihitung hubungan X terhadap Y, maka jumlah nilai total nilai penerapan hukuman (variabel X) dan nilai total kedisiplinan siswa dalam belajar (variabel Y) dikorelasikan. Untuk mengetahui besarnya korelasi item angket tersebut terlebih dahulu dibuat tabel persiapan perhitungan koefisien korelasi item angket seperti pada tabel 17 (lampiran 17). Berpedoman pada tabel 17 (lampiran 17), maka dilakukan perhitungan koefisien 2 2 korelasi. Jumlah dari ΣX, ΣY, ΣX , ΣY , dan ΣXY disubstitusi pada rumus korelasi product

        moment seperti pada lampiran 18.

        Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh hasil r xy = 0,805 kemudian dibandingkan dengan tabel harga kritik produk moment (r tabel ), dengan interval kepercayaan 5% diperoleh hasil untuk N = 30 adalah 0,361. Apabila harga r hitung > r tabel, maka variabel penelitian dinyatakan memenuhi syarat korelasi. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumya maka dapat diketahui bahwa variabel X dan Y berada antara 0,80 sampai dengan 1,00 dengan tingkat korelasinya Tinggi.

        Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014.

        Koefisien Determinan

        Untuk mengetahui besarnya pengaruh pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar, dilakukan perhitungan koefisien determinasi. Untuk menghitung koefisien determinan penerapan hukuman dengan kedisiplinan siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan menggunakan rumus KD seperti pada lampiran 18.

        Dari hasil perhitungan koefisien determinan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa penerapan hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar sebesar 64,803%.

        Pengujian Hipotesis

        Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui kehandalan korelasi r xy yang diperoleh. Pengujian hipotesis digunakan rumus statistik t, yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran 18, dengan kriteria pengujian untuk statistik t adalah t hitung > t tabel. .

        Berdasarkan perhitungan hipotesis di atas diperoleh t hitung = 7.180 kemudian tabel dikonsultasikan pada t (uji dua pihak) dengan dk = n – 2 = dk = 30 – 2 = 28 pada taraf tabel hitung signifikan 5% didapat t = 2,048. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis ternyata t ≥ dari tabel t berarti hipotesis Ha diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014 dan Ho ditolak yaitu tidakada pengaruh yang signifikan pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014.

        Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa hipotesis penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pemberin hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas

        IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014.

        Pembahasan dan Temuan Penelitian

        Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat diberikan jawaban umum atas permasalahan terhadap penelitian yaitu a), rata- rata hitung penerapan hukuman 64,3 dan kedisiplinan siswa dalam belajar sebesar 65. b) Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar memiliki pengaruh sebesar 0,805 dikategorikan tinggi dengan determinasi hubungan sebesar 64,803%, serta uji t = 7.180 sehingga dari hasil tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pemberian hukuman terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh karena itu, penelitian ini hendaknya dikaji lebih dalam lagi pada masa yang akan datang sehingga penelitian berikutnya mendapat peranan yang sangat kuat.

        Berdasarkan dari hasil analisis tersebut di atas maka tergambarkan bahwa pemberian hukuman merupakan salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk mendisiplinkan siswa dalam belajar. Artinya bahwa dengan pemberian hukuman peserta didik mengalami nestapa dan tidak mau mengulangi perbuatan untuk melanggar tata tertib dan disiplin dalam relajar di sekolah.

        2. Analisis dan Interprestasi Temuan Penelitian

        Berdasarkan jawaban permasalahan pokok di atas dapat diketahui bahwa pemberian hukuman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas

        IX SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini terjadi karena pemberian hukuman di sekolah tidak hanya bertujuan untuk memberi rasa sakit agar peserta didik insaf dalam perbuatannya, akan tetapi untuk mendisiplinkan peserta didik baik dalam belajar maupun dalam menjalankan tata tertib sekolah.

        Oleh karena itu, perlu diberikan suatu penekanan bahwa penerapan hukuman harus diiplikasikan dalam membentuk pribadi siswa menjadi lebih disiplin. Selain itu, guru harus mampu menjadi teladan terhadap peserta didik dalam menjalankan kedisiplinan sehingga peserta didik benar-benar termotivasi untuk menunjukkan sikap serta respon yang baik terhadap tata tertib sekolah.

        3. Perbandingan Hasil Temuan dengan Hasil Penelitian lain