SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERASI WANITA SALIMAH PAYAKUMBUH BERBASIS SYARIAH MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

  

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT

PADA KOPERASI WANITA SALIMAH PAYAKUMBUH BERBASIS

SYARIAH MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY

  

Dian Permatasari

  Sistem Informasi, STMIK Jayanusa, Jl. Olo Ladang No. 1 Padang Email

  Abstract

The existence of cooperatives in the midst of society today is very helpful for the economy, especially

those moving the business middle down. The cooperative provides savings and loan facilities to its

customers with a profit-sharing system for sharia-based cooperatives. In determining the provision of

credit for the right target needed decision support system, which is part of computer-based information

systems including knowledge-based systems or knowledge management used to support decision-

making within an organization or company. AHP is one of the most common method of SPK in solving

multicriteria problems, such as in the SPK determining the creditworthiness of borrower customers.

The criteria used as the basis for lending to customers are: age, residence status, monthly income, length

of lending, business productivity, family consumption, guarantee.

  Keyword: Cooperatives, SPK, AHP Abstrak

Keberadaan koperasi di tengah-tengah masyarakat saat ini sangat membantu perekonomian terutama

yang bergerak usaha menengah kebawah. Koperasi memberikan fasilitas simpan pinjam kepada

nasabahnya dengan sistem bagi hasil bagi koperasi yang berbasis syariah. Didalam menentukan

pemberian kredit agar tepat sasaran dibutuhkan sistem pendukung keputusan, yang merupakan bagian

dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen

pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau

perusahaan. AHP merupakan salah satu metode dari SPK yang paling banyak digunakan dalam

memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria, seperti dalam SPK penentuan kelayakan nasabah

penerima kredit. Adapun kriteria yang dijadikan dasar dalam pemberian kredit kepada nasabah yaitu:

usia, status tempat tinggal, pendapatan per bulan, lama peminjaman, produktifitas usaha, konsumsi

keluarga, jaminan.

  Kata Kunci: Koperasi, SPK, AHP

  PENDAHULUAN

  Koperasi wanita SALIMAH merupakan koperasi simpan pinjam yang berbasis syariah yang menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman kepada anggota koperasi dengan tujuan memajukan kesejahtraan anggota khususnya pada masyarakat pada umumnya. Adapun sumber dana koperasi yaitu dari simpanan pokok dan simpanan wajib seluruh anggota koperasi yang mana untuk simpanan wajib dibayar setiap bulan sedangkan simpanan pokok satu kali selama menjadi anggota koperasi. Koperasi memiliki aturan atau standar untuk setiap anggota yang melakukan pinjaman (kredit), seperti status tempat tinggal anggota apakah mempunyai rumah sendiri atau ngontrak, kegunaan dana yang dipinjam karena dalam sistem syariah kegunaan dana harus jelas dipergunakan untuk apa karena menyangkut akad yang akan dilakukan, riwayat peminjaman juga menjadi pertimbangan dalam melakukan pembiayaan kepada anggota, pendapatan dan pengeluaran per bulan juga lama peminjaman.

  Dalam melakukan pembiayaan (kredit) sering terjadi tidak tepat sasaran sehingga menyebabkan kredit macet, prose menentukan kirteria kelayakan anggota meneriama kredit masih belum akurat, untuk itu dibutuhkan metode yang dapat menyeleksi kriteria-kriteria dalam menentukan kelayakan anggota dalam menentukan kredit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) yang diharapkan dapat membantu koperasi wanita salimah dalam menyeleksi kriteria- kriteria untuk menentukan kelayakan anggota menerima kredit.

  Koperasi

  Koperasi Simpan Pinjam Syariah di Indonesia sering disebut juga BMT atau Baitul Maal Wa At-Tamwil. Selain itu,Koperasi Simpan Pinjam Syariah dalam istilah undang-undang perkoperasian juga disebut KJKS atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Intinya, Koperasi Simpan Pinjam Syariah adalah sebuah bentuk koperasi yang telah mendapat pengesahan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang sistem pengoperasiannya kurang lebih sama dengan koperasi konvensional, hanya saja menggunakan konsep syariah atau bagi hasil.

  Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau koperasi jasa keuangan syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dengan demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam KJKS, mempunyai payung Hukum dan legal kegiatan operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

  Jika dibandingkan jenis produk antara koperasi syariah dan koperasi konvensional sebenarnya hampir sama yang umumnya menyangkut produk simpanan dan produk pinjaman. Tapi bila diperbandingkan pada sistemnya, Koperasi Simpan Pinjam Syariah sangat jauh berbeda dengan koperasi konvensional. Karna disatu sisi, koperasi konvensional menggunakan sistem bunga sedangkan Koperasi Simpan Pinjam Syariah menggunakan sistem bagi hasil. Dan bila anda ingin tahu bagaimana praktek pada bentuk jasa keuangan syariah di koperasi syariah sebenarnya kurang lebih sama dengan bank syariah yang juga menggunakan sistem Murabahah, Mudharabah dan Ijarah.

  Sistem Pendukung Keputusan

  Sistem Pendukung Keputusan (SPK) menurut McLeod (1998) merupakan sistem penghasil informasi yang ditujukan pada suatu masalah yang harus dibuat oleh manager, sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem informasi yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

  Sistem Pendukung Keputusan dengan didukung oleh sebuah sistem informasi bebrbais komputer dapat membantu seseorang meningkatkan kinerjanya dalam pengambilan keputusan.

  Jenis-jenis keputusan dibedakan menjadi tiga macam keputusan:

  1. Keputusan terstruktur Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang telah diketahui sebelumnya. Kategori keputusan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu proses jawaban secara otomatis pada kebijakan yang sudah ditentukan sebelumnya.

  Keputusan terstruktur (structured decision) bersifat berulang-ulang, rutin, dan dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang lebih rendah dalam suatu organisasi.

  2. Keputusan Tak Terstruktur Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan berbagai persoalan baru. Keputusan tidak terstruktur biasanya juga berkaitan dengan persoalan yang cukup pelik, karena banyak parameter yang tidak diketahui atau belum diketahui. Oleh karena itu, untuk mengambil keputusan ini biasanya intuisi serta pengalaman seorang pelaku organisasi akan sangat membantu.

  3. Keputusan Semi Terstruktur Keputusan semi terstruktur

  (semistructured decision) ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap untuk mengambil keputusan, dan adanya kebutuhan untuk membuat penilaian serta pertimbangan subjektif sebagai pelengkap analisis data yang formal.

  Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan

  

Gambar 1 Karakteristik dan Kapabilitas SPK Karakteristik dan kemampuan sebuah sistem pendukung keputusan sebagai berikut:

  1. Sistem pendukung keputusan menyediakan dukungan untuk pengambil keputusan utamanya pada keadaan-keadaan semi terstruktur dan tidak terstruktur dengan menggabungkan penilaian manusia dan informasi komputerisasi.

  11. Memungkinkan pengguna akhir dapat membangun system sendri yang sederhana.

  1. Membuat hirarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu criteria dan alternative, kemudian disusun menjadi struktur hierarki

  Prinsip kerja AHP

  AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyususn prioritas dari berbagai alternative pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria.

  AHP merupakan teknik pengambilan keputusan/optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis kebijaksanaan.

  AHP (Anlytical Hierarcy Process)

  13. Sistem pendukung keputusan mengarah pada pembelajaran.

  12. Sistem pendukung keputusan menggunakan model-model standar atau buatan pengguna untuk menganalisa keadaan-keadaan keputusan.

  10. Pembuat keputusan dapat mengontrol tahapan-tahapan pembuatan keputusan seperti pada tahap intelligence, design, choice dan implementation kemudian sistem pendukung keputusan diarahkan untuk mendukung si pembuat keputusan bukan menggantikan posisinya.

  2. Menyediakan dukungan untuk tingkat manajerial mulai dari eksekutif sampai manajer

  9. Sistem pendukung keputusan menaikkan efektifitas pembuatan keputusan baik dalam hal ketetapan waktu dan kualitas bukan pada biaya pembuatan keputusan atau biaya penggunaan waktu computer.

  8. Sistem pendukung keputusan mudah digunakan. Pengguna merasa nyaman, seperti user friendly, fleksibel.

  7. Sistem pendukung keputusan bersifat adaptive terhadap waktu

  6. Sistem pendukung keputusan mendukung banyak proses dan gaya pengambilan keputusan.

  5. Sistem pendukung keputusan memberikan dukungan kepada semua fase dalam proses pembuatan keputusan intelligence, design, choice dan implementation.

  4. Sistem pendukung keputusan menyediakan dukungan kepada independen atau keputusan yang berlanjut.

  3. Menyediakan dukungn untuk kelompok individu

  2. Penilaian criteria dan alternative Untuk berbagai persoalan yang ada, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan ini dapat dilihat pada table berikut:

  Tabel 1. Nilai Dan Defenisi

  hingga akhir yang bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi kesalahan yang muncul, sehingga mengarah pada suatu solusi untuk perbaikan maupun pengembangan kearah yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan.

  3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority)

  Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons). Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

  4. Konsistensi Logis (Logical Consistency) Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

  1. Mengidentifiaksi masalah

  2. Menganalisa masalah

  3. Menentukan tujuan

  4. Mencari dan mempelajari literatur

  5. Mengumpulkan data dan informasi

  6. Menganalisa data-data yang ada

  7. Mengolah data dengan metode AHP

  Gambar 2. Analisis Sistem Berjalan

  8. Menarik kesimpulan

  HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis pemecahan masalah Analisis sistem berjalan menggunakan metode AHP

  Analisis sistem merupakan kegiatan Struktur hirarki SPK pemberian kredit menguraikan alur kerja sistem dari awal

  ASN WIRASWASTA PEKERJAAN WIRAUSAHA 24-30 31-40

  USIA >40 <2 jt PENDAPATAN 2jt-4jt >4 jt <2 jt

  PENGELUARAN 2 jt-4jt KEANGGOTAAN BUKAN ANGGOTA ANGGOTA >4jt

  SURAT KENDARAAN JAMINAN SPK MODAL ANGGOTA LANCAR RIWAYAT KURANG LANCAR MACET <1 TAHUN LAMA

  1-2 TAHUN >2 TAHUN MODAL USAHA KEGUNAAN STATUS TEMPAT TINGGAL RUMAH SENDIRI KONSUMTIF KONTRAK

  

Gambar 3. Struktur hirarki SPK Pemberian Kredit

Matriks perbandingan berpasangan Setelah membuat tabel matriks

  perbandingan langkah selanjutnya

  pada setiap kriteria

  Menyusun kriteria-kriteria calon membuat matriks perbandingan antar nasabah penerima kredit pada matriks kriteria, seperti tabel di bawah ini:

  Tabel 2 Matriks Perbandingan Antar Kriteria

  berpasangan

  Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan Pada Setiap Kriteria

  Dari tabel 2 di atas akan dilakukan penjumlahan seperti pada tabel 3 di bawah ini

  Tabel 3 jumlah Matriks Perbandingan

  Nilai 0,199 pada baris pekerjaan

  Berpasangan Pada Setiap Kriteria

  kolom pekerjaan diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris pekerjaan pada tabel 4 dikalikan dengan nilai baris pekerjaan kolom pekerjaan pada tabel 1. Nilai pada kolom jumlah pada tabel 5 diperoleh dari

  Membuat Matriks Nilai Kriteria penjumlahan pada setiap barisnya. (Normalisasi) Tabel 4 Matriks Nilai Kriteria Perhitungan ratio konsistensi Tabel 6 perhitungan rasio konsistensi

  Nilai pada kolom pekerjaan baris pekerjaan diperoleh dari perhitungan nilai Kolom jumlah baris diperoleh dari pada kolom pekerjaan baris pekerjaan pada kolom jumlah pada tabel 5, sedangkan tabel 1 dibagi dengan jumlah kolom kolom prioritas diperoleh dari kolom pendidikan pada tabel 1. Nilai kolom prioritas tabel 4. Untuk kolom hasil jumlah pada tabel 4 diperoleh dari diperoleh dari kolom jumlah perbaris dibagi penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk dengan prioritas. Dari tabel di atas baris pertama kolom jumlah nilai 1,988 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut: diperoleh dari hasil penjumlahan baris Jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai- pekerjaan. Nilai dari kolom prioritas nilai hasil : 111,947 diperoleh dari nilai pada kolom jumlah N (jumlah kriteria) : 10 dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 10 λ maks (jumlah/n) : 111,947/10 = 11,1947 kriteria. CI (Consistency Index )

  = ((λ maks – n/n-1))

  Membuat matriks penjumlahan setiap

  = ((11,1947-

  baris

  10/10-1))

  Tabel 5 membuat matriks penjumlahan setiap

  = 1,11947/9

  baris

  = 0,13274 CR (Consistency Ratio) = CI/IR

  = 0,13274/1,49

  = 0,089 Oleh karena nilai CR<0,1 maka rasio konsistensi dapat diterima.

  Rancangan UML (Unified Modelling Language)

  UML adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi obyek. Hal ini disebabkan karena UML menyediakan bahasa pemodelan visual, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan dengan beberapa bentuk algoritma uml antara lain menggunakan usecase diagram, aktiviti diagram dan sequence diagram.

  Usecase diagram

  Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”.

  Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Dalam hal ini terdapat dua aktor yaitu user dan admin. Seorang user dapat melakukan registrasi , login serta uji prioritas yang tujuan nya untuk mengetahui siapa yang lebih prioritas untuk menerima dana pembiayaan di koperasi. Sedangkan admin dapat melakukan login, input sub kriteria, prioritas kriteria, global prioritas dan melihat laporan hasil priortias.

  

Gambar 4. Usecase diagram SPK pemberian kredit

  

Activity diagram berakhir. Pada penelitian ini terdapat

  Activity diagram menggambarkan aktivitas anggota koperasi serta petugas berbagai alir aktivitas dalam sistem yang koperasi mulai dari mengajukan sedang dirancang, bagaimana masing- pembiayaan hingga pencairan dana. masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka

  

Gambar 5. Activity diagram SPK pemberian kredit

Sequence diagram digambarkan terhadap waktu. Sequence

  Sequence diagram menggambarkan diagram terdiri atar dimensi vertikal interaksi antar objek di dalam dan di sekitar (waktu) dan dimensi horizontal (objek- sistem (termasuk pengguna, display, dan objek yang terkait). sebagainya) berupa message yang

  

Gambar 6. Sequence diagram untuk user melakukan kredit

Gambar 7. Sequence diagram untuk admin melakukan kredit

  SIMPULAN

  Dari hasil analisa dan perancangan sistem yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Sering kali dalam proses pemberian kredit kepada anggota berdasarkan kedekatan emosional semata tanpa mempertimbangkan bobot dari anggota lain sehingga yang lebih prioritas tidak Budiono, Agus. 2015. mendapatkan kredit. kredit pada koperasi wanita salimah Diakses April 2018. dapat membantu pihak koperasi dalam Mawardi.2013. mengambil keputusan pemberian kredit kredit adalah yang memiliki bobt atau Diakses april 2018. prioritas tertinggi. Munawar. 2005, Pemodelan Visual dengan 3. Sistem ini sifatnya hanya membantu UML. Jakarta: Graha Ilmu. pihak koperasi dalam mengambil Nurdiyanto,Heri dkk. Sistem Pendukung keputusan, hasil akhir tetap di tangan Keputusan Pemberian Kredit pihak koperasi dalam hal ini pengurus Pada Koperasi Serba Usaha Berkah yang memiliki jabatan tertinggi dalam Tiram Jaya sebuah koperasi. Menggunakan Metode Analytic

  Hierarchy Process (Ahp): Seminar

  

DAFTAR PUSTAKA Nasional Universitas PGRI

Anggoro, Dani dkk.2015. Rancangan Yogyakarta. Yogyakarta.

  Sistem Informasi Koperasi Simpan Pratiwi, Heny.2016. Sistem Pendukung Pinjam Guru Dan Pegawai Pada Keputusan. Samarinda: STMIK Koperasi Smk Manggala Tangerang: Widya Cipta Dharma.

  Seminar Nasional Teknologi Wahtu Widodo,Hery.2012. Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015). Yogyakarta. ses april 2018.