REVIEW TEORI GERAKAN SOSIAL anti

REVIEW TEORI GERAKAN
SOSIAL
AHMAD TARMIJI ALKHUDRI

Pengantar
• Studi gerakan sosial menjadi menarik karena
banyaknya fenomena yang berkembang semenjak
awal abad ke duapuluh, terutama lahirnya sejumlah
gerakan perlawanan, khususnya gerakan mahasiswa
tahun 60an di banyak negara di semua belahan
penjuru dunia.
• Walaupun demikian terminologi “gerakan sosial”
seringkali secara implisit didefinisikan secara
heterogen terhadap sejumlah fenomena-fenomena
sosial dan politik seperti revolusi, sekte-sekte
keagamaan, organisasi-organisasi politik, atau satu
isu yang mengkampanyekan banyak hal, pada
sebuah kesempatan yang kemudian didefinisikan
sebagai “gerakan sosial”.

• Banyak ilmuan yang mengkaji gerakan sosial, secara

umum ada empat perspektif yang mengisi
perdebatan mengenai gerakan sosial.
1) Perspektif
“perilaku
kolektif”
(collective
behaviour);
2) Perspektif “teori mobilisasi sumber” (resource
mobilisation theory);
3) Perspektif “proses politik” (political process);
4) Perspektif “gerakan-gerakan sosial baru (new
social movements).

Perspektif Perilaku Kolektif

Ralph Turner dan Lewis Killian
(1987:223)
• Menurut keduanya, gerakan sosial merupakan
sebuah bentuk khusus dari perilaku kolektif yang
dibedakan terhadap perilaku “organisasional” dan

“institusional”, yang mereka definisikan sebagai: “A
collectivity acting with some continuity to promote
or resist a change in the society or organisation of
which it is part. As a collectivity, a movement is a
group with indefinite and shifting membership and
with leadership whose position is determined more
by informal response of adherents than by formal
procedures for legitimising authority.”

• Dari definisi itu, gerakan sosial tidaklah memerlukan
ataupun memiliki suatu bentuk tipikal dengan
gerakan yang berbasiskan sejumlah organisasi,
meskipun gerakan ini membawa juga kerja-kerja
gerakan dan secara teratur mencoba untuk
melakukan kontrol dan berbicara atas nama gerakan.
• Kepemimpinan di dalam gerakan seperti ini lebih
ditentukan secara informal oleh orang-orang yang
terlibat di dalam gerakan tersebut, ketimbang oleh
prosedur formal yang memerlukan semacam
otoritas yang memiliki legitimasi (Turner, 1982:5).


Perspektif Mobilisasi
Sumber

John McCarthy dan Mayer Zald
(1977:1217-1218)
• John McCarthy dan Mayer Zald (1977:1217-1218)
menggunakan pendekatan perilaku kolektif dengan
memberikan perhatian yang jauh lebih besar kepada
pentingnya faktor peran organisasi dalam gerakan
sosial, yang mereka sebut resource mobilisation
theory.
• Lebih jauh, keduanya mendefinisikan gerakan sosial
sebagai, “a set of opinions and beliefs which
represents preferences for changing some elements
of the social structure and/or reward distribution of
society. A countermovement is a set of opinions and
beliefs in a population opposed to a social
movement”.


• Perhatian terbesar mereka adalah pada kondisikondisi
di
mana
keyakinan-keyakinan
ditransformasikan kepada tindakan konkrit. Dari
perspektif ini yang dibutuhkan adanya pemimpin
yang memiliki pengalaman politik, serta organisasi
yang kuat, dan jika perlu professional.
• Mereka juga memberikan tekanan pada kondisikondisi yang memfasilitasi pembentukan organisasiorgansiasi gerakan sosial, sebagaimana juga
terciptanya dinamika-dinamika dari berjalannya
kerjasama/kompetisi (co-operation/competition) di
antara mereka.

• Jadi, eksistensi dari interaksi-interaksi yang terjadi
dalam gerakan sosial terefleksikan dalam gagasan
yang mereka sebut “social movement sectors”.
• Dalam pandangan ini organisasi-organisasi gerakan
sosial bukanlah aktor-aktor yang terisolasi, bahkan,
mereka cenderung untuk berinteraksi dengan
organisasi-organisasi lainnya, meskipun mereka

mungkin tidak dapat membangun suatu bentuk
koordinasi kerja jangka pendek yang bersifat reguler.
• Selain itu juga, konstituensi gerakan sosial
kadangkala menjadi overlap.

• Dalam formulasi yang lebih kemudian dari perspektif
ini disebutkan bahwa sektor gerakan sosial adalah:
“Social movement activity largely oriented toward
change that is achieved in the differentiated political
arena… the configuration of social movements, the
structure of antagonistic, competing and/or
cooperating movements which in turn is part of a
larger structure of action (Garner and Zald,
1985:120).”

Perspektif Proses Politik

Charles Tilly
• Analisis Tilly didasarkan pada perspektif historis,
memperiodisasi tahapan-tahapan dari perdebatan

dan pertarungan yang berlangsung secara intens
dalam lingkup sejarah kontemporer dan memetakan
perubahan-perubahan
dalam
“panggung
pertunjukan” dari aksi kolektif.
• Berbeda dari John McCarthy dan Mayer Zeld, Tilly
menekankan pada dinamika keseluruhan yang
menentukan keresahan (bahkan kerusuhan) sosial
(social unrest) dan sejumlah karakteristik yang
melekat padanya, ketimbang pada gerakan sosial di
mana terdapat aktor-aktor yang terorganisir.

• Perspektif teoritis Tilly ini bisa dilihat dalam
definisinya mengenai gerakan sosial sebagai sebuah,
[…] sustained series of interactions between power
holders and persons successfully claiming to speak
on behalf of a constituency lacking formal
representation, in the course of which those persons
make publicly visible demands for changes in the

distribution or exercise of power, and back those
demands with public demonstrations of support
(Tilly, 2000:306).
• Secara umum Tilly berpandangan bahwa gerakan
sosial adalah sesuatu yang terorganisir (organised),
berkelanjutan (sustained), menolak self-conscious
dan terdapat kesamaan identitas (shared identity) di
antara mereka-mereka yang terlibat di dalamnya.

• Selain itu, Tilly (2004:7) juga menekankan mengenai
pentingnya melihat gerakan sosial dalam konteks
rentang sejarah, atau dengan kata lain buat Tilly
gerakan sosial memiliki latar belakang sejarah, dan
ini yang membedakan dengan tegas gerakan sosial
dengan sejarah bentuk-bentuk aktivitas politik
lainnya seperti kampanye pemilihan umum,
perayaan hari pahlawan, peragaan kekuatan militer,
maupun perkabungan nasional.
• Jadi buat Tilly tidak semua bentuk aksi gerakan
popular, aksi rakyat yang mengatasnamakan suatu

hal, dan semua orang dan organisasi yang
mendukung hal-hal tersebut bisa disebut sebagai
gerakan sosial.

Perspektif Gerakan Sosial
Baru

Alain Touraine (1981:77-81)
• gerakan sosial baru” atau yang kerap dikenal dengan
“new social movement” berusaha melihat hubungan
antara gerakan-gerakan sosial dengan perubahan
struktural dan kultural dalam skala besar.
• Menurut Touraine, gerakan sosial merupakan
“perilaku/tindakan kolektif yang terorganisir dari
aktor berbasiskan kelas yang berjuang melawan
kelas yang menjadi lawan (musuh) untuk mengambil
kontrol sosial secara historis dalam sebuah
komunitas yang konkret”.
• Historisitas yang dimaksud Touraine adalah
keseluruhan sistem pemaknaan (system of meaning)

yang menciptakan aturan-aturan dominan dalam
sebuah masyarakat yang sudah terbentuk.

• Dalam argumentasi Touraine, gerakan sosial
merupakan, “The action, both culturally oriented
and socially conflictual, of a social class defined by
its position of domination or dependency in the
mode of appropriation of historicity, of the cultural
models of investment, knowledge and morality,
toward which the social movement itself is oriented
(Touraine, 1988:68).”
• Gagasan Touraine mengenai gerakan sosial sebagai
kombinasi dari prinsip identitas, prinsip oposisi dan
prinsip totalitas, di mana aktor-aktor sosial
mengidentifikasikan diri mereka, lawan mereka
secara sosial dan pada tingkatan-tingkatan sebuah
konflik.

• Gerakan sosial baru muncul dalam konteks adanya
core konflik baru dalam masyarakat post-industri

kontemporer.
• Bagi Touraine kombinasi tersebut atau pun juga
proses “formasi identitas” dapat dideteksi pada
setiap aspek dari perilaku sosial, tetapi gerakan
sosial harus dibedakan sejauh isunya mencapai
tingkat tertentu yang dapat dirujuk secara historis –
sebagaimana ia nyatakan sebelumnya – lebih dari
sekedar “keputusan-keputusan institusional atau
norma-norma organisasional” yang ada dalam
masyarakat.

Alberto Melucci (1989:29)
• Agak berbeda dengan Touraine, Alberto Melucci
(1989:29) dalam beberapa hal setuju bahwa konflik
yang sekarang ini ada harus dilihat dalam konteks
ruang kultural dan simbolik.
• Ia menyatakan bahwa gerakan sosial merupakan,
“Specific class of collective phenomena which
contain three dimensions … [it] is a form of collective
action which involve solidarity… [it] is engaged in

conflict, and thus in opposition to an adversary who
lays claims on the same goods and values… [it]
breaks the limits of compatibility of the system that
it can tolerate without altering its structure.”

• Bagi Melucci, gerakan-gerakan sosial tidak dapat
disamakan begitu saja dengan konflik-konflik politik
yang “kasat mata”, karena dalam faktanya aksi publik
hanyalah salah satu bagian dari pengalaman
gerakan-gerakan sosial.
• Sekalipun tidak terlibat dalam kampanye-kampanye
dan mobilisasi, gerakan sosial mungkin akan tetap
aktif berproduksi di wilayah kebudayaan.
• Sejumlah gerakan yang berorientasi kultural,
mungkin bisa melakukan mobilisasi pada hal-hal
tertentu dalam arena politik.
• Ini misalnya bisa dilihat dalam gerakan sosial yang
mengangkat isu keagamaan, atau etnisistas.

• Aktivitasnya secara luas dibangun dalam “wilayah
gerakan”, yakni “jaringan kerja kelompok-kelompok
dan individu-individu yang memiliki kesamaan dalam
konfliktual secara kultural dan identitas kolektif”.
• Jadi, bisa dibuat kesimpulan umum bahwa dari
keempat pendekatan tersebut setidaknya ada empat
aspek yang bisa dirangkum dalam melihat dinamika
dari gerakan sosial: pertama, adanya jaringan kerja
dan interaksi informal; kedua, adanya kesamaan
keyakinan dan solidaritas; ketiga, aksi kolektif atas
issu-issu
konfliktual;
keempat,
aksi
yang
menunjukkan ruang yang luas di luar institusionalitas
dan prosedur-prosedur rutin dari kehidupan sosial.

Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe
• Menurut Laclau dan Mouffe suatu gerakan sosial
haruslah mampu membangun sebuah revolusi
demokratik yang bersifat populis, yang dapat
mengakomodasi
tuntutan
berbagai
macam
kelompok-kelompok,
• seperti: kaum urban, kaum ekologis, anti-otoriterian,
anti-institusional, anti-kapitalisme, feminis, antirasisme, gerakan etnis, gerakan regional, gerakan
kaum minoritas dan juga gerakan kaum minoritas
secara seksual (kaum lesbian dan homoseksual).

• Laclau dan Mouffe (2001:155) menguraikan
sejumlah revolusi demokratik dalam masyarakat
Barat yang berlangsung semenjak Revolusi Prancis.
• Revolusi Prancis dipandang sebagai momen kunci
dari berbagai revolusi demokratik, di mana Revolusi
Prancis merupakan afirmasi dari kekuatan rakyat
(the people) dan sekaligus memperkenalkan sesuatu
yang orisinil dan baru pada tingkat imajinas sosial.
• Patahan yang dibuat Revolusi Prancis dengan ancien
régime disimbolkan dengan Declaration of the
Rights of Man.

• Revolusi demokratik lainnya adalah perjuangan kaum
buruh di abad sembilan belas yang mengkontsruksi
tuntutan mereka yang didasarkan pada perjuangan untuk
kebebasan politik.
• Contoh yang diajukan Laclau dan Mouffe adalah gerakan
Chartism di Inggris, yang bisa dilihat pada peran
fundamental ide-ide radikalisme Inggris, yang mendapat
pengaruh dari Revolusi Prancis.
• Demikian juga dengan gerakan dewan-dewan pabrik di
Italia dan Jerman pada akhir perang dunia pertama,
dalam hal pembentukan gerakan, dan dalam
menentukan tujuan-tujuan perjuangan mereka.
• Sementara dalam gerakan feminisme, pertanyaanpertanyaan yang muncul adalah: akses perempuan
terhadap hak-hak politik, kesamaan dalam hal ekonomi
dan yang paling kemudian adalah kesamaan dalam
domain seksualitas.

• Laclau dan Mouffe (2001:167) menawarkan model
perjuangan hegemonik dengan agenda demokrasi
radikal plural, sebagai agenda baru gerakan sosial
untuk membangun sosialisme.
• Istilah radikal dalam konsepsi demokrasi-plural, bisa
bermakna: Pertama, demokrasi haruslah pluralisradikal dalam artian pluralitas dari identitas-identitas
yang berbeda tidaklah bersifat transenden dan tidak
didasarkan pada dasar positif(is) apa pun.
• Demokrasi
radikal-plural
dapat
dimaknai
sebagaimana dinyatakan Laclau dan Mouffe sebagai,
“the struggle for a maximum automatization of
spheres on the basis of the generalization of the
equivalential-egalitarian logic”.

• Kedua, demokrasi radikal-plural adalah bagaimana
pluralisme dalam demokrasi dan perjuangan untuk
kebebasan dan persamaan (freedom and equality)
yang dihasilkan haruslah diperdalam dan diperluas
ke seluruh wilayah kehidupan masyarakat (Mouffe,
2005:18-19).
• Dengan merujuk pada definisi dan argumentasi
tersebut, gerakan sosial merupakan gerakan yang
memiliki tujuan untuk melakukan gugatan terhadap
suatu ketimpangan sosial atau problem sosial.

Perspektif Perubahan Sosial

Piotr Sztompka
• Dengan bertumpu kepada konsep perubahan sosial,
Sztompka (2004:325) memandang bahwa gerakan
sosial (social movement) sebagai fenomena
partisipasi sosial (masyarakat).
• Menurutnya gerakan sosial ini memiliki beberapa
definisi yaitu: (1) upaya kolektif untuk mengubah
tatanan sosial; (2) upaya kolektif untuk mengubah
norma dan nilai; (3) tindakan kolektif berkelanjutan
untuk mendorong atau menghambat perubahan
dalam masyarakat atau dalam kelompok yang
menjadi bagian masyarakat itu; dan (4) upaya
kolektif untuk mengendalikan perubahan atau untuk
mengubah arah perubahan.

Amitai Etzioni
• Sementara itu, masih dalam konteks elaborasi
perubahan sosial dan juga bertumpu pada narasi
gerakan sosial baru, Amitai Etzioni (1993),
menitikberatkan studi gerakan sosial dalam konteks
“perspektif komunitas” untuk melakukan perubahan
sosial di Amerika.
• Menurutnya, perubahan sosial lebih efektif bila
dilakukan
melalui
jaringan
komunitas
(communitarian network).
• Bagi Etzioni “memobilisasi kolektivitas dan
masyarakat sebagai sumber utama perubahan
mereka sendiri dan mengubah hubungan mereka
dengan unit-unit sosial lain”.

• Komunitas sebagai kendaraan perubahan sosial ini
diidentifikasi dalam
kehidupan
masyarakat
Amerika
tahun
1990-an
dengan
sebutan
Communitarian Movement.
• Gerakan ini dilakukan ketika terjadi proses
menurunnya tingkat peradaban dalam kehidupan
sosial masyarakat Amerika.
• Karenanya dalam penelitian ini juga yang ingin dikaji
adalah bagaimana sebuah komunitas nelayan
“terbentuk” karena adanya “sense of community”
dan kemudian komunitas tersebut melakukan
gerakan sosial di tengah masyarakat.

Perbandingan GSL dan GSB
Dimensi
Isu yang
diangkat

Nilai yang
diangkat
Struktur
Gerakan

Gerakan Sosial Lama
 Wacana ideologis: Anti
kapitalisme, penggulingan
pemerintahan secara
revolusioner.
 Isu mengenai Politik dan
Ekonomi Negara.
 Marxisme Klasik
 Domain Politik atau Negara
(Sosio-Politik)
Representasi anti kapitalisme dan
anti industrialisme, anti ekspansi
dan dominasi peradaban Barat
terhadap Non Barat, representasi
anti modernisme

Gerakan Sosial Baru
Humanis, kultural, non materialistik, isu
demoralisasi struktur kehidupan seharihari, bentuk-bentuk komunikasi & identitas
kolektif
Universal & Pluralitas
Domain Sosial dan Masyarakat Sipil
(Sosio-Kultural)
Plural (anti rasisme, anti nuklir, perlucutan
senjata, feminisme, environmentalisme,
regionalisme, etnisitas, kebebasan sipil,
kebebasan personal dan perdamaian)
termasuk didalamnya menolak inti gagasan
pertumbuhan dan pembangunan yakni
roda ideologis yang mengguliskan
kapitalisme, materialisme dan modernisme



Tujuan

Revolusi dan Perjuangan
Kelas

Konteks

Masyarakat


Bentuk
Gerakan

Masyarakat industri dan
modern
Kelas Menengah Kritis
Masyarakat
Bangsa/Negara
Model organisasi serikat
buruh, politik kepartaian

Menata kembali relasi negara, masyarakat
dan perekonomian (pasar); menciptakan
ruang publik yang bersifat demokratis,
otonom, serta terdapat proses negosiasi
tentang kebebasan individual dan kolektif,
negosiasi identitas dan orientasi mereka.
 Postmodern/Post-industrial society
 Kelas menengah baru yang mapan
 Masyarakat Transnasional
Politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput,
gerakan mikro kelompok-kelompok kecil,
membidik isu lokal, menghasilkan asosiasi
demokratis terorganisir ditataran nasional
yang bersifat fleksibel

Contoh Gerakan Pencerahan
Gerakan (Renaisance) di Eropa
abad 18
Gerakan Serikat Buruh

Gerakan Swadesi (berdikari), boikot barangbarang asing, industri “asli” lokal oleh
Mahatma Gandhi awal abad 19 utk
mengukuhkan identitas diri dan melawan
kolonialisme inggris di India.
Perjuangannya bersifat tanpa kekerasan
(ahimsa), desakan kebenaran (satyagraha),
pembanggkangan sipil, pemerintahan
idependen, restorasi kampung (pancahayats),
penggunaan roda tenun dan khadi (sandang
tenun industri rumah) guna mencapai
kemerdekaan (swara), kepercayaan diri dan
rekonstruksi masyarakat india.
Gerakan Mayday (May Movement) termasuk
ke dalam gerakan kiri baru (New Left)

TERIMA KASIH