ISLAM KEKERASAN DAN RADIKALISME docx

ISLAM, KEKERASAN, DAN RADIKALISME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah dan Presentasi
Mata Kuliah Islam Rahmatan Lil ‘Alamin
Dosen Pengampu : Supriyanto Abdi S. Ag., M. CAA.

Disusun Oleh :
Najmi Maghfirul Azizi (16422156)
Andrian Kurnia Irawan (16422157)
Hanifatun Aziizah (16422158)
M. Abdullah Fredy R. (16422159)
Ika Nahdati Rahmah (16422160)
Arif Mukhsin Munandar (16422161)

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016/2017
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara yang menganut paham bhineka tunggal ika
ternyata belum mampu menunjukkan ketangguhan untuk meminimalisir
sikap-sikap radikal dan ekstrim dari sebagian pemeluk agamanya.
Pendangkalan terhadap agama dan fanatisme mengakibatkan rasa superioritas
atas pemeluk agama lain. Radikalisme agama menyebabkan tindakan penuh
kekerasan disebabkan pemaknaan yang parsial terhadap konsep jihad dalam
Islam, konsekuensi logis dari interpretasi ini adalah penyandingan terorisme
sebagai buah dari radikalisme. Hipotesa ini adalah sesuatu yang wajar,
mengingat berbagai aktifitas teror di berbagai belahan dunia senantiasa
mengatasnamakan jihad yang dilakukan oleh umat Islam sebagai bentuk
ketaatan pada firman Sang Khalik. Hal ini menimbulkan berbagai gejolak
yang tanpa disadari tidak hanya berimplikasi pada menurunnya stabilitas
nasional, tapi bahkan menyulut respon negatif dari berbagai belahan dunia.
Oleh karena itu, diperlukan adanya pemahaman inklusif terhadap agama
sehingga pemeluk agama sehingga pemeluk agama menyadari bahwa
pluralitas adalah sebuah keniscayaan.
Pada dasarnya, agama apapun memiliki kecenderungan untuk
melakukan thruth claim (mengklaim sebagai yang paling benar) karena
agama merupakan nilai kepercayaan harus dipegang teguh oleh para

pemeluknya.sikap thruth claim tersebut akan bernilai positif apabila hanya
diorientasikan ke dalam (intrinsic orientation) dalam penghayatan dan
aplikasinya, bukan untuk ke luar dirinya (extrinsic orientation) yang
menyebabkan prasangka negatif dan konflik. Agama intrinsik memenuhi
seluruh hidup dengan memotivasi dan makna, sedang agama ekstrinsik
menjadikan agama diperbudak untuk mendukung dan membenarkan
kepentingan pribadi.

2

Memaksakan munculnya pemahaman yang sama terhadap ajaran
agama sama halnya dengan meniadakan agama itu sendiri karena sikap
tersebut akan menimbulkan konflik berkepanjangan. Masing-masing pemeluk
agama akan menimbulkan konflik berkepanjangan. Masing-masing pemeluk
agama akan menafikan kebenaran agama yang dianut oleh orang lain dan hal
ini bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Dalam sejarah telah terbukti
bahwa sikap ekslusif memunculkan pertentangan atau bahkan peperangan
antar umat beragama.
Sikap ekslusif tersebut melahirkan radikalisme dalam beragama, dan
lagi-lagi Islamlah yang mendapat tudingan sebagai pencetus segala aksi

kekerasan di berbagai belahan dunia. Di satu sisi mungkin pendapat ini bisa
dianggap benar, karena sebagian besar tindakan terorisme tersebut dilakukan
oleh orang (yang mengaku) Islam. Mereka berasumsi bahwa sikap tersebut
adalah manifestasi jihad dan balasannya adalah surga. Namun di sisi lain,
mereka tidak menyadari bahwa tindakan tersebut adalah dampak dari
pemahaman yang parsial terhadap teks keagamaan sehingga diaplikasikan
dalam tindakan yang jauh dari makna kontekstual yang diharapkan.
Radikalisme dalam agama ibarat pisau bermata dua, di satu sisi,
makna positif dari radikalisme adalah spirit menuju perubahan ke arah lebih
baik yang lazim disebut ishlah (perbaikan) atau tajdid (pembaharuan).
Dengan begitu radikalisme bukan sinonim ekstrimitas atau kekerasan, ia akan
sangat bermakna apabila dijalankan melalui pemahaman agama yang
menyeluruh dan diaplikasikan untuk ranah pribadi, namun di sisi lain,
radikalisme akan menjadi berbahaya jika sampai pada tataran ghuluw
(melampaui batas) dan ifrath (keterlaluan) ketika dipaksakan pada pemeluk
agama lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1.


Apa pengertian Islam, Kekerasan, dan Radikalisme?

3

2.

Apa sebab-sebab munculnya radikalisme di Indonesia?

3.

Apa implikasi atau akibat dari munculnya kekerasan dan radikalisme?

4.

Bagaimana cara mencegah dan mengatasi tindakan kekerasan dan
radikalisme?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Islam, Kekerasan, dan Radikalisme.
2. Mengetahui sebab-sebab munculnya radikalisme di Indonesia.

3. Mengetahui implikasi atau akibat dari munculnya kekerasan dan
radikalisme.
4. Mengetahui cara mencegah dan mengatasi tindakan kekerasan dan
radikalisme.

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam, Kekerasan, dan Radikalisme
1. Pengertian Islam
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW sebagai nabi dan rosul terakhir untuk menjadi
pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Islam (Arab: al –Islam ‫“ السلم‬berserah diri kepada Tuhan”) adalah
agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Dalam Al-Qur’an,
Islam disebut juga Agama Allah atau Dienullah.
‫أ ننفنغي رنر هديهن الل س نهه ي نبرعغونن نول نعه أ نرسل ننم نمرن هفي ال سنسنمانوا ه‬
‫عا نوك نررهها نوهإل ني رهه ي عررنجععونن‬
‫ت نوالررهض نطرو ه‬

Artinya : "Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari
agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala
apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran: 83).
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk,
dan bersih. Kata Islam terbentuk dar tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M
(mim) yang bermakna dasar “selamat” (salama).
Dari pengertian Islam secara bahasa ini dapat disimpulkan Islam
adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan akhirat
(alam kehidupan setelah kematian). Islam juga agama yang mengajarkan
umatnya atau pemeluknya (kaum Muslim/umat Islam) untuk menebarkan
keselamatan dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan sholat
sebagai ibadah utama yaitu ucapan doa keselamatan “Assalamu’alaikum
warohmatullah” semoga keselamatan dan kasih sayang Allah limpahkan
kepadamu, sebagai penutup solat.
5

Pengertian Islam menurut bahasa, kata Islam berasal dari kata
aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk
masdar dari kata aslama. Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan

dengan asal katamya (etimologis), Islam memiliki beberapa pengertian,
sebagai berikut:
a. Islam berasal dari kata ‘salm’ yang berarti damai atau kedamaian.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
‫عنلى الل س نهه هإن س نعه عهنو ال سنسهميعع ال رنعهليعم‬
‫نوهإرن نجن ن ع‬
‫حوا هلل سنسل رهم نفارجن نرح ل ننها نوتننوك سنرل ن‬
Artinya : “Dan jika mereka condong kepada perdamaian (lis salm),
maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya

Dialah

Yang

Maha

Mendengar

lagi


Maha

Mengetahui.” (QS. 8:61)
Kata ‘salm’ dalam ayat diatas memiliki arti damai atau perdamaian.
Ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam
merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau
senantiasa memperjuangkan perdamaian, bukan peperangan atau
konflik dan kekacauan.
‫عنلى ال رأ عرخنرىى‬
‫نوهإرن نطاهئنفنتاهن همنن ال رعمرؤهمهنينن ارقتنتنعلوا نفأ نرصله ع‬
‫ت هإرحنداعهنما ن‬
‫حوا بني رن نعهنما نفهإرن بننغ ر‬
‫حوا بني رن نعهنما هبال رنعردهل نوأ نرقهسعطوا‬
‫ت نفأ نرصله ع‬
‫نفنقاهتعلوا ال س نهتي تنبرهغي نحتس نىى تنهفينء هإل نىى أ نرمهر الل س نهه نفهإرن نفانء ر‬
‫ب ال رعمرقهسهطينن‬
‫هإ سنن الل س ننه ي عهح سع‬
Artinya : "Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min
berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari

kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.” (QS. 49: 9).
Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah Allah SWT melalui Al-Qur’an

6

baru mengis=zinkan atau memperbolehkan kaum muslimin berperang
jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
‫عل نىى ن نرصهرههرم ل ننقهديرر‬
‫أ عهذنن لهل س نهذينن ي عنقاتنعلونن هبأ نن س نعهرم عظلهعموا نوهإ سنن الل س ننه ن‬
Artinya : “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang
diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan
sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”
(QS. 22:39)
b. Islam berasal dari kata ‘aslama’ yang berarti berserah diri atau pasrah.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan
seseorang yang secara Ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya
kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan
pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi
segala larangan-Nya.
‫خنذ‬
‫حهسرن نواتس نبننع همل س ننة هإبرنراههينم نحهنيهفا نواتس ن ن‬
‫نونمرن أ نرحنسعن هديهنا هم سنمرن أ نرسل ننم نورجنهعه لهل س نهه نوعهنو عم ر‬
‫الل س نعه هإبرنراههينم نخهليهلا‬
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang
diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
yang

lurus?

Dan

Allah


mengambil

Ibrahim

menjadi

kesayanganNya.” (QS. 4:125)
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk
menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepadaNya.
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6:162)
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh
makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka
semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti
sunnatullahNya. “Maka apakah mereka mencari agama yang lain
dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa
yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3: 83)
c. Islam berasal dari kata istaslama-mustaslimu: penyerahan total kepada
Allah SWT
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
7

‫بنرل عهعم ال ري نرونم عمرستنرسلهعمونن‬
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS. 37: 26)
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua).
Seorang muslim atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk
secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apa
pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT. "Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2 : 208).
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara
total kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan
dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya. Inilah yang disebut Takwa
menuruf definisi yang populer.
d. Berasal dari kata “saliim” yang berarti bersih dan suci
‫هإ س نلا نمرن أ ننتى ال س ننه هبنقل رمب نسهليمم‬
"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih" (QS. 26 : 89).
‫هإرذ نجانء نربس نعه هبنقل رمب نسهليمم‬
"(Ingatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati
yang suci." (QS. 37: 84)
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci
dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki
kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada
kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
e. Islam berasal dari “salam” yang berarti selamat dan sejahtera
‫عل ني رنك نسأ نرستنرغهفعر ل ننك نرهسبي هإن س نعه نكانن هبي نحهف س هيا‬
‫نقانل نسلرم ن‬
"Berkata Ibrahim: 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku
akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia
sangat baik kepadaku'." (QS. 19 : 47).
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena
Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap
insan.
Menurut istilah, Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada
wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya
Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai

8

hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke
jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
Secara istilah juga, Islam adalah agama terakhir yang diturunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi dan utusan
Allah (Rasulullah) terakhir untuk umat manusia, berlaku sepanjang
2.

zaman, bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah serta Ijma' Ulama.
Pengertian Kekerasan
Kekerasan, menurut kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S.
Poerwadarminta, berarti sifat atau hal yang keras, kekuatan dan paksaan.
Dalam bahasa Inggris, yang lebih lazim dipakai orang Indonesia, disebut
”violence”. Istilah violence berasal dari dua kata bahasa Latin : vis yang
berarti daya atau kekuatan; dan latus (bentuk perfektum dari kata kerja
ferre) yang berarti (telah) membawa. Maka secara harafiah, violence
berarti membawa kekuatan, daya, dan paksaan.
Menurut filsuf Thomas Hobes (1588 – 1679), manusia dilihat
sebagai makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasionil dan
anarkistis serta mekanistis yang saling mengiri dan membenci sehingga
menjadi kasar, jahat, buas, pendek pikir. Atas dasar pandangan ini,
Hobbes melihat kekerasan sebagai sesuatu yang sangat alamiah bagi
manusia. Karena itu hanya suatu pemerintahan yang keras dan kuat,
memakai kekerasan dan kekuatan, yang dapat mengatasi keadaan
tersebut. Berbeda dengan Hobbes, filsuf Jean Jacques Rousseau (1712 –
1778) beranggapan bahwa manusia secara alamiah adalah ciptaan yang
polos, mencintai diri sendiri secara spontan, tidak egois dan tidak altruis.
Bahwa manusia menjadi seperti binatang yang memiliki sifat agresif /
menyerang dan melakukan tindak kekerasan, itu terjadi hanya karena
kemajuan dan peradaban. Dengan kata lain, kemajuan dan peradabanlah
yang menyebabkan manusia menjadi seperti itu.
Menurut R. Audi, kekerasan dilukiskan sebagai serangan atau
penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang; atau serangan,
penghancuran, pengrusakan yang sangat keras, kasar, kejam, dan ganas
atas milik atau sesuatu yang sangat potensial dapat menjadi milik
seseorang.
9

Pengertian mengenai kekerasan dibahas oleh Johan Galtung yang
menyatakan bahwa kekerasan terjadi saat ada penyalahgunaan sumbersumber daya, wawasan dan hasil kemajuan untuk tujuan lain atau
dimonopoli oleh sekelompok orang tertentu. Yang menjadi fokus dalam
definisi tersebut adalah ”sekelompok orang”. Ketika berbicara dalam
konteks patriarkhi, maka yang dapat diartikan dengan ”sekelompok
orang” tersebut adalah sekelompok orang yang berorietasi pada
keuntungan laki-laki. Selain itu, Galtung menyebutkan kekerasan dapat
berbentuk sebagai kekerasan fisik dan psikologis, walaupun keduanya
dapat terjadi bersamaan. Dalam uraiannya, Galtung menyebutkan bahwa
sasaran dalam kekerasan fisik adalah tubuh manusia.
Sedangkan kekerasan psikologis berkaitan dengan kebohongan,
indoktrinasi, ancaman, tekanan yang berakibat pada meminimalisasi
kemampuan mental dan otak.
Dalam kerangka kekerasan psikologis tersebut, memakai bingkai
patriarkhis, dapat dilihat bahwa telah terjadi pengkerdilan kemampuan
perempuan secara spesifik, melalui pembatasan kesempatan terhadap
perempuan yang dalam hal ini berkaitan dengan dominasi laki-laki dalam
lingkup publik.
Kekerasan mempunyai ciri khas pemaksaan, sedangkan pemaksaan
dapat mengambil wujud pemaksaan persuasif dan pemaksaan fisik, atau
gabungan keduanya. Kemudian pemaksaan berarti bahwa terjadi
pelecehan terhadap kehendak pihak lain, yang mengalami pelecehan hakhaknya secara total, eksistensinya sebagai manusia dengan akal, rasa,
3.

kehendak, dan integritas tubuhnya tidak dipedulikan lagi.
Pengertian Radikalisme
Radikal berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Dalam
bahasa Inggris kata radical dapat bermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik,
revolusioner, ultra dan fundamental. Sedangkan radicalism artinya
doktrin atau praktik penganut paham radikal atau ekstrim. Dalam Kamus
besar Bahasa Indonesia, radikalisme diartikan sebagai paham atau aliran
yang menginginkan perubahan dengan cara keras atau drastis.

10

Sementara Sartono Kartodirjo mengartikan radikalisme sebagai
gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang
berlangsung dan di tandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk
menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak
istimewa dan sedang berkuasa. Radikalisme sering dimaknai berbeda
diantara kelompok kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme
merupakan gerakan-gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara
keseluruhan tatanan sosial dan politik yang ada dengan jalan
menggunakan kekerasan.
Sedangkan dalam studi ilmu sosial, radikalisme diartikan sebagai
pandangan yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai
dengan interpretasinya terhadap realitas sosial atau ideologi yang
dianutnya. Dengan demikian, radikalisme merupakan gejala umum yang
bisa terjadi dalam suatu masyarakat dengan mtif beragam, baik sosial,
politik, budaya dan agama, yang ditandai oleh tindakan-tindakan keras,
ekstrim, dan anarkis sebagai wujud penolakan terhadap gejala yang
dihadapi.
B. Sebab-Sebab Munculnya Radikalisme di Indonesia
Radikalisme menurut kamus besar bahasa Indonesia ikhtiar baru tahun
1995 adalah suatu paham aliran yang menghendaki perubahan secara drastic.
(kamus besar bahasa Indonesia ikhtiar baru:1995). Sedangkan menurut kamus
ilmiah popular radikalisme adalah inti dari perubahan. (bary, kamus ilmiah
popular:1994). Sementara radikalisme agama berarti, prilaku keagamaan yang
menyalahi syariat, yang mengambil karakter keras sekali antara dua pihak
yang bertikai, yang bertujuan merealisasikan target-target tertentu, atau
bertujuan merubah situasi sosial tertentu dengan cara yang menyalahi aturan
agama.
Dari konteks di atas dapat dipahami bahwa radikalisme agama adalah
prilaku keagamaan yang menghendaki perubahan secara drastis dengan
mengambil karakter keras yang bertujuan untuk merealisasikan target-target
tertentu. Secara historis, kemunculan kelompok radikal di kalangan umat

11

Islam Indonesia bukanlah hal yang baru. Karena pada awal abad ke-20, dalam
peningkatan semangat dan ekonomi kian parah di kalangan pribumi,
radikalisme muslim diambil alih oleh kelompok Serikat Islam (SI). Gerakan
radikalisme di Indonesia tidak seperti yang terjadi di Timur tengah yang
sangat menekankan agenda agenda politik.
Kemunculan gerakan islam radikal di Indonesia disebabkan oleh dua
faktor : Pertama, faktor internal dari dalam umat islam sendiri yang telah
terjadi penyimpangan norma-norma agama. Kedua, faktor eksternal di luar
umat Islam, baik yang dilakukan penguasa maupun hegemoni Barat, seperti
kasus gerakan Warsidi, Salaman hafidz dan Imron atau yang dikenal sebagai
komando Jihad telah membangkitkan radikalisme di Indonesia.
Secara historis munculnya radikalisme di Indonesia disebabkan oleh
tiga faktor mendasar, yaitu :
a.

Perkembangan di Tingkat Global
Dimana kelompok - kelompok radikal menjadikan situasi di Timur
Tengah sebagai inspirasi untuk mengangkat senjata dan aksi teror. Apa
yang terjadi di Afghanistan, Palestina, Irak, Yaman, Syiria, dan
seterusnya dipandang sebagai campur tangan Amerika, Israel, dan
sekutunya.

b.

Paham Wahabisme
Paham ini sangat mengagungkan budaya Islam ala Arab yang
konservatif. Dalam kaitannya dengan radikalisme, Wahabisme dianggap
bukan sekadar aliran, pemikiran, atau ideologi, melainkan mentalitas.
Ciri mental itu antara lain gemar membuat batas kelompok yang sempit
dari kaum muslimin, sehingga dengan mudah mereka mengatakan di luar
kelompok mereka adalah kafir, musuh, dan wajib diperangi.

c.

Kemiskinan
Kemiskinan walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap
merebaknya aksi radikalisme. Hal utama yang kemungkinan membuat

12

keterkaitan antara kemiskinan dan radikalisme adalah perasaan
termarjinalkan. Situasi seperti itu menjadi persemaian subur bagi
radikalisme dan terorisme.
C. Implikasi atau Akibat dari Munculnya Kekerasan dan Radikalisme
Terlepas dari ajaran agama islam, memang harus diakui, bahwa salah
satu faktor terorisme adalah karena motivasi agama yg minim, jadi proses
radikalisme terjadi karena pemahaman kegamaan yang kurang tepat dan keras
akan melahirkan sosok muslim yang fundamentalis yang cenderung ekstrim
terhadap kelompok lain dan menganggap orang lain yang berbeda golongan
diangap sebagai musuh sekalipun satu agama, apalagi beda agama.
Radikalisme sendiri masih menyimpan perdebatan panjang dikalangan ulama
atau aktivis Islam sebab konotasi radikalisme yang negatif ditolak oleh
sebagian dari mereka yang memahami bahwa radikalisme adalah keharusan
dalam beragama.
Adapun terdapat sejumlah problem atau akibat radikalisme agama
dijadikan lahan politik, yakni diantaranya agama menjadi lahan tarik-menarik
antara pelaku radikalisme dengan aktivis perdamaian agama di Indonesia.
Jadi keduanya itu saling mengunakan metode yang memungkinkan
masyarakat tertarik atas mereka. Siapa yang memiliki metode yang paling
kuat dalam membuat aktivitas itulah yang akan mendapatkan dukungan
publik.
Problem lainnya adalah orang-orang yang telah menerima doktrin
radikalisasi agama akan sulit menerima deradikalisasi agama. Hal ini karena
pemikiran dan hati mereka telah terisi doktrin-doktrin agama secara radikal,
sehingga tidak ada lagi “ruang kosong” dalam pikiran dan hatinya untuk
menerima pemahaman agama yang tidak sesuai dengan apa yang selama ini
mereka terima dan yakini. Implikasi atau akibat dari paham radikalisme :
1. Meresahkan Banyak Umat
Adanya gerakan terorisme dan radikalisme ini meresahkan banyak
orang karena mereka melakukan penyerangan dengan tiba-tiba tanpa
adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Masyarakat yang tidak tahu
menahu tentang hal ini akan semakin resah dan merasa tidak tenang

13

karena keamanan mereka terancam. Padahal membuat resah dan
ketidaknyamanan banyak orang merupakan kegiatan mengganggu
tatanan hidup orang banyak. Hal ini menurut hukum negara tidak benar
dan menurut hukum agama Islam yang benar juga tidak benar.
2. Mencoreng Nama Baik Islam
Terorisme dan radikalisme yang melakukan jihad dengan kekerasan
tentu akan mencoreng nama Islam. Islam yang sebenarnya itu agama yang
penuh kasih sayang, tidak kaku serta peduli terhadap sesama, bukan
seperti terorisme yang tidak mau menerima perbedaan. Terorisme memang
banyak timbul dan lahir dari Islam, tetapi disini perlu digaris bawahi
bahwa Islam yang mereka anut merupakan Islam yang tidak benar paham
dan alirannya. Mereka melakukan jihad dengan menghalalkan segala cara,
sedangkan Islam yang benar yaitu melakukan jihad dengan baik yaitu
tidak memusnahkan budaya atau horistik masyarakat, tetapi justru akan
membawa budaya dan mengarahkannya ke jalan Islam sehingga
masyarakat akan menerima Islam dengan baik tanpa menggunakan
kekerasan dan Islam akan diterima dengan baik dalam masyarakat.
3. Menghancurkan Nasionalisme Bangsa
Adanya gerakan ini sudah tentu akan menghancurkan nasionalisme
bangsa. Mereka melakukan penyerangan pada masyarakat sendiri yang
memang merupakan saudara sendiri. Hal ini jelas akan menimbulkan
perpecahan yang akan semakin menghancurkan nasionalisme bangsa. Para
pemuda harusnya diajarkan untuk saling menghormati, menerima
perbedaan serta saling menyayangi agar jiwa nasionalisme semakin tinggi,
bukan malah diajarkan peperangan. Jika alasan karena berjihad, maka
berjihad banyak jalan lain yang bisa dilakukan selain dengan penyerangan
yaitu bisa dengan jalan perbaikan ekonomi atau perbaikan tingkat
pendidikan.
D. Cara Mencegah dan Mengatasi Tindakan Kekerasan dan Radikalisme
1. Larangan Melakukan Kedzaliman

14

Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dengan
tegas mengharamkan kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan
dan di mana saja. Firman Allah : Dan barangsiapa di antara kamu yang
berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (QS.
25:19) Di samping itu rasulullah bersabda : “Wahai umatku sesungguhnya
telah aku haramkan bagi diriku perbuatan dzalim dan aku juga
mengharamkannya diantara kalian maka janganlah berbuat dzalim” (HR.
Ahmad Fî Al Musnad).
Kedzaliman adalah sumber petaka yang dapat merusak stabilitas
perdamaian dunia. Penindasan, penyiksaan, pengerusakan, pengusiran,
imperialisme modern yang kerap terjadi pada negara-negara Muslim saat
ini membuahkan reaksi global melawan tindakan bejat itu dengan
berbagai macam cara, hingga perdamaian semakin sulit terwujud. Maka
selayaknya setiap insan sadar bahwa kedzaliman adalah biang
kemunduran. Dengan demikian jika menghendaki kehidupan yang damai
maka tindakan kedzaliman harus dijauhi.
2. Adanya Persamaan Derajat
Persamaan derajat di antara manusia merupakan salah satu hal
yang ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu gologan
dengan golongan lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Kaya, miskin, pejabat, pegawai, perbedaan kulit, etnis dan bahasa
bukanlah alasan untuk mengistimewakan kelompok atas kelompok
lainnya.
Allah berfirman : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13). Rasulullah bersabda :
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk kalian ataupun kepada
harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kalian” (HR.
Imam Ahmad Fî Al Musnad). Jadi yang membedakan derajat seseorang

15

atas yang lainnya hanyalah ketakwaan. Yang paling bertakwa dialah yang
paling mulia.
Dengan

adanya

persamaan

derajat

itu,

maka

semakin

meminimalisir timbulnya benih-benih kebencian dan permusuhan di
antara manusia, sehingga semuanya dapat hidup rukun dan damai.
3. Menjunjung Tinggi Keadilan
Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial di
tengah masyarakat, keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau
dengan musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya keadilan, maka
tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan
sehingga dapat meredam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak
akan terjadi.
Allah berfirman dalam Al- Qur’an : Hai orang-orang yang
beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 5:8). Ayat ini merupakan
indikasi kuat bahwa risalah nabi Muhammad Saw sangat mulia karena
ajarannya itu dapat menyelamatkan manusia dari kebinasaan yang
disebabkan oleh hawa nafsu dan bisikan syetan. Keadilan merupakan
kebutuhan primer manusia dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara
dan Islam memberikan perhatian besar dalam hal itu sehingga setiap
orang akan merasa diberlakukan sama dan sejajar yang pada akhirnya
membuat mereka dapat hidup rukun.
4. Memberikan Kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya
paksaan bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan
pilihannya. Firman-Nya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang
salah (QS. 2:256). Dalam ayat lain Allah berfirman : Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka

16

bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS. 10:99).
Dengan adanya kebebasaan itu maka setiap orang puas untuk
menentukan pilihannya, tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung
pada munculnya kebencian. Dengan kebebasan ini, jalan menuju
kehidupan damai semakin terbuka lebar.
5. Menyeru Hidup Rukun dan Saling Tolong Menolong
Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk hidup rukun
saling tolong menolong dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak
mereka untuk saling bahu membahu menumpas kedzaliman di muka bumi
ini, dengan harapan kehidupan yang damai dan sejahtera dapat terwujud.
Allah berfirman : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. (QS. 5:2).
6. Menganjurkan Toleransi
Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala
perbedaan yang ada, dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang
dapat merugikan semua pihak. Dalam firman-Nya : Dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik
itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar. (QS. 41:34-35).
Sungguh sangat mulia ajaran Islam yang menyeru umatnya untuk
selalu bersabar dan berbuat baik meski kepada orang-orang yang dibenci
sekali pun demi mengakhiri api permusuhan.
7. Meningkatkan Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial juga ditekankan oleh agama mulia ini untuk
ditanamkan kepada setiap individu dalam masyarakat agar dapat
memposisikan manusia pada tempatnya serta dapat mengentaskan
kefakiran, kebodohan dan kehidupan yang tidak menentu. Maka Islam
mewajibkan kepada orang yang mampu untuk menyisihkan hartanya guna
17

diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Allah berfirman : Dan
orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang
tidak mau meminta) (QS. 70:24-25).
Dalam surat lain Allah berfirman : Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS. 9:103).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian Islam bisa dilihat dari makna bahasa dan makna istilah,
secara umum Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai nabi dan rosul terakhir untuk menjadi pedoman
hidup seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Sedangkan, pengertian
kekerasan berarti sifat atau hal yang keras, kekuatan, dan paksaan. Lalu,
radikalisme ialah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan
dengan cara keras atau drastis.
Radikalisme di Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam umat Islam itu sendiri
sedangkan faktor eksternal berasal dari luar umat Islam baik yang dilakukan
pemerintah maupun hegemoni barat. Selain itu, ada beberapa faktor mendasar

18

yang mempengaruhi Radikalisme di Indonesia antara lain perkembangan di
tingkat global, adanya paham wahabisme, dan kemiskinan.
Adanya radikalisme yang terjadi di Indonesia maupun di negara lain
akan memunculkan dampak atau akibat (implikasi) baik bagi umat Islam
sendiri maupun Agama Islam, yaitu antara lain, meresahkan banyak umat,
mencoreng nama baik Islam, dan menghancurkan nasionalisme bangsa.
Berbagai tindakan kekerasan dan radikalisme yang terjadi perlu
ditemukan solusi cara pencegahan dan juga cara mengatasinya. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara, larangan melakukan kedzaliman, adanya persamaan
derajat, menjunjung tinggi keadilan, memberikan kebebasan, menyeru hidup
rukun

dan

saling

tolong

menolong,

menganjurkan

toleransi,

dan

meningkatkan solidaritas sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Laisa, Emna. Islam dan radikalisme. Diakses pada 4 Desember 2017.
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/554
Khamami, Zada. 2002. Islam Radikalisme. Jakarta. Teraju.
Nasir, Ridlwan, dkk. 2006. Diaklektika Islam dengan Problem Kontemporer.
Surabaya. IAIN Pressdan LKiS.
Qodir, Zuly. 2014. Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Anonim. 2013. Pengertian Islam Menurut Al Quran. Diakses dari
http://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-islam-menurut-al-quran.html.
Pada Tanggal 4 Desember 2017

19