Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Masa

POLA TATA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL
MASA KOLONIAL DI KIDUL DALEM MALANG
Lathiyfah Shanti Purnamasari, Antariksa, Noviani Suryasari
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Telp. 0341-567486
Email: lathiyfah_shanti@yahoo.com
ABSTRAK
Rumah tinggal kolonial sudah menjadi bagian dari sejarah arsitektur Indonesia. Keberadaannya
selama beberapa dekade telah membawa warna tersendiri bagi arsitektur Indonesia. Fokus
pembahasan dibatasi pada kajian pola tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial di Kidul
Dalem Malang. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan pola tata ruang dalam pada rumah
tinggal kolonial yang terdapat pada permukiman masa pemerintah kolonial. Tujuan studi ini untuk
mengetahui gambaran mengenai pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial, perubahan serta
faktor penyebabnya. Metode yang digunakan, adalah metode deskriptif melalui survey lapangan
dengan menetapkan variabel-variabel studi untuk menganalisis kasus rumah tinggal kolonial, dan
kemudian ditabulasikan untuk didapatkan pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial. Hasil
studi menunjukkan pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem memiliki zona
publik di bagian depan rumah yang simetris hingga zona semipublik yang berupa selasar/koridor
yang sekaligus berfungsi sebagai sumbu ruang. Fungsi rumah tinggal pada masa kolonial ini
merupakan murni rumah tinggal. Saat ini, rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem telah mengalami
perubahan tata ruang dalam disebabkan kebutuhan dasar manusia, kebutuhan identitas diri,

perubahan gaya hidup, teknologi baru, faktor ekonomi, serta faktor politik.
Kata kunci: pola tata ruang, rumah tinggal kolonial

ABSTRACT
Colonial house has already become a part of Indonesian architecture history. Its existence for
several decades has brought its own color for the architecture in Indonesia. The focus of this study
is limited to the spatial patterns of colonial house in Kidul Dalem. It is intended to describe the
spatial patterns within the existing of colonial house settlement in the colonial period. The purpose
of this study is to know the explanation of spatial pattern in a colonial house, the changes, and the
contributing factor of their changes. Method used in this study is descriptive with field survey and
determine by setting the variables to analyze a case of colonial house, and then tabulated to obtain
the spatial patterns inbuilt in the colonial house. The results of this study shown that spatial
patterns in the colonial house in Kidul Dalem has a public zone on the front of the house and is
symmetrical zone in the semipublic form of hallway/corridor have a function as the axis of space.
The function of the house in the colonial period is purely a residential. Currently, the south's of
colonial house in Kidul Dalem has undergone changes in spatial structure due to basic of human
needs, identity needs, lifestyle changes, new technologies, economic factors, as well as political
factors.
Key words: spatial pattern, colonial architecture house


Pendahuluan
Kota Malang mengalami perkembangan pesat pada masa pendudukan Belanda di
Indonesia. Terutama setelah direncanakannya tahapan pengembangan kota yang
dituangkan dalam rencana Bouwplan telah menyimpan perbendaharaan arsitektur yang
sangat beragam, terutama pada masa pendudukan kolonial Belanda. Peninggalan masa
kolonial yang banyak ditemukan di Kota Malang adalah rumah tinggal.
Studi ini mengambil tata ruang dalam rumah tinggal sebagai objek studi karena pola
tata ruang dalam terbentuk sesuai dengan latar belakang penghuninya. Latar belakang
penghuni seperti latar belakang pendidikan, budaya, gaya hidup, mata pencaharian,

40

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

maupun lingkungan dapat mempengaruhi kebiasaan serta kebutuhan ruang dalam rumah
tinggal. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kasus bangunan rumah tinggal pada
masa kolonial yang banyak mendapatkan pengaruh dari budaya bangsa-bangsa asing,
terutama bangsa Belanda yang sedang menduduki Indonesia pada saat itu.
Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukannya identifikasi dan analisis pola tata
ruang dalam pada rumah tinggal dalam rumah tinggal pada masa kolonial dengan

mengambil kasus Kawasan Kidul Dalem Kota Malang. Selain itu perlu pula dilakukan
identifikasi dan analisis perubahan ruang dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan pola tata ruang dalam tersebut. Studi ini dilakukan di daerah Kidul Dalem,
karena Kidul Dalem merupakan daerah yang dekat dengan pusat kota. Kota Malang pada
masa itu masih berupa kota kabupaten kecil di bawah Karesidenan Pasuruan, sehingga
perkembangan arsitektur pada masa kolonial Kota Malang masa itu terpusat di alunalun/pusat kota;

Metode Penelitian
Studi pola ruang dalam pada kasus bangunan rumah tinggal kolonial ini, dilakukan
dengan mengamati pola tata ruang dalam bangunan lewat gambar denah atau
pengamatan langsung dan interview dengan penghuni untuk menggali data dokumenter,
yaitu dengan metode deskriptif dan survey lapangan.
Kasus bangunan yang diambil berdasarkan ciri bangunan yang terkait dengan
permasalahan. Kriteria penentuan kasus bangunan, antara lain:
a. Kasus bangunan berfungsi sebagai rumah tinggal dan terletak di Kidul Dalem.
b. Rumah tinggal bercorak arsitektur kolonial dan dibangun pada periode kolonialisasi.
c. Bangunan masih terawat, jika terdapat perubahan, perubahan yang terjadi masih
dapat dilacak serta tidak dilakukan secara drastis merenovasi keseluruhan rumah
sehingga kehilangan karakter kolonial yang ada.
d. Bangunan masih dihuni atau ditempati oleh pemiliknya sehingga bisa mendapatkan

data dan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan studi.
e. Penghuni rumah mengizinkan peneliti untuk melakukan pengamatan. Bila tidak
diizinkan, maka pemilik diminta menggambarkan denah serta perubahan yang terjadi.
Setelah diadakan survei berdasarkan panduan kriteria di atas, didapatkan 11 kasus
rumah tinggal kolonial (Tabel 1). Tiga kasus rumah tinggal kolonial tidak dijadikan objek
studi kasus karena tidak diijinkan oleh pemiliknya.
Tabel 1. Kasus Bangunan Rumah Tinggal Kolonial di Kidul Dalem
No

Nama

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.

Ny. Uswatun Hasanah
Bp. Zainal Abidin
Bp. Wibowo
Ny. Nurul Azizah
Bp. R. Indra Purnama
Bp. Abdul Hamid
Ny. Maria ulfa
Bp. Diki
Bp. Munawi
Ny Lili Aminah
Pondok Darul Hadist

Alamat
Jl. K.H. Zainul Arifin Gang Kabupaten no.3
Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no.1010
Jl K.H. Zainul Arifin gang VI no. 427
Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 955

Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 39
Jl. RTL No. 994
Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 966
Jl Aris Munandar gang 1 No. 1008
Jl Aris Munandar gang 1/83
Jl Zainul Arifin Gang 6/981
Jl Aris Munandar Gang 1

Data-data dari pengumpulan hasil survei primer dan sekunder yang telah didapat
kemudian dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan variabel yang telah ditetapkan.
Variabel tersebut adalah:
1. Pola tata ruang dalam, meliputi fungsi ruang, sumbu ruang, simetrisitas ruang, serta
zona ruang

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

41

2. Perubahan tata ruang dalam, meliputi penambahan, perluasan, pembagian, dan
perubahan fungsi ruang, serta perubahan tata ruang dalam

3. Faktor penyebab perubahan tata ruang dalam
Hasil tersebut kemudian ditabulasikan sehingga didapatkan pola tata ruang dalam
yang terdapat pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem.
Hasil dan Pembahasan
Lingkungan objek pengamatan terletak di salah satu kelurahan di Kecamatan
Klojen. Lingkungan sekitar tapak terdiri atas beberapa kelurahan di antaranya, Kidul
Dalem, Tremenggungan, Jodipan Kidul, dan Kudusan (Gambar 1).
Sebelum tahun 1914, kawasan Kidul Dalem yang terletak dekat dengan pusat kota
dan berada persis di belakang Kantor Kabupaten mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Hal ini berlangsung hingga masa Bouwplan I. Saat itu, alun-alun berfungsi sebagai
pusat kota sekaligus pusat pemerintahan.
Di derah Kidul Dalem terdapat rumah bupati dan patih karena lingkungan ini
berdekatan dengan pusat pemerintahan, maka munculah nama Gang Kabupaten dan
Gang Patih. Bahkan sebelumnya Gang Kabupaten memiliki akses langsung menuju
kantor pemerintahan atau kantor bupati, namun kini aksesnya telah tertutup oleh
pendirian rumah tinggal.
Pada saaat itu, tidak terdapat aturan yang mengatur pembagian kapling atau lahan
untuk mendirikan rumah tinggal. Lingkungan terkesan tidak teratur dan saat ini tambah
semrawut dalam penataan. Banyak gang-gang kecil yang buntu dan tidak tertata dengan
rapi oleh karena penggunanaan lahan untuk bangunan yang seenaknya. Dengan hal ini

akses jalan tidak tertata dengan baik, apalagi pada gang-gang kecil.
Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah saat itu yang kurang memeperhatikan
pemukiman selain pemukiman bangsa Eropa. Fokus pengembangan Kota Malang saat itu
adalah pada area publik serta pemukiman Eropa. Permukiman rakyat baru diperhatikan
oleh pemerintah kolonial mulai saat Bouwplan IV.
Pada Kawasan Kidul Dalem terdapat beberapa area yang memiliki fungsi bangunan
berbeda (Gambar 2). Pada umumnya bangunan yang terletak di pinggir jalan merupakan
bangunan komersil, sedangkan bangunan-bangunan rumah tinggal berada di dalam
gang-gang sempit.

42

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

Pada daerah yang berada di dalam gang-gang terdapat peninggalan rumah-rumah
tinggal yang berdiri pada masa kolonial (Gambar 3). Area Permukiman terletak di dalam
gang-gang. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan pengelompokan daerah perumahan
berdasarkan kelompok etnis pada masa kolonialisasi. Pada masa itu, kaum pribumi
banyak yang tinggal di dalam gang-gang Jalan KH. Zainul Arifin, terdapat 5 gang masuk,
yaitu Gang Kabupaten, Gang IV atau dahulu disebut Gang Patih, Gang VI, Gang Arema,

dan Gang VIII.

Bangunan Rumah Tinggal Kolonial

Gambar 3. Lokasi penelitian serta kasus bangunan rumah tinggal
kolonial di Kidul Dalem-Klojen.

Dari studi kasus, dapat dilihat bahwa pola tata ruang dalam di Kidul Dalem adalah,
sebagai berikut:
Pola tata ruang dalam
1) Fungsi ruang
Fungsi rumah tinggal pada masa kolonial ini umumnya merupakan murni rumah
tinggal sejak awal dibangun hingga sekarang. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan
intensitas ruang (Gambar 4):
• Fungsi primer tidak begitu banyak kebutuhannya, tetapi tidak pula sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa luasan rumah masih dapat memenuhi kebutuhan dasar
penghuni.
• Fungsi Sekunder berkisar antara cukup luas hingga sedang. Hal ini menunjukkan
bahwa luasan rumah masih dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kebersamaan
dan kekeluargaan.

• Fungsi tersier umumnya cukup luas, tetapi ada pula yang berkisar antara sedang
hingga sempit. Hal ini menunjukkan bahwa luasan rumah pada umumnya masih
dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan aktualisasi diri.

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

43

Gambar 4. Pola pembagian ruang berdasarkan intensitas kebutuhan pada rumah tinggal kolonial
di Kidul Dalem.

Dapat dilihat bahwa intensitas kebutuhan ruang ini secara tidak langsung
berhubungan dengan teori hierarkhy of needs (Marslow 1974). Fungsi primer dari rumah
tinggal kolonial ini menunjukkan kebutuhan dasar penghuni, fungsi sekundernya
menunjukkan kebutuhan akan rasa cinta dan kekeluargaan, sedangkan fungsi tersiernya
menunjukkan kebutuhan akan aktualisasi diri (Gambar 5).
Dari keseluruhan kasus rumah tinggal masa kolonial yang berada di Kidul Dalem,
dapat dilihat bahwa kebutuhan-kebutuhan penghuni rumah sebagian besar sudah dapat
mencapai aktualisasi diri. Hal ini disebabkan karena bangunan rumah tinggal kolonial
pada masa tersebut dimiliki oleh orang-orang dengan strata sosial maupun ekonomi

menengah ke atas, sehingga mereka dapat mencapai kebutuhan aktualisasi diri.

Gambar 5. Hierarkhy of needs berhubungan dengan intensitas kebutuhan ruang.
(Sumber: www.stationarypilgrim.wordpress.com)

1) Sumbu ruang
Sumbu ruang yang dibentuk pada bangunan rumah tinggal masa kolonial di
Kawasan Kidul Dalem secara fisik dan meruang dapat dilihat berupa sirkulasi ruangan.
Sumbu ruang ini terbentuk dari titik-titik pintu ataupun jendela yang cukup visibel dan

44

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

dapat membentuk sebuah garis dengan bentuk-bentuk dan ruang-ruang dapat disusun.
Letaknya berada di tengah-tengah, umumnya juga berupa sumbu simetris (Gambar 6).

Gambar 6. Pola sumbu ruang yang berupa selasar pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem.

2) Simetrisitas ruang
Kesimetrian ruang dapat dilihat secara integral maupun parsial. Secara integral,
rumah-rumah kolonial di Kidul Dalem tidak ada yang memiliki pola tata ruang dalam yang
simetris. Namun, jika dilihat secara parsial, hampir keseluruhan kasus rumah tinggal
kolonial di Kidul Dalem memiliki kesimetrisan pada zona-zona publik, dan beberapa lagi
hingga memasuki zona semi publik. Hal ini dikarenakan pemilik rumah ingin
mengatualisasikan nilai estetika menurut mereka dalam bentuk simetri kepada
pengunjung rumah, baik tamu, maupun orang yang melintas dan melihat fasade rumah
Hal ini selaras dengan pendapat Mahbubani (2000), menyatakan bahwa banyak
negara di Asia, termasuk beberapa negara di kawasan Asia Tenggara yang menganggap
bahwa orang Eropa lebih unggul daripada orang Asia. Hal inilah yang menyebabkan
penduduk pribumi banyak meniru arsitektur Eropa pada saat itu.
Oleh karena bentuk bangunan yang dianggap estetis pada masa itu, sama seperti
bangunan-bangunan kolonial yang umumnya memiliki denah simetris, maka rumahrumah yang berada di Kidul Dalem ini juga mengikuti nilai estetika yang berkembang
pada masa tersebut, yaitu dengan memiliki rumah dengan denah simetris.
Namun, karena kebutuhan lahan pada rumah tinggal membutuhkan efektifitas,
maka untuk menunjukkan nilai-nilai estetika yang berlaku pada saat itu, para pemilik
rumah tinggal kolonial ini mengaktualisasikan kesimetrisan bangunan pada area-area
yang dilihat oleh orang luar, yaitu pada zona publik (Gambar 7). Untuk zona servis, tidak
dijumpai kesimetrian. Hal ini dikarenakan pemilik rumah ingin mengatualisasikan nilai
estetika menurut mereka dalam bentuk simetri kepada pengunjung rumah, baik tamu,
maupun orang yang melintas dan melihat fasade rumah.

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

45

Gambar 7. Simetrisitas ruang pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem.

3) Zoning ruang
Zona ruang pada rumah tinggal masa kolonial di Kidul Dalem memiliki komposisi
zona publik berada di bagian depan, setelah itu ditemukan zona semi publik yang berupa
selasar. Di sebelah kanan dan kiri zona semi publik ini terdapat zona privat berupa kamar
tidur. Di ujung selasar dapat dijumpai zona servis yang terletak di bagian belakang
rumah. Komposisi ini sesuai dengan karakteristik bangunan rumah tingga kolonial
(Handinoto 1996). (Gambar 8)

Gambar 8. Zona ruang pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem sesuai
dengan karakteristik bangunan rumah tingga kolonial. Sumber: Digambar
ulang dari Handinoto (1996)

46

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

Perubahan pola tata ruang dalam
a. Penambahan ruang
Penambahan ruang terdapat di area belakang rumah, yaitu pada halaman untuk
memenuhi kebutuhan penghuni (Tabel 2), dikarenakan:
o Halaman belakang merupakan halaman yang cukup luas, sehingga
memungkinkan untuk penambahan ruang.
o Halaman depan merupakan area publik yang dilihat oleh orang luar, yaitu pada
zona publik. Pemilik rumah mengaktualisasikan kesimetrisan bangunan pada area
yang dilihat oleh orang luar, yaitu pada zona publik ataupun zona semi publik.
o Sifat ruang yang ditambahkan merupakan ruang yang bersifat privat maupun
servis, sehingga penambahan ruang ini disesuaikan dengan kelompok zonanya.
Tabel 2. Penambahan Ruang pada Halaman Belakang Kasus 1
Denah awal 1900

Denah awal kasus 1

Perubahan 1940

Denah 1920 Kasus I

Perubahan 2000

Keterangan

Denah 2002 Kasus I

A : Halaman
B : Teras
C : Ruang Tamu
D : Kamar Tidur
E : kamar Mandi/WC
F : Ruang Makan
G : Dapur
H : Sumur/area servis
I : Kamar Anak (1940)
Kamar kos (2000)
J : Jemuran
K : Halaman belakang
L : R. anak (1940)
R. makan kos
(2000)

b. Perluasan ruang
Perluasan ruang jarang ditemukan pada studi kasus rumah tinggal kolonial di
Kidul Dalem. Hal ini dikarenakan untuk mewadahi perkembangan perilaku dan
aktivitas penghuni rumah, pemilik rumah lebih memilih untuk melakukan
penambahan, daripada memperluas ruangan.
c. Pembagian ruang
Pembagian ruang yang paling umum ditemukan pada kasus rumah tinggal
kolonial di Kidul Dalem adalah pada ruang tamu. Ruang tamu pada kasus-kasus ini
dibagi dengan sekat-sekat yang bersifat non permanen sehingga masih dapat dilihat
denah aslinya. Pembagian ruang pada ruang tamu ini umumnya dibagi untuk
menambah jumlah kamar tidur (Gambar 12).
Adapun penggunaan material sekat dengan menggunakan bahan non
permanen dilakukan agar kesan simetris pada bangunan rumah tinggal kolonial ini
masih dapat dirasakan oleh tamu yang berkunjung. Serta keinginan pemilik untuk
mempertahankan karakteristik rumah tinggal kolonial yang simetris.

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

47

Gambar 12. Pembagian ruang pada ruang tamu rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem
pada kasus 3.

d. Perubahan fungsi ruang
Perubahan fungsi ruang pada kasus rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem tidak
signifikan. Hal ini dikarenakan untuk mewadahi perkembangan perilaku dan aktivitas
penghuni rumah, pemilik rumah lebih memilih untuk melakukan penambahan,
daripada memperluas ruangan.
Perubahan fungsi ruang yang dijumpai pada kasus rumah tinggal kolonial di
Kidul Dalem umumnya diawali dengan perubahan ruangan. Tidak dijumpai kasus
dengan perubahan fungsi ruang secara langsung.
e. Perubahan tata ruang dalam
1) Perubahan Fungsi
Fungsi primer kasus-kasus studi adalah rumah tinggal. Sejak pertama dibangun
hingga saat ini, fungsi primer bangunan tetap sama. Namun pada beberapa kasus,
ditemukan penambahan fungsi, berupa fungsi sekunder. Untuk mendapatan
penghasilan tambahan, penghuni rumah menambahkan fungsi sekunder pada rumah
tinggal mereka. Fungsi sekunder yang umum ditemukan adalah tempat kos, kios
untuk berjualan kebutuhan sehari-hari maupun menjual makanan. Selain itu, terdapat
kasus rumah tinggal kolonial yang memiliki fungsi sekunder sebagai markas gerakan
kemerdekaan serta kantor hizbullah pada saat itu. Hal ini disebabkan oleh pergolakan
politik yang terjadi pada masa kolonialisme pada saat itu.
Dilihat dari intensitas kebutuhan ruang, umumnya rumah tinggal kolonial di Kidul
Dalem ruangannya memiliki ruangan dengan fungsi primer seperti kamar tidur dan
kamar mandi mengalami penambahan yang cukup massif. Salah satu kasusnya
dapat dilihat pada kasus 7 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama,
rumah tinggal yang semakin banyak penghuninya semakin berkurang
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin tinggi berdasar
teori hierarchy of needs bagi pemilik rumah (Marslow 1974).

48

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

Tabel 3. Perubahan Intensitas Fungsi Ruang pada Kasus 7.
Sebelum perubahan

Sesudah perubahan

Keterangan

Fungsi Primer
Fungsi Sekunder
Fungsi Tersier
A : Teras
B : R. Tamu
C : Kamar Tidur
D : Sirkulasi/koridor
E : Ruang keluarga
F : Kios
G : Dapur
H : WC
I : KM
Denah awal pada kasus 7.

Denah sekarang pada kasus 7

2) Perubahan Sumbu
Sumbu ruang pada kasus-kasus rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem umumnya
merupakan sirkulasi yang ada di dalam rumah. Sumbu ruang ini dapat berupa koridor
atau selasar di tengah rumah. Seiring dengan bertambahnya pelaku dan aktivitas
yang menyebabkan berubahnya pola tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial,
menyebabkan pula beberapa karakteristik tata ruang dalam pada rumah-rumah
tinggal banyak berubah. Namun tidak demikian dengan sumbu ruang.
Sumbu ruang pada kasus-kasus rumah tinggal kolonial tidak banyak mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan perubahan tata ruang dalam pada rumah tinggal
kolonial umumnya berupa penambahan ruang di halaman belakang yang masih
kosong. Namun, bangunan aslinya tetap terjaga sehingga sumbu ruang yang berupa
sirkulasi pada bangunan utama rumah tinggal tidak mengalami perubahan (Gambar
13).
3) Perubahan Simetrisitas
Pada umumnya sumbu simetrisitas ruang pada rumah tinggal kolonial di Kidul
Dalem juga dilihat secara integral tidak simetris. Ketidaksimetrisan ruang secara
integral ini tidak mengalami perubahan pada kasus rumah tinggal kolonial di Kidul
Dalem. Setelah mengalami beberapa perubahan pada tata ruang dalam, tidak ada
rumah yang kemudia berubah menjadi simetris.
Namun, jika dilihat secara integral, ruangan yang memiliki kesimetrisan adalah
pada zona publik hingga semipublik. Dengan adanya perubahan tata ruang dalam
yang terjadi umumnya ruang-ruang yang simetris menjadi semakin berkurang,

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

49

sedangkan zona publik berupa halaman atau beranda depan tetap dijaga
kesimetrisannya (Gambar 14).
Hal ini dilakukan agar kesan simetris yang melekat pada pada bangunan rumah
tinggal kolonial masih dapat dirasakan oleh tamu yang berkunjung. Serta keinginan
pemilik untuk mempertahankan karakteristik rumah tinggal kolonial yang simetris.

Gambar 13. Sumbu ruang yang menerus
pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem
Kasus 1.

Gambar 14. Perubahan simetrisitas pada rumah
tinggal kolonial di Kidul Dalem Kasus 3.

4) Perubahan zoning
Perubahan zoning yang ditemukan pada kasus rumah tinggal kolonial di Kidul
dalem umumnya cukup masif pada bagian belakang rumah. Zona semipublik berupa
halaman belakang umumnya berubah menjadi zona privat ataupun zona servis. Hal
ini dikarenakan perubahan tata ruang dalam yang terjadi pada bangunan kolonial di
Kidul Dalem berupa penambangan ruang di baian belakang rumah. Kerena
penambahan ruang inilah, maka banyak zoning terutama pada bagian belakang
rumah berubah.
Perubahan zona di bagian belakang rumah menjadi privat atau servis
dilaterbelakangi oleh peningkatan jumlah pelaku dan aktivitas yang semakin banyak.
Oleh karena itu, zona-zona yang mewadahinya umumnya adalah zona privat seperti
kebutuhan kamar tidur tambahan, serta zona servis seperti penambahan kamar
mandi/WC untuk karena pertambahan penghuni.
Karena perubahan tata ruang dalam yang umumnya merupakan pertambahan
ruang yang menyesuaikan dengan bagunan awal, maka dapat ditemukan zona
rumah yang tidak terkelompokkan dengan baik dan berpencar-pencar, sehingga
kelompok aktivitas pelaku menjadi tidak tekelompokkan dengan baik (Tabel 4).

50

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

Tabel 4. Perubahan Zoning Bangunan Ny Lili Aminah
Denah awal 1900

Perubahan 1940

Keterangan

A : Halaman
B : Ruang Tamu
C : Kamar Tidur
D : Koridor
E : Ruang Reparasi
F : Ruang Keluarga
G : Dapur
H : Tempat Cuci
I : KM
J : WC
K : Musollah
L : Sumur
M : Gudang
Denah awal pada kasus 10

Denah1940 pada kasus 10

Faktor penyebab perubahan pola tata ruang dalam
• Kebutuhan dasar manusia
Bertambahnya jumlah penghuni dapat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan
kamar tidur bagi penghuni baru. Selain itu, diperlukan juga penambahan KM/WC dan
penghuni beraktivitas pada waktu yang bersamaan di pagi hari.
• Kebutuhan identitas diri
Kamar tidur pribadi merupakan identitas diri. Seperti ditemukan pada beberapa
kasus rumah tinggal kolonial. Awalnya satu kamar untuk anak-anak sudah cukup,
tetapi setelah anak bertambah besar dibutuhkan kamar tidur untuk
mengaktualisasikan diri bagi anak.
• Perubahan gaya hidup
Terjadi pada kasus 3, karena rumah sering ini dijadikan tempat berkumpul
keluarga, maka ruang makan yang menjadi tempat berkumpul keluarga diperluas
sebaga wadah sosialisai keluarga besar (Gambar 15).
• Teknologi baru
Kamar mandi/wc umumnya terletak terpisah deri banguna utama, hal ini
dikarenakan teknologi sanitasi saat itu masih terbatas, kemudian penambahan kamar
mandi/wc semakin dekat dengan bangunan utama karena telah ditemukan teknologi
sanitasi yang tidak menumbulkan bau.
• Faktor ekonomi
Fungsi sekunder yang ditemukan pada kasus-kasus rumah tinggal di Kidul
Dalem adalah tempat usaha. Penambahan fungsi sekunder ini umumnya
dilatarbelakangi oleh faktor finansial.

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

51



Untuk mendapatan penghasilan tambahan, penghuni rumah menambahkan
fungsi sekunder pada rumah tinggal mereka. Fungsi sekunder yang umum
ditemukan adalah tempat kos, kios untuk berjualan kebutuhan sehari-hari maupun
menjual makanan.
Faktor politik
Terjadi pada studi kasus 2, akibat konstelasi politik pada saat itu,
membangkitkan semangat pergerakan kemerdekaan dengan struktur terorganisasi,
sehingga dibuatlah kantor pergerakan Hisbullah di rumah ini. Namun, ruangan yang
digunakan sebagai kantor hanyalah pada zona-zona publik saja (Gambar 16).

Gambar 15. perluasan ruang makan di Kidul
Dalem kasus 3.

Gambar 16. Ruang bersifat publik
mengalami berbagai perubahan fungsi pada
kasus 2.

Setelah diketahui, faktor penyebab perubahan tata ruang dalam ini dapat dikroscek
dengan teori perubahan (Habraken 1976; Sari 2007) (Gambar 17).

Gambar 17. Sebab-sebab perubahan pada rumah tinggal kolonial di
Kidul Dalem dikroscek dengan teori perubahan. (Sumber: Habraken
1976; Sari 2007)

52

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

Setelah dikroscek dengan teori perubahan dapat dilihat bahwa faktor perubahan
tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem sesuai dengan teori
Habraken (1976) dan dua poin dari teori perubahan menurut Sari (2007).

Simpulan
1. Pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem memiliki zona publik di
bagian depan rumah yang simetris hingga zona semipublik yang berupa
selasar/koridor yang juga sekaligus berfungsi sebagai sumbu ruang. Fungsi rumah
tinggal pada masa kolonial ini merupakan murni rumah tinggal.
2. Perubahan tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem cukup besar.
Namun, perubahan ini berupa penambahan ruang sehingga tidak mengubah
bangunan aslinya.
3. Faktor penyebab perubahan tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem
adalah kebutuhan dasar manusia, kebutuhan identitas diri, perubahan gaya hidup,
teknologi baru, faktor ekonomi, serta faktor politik.
Daftar Pustaka
Habraken, NJ. 1976. Variations: The systematic Design of Supports, Lab. Of Architecture
and Planning at, Cambridge, Mass: MIT
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Malang pada Zaman Kolonial (1914-1940).
Surabaya: Universitas Kristen Petra
Mahbubani, K. 2000. Can Asians Think? Singapura: Marshall Cavaris International (Asia)
Private Limited
http://stationarypilgrim.wordpress.com/2010/01/09/1292/ (diakses 5 Mei 2010)

Copyright © 2010 by Antariksa

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 3 Nomor 1, Mar et 2010

53