Pembentukan karakter melalui pembiasaan perilaku

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai satuan pendidikan harus bertumpu pada Kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Peserta didik diharapkan
mampu berkomunikasi dengan lingkungan dengan mewujudkan kepedulianya
tethadap lingkungan sekolah.
Sekolah sebagai masyarakat kecil (mini society), aktifitas di dalamnya
adalah proses pelayanan jasa, bukan proses produksi barang. Kepala sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan lain adalah tenaga profesional yang terus menerus
berinovasi untuk kemajuan sekolah, bukan birokrat yang sekedar patuh
menjalankan petunjuk atasan mereka. Pembentukan kompetensi yang dimiliki
siswa wajib dikembangkan melalui cara-cara yang santun dan produktif. Kepala
sekolah selalu memberikan contoh konkrit atau tauladan dalam segala tindakanya.

Keteladanan inilah yang akan menjadi ukuran pencapaian pembinaan karakter
untuk semua warga sekolah.
Visi sekolah adalah terwujudnya insan yang cerdas, berbudi pekerti luhur,
mandiri dan berprestasi serta

berwawasan lingkungan melalui sekolah

membiasakan. Salah satu indikator visi berwawasan lingkungan adalah peduli
lingkungan

dengan

misi

melaksanakan

kebersihan

lingkungan


sekolah.

Pelaksanaan kegiatan peduli lingkungan tersebut dilakukan melalui pembiasaan
dan keteladanan. Tujuan yang ingin dicapai pada visi ini adalah terwujudnya
lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
1

Pembentukan karakter warga sekolah sangat dipengaruhi oleh kebiasaan
dan keteladanan dari Kepala Sekolah. Kondisi sekolah yang berada dalam
lingkungan pondok pesantren dengan jumlah warga yang cukup besar
memberikan andil dalam permasalahan lingkungan utamanya kebersihan
lingkungan sekolah. Warga sekolah yang datang dari berbagai lingkungan
masyarakat desa dan perkebunan memberikan keberagaman karakter warga yang
ada di sekolah. Ketersediaan sarana prasarana sekolah yang belum mncukupi
sangat berpengaruh dalam memberikan contoh yang tepat dalam membangun
karakter kepedulian lingkungan utamanya terkait kebersihan lingkungan sekolah.
Budaya sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya belum
dilaksanakan dengan baik, terbukti dengan melihat masih banyaknya kertas dan
bungkus plastik yang ada di lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai penentu

kebijakan perlu memberikan cara yang tepat untuk segera mengatasi kebersihan
lingkungan sekolah. Perumusan pembentukan kepedulian lingkungan dalam hal
kebersihan lingkungan sekolah maka segera dibangun pembentukan karakter
melalui pola pembiasaan, sedangkan aksi kebersihan dicerminkan dalam bentuk
keteladanan utamanya dari kepala sekolah, guru dan tenaga adminstrasi.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas teridentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut.
a.

Pola pembentukan karakter peduli lingkungan uatamanya kebersihan belum
tersusun dengan jelas.

b.

Sarana prasarana sekolah terkait sarana kebersihan lingkungan belum
memadai dengan rasio jumlah warga yang ada di sekolah.

c.


Bentuk keteladanan sebagai contoh konkrit dalam mengatasi kebersihan
lingkungan sekolah belum berjalan dengan baik.

1.3 Strategi Pemecahan Masalah
Permasalahan yang muncul dalam lingkungan sekolah berakar pada
pembentukan karakter menjadi perhatian utama, oleh karena itu diperlukan

2

strategi pemecahan masalah tersebut. Alternatif pemecahan masalah dipilih
sebagai berikut :
a.

Menyusun cara pengelolaan peduli lingkungan dalam buku pembiasaan yang
mengatur beberapa hal tentang motivasi, semangat, penghargaan dan sangsi
dalam pelaksanaan kebersihan di lingkungan sekolah. Informasi yang aktif
dan produktif melalui mading, papan pengumuman, spanduk dan baleho di
lingkunan sekolah. Pemuatan pesan peduli lingkungan dalam rencana proses
pembelajaran (RPP ) semua guru mata pelajaran. Pembuatan standar

operasioanal prosedur (SOP ) dalam setiap kegiatan didalamnya memuat
peduli lingkungan.

b.

Melengkapi sarana prasarana sekolah bidang kebersihan di dalam kelas, di
kantor, di luar kelas dan di sentra berkumpulnya warga sekolah. Sarana
prasarana tersebut, meliputi peralatan yang digunakan untuk kebersihan.
Melengkapi pula saran pengolahan limbah melalui pemisahan sampah
organik dan anorganik, tempat pembuangan sampah akhir dan alat pengolah
sampah menjadi pupuk (composter ).

c.

Memberikan contoh konkrit

melalui gerakan langsung penanganan

kebersihan sekolah dengan cara dekat ambil buang (DAB), gerakan 5P (G-5P )
yaitu pungut, pilah, pilih, proses, dan produk. Guru dan tenaga administrasi

sekolah memberikan keteladanan kepada seluruh siswa dalam kegiatan
apapun.
Strategi dalam pemecahan masalah peduli lingkungan utamanya bidang
kebersihan sangat terkait erat dengan karakter yang akan dibangun kepada seluruh
warga sekolah. Gerakan langsung kebersihan secara konkrit dalam kondisi apapun
di sekolah memberikan arti keteladanan. Melalui DAB yaitu siapapun yang dekat
dengan sampah sejauh mata memandang maka lakukan ambil sampah tersebut
dan buang di tempat sampah yang tersedia. dan G-5P sebuah upaya untuk
memberikan langkah teknis gerakan secara kelompok membersihkan sampah
sampai memproses dengan cara memungut sampah yang ada ( pungut), memilah
sampah organik dan anorganik (pilah), memilih sampah yang plastik atau kertas
(pilih), memproses sampah dalam bentuk karya inovatif ( proses), dan hasil
diperoleh dimanfaatkan untuk kepentingan sekolah (produk).
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Upaya membentuk karakter tidaklah mudah, oleh karena itu diperlukan

langkah yang tepat dari masing-masing karakter yang diharapkan. Salah satu
karakter pada pembahasan ini adalah peduli lingkungan dengan indikator
kebersihan lingkungan sekolah. Pembiasaan memiliki makna bahwa apa yang kita
lakukan memiliki langkah sistematis ( step), tindakan yang baik (good), dan
menghasilkan tujuan (goal) yang diinginkan.
Untuk mengatasi kebersihan lingkungan diperlukan langkah yang
sistematis artinya urutan tindakan yang benar akan menghasilkan karakter peduli
lingkungan yang diharapkan. Langkah sistematis merupakan prosedur yang harus
dilakukan mulai dari persiapan sampai selesai kegiatan. Alur kerja diperlukan agar
kegiatan yang dilakukan terencana, terkontrol, terpadu dan tercapai dengan baik.
Oleh karena itu langkah sistematis ini ditulis dalam buku pembiasaan,
disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.
Guru menjadi peran penting dalam memberikan pemahaman dan contoh
langkah-langkah yang harus dilakukan dengan tindakan yang baik pada akhirnya
ada perubahan hasil karakter peduli lingkungan yang diharapkan. Melalui RPP
direncanakan sebelum memulai pembelajaran guru memberikan motivasi dan
melihat kebersihan lingkungan kelasnya. Langkah ini juga tertuang dalam SOP
pembelajaran semua guru mata pelajaran.
Sarana prasarana menjadi sangat penting untuk membangun karakter
peduli lingkungan dalam hal kebersihan lingkungan sekolah. Tanpa sarana

prasarana yang memadai berakibat langkah penanganan kebersihan tidak
mencapai harapan yang diinginkan. Pemenuhan sarana yang tepat akan
memberikan kenyamanan warga sekolah untuk melakukan kebersihan di
lingkungan sekolah. Saat kita melakukan DAB di sekolah maka tempat
pembuangan sampah harus tersedia di lingkungan sekolah. Demikian juga pada
pelaksanaan G-5P harus tersedia dua tempat sampah organik dan anorganik,
4

sampah yang sudah dipilih tersebut harus ada tempat pembuangan akhir sampah
dan sarana pengolah sampah menjadi compos. Dengan demikian sarana menjadi
penting agar kelancaran pembentukan karakter peduli lingkungan segera dapat
terwujud.
Contoh konkrit atau keteladanan dalam pelaksanaan pembentukan
karakter peduli lingkungan sangat diperlukan dengan berbagai macam cara yang
bersifat membangun. Cara dengan sebutan DAB perlu disosialisaikan dan
dipraktekan dihadapan warga sekolah pada saat mengajar di kelas, rapat dinas,
atau saat upacara. Langkah DAB sangat mudah dan kita selalu dihadapkan pada
sampah didekat kita dimanapun berada. Oleh kareananya DAB sangat perlu
ditanamkan pada semua warga secara terus menerus dan terkontrol.
Tim G-5P merupakan gerakan yang membangun motivasi secara

bersama untuk melakukan penanganan kebersihan melalui kegiatan pungut, pilah,
pilih, proses, dan produk. Tim ini bisa dibentuk dari unsur guru, tenaga

administrasi, OSIS, dan siswa dalam kelas. Pentingnya peran G-5P akan
menjadikan warga sekolah tidak hanya menjadi tukang bersih lebih dari itu dapat
menghasilkan karya inovatif dari sampah yang ada dan menguntungkan.
Alasan di atas memberikan langkah pembentukan karakter peduli
lingkungan agar kita dapat memilih strategi pemecahan masalah kebrsihan di
sekolah. Pada tahun pelajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Glenmore menerapkan
pembiasaan dan keteladanan dalam membangun karakter siswa di bidang
kebersihan agar terwujud lingkungan sekolah yang bersih.

2.2 Hasil Atau Dampak Yang Dicapai Dari Strategi Yang Dipilih
Berdasarkan pengamatan dan penilaian penulis di lapangan dan tim yang
sudah ada dalam pembentukan karakter peduli lingkungan utamanya bidang
kebersihan lingkungan sekolah, strategi yang dipilih membawa hasil atau dampak
sebagai berikut.
a.

Warga sekolah menerima buku pembiasaan yang didalamnya memuat

pembentukan karakter peduli lingkungan dan cara melaksanakan kebersihan
lingkungan sekolah (buku pembiasaan terlampir ). Warga sekolah menyadari
bahwa kebersihan lingkungan sekolah sangat penting agar sekolah menjadi
5

bersih dan sehat dan nyaman berada di sekolah. Buku pembiasaan selalu
dibawa oleh siswa dan apabila ada siswa yang tidak melakukan kegiatan
pembiasaan utamanya kebersihan maka siswa tersebut diberikan sangsi yang
sama yaitu melakukan keberihan DAB di lokasi siswa tersebut dengan radius
sejauh mata memandang. Dengan demikian siswa selalu memperhatikan
lingkungan minimal di dekat mereka berada. Dengan buku pembiasaan yang
setiap saat diberi tanda tangan tim pembiasaan bila mereka melakukan
pelanggaran dan diberi sangsi poin dan dicatat pada rapor pembiasaan di
sekolah. SOP dalam melaksanakan pembelajaran di RPP guru saat mengajar
diawali dengan pemberian motivasi belajar dan kebersihan lingkungan
kelasnya masing-masing (format SOP dan RPP terlampir ). Guru akan
memberi pemahaman dan contoh setiap memasuki kelas pada proses
pembelajaran, sehingga 3 sampai 4 guru setiap hari masuk kelas akan
menyampaikan tentang kebersihan kelas.
b.


Diberlakukanya buku pembiasaan yang terkontrol dan terdeteksi setiap hari
maka sekolah harus menyediakan sarana prasarana pendukung kebersihan
yang diperlukan. Setelah siswa menyadari kebutuhan dirinya akan kebersihan
maka dengan kesadaran warga kelas sarana kebersihan dilengkapi dengan
kesepakatan mereka dan wali kelasnya. Pemenuhan sarana kebersihan
sekolah dilengkapi tempat sampah yang representatif di masing-masing lokasi
kelas dan mengefektipkan petugas kebersihan sekolah. Sarana komposter dan
pembuangan sampah akhir juga perlu disediakan oleh sekolah.

c.

Keteladanan dalam melaksanakan kebersihan sekolah dari kepala sekolah,
guru dan tenaga administrasi selalu ditunjukan kepada siswa sebagai warga
sekolah dengan tugas dan tanggung jawab yang sama untuk kebersihan
sekolah. Langkah nyata diberikan oleh kepala sekolah melalui upacara
bendera dalam sambutanya selalu memberikan contoh DAB yang langsung
ditiru oleh masing-masing siswa apabila ada sampah didekatnya. Osis
memiliki tim G-5P setiap waktu mereka bergerak keliling sekolah dengan
melakukan gerakan pungut, pilah, pilih, proses, dan

produk. Dengan

demikian siswa yang lain melihat contoh yang diberikan oleh rekan-rekanya
Osis.
6

Secara umum kegiatan yang dibangun melalui strategi yang dipilih di
atas memberikan hasil yang positif dalam membentuk karakter peduli lingkungan
uatamanya bidang kebersihan. Kegiatan yang baik apa yang mereka terima di
sekolah dapat menjadi bekal mereka dalam kepedulianya pada kebersihan
lingkungan di masyarakat sekitar mereka. Terbukti pada saat melakukan bakti
sosial di masyarakat siswa sudah bisa melakukan gerakan DAB.
Penilaian kelas sehat dan bersih dilakukan setiap akhir bulan dan
direkapitulasi setiap semester untuk diberikan penghargaan pada kelas yang bersih
peringkat 1,2,3, harapan 1,dan harapan 2 (format penilaian terlampir ). Dilihat dari
hasil penilaian maka nilai semua kelas berada pada jalur bersih diatas rata-rata.
Hal ini mengindikasikan bahwa warga sekolah utamanya siswa menyadari tentang
kebersihan lingkungan kelasnya.

2.3 Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Strategi Yang Dipilih
Strategi yang dipilih dalam melaksanakan pembentukan karakter peduli
lingkungan dengan indikator lingkungan sekolah bersih memiliki kendala sebagai
berikut.
a.

Buku pembiasaan yang diberikan kepada siswa terkadang tidak selalu dibawa
pada saat ke sekolah, sehingga merepotkan tim pembiasaan dalam
menjelaskan dan mencatat apabila ada pelanggaran pembiasaan siswa yang
bersangkutan. SOP dalam kegiatan pembelajaran yang telah dibuat oleh
semua guru mata pelajaran belum sepenuhnya dipahami dan dilaksanakan.
Catatan kasus pelanggaran siswa pada buku penanganan kasus di masingmasing bapak ibu guru belum semua guru mencatat pada buku tersebut
(format buku kasus terlampir ).

b.

Pemenuhan sarana prasarana sekolah dilakukan secara bertahap dikarenakan
dukungan dana yang tidak mencukupi. Kondisi lingkungan sekolah yang
masih perlu pembenahan sarana prasarana lainya sehingga sarana kebersihan
lingkungan belum dipenuhi.

c.

Pelaksanaan kegiatan langsung berupa gerakan dekat ambil dan buang (DAB)
masih ada guru yang hanya bisa memerintah belum memberi contoh.
Merubah paradigma guru bukan pesuruh memerlukan waktu, sehingga kepala
7

sekolah setiap informasi pagi selama 5 menit selalu menyampaikan tentang
konsep DAB. Masih ada siswa yang merasa malu untuk membuang sampah
di sekitarnya. Gerakan G-5P (pungut, pilah, pilih, proses, dan produk) belum
semua item gerakan dilaksanakan karena untuk proses membutuhkan waktu
tersendiri dan untuk produk dibutuhkan peralatan yang memadai.

2.4 Faktor-faktor Pendukung
SMA negeri 1 Glenmore terletak di dalam Ponpes Minhajut Tullab, di
lingkungan sebagian permukiman warga, persawahan dan sungai, faktor
pendukung dalam pembentukan karakter peduli lingkungan dengan indikator
lingkungan sekolah bersih sebagai berikut.
a.

Lokasi sekolah di dalam pondok memberikan nuansa islami yang
membangun karakter religius, sehingga memudahkan sekolah untuk
membangun karakter yang lain.

b.

Situasi sekolah yang sejuk dan asri di tengah sawah dan di pinggir sungai
memberikan kenyamanan dan kesejukan di sekolah sehingga proses menuju
sekolah bersih akan lebih mudah dilaksanakan.

c.

Jumlah warga sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, lingkungan santri
dan komite sekolah adalah 950 orang, dengan luas tanah keseluruhan 0,82 Ha
= 8200 m2, akan memberikan rasio 8,6 m2/org sehingga cukup dalam
pembagian wilayah kebersihan sekolah.

d.

Komite sekolah sesuai tupoksinya memberikan sumbangsih pemikiran dan
perbaikan sarana prasarana terkait dengan permasalahan kebersihan sekolah.
Pembangunan pagar sekolah, kamar mandi siswa, tempat pembuangan
sampah, kantin sehat, memberikan fasilitas yang memadai uantuk
pembentukan karakter peduli lingkungan.

e.

Motivasi warga sekolah dalam membangun suasana sekolah menuju rintisan
sekolah Adiwiyata, tahun 2013/2014 semester genap menjadi sekolah rintisan
Adiwiyata oleh BLH dan mendapat bimbingan dari sekolah Adiwiyata
Mandiri di Kabupaten Banyuwangi. Dengan demikian warga sekolah terpacu
untuk segera melakukan pembenahan-pembenahan dan langkah-langkah agar
terwujud SMA Negeri 1 Glenmore menjadi sekolah Adiwiyata.
8

2.5 Alternatif Pengembangan
Keberhasilan warga sekolah dalam pembentukan karakter peduli
lingkungan dengan indikator lingkungan sekolah bersih memberikan kontribusi
tidak hanya saat berada di sekolah akan tetapi setelah mereka tidak berada
dilingkungan sekolah. Dengan demikian kebiasaan siswa dilingkungan rumah,
masyarakat, dan ditempat mereka berada sudah tertanam kepedulian terhadap
kebersihan lingkungan. Oleh karena itu perlu dikembangkan tingkat kebiasaan ini
menjadi karakter melalui pengembangan :
a.

Kepedulian lingkungan bersih dapat membentuk karakter yang lain misalnya
kreatif, sehingga bahan sampah yang telah dipilih bisa dijadikan barang
inovatif yang layak jual. Melalui gerakan G-5P darahkan untuk melakukan
reuse, recycle dan reduse sehingga akan memberikan keuntungan dari hasil

kepedulian kita terhadap lingkungan.
b.

Guru dalam pembelajaran melalui RPP untuk semua mata pelajaran
mengintegrasikan pembentukan karakter sesuai nilai-nilai karakter yang akan
kembangkan.

c.

Melengkapi kebutuhan sarana prasarana yang mencukupi dalam pelaksanaan
kebersihan di sekolah.

d.

Bekerjasama dengan penyedia jasa sampah seperti pertokoan, kantin,
koperasi untuk melakukan kebersihan di lingkungan masing-masing,
sehingga tim G-5P dapat memanfaatkanya untuk diproses dan produk.

9

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Rumusan Simpulan
Dari hasil pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut :
a.

Kebersihan lingkungan sekolah dapat optimal bila dilakukan melalui
pembiasaan dalam bentuk buku pembiasaan diberikan kepada masing-masing
siswa, terintegrasi dalam RPP masing-masing guru mata pelajaran, dan
melaksanakan SOP pembelajaran di dalam kelas.

b.

Pemenuhan sarana prasarana kebersihan sekolah sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan

pelaksanaan

kegiatan

pembentukan

karakter

peduli

lingkungan di sekolah.
c.

Keteladanan atau pemberian contoh konkrit melalui implementasi DAB
(Dekat, Ambil, Buang) dan gerakan G-5P (Gerakan – Pungut, Pilah, Pilih,
Proses, dan Produk) selalu dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun.

Pelaksanaan DAB dilakukan oleh semua warga dengan berpijak pada
pemberian contoh / keteladanan dari guru, tenaga adminstrasi serta OSIS. G5P merupakan tim yang bergerak setiap saat sehingga kebersihan lingkungan
sekolah dapat terwujud secara optimal.

3.2. Rumusan Rekomendasi Operasional
Rekomendasi permasalahan dan pengembangan yang masih perlu
mendapat perhatian dalam pembinaan karakter peduli lingkungan dalam bentuk
kebersihan sekolah diberikan kepada :
a.

Pembuat kebijakan sekolah dan komitmen bersama semua warga sekolah
untuk mengurangi volume sampah dari sumbernya terutama sampah kertas
dan plastik.

b.

Semua guru untuk mempertajam pembentukan karakter

melalui sekolah

membiasakan dengan melaksanakan DAB (Dekat Ambil Buang).
c.

Komite sekolah, bahwa pembentukan karakter peduli lingkungan yang telah
dilaksanakan di sekolah perlu disampaikan kepada wali murid uantuk
10

mendapat dukungan agar hasil yang diperoleh dapat dilakukan di lingkungan
sekitar siswa.
d.

Pengawas satuan pendidikan bersama tim perumus Instrumen Evaluasi Diri
Sekolah dalam standar proses, masalah sampah perlu dijadikan sebagai
sumber belajar dalam kegiatan proses belajar mengajar.

e.

Pemerintah Daerah melalui DKP perlu duduk bersama dengan warga sekolah
membahas pengkajian khusus untuk mengolah sampah menjadi bentuk yang
produktif.

f.

BLH dapat memberikan pembinaan sekolah Adiwiyata melalui sekolah yang
sudah mendapat Adiwiyata mandiri secara kontinu dan terkontrol.

11

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah . Proyek
Peningkatan Mutu SMU Jakarta. Jakarta.
Dinas P an K. 2004. Penyelenggaraan School Reform dalam Konteks MPMBS di
SMU. Proyek Peningkatan Mutu Jawa Timur. Surabaya.
Depdiknas. 2003.UURI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Pusat Data
dan Informasi Pendidikan, Balitbang – Depdiknas. Jakarta.
Depdiknas. 2007.Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan
TK, Depdiknas. Jakarta.
http://salihara.org/event/2012/03/16/aristoteles-keutamaan-adalah-karakterpembiasaan-habitus-buku-ethika-nikomaxeia
http://www.menlh.go.id/buku-survei-2012-perilaku-masyarakat-pedulilingkungan/
http://gmup.ugm.ac.id/lingkungan/membangun-masyarakat-indonesia-pedulilingkungan.html
http://analisateknisia.blogspot.com/2008/11/kebersihan-lingkungan-sekolah.html

12

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh perilaku konsumen, kinerja karyawan dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan serta dampaknya terhadap keputusan pembelian : studi kasus pt. fif cabang pamulang

3 33 213

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Peningkatan kualitas pembelajaran ketrampilan pembicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V111 smpn 13 tangerang selatan tahun pelajaran 2009/2010

8 126 127

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Pengaruh penayangan iklan Partai Golkar di Tv One terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada pemilu legislatif 2014

0 55 163

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu

1 53 173

Perbandingan perilaku prososial antara orang yang telah melaksanakan ibadah haji dan yang belum pada Ibu-Ibu majelis ta'lim

0 22 126

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145