PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN Prof. Dr. H.Soegeng Soetedjo, SE., Ak, Safrina Mursida, SA Fakultas Ekonomi dan BisnisUnversitas Airlangga Surabaya soegengsyahoo.com, fhifhin2051gmail.com Abstrak - 039 PEN

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

Prof. Dr. H.Soegeng Soetedjo, SE., Ak, Safrina Mursida, SA Fakultas Ekonomi dan BisnisUnversitas Airlangga Surabaya

soegengs@yahoo.com, fhifhin2051@gmail.com

Abstrak

Perkembangan ekonomi yang dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan secara tidak langsung memaksa perusahaan mengubah strategi bisnisnya, dari berdasarkan sumber daya bersifat fisik (labor based business) menjadi berdasarkan pengetahuan (knowledge based business).Intellectual capital dapat menjadi factor penting yang mampu menolong perusahaan dalammbah melalui memperoleh keunggulan bersaing dengan memberikan nilai tambah melalui penciptaan inovasi baru.Perusahaan yang menerapkan strategi knowledge based businessini harus dapat menciptakan nilai tambah dengan mengelola the hidden value (nilai-nilai tidak tampak) yang ada pada aset tidak berwujud. Salah satupendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah melalui Intellectual Capital, dengan tujuan utama memperoleh keunggulan bersaing. Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi,sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas penguasaan teknologi juga merupakan bagian dari modal intelektual (intellectual capita)l. Hal ini menjadikan sumber daya tidak berwujud (intangible resources) sebagai aktiva yang sangat berharga bagi suatu perusahaan.Kendala yang dihadapi dalam pengidentifikasian, pengukuran serta pengungkapannya menyebabkan mereka tidak dapat dimasukkan dalam laporan keuangan.Adanya keterbatasan laporan keuangan yang disebabkan kurangnya informasi yang diungkapkan perusahaan ini seringkali menyebabkan laporan keuangan dinilai kurang relevan dan memadai.Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh antara intellectual capital terhadap kinerja keuangan peruahaan, dengan menggunakan ROA sebagai indikatornya.Sampel perusahaan yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2010.Peneliti menggunakan metode VAIC yang dikembangkan oleh Pulic dan menggunakan regresi linier berganda dengan software SPSS 17.0 untuk analisis data.Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan, VAIC berpengaruh signifikan terhadap ROA.Namun secara parsial, peneliti menemukan bahwa dari tiga komponen pembentuk intellectual capital , hanya HCE yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA.

Keywords: Sumber Daya Tidak Berwujud (intangible resources,) Modal

Intelektual(intellectual capita)l, Return On Asets (ROA), VAIC, Bursa Efek Indonesia

1.PENDAHULUAN

Dewasa ini, perkembangan ekonomi telah tumbuh semakin pesat ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin cepat, persaingan bisnis yang makin ketat, serta penciptaan inovasi bisnis yang semakin modern. Pada perekonomian era industri, kuantitas dan kualitas aset fisik merupakan suatu komponen utama dalam menentukan keberhasilan perusahaan, karena dengan kuantitas yang besar, perusahaan akan mampu menjual produk lebih banyak. Namun seiring dengan meningkatnya tuntutan jaman yang kini lebih dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan, menyebabkan keberhasilan perusahaan tidak lagi dinilai dari seberapa banyak perusahaan mampu menjual produknya, namun lebih ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memproduksi dan menyediakan produk/ jasa yang dapat dijual (Mulyadi, 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174) yang menyatakan bahwa keberadaan sumber daya perusahaan merupakan pemicu di balik keunggulan bersaing dan kinerja. Hal ini secara tidak langsung juga memaksa perusahaan untuk mengubah strategi bisnisnya, dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi berdasarkan pengetahuan (knowledge based business) . Perusahaan yang menerapkan strategi knowledge based business ini harus dapat menciptakan nilai tambah dengan mengelola the hidden value (nilai-nilai tidak tampak) yang ada pada aset tidak berwujud. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah melalui Intellectual Capital (Guthrie, 2000), dengan tujuan utama memperoleh keunggulan bersaing.

Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997).Intellectual capital tidak hanya berupa goodwill ataupun paten seperti yang sering dilaporkan dalam neraca. Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi,sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas penguasaan teknologi juga merupakan bagian dari intellectual capital. Hal ini menjadikan sumber daya tidak berwujud (intangible resources) sebagai aktiva yang sangat berharga bagi suatu perusahaan (Mulyadi, 2001: 288).Namun tingginya tingkat kesulitan dalam pengidentifikasian, pengukuran serta pengungkapannya menyebabkan mereka tidak dapat dimasukkan dalam neraca.Adanya keterbatasan laporan keuangan yang disebabkan kurangnya informasi yang diungkapkan perusahaan ini seringkali menyebabkan laporan keuangan dinilai kurang relevan dan memadai.

Menurut Bontis et al. (2000), intellectual capital dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital. Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global. Abidin (dalam Sawarjuwono, 2003) mengatakan bahwa intellectual capital sendiri masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan di Indonesia masih menggunakan conventional bas ed dalam membangun bisnisnya, sehingga belum banyak teknologi yang terkandung dalam produk yang dihasilkan tersebut. Namun munculnya PSAK No.

19 (revisi 2011) menjadi sinyal bahwa keberadaan intellectual capital mulai berkembang di Indonesia.Walaupun tidak secara eksplisit menjelaskan tentang intellectual capital, namun hal ini sudah membuktikan bahwa intellectual capital mulai mendapat perhatian.Menurut PSAK ini, aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak yang lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2009).

Meningkatnya pemahaman atas pentingnya pengungkapan intellectual capital terhadap kinerja perusahaan berbanding lurus dengan penelitian atas pengukurannya.Banyak metode pengukuran intellectual capital yang telah dikembangkan, salah satunya yaitu metode The Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yang dikembangkan oleh Pulic (1998). VAIC merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menciptakan nilai secara efisien dengan memanfaatkan keberadaan modal fisik (physical capital) dan modal intelektual (intellectual capital) untuk memberikan nilai tambah (value added). Perusahaan yang memiliki nilai VAIC tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat mengombinasikan keberadaan sumber daya yang dimiliki, mulai dari dana-dana keuangan, human capital, structural capital hingga customer capital.Dan dengan adanya pengelolaan yang baik, maka kinerja perusahaan pasti akan mengalami peningkatan pula.

Hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan oleh beberapa peneliti di Indonesia maupun di luar negeri. Penelitian di luar negeri antara lain dilakukan oleh Firer dan William (2003) di Afrika Selatan, Chen (2005) di Taiwan, Ting (2009) di Taiwan, sedangkan di Indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008). Focus utama dari penelitian yang mereka Hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan oleh beberapa peneliti di Indonesia maupun di luar negeri. Penelitian di luar negeri antara lain dilakukan oleh Firer dan William (2003) di Afrika Selatan, Chen (2005) di Taiwan, Ting (2009) di Taiwan, sedangkan di Indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008). Focus utama dari penelitian yang mereka

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian kali ini berusaha meneliti hubungan intellectual capital (diukur dengan VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010- 2012.Pemilihan VAIC sebagai dasar pengukuran intellectual capital mengacu pada penelitian Firer dan Willian (2003), Chen et al (2005).Ulum (2008) dan Ting (2009), dimana seluruh informasi yang dibutuhkan tersedia di laporan keuangan. Indicator kinerja keuangan yang digunakan adalah ROA, hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ting (2009), karena ROA dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi dalam pemanfaatan total aset (Ulum, 2008). Sedangkan sektor perbankan dipilih karena menurut Joshi (2010) perusahaan perbankan merupakan salah satu sektor yang bersifat intellectual intensive, selain itu sektor perbankan juga lebih homogeny dibandingkan sektor ekonomi lainnya.

2.TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Resource Based View (RBV)

RBV merupakan sumber daya yang heterogen dan tidak dapat ditransfer antar perusahaan tanpa biaya, sehingga sumber daya perusahaan akan berbeda sepanjang waktu (Sangkala, 2006:11). Penrose, 1959 dalam Juwita (2007) yang memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan. Menurut Daft (dalam Susanto, 2007), sumber daya perusahaan mencakup seluruh aset fisik, kapabilitas, proses organisasi, atribut-atribut, pengetahuan, dan sebagainya yang dikendalikan oleh sebuah perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut memperbaiki tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Keberadaan sumberdaya perusahaan merupakan pemicu di balik keunggulan bersaing dan kinerja, karena dapat menentukan keunggulan kompetitif perusahaan apabila perusahaan memiliki kemampuan strategis untuk memperoleh dan mempertahankan sumber daya (Wernerfelt,1984), dengan menciptakan suatu nilai yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain dan tidak ada penggantinya (Barney, 1991)

2.2.TeoriHuman Capital

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Becker, yang mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia merupakan investasi Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Becker, yang mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia merupakan investasi

2.3.DefinisiIntellectual Capital

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan peneliti mengenai intellectual capital. Stewart (1997) dalam Sangkala (2006) menjelaskan bahwa Intellectual capital merupakan materi intelektual berupa informasi, pengetahuan, inovasi, intellectual, pengalaman, yang dapat dimanfaatkan dalam menghasilkan aset yang mempunyai nilai tambah dan memberikan keunggulan bersaing. Sedangkan menurut Roos et al (1997) dalam Bontis (2000) menjelaskan bahwa Intellectual capital terdiri atas semua proses dan aset yang tidak diungkapkan dalam neraca dan semua aset yang tidak berwujud (trademarks, patent, brands dan loyalitas pelanggan) yang mulai dipertimbangkan dalam metode akuntansi modern. Intellectual capital meliputi penjumlahan atas keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan.Meritum (2003) dalamSangkala (2006: 37) berpendapat bahwa intellectual capital merupakan kombinasi manusia, sumber daya perusahaan dan relasi dari suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa nilai diciptakan melalui hubungan antara tiga kategori, yaitu modal manusia, structural dan relasi perusahaan.Hubungan yang baik antara ketiga kategori itu merupakan kunci dan sumber potensial untuk mendapatkan keunggulan kompetitif (sustainable competitive advantage) (Tayles et al. 2002; Hayton 2005 dalam Purnomosidhi, 2006).Sullivan (2000) dalam Sangkala (2006: 36) yang menjelaskan intellectual capital sebagai proses transformasi pengetahuan menjadi suatu aset yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

2.4.Karakteristik Modal Intellectual

Menurut Sangkala (2006: 17), Intellectual Capital umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:Non Rivalreus, Increasing Return, Non Additive.

2.5.KomponenIntellectual Capital

Pemahaman atas komponen-komponen yang mambentuk modal intelektual menjadi sangat penting mengingat komponen tersebut jika dikelola dengan baik dapat menjadi dasar bagi perusahaan dalam menciptakan nilai tambah untuk meningkatkan daya saing. Banyak peneliti yang menyatakan bahwa intelektual capital terdiri dari tiga

(Human Capital), (b)Modal Struktural (Structural Capital), (c)Modal Pelanggan (Customer Capital)

2.5.PeranIntellectual Capital

Intellectual capital berperan penting dalam kegiatan bisnis perusahaan, hal tersebut dikarenakan intellectual capital memiliki beberapa kelebihan (Sangkala; 2006:16), yaitu: (1) memberikan pandangan menyeluruh mengenai perusahaan, karena tujuan utamanya adalah menciptakan suatu kerangka kerja yang dapat menjelaskan seluruh sumber daya perusahaan dan bagaimana sumber daya tersebut berinteraksi untuk menciptakan nilai, (2)memberi dasar pengembangan pemahaman akan sifat dasar sumber daya dalam tindakan. Intellectual capital merupakan sumber daya yang memiliki perbedaan karakteristik bila dibandingkan dengan sumber daya fisik, yang menyebabkan adanya perbedaan dalam proses penciptaan nilai, (3)menyediakan suatu bahasa yang sama mengenai intangible asser, memfasilitasi pemahaman mengenai sumbangannnya terhadap penciptaan nilai di dalam dan antar perusahaan serta pada stakeholders, (4) berfokus pada nilai, bukan pada biaya. Perspektif intellectual capital memiliki potensi untuk menciptakan nilai bagi perusahaan atau melakukan transformasi sebagai suatu tujuan, tanpa memperdulikan asal atau sumber daya tersebut, sehingga perspektif ini melengkapi kerangka kerja akuntansi, (5)lebih bersifat praktek daripada konseptual.Intellectual capital memberikan dukungan berupa konsep, alat-alat dan kerangka kerja yang telah dikembangkan dalam suatu proses iterative antara masyarakat praktisi dan akademisi, serta menggambarkan cengan jalas suatu pendekatan peneliti yang berorientasi pada praktek.

2.6.Tujuan Pengukuran Intellectual Capital

Andriessen (2004) mengklasifikasikan beberapa tujuan dan alasan dilakukannya pengukuran capital dapat dilihat pada table 2.4.

2.7.Metode Pengukuran Intellectual Capital

Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa metode pengukuran IC dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran nonmonetary dan pengukuran monetary. Ukuran intellectual capital yang berbasis non-moneter menurut Tan et. al., 2007 adalah: a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992), b. Brooking’s Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa metode pengukuran IC dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran nonmonetary dan pengukuran monetary. Ukuran intellectual capital yang berbasis non-moneter menurut Tan et. al., 2007 adalah: a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992), b. Brooking’s

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et.al,.2007) adalah a. The EVA dan MVA model (Bontis et. al, 1999), b.The Market-to-book Value model (beberapa penulis), c. Tobin’s Q method (Luthy, 1998), d. Pulic’s VAIC Model (Pulic, 1998,2000), e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000)

Sedangkan menurut Andriessen (2004), metode pengukuran serta penilaian intellectual capital dapat diklasifikasikan dalam 4 tipe, yaitu: Financial valuation method . Metode yang masuk dalam kategori ini menggunakan nilai keuangan secara eksplisit untuk mengukur intellectual capital.Terdapat tiga pendekatan dalam kategori ini, yaitu: Cost approach (pendekatan biaya), Market approach (pendekatan pasar), Income approach (pendekatan pendapatan). Beberapa metode laindiantaranya adalah Value Added Intellectual Capital (VAIC) dan the knowledge scorecard.1. Value measurement method. Sveiby (1997) dalam Andriessen (2004) mangatakan bahwa value measurement method lebih dituhkan daripada financial valuation method,. terdapat beberapa metode yang masuk dalam kategori ini, diantaranya adalah Balance Scorecard, Intellectual Capital Audit dan Holistic Value Approach and Inclusive Value Methodolog,. 2. Value assessment method. Menurut Andriessen (2004) hanya terdapat satu metode yang masuk dalam kategori ini, yaitu Viedma’s Intellectual Capital Benchmarking System (ICBS), 3.Measurement method.Menurut Andrieseen (2004) terdapat beberapa metode yang termasuk dalam kategori ini, diantaranya adalah Skandinavia Navigator, Intangible Asset Monitor, dan Intellectual Capital Statemengt.

2.8.Keterbatasan dalam Pengukuran Intellectual Capital

Saat ini, uang merupakan hal paling mudah yang dapat digunakan untuk mengukur suatu kinerja, namun Sveiby (2001) menyatakan bahwa ukuran uang bukan segalanya:

“Still there exist no comprehensive systems for measuring intangible asets that uses maoney as they common denominator and at the same timeis practical and useful for managers. Depending on the purpose for measuring I do not think such a system is necessary either. Knowledge flows and intangible asets are essential non financial.”

Kesulitan dalam mengukur aset tidak berwujud dipandang sebagai suatu masalah,

Hal tersebut terjadi karena adanyaketerbatasan informasi yang manunjukkan keberadaan intangible aset, sehingga laporan yang disajikan oleh perusahaan terkadang dinilai kurang relevan.Pulic (2000) mengungkapkan masalah yang mendasari keterbatasan pengukuran intellectual capital, yaitu: 1.Intellectual capital masih tidak dianggap sebagai suatu sumber daya yang sederajat dengan modal fisik dan financial perusahaan, 2.Adanya ketidaksesuaian antara model pengukuran terbaru dan system akuntansi yang berlaku.

2.9.Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)

1. Menghitung nilai tambah (VA) suatu perusahaan, Menurut Ting (2009), VA dapat dihitung melalui selisih antara output dan input suatu perusahaan, yang dirumuskan sebagai:VA = OUTPUT – INPUT

Dimana: Output = gross income of the banks Input

= operating expense excluding personal costs and HC (total salaries and wages of a firm). Overall employee expenses (salaries, education and training). In this analysis considered and investment, not cost, and thus not substantial part of INPUT anymore. (Maheran, 2009).

2. Menghitung Capital Empployee (CE), Human Capital (HC), Structural Capital (SC) Menurut Pulic (2000) dan Firer dan William (2003) dalam Chen, et.al. (2005), terdapat tiga komponen utama dalam sumber daya perusahaan:

CE= physical capital + financial asets = total asets – intangible asets HC= total expenditure on employees SC= VA – HC

3. Menghitung nilai tambah dengan human capitaldengan rumus:

HCE = VA/HC

Dimana: HCE = indicator efisiensi nilai tambah human capital (Human Capital Efficiency) VA = nilai tambah (value added) HC = Investment in Human Capital during the‘t’ period or total salary and

Berdasarkan definisi pengukuran human capital yang disampaikan oleh Maheran (2009), human capital mencakup total pengeluaran untuk karyawan, yang mencakup gaji dan upah, kesejahteraan dan kompensasi karyawan, bonus, dana pension. Sedangkan HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit HC terhadap value added organisasi. HCE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008).

4. Menghubungkan nilai tambah dengan dengan Capital Empployee(CE) = CEE =

VA/CE

Dimana: CEE = indicator efisiensi nilai tambah capital empployee (Capital Empployee

Efficiency) VA = value nilai tambah (value added) CE = nilai buku bersih atas aktiva (book value of net asets)

CEE merupakan rasio dari VA terhadap CE.Hubungan ini menunjukkan berapa banyak nilai baru yang telah diciptakan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan.Semakin besar keuntungan yang dihasilkan oleh satu unit CE, menunjukkan semakin baik pula perusahaan mampu memanfaatkan CE. Kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan CE merupakan bagian dari IC perusahaan (Chen et al., 2005)

5. Menghubungkan nilai tambah dengan dengan Structural Capital (SCE) = SC/VA

Dimana: SCE = indicator efisiensi nilai tambah structural capital (Structural Capital Efficiency) SC

= Structural Capital perusahaan i pada tahun yang bersangkutan VA = nilai tambah (value added)

SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA.Hubungan ini menunjukkan jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap rupiah VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007).

6. Menghitung nilai Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) = HCC + CEE + SCE

VAIC mengindikasikan efisiensi penciptaan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai VAIC, menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan aset intellectual capital-nya dengan lebih efisien (Pulic, 2000)

2.10.Kinerja Keuangan

Dalam sudut pandang perspektif internal, Weston dan Copeland (2001: 237) menyatakan bahwa kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas (profitability ratio), rasio pertumbuhan (growth ratio) dan ukuran penilaian (valuation measurement). Menurut Brigham dan Houston (2001: 89), rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menjelaskan pengaruh gabungan dari likuidasi, manajemen, aktiva dan hutang terhadap hasil operasi. Rasio ini terdiri dari: a.Margin laba bersih (net profit margin/ NPM), b.Perputaran Aset (Asets Turnover/ ATO), c.Pengembalian atas total aktiva (Return on Aset/ ROA.), d. Pengembalian atas ekuitas (Return on Equity/ ROE). Perhitungan ROA.

Net Income Before Minority Share of Earmnings and Nonrecurring Items

ROA =

Average Total Aset

2.11.HubunganIntellectual Capital (IC) dengan Kinerja Keuangan

Hubungan tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Chenet al. (2005), Ulum (2008) dan Ting (2009) yang menunjukkan bahwa modal intelektual (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan indikator Return onAsets (ROA).

2.12.Penelitian sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian dapat dilihat pada table 2.1.

2.13.Hipotesis dan Model Analisis 2.4.1.Hipotesis

Berdasarkan resource based theory, dan human capital theory serta didukung

Ulum (2008) dan Ting (2009) yang menjelaskan bahwa intellectual capital berpengaruh positifterhadap kinerja keuangan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H 1 : Intellectual capital (HCE, SCE dan CEE) secara simultan berpengaruh signifikan

positif terhadap kinerja keuangan

H 2 : Intellectual capital (HCE, SCE dan CEE) secara parsial berpengaruh signifikan

positif terhadap kinerja keuangan

3.METODE PENELITIAN

3.1.Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yang mengkaji hubungan dari dua variable, yaitu variable independent (bebas) terhadap variable dependent (terikat).Data yang digunakan adalah data sekunder atau data–data dari pihak ketiga.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 menggunakan metode pengukuran Value Added Intellectual Coefficient (VAIC).Peneliti menggunakan ROA sebagai indikator dari kinerja keuangan, untuk melanjutkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ting (2009) di Malaysia.

3.2.Identifikasi Variabel

Terdapat tiga variable independent dan satu variable dependent yang dapat digunakan untuk mengatahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan.

1. Variabel Independen

X 1 = Human capital Efficiency (HCE)

X 2 = Structural capital Efficiency (SCE)

X 3 = Capital Employee Efficiency (CEE)

2. Variabel Dependen Y 1 = Return On Aset (ROA)

3.3.Definisi Operasional dan Pengukurannya

3.3.1. Human Capital Efficiency (HCE)

Human Capital Efficiency (HCE) dalam penelitian mencakup beban karyawan dalam penelitian ini menggunakan total biaya gaji dan upah karyawan yang tercantum dalam laporan keuangan, karena total biaya gaji dan upah merupakan indicator bagi human capital (Pulic, 1998)

3.3.2.Structural Capital Efficiency (SCE)

Rasio ini merupakan indikasi keberhasilan perusahaan dalam penciptaan nilai, karena mengukur tiap rupiah yang dapat diperoleh perusahaan melalui VA.

3.3.3.Capital Empployee Efficiency (CEE)

Pulic (1998) menyatakan bahwa CEE merupakan perbandingan antara value added dengan jumlah total dari capital employed. CEE dapat dihitung dengan

menggunakan rumus: 𝐂𝐂𝐂𝐂𝐂𝐂 =

3.3.4.Return on Asets (ROA)

Pemilihan ROA dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ting (2009), karena ROA dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi dalam memanfaatkan total aset (Ulum, 2008).

3.4.Jenis dan Sumber Data

Data sekunder yang dijadikan sampel adalah laporan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu www.idx.co.id.Perusahaan perbankan dipilih karena perusahaan sektor ini bersifat intellectual intensive, pemilihan pegawai perusahaan perbankan lebih ditekankan pada kemampuan intelektual yang dimiliki (Kamath, 2007), dan juga perusahaan sektor ini lebih konsisten dibanding perusahaan sektor jasa lainnya.(Joshi, 2010). Selain itu, tingkat kompetisi dari perusahaan perbankan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas human capital yang dimiliki oleh perusahaan (Maheran, 2009)

3.5.Prosedur Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel 3.5.1.Prosedurdan Metode Penentuan Sampel

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui dokumentasi.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012.Sedangkan sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan sektor perbankan.Sektor perbankan dipilih karena bersifat intellectual intensive , selain itu juga lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.

Penentuan sampel perusahaan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria:Perusahaan secara konsisten terdaftar dalam kategori perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012, menerbitkan laporan tahunan auditan per 31 Desember tahun 2010-2012 dalam mata uang rupiah yang telah diaudit dan dipublikasi, memiliki hasil perhitungan yang positif atas VA, HCE, SCE dan CEE, tidak melakukan merger selama jangka waktu penelitian.

3.6.Periode Pengamatan

Periode pengamatan untuk penelitian ini adalah tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 serta dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar du Bursa Efek Indonesia (BEI)

3.7.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi.Tujuan dari penggunaan analisis regresi ini adalah mengukur tingkat hubungan dari variable independent dan dependent (Widarjono, 2007: 100).

3.7.1.Analisis Statistik Deskriptif

Data-data yang ada kemudian diolah dengan menghitung nilai masing-masing variable independent (HCE, SCE dan CEE) dan dependent (ROA) pada setiap perusahaan sampel.

3.7.2.Analisis Regresi

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Formula analisis regresi adalah:Y 1 =a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +e

Dimana: Y 1 = Return on Aset(ROA)

X 1 = Human capital Efficiency (HCE)

X 2 = Structural capital Efficiency (SCE)

X 3 = Capital Employee Efficiency (CEE)

a = konstanta

b 1 ,b 2 ,b 3 = koefisien regresi

e = errors terms

3.7.3.Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan agar persamaan model regresi yang dihasilkan tidak bias, memiliki varias minimum dan memiliki sifat “BLUE” (Best Linear Unbiased Estimator) seperti teorema yang diungkapkan oleh Gauss-Markov (Gujarati, 2003: 44). Pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikoleritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.7.3.1.Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Dalam penelitian ini, untuk menguji apakah data telah terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan dengan Uji Kolmogrov Smirnov dengan ketentuan jika nilai signifikansi dari

perhitungan kologorov- smirnov berada dibawah nilai α = 5%, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Sedangkan jika nilai signifikansi diatas α = 5%, maka H 0 diterima dan H 1

ditolak

3.7.3.2.Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukannya korelasi antar variable independent.Regresi yang sempurna seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independent. Untuk mengetahui ada atau tidaknya Multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Variance-Inflation Factor (VIF) (Widarjono, 2007: 118), dengan dasar pengambilan keputusannya yaitu: a) Jika

nilai VIF ≥ atau nilai tolerance ≤ 0,10; maka terdapat korelasi yang terlalu besar diantara salah satu variable independen dengan variabel independen yang lain (terjadi multikolinearitas), b) Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10; maka tidak terjadi multikolinearitas

3.7.3.3.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas), yaitu jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap.Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot antara nilai variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), dimana sumbu X adalah yang diprediksi dan sumbu Y adalah residual. Menurut Widarjono (2007: 128), dasar pengambilan keputusannya adalah: a)Jika plot grafik membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas, b) Jika tidak ada pola tertentu atau acak, seperti plot grafik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.3.4.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat hubungan antara satu variabelresidual dengan variabelresidual lainnya.model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi dapat dideteksi

dengan melakukan pengujian Durbin-Watson (d) 2 . Dikatakan tidak terdapat kasus autokorelasi jika nilai durbin-watson yang dihasilkan berada disekitar angka 2, sehingga

asumsi klasik untuk model regresi linier berganda terpenuhi (Santoso, 2002).

3.7.4.Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variable independent terhadap variable dependent.Dalam penelitian ini, pengujian

hipotesis dilakukan melalui Uji t, Uji F dan Koefisien Determinan (R 2 ). Uji t dan uji F dilakukan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruhvariable independent (HCE,

SCE dan CEE) terhadap variable dependent (ROA). Selain itu, pengujian ini juga dilakukan dengan menghitung koefisien determinasi (R 2 ) untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variable independen (HCE, SCE, dan CEE) dalam perusahaan perbankan. Tahapan penelitian ini yaitu:

3.7.4.1.Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variable independent terhadap variable dependent secara bersama-sama. Uji F ini dikenal juga debagai overall tes.,

Tahapan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah:

a. Menentukan null hypothesis (H 0 ) untuk perhitungan statistic, yaitu:

H 0 :b 1 =b 2 =b 3 = 0, berarti HCE, SCE dan CEE secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA)

H 1 :b 1 ≠b 2 ≠b 3 ≠ 0, berarti HCE, SCE dan CEE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA)

b. Menentukan besarnya level of significant (α) Tingkat signifikansi yang digunakan (α) yaitu sebesar 5%

c. Menentukan signifikansi uji F Tingkat signifikansi uji F dapat dilihat dari angka signifikansinya. Jika angka signifikansi uji F lebih kecil dari tingkat signifikansi yang dig unakan(α), maka Ho ditolah dan H1 diterima. Nilai (α) yang digunakan adalah:1) Jika signifikansi F >

0,05, maka H 0 diterima, 2) Jika signifikansi F < 0,05, maka H 0 ditolak

3.7.4.2.Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya pengaruh masing-masing variable independent terhadap variable dependent.Uji t digunakan untuk memverifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesisi nol (H 0 ).Keputusan untuk menerima atau menolak

H 0 didasarkan pada nilai uji statistic yang diperoleh dari data (Widarjono, 2007: 46). Tahapan yang dilakukan dalam uji t yaitu:

1. Menentukan null hypothesis (H 0 ) untuk penghitungan statistic:

a. H 0 :b 1-3 = 0, berarti HCE, SCE dan CEE tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROA

b. H 0 :b 1-3 ≠ 0, berarti HCE, SCE dan CEE berpengaruh secara parsial terhadap ROA

2. Menentukan besarnya level of significance (α), yaitu sebesar 5%.

3. Menentukan signifikansi uji t Signifikan atau tridaknya hasil uji t dapat dilihat dari angka signifikansi uji t, dengan dasar pengambilan keputusannya adalah: 3. Menentukan signifikansi uji t Signifikan atau tridaknya hasil uji t dapat dilihat dari angka signifikansi uji t, dengan dasar pengambilan keputusannya adalah:

b. Jika signifikansi t < 0.05 maka H 0 ditolak

3.7.4.3.Koefisien Determinasi (R 2 )

Menurut Widarjono (2007: 29-31), koefisien determinasi (R 2 ) didefinisikan sebagai persentase dari total variasi variable dependent Y yang dijelaskan oleh garis

regresi (variable independent X). maksud dari definisi diatas yaitu koefisien determinasi ini (R 2 ) mengukur persentase kontribusi variable X terhadap variable Y. nilai koefisien

2 determinasi ini teerletak diantara nol dan satu (0 ≤ R 2 ≥ 1). Jika nilai R semakin mendekati 1, maka semakin baik variable independent mempengaruhi perubahan

variable dependen.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perusahaan Perbankan

Industri keuangan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) digolongkan menjadi 6 bagian industri, yaitu bank, institusi keuangan, perusahaan sekuritas, asuransi, pembiayaan investasi dan lainnya.Menurut pasal 1 (butir 2) Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sektor perbankan merupakan sektor yang paling intensif memanfaatkan intellectual capital dalam menjalankan aktivitasnya.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Menurut data yang berasal dari Bank Indonesia, terdapat 26 bank yanggo public dan berturut-turut mempublikasikan laporan keuangan pada 31 Desember yang kemudian dipilih beberapa bank yang memenuhi kriteria pemilihan sampel (table 4.1). Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan, terdapat 2 perusahaan yang tidak memperoleh nilai VAIC positif dalam tahun 2010-2012, yaitu PT Bank ICB Bumi Putera Tbk dan PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Dan 1 bank yang memiliki nilai ROA negatif, yaitu PT Bank Sekawan Tbk, karena pada tahun 2012 perusahaan ini memperoleh rugi. Sehingga, berdasarkan table 4.1, terdapat 26 perusahaan perbankan yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Dan dengan menggunakan metode penggabungan data, maka diperoleh sebanyak 78 (26 x 3) data pengamatan (table 4.2).

4.2.Hasil Penelitian Analisis Deskriptif (table 4.3). 4.2.1.Human Capital Efficiency (HCE)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata HCE selama tahun 2010-2012 yaitu 2.7095700, dengan nilai maksimum 5.6933247 yang diperoleh Bank Sinarmas pada tahun 2012, dan nilai minimum 1.3707142 yang diperoleh Bank Agroniaga tahun 2011. Sedangkan standar deviasinya adalah 1.0042431.Semakin tinggi nilai HCE menunjukkan semakin tinggi nilai tambah yang mampu diperoleh perusahaan dibandingkan total pengeluaran untuk membayar beban gaji dan upah karyawan.

4.2.2.Structural Capital Efficiency (SCE)

Variable independen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Capital Efficiency (SCE). SCE dihitung melalui pembagian SC (structural capital) terhadap VA (value added).Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata- rata SCE selama tahun 2010-2012 yaitu 0.56848245 dengan nilai maksimum 0.8243557 yang diperoleh Bank Sinarmas pada tahun 2012, dan nilai minimum 0.2704533 yang diperoleh Bank Agroniaga tahun 2011. Sedangkan standar deviasinya adalah 0.1357434.

4.2.3.Customer Employee Efficiency (CEE)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata CEE selama tahun 2010-2012 yaitu 0.0414061 dengan nilai maksimum 0.0853182 yang diperoleh bank Rakyat Indonesia pada tahun 2012, sedangkan nilai minimum 0.0141034 diperoleh bank Capital Indonesia tahun 2010. Sedangkan standar deviasinya adalah 0.0167478.

4.2.4.Return On Aset (ROA)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata ROA selama tahun 2010-2012 yaitu 2.207% dengan nilai maksimum 4.701% yang diperoleh Bank Tabungan Pensiunan Negara tahun 2012, sedangkan nilai minimum 0.250% diperoleh Bank Artha Graha Internasional tahun 2012. Sedangkan nilai standar devisiasinya adalah 0.0105082.

4.3.Uji Asumsi Klasik Regresi terhadap Return On Aset (ROA)

Untuk memperoleh model estimasi regresi linear berganda terbaik, maka pengujian asumsi-asumsi statistik harus dilakukan. Uji asumsi klasik meliputi : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Jika asumsi klasik tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan bias (penyimpangan) pada hasil penelitian.

4.3.1.Uji Normalitas (table 4.4)

Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp. Sig (signifikasi) dari HCE, SCE, CEE dan ROA lebih besar daripada taraf signifikan (α=0.05). Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal.

4.3.2.Uji Multikolinearitas (table 4.5)

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai tolerance untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF untuk masing-masing variabel lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari asumsi multikolinieritas.

4.3.3.Uji Heterokedastisitas

Dari grafik Scatterplot (gambar 4.1) terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi yang diperoleh layak digunakan.

4.3.4.Uji Autokorelasi

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson berada diantara 0 hingga +4, yaitu 2.064.sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

4.4.Analisa Model Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada table 4.7.maka dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut :

Berdasarkan hasil regresi dapat disimpulkan bahwa dengan nilai F hitung sebesar 29.904 dengan tingkat signifikasinya 0.000 (lebih kecil dari α = 0.05) menunjukkan bahwa model regresi antara variabel bebas HCE, SCE dan CEE serta variabel terikat ROA layak untuk dijadikan model regresi. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable bebas yaitu HCE, SCE dan CEE terhadap ROA, dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien regresi sebagai berikut:

1. Nilai koefisien HCE sebesar -0.008 memiliki arti jika HCE mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka variable ROA akan mengalami penurunan sebesar 0.008 satuan

2. Nilai koefisien SCE sebesar 0.067 memiliki arti jika SCE mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka variable ROA akan mengalami kenaikan sebesar 0.067 satuan. Sebaliknya jika SCE mengalami penurunan sebesar 1 satuan, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 0.067 satuan.

3. Nilai koefisien CEE sebesar 0.379 memiliki arti jika CEE mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka variable ROA akan mengalami kenaikan sebesar 0.379 satuan. Sebaliknya jika CEE mengalami penurunan sebesar 1 satuan, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 0.379 satuan.

4. Nilai Constant adalah sebesar -0.012 mempunyai arti bahwa jika variabel bebas yang terdiri dari HCE, SCE dan CEE konstan, maka diprediksi Return On Aset (ROA) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursi Efek Indonesia tahun 2010- 2012 akan mengalammi penurunan sebesar 0.012 satuan.

4.3.3.Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan menggunakan uji t.

4.3.3.1.Uji F

Hasil perhitungan nilai F hitung dan signifikasinya dengan menggunakan SPSS 17 pada table 4.8 dibawah ini menunjukkan bahwa variabel HCE, SCE dan CEE secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel kinerja keuangan (ROA), hal ini dikarenakan nilai signifikannsinya lebih kecil dari α = 5%. Jadi, hipotesis yang menyatakan HCE, SCE dan CEE mempengaruhi kinerja keuangan secara simultan terbukti benar.

4.3.3.2.Uji t

Berdasarkan hasil uji t (table 4.9) pengaruh antara HCE terhadap ROA diketahui menghasilkan nilai t hitung sebesar -3.493 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena nilai signifikasi t hitung lebih kecil dari nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa HCE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa HCE berpengaruh terhadap ROA terbukti.

Berdasarkan hasil uji t diatas, pengaruh antara SCEterhadap ROA diketahui menghasilkan nilai t hitung sebesar 3.997dengan nilai signifikasi sebesar 0.000. Karena nilai signifikasi t hitung lebih kecil dari nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa SCE memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa SCE berpengaruh terhadap ROA terbukti kebenarannya.

Selanjutnya berdasar tabel 4.9, pengaruh antara CEEterhadap ROA diketahui menghasilkan nilai t hitung sebesar 6.445 dengan nilai signifikasi sebesar 0.000. Karena nilai signifikasi t hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa CEE memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa CEE berpengaruh terhadap ROA terbukti kebenarannya.

4.4.1.Koefisien Determinasi dan Korelasi

Koefisien determinasi R 2 (R square) digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Sedangkan koefisien korelasi (R)

digunakan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.548. ini menunjukkan bahwa variabel ROA dapat menjelaskan variabel HCE, SCE dan CEE sebesar 0.548 atau 54.8%.

b. Sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.740. Hal ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara variabel ROA, HCE, SCE dan CEE adalah sebesar 74.0%.

4.5.Pembahasan 4.5.1.PengaruhIntellectual Capital (HCE, SCE dan CEE) terhadapKinerja KeuanganSecara Simultan

Secara simultan, dengan menggunakan uji F, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital yang diukur melalui metode VAIC memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja keuanganperusahaan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari α = 0.05, yaitu sebesar 0.000. Hal tersebut merepresentasikan bahwa ketiga komponen pembentuk intellectual capital, yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE)dan Customer Employed Efficiency (CEE)secara bersama-sama mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan perbankan yang dihitung melalui ROA (profitabilitas).

Sebagai perusahaan yang bersifat intellectual intensive, perusahaan-perusahaan perbankan dituntut mampu memanfaatkan dan mengelola sumber intelektual yang mereka miliki (HCE, SCE dan CEE) secara efektif dan efisien agar dapat memperoleh laba maksimal.Dan pada periode ini (2010-2012), perusahaan-perusahaan ini dinilai mampu mencapai hal tersebut, karena mereka dapat menghasilkan nilai tambah dan berkontribusi atas peningkatan laba yang dicapai oleh perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chu et al (2011) di China,Ulum (2009) di Indonesia serta Ting dan Lean (2009) di Malaysia yang menyatakan bahwa secara simultan, HCE, SCE dan CEE berpengaruuh signifikan terhadap ROA .

4.5.2.PengaruhIntellectual Capital (HCE, SCE dan CEE) terhadapKinerja KeuanganSecara Parsial

Secara parsial, dengan menggunakan uji t, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing komponen pembentuk intellectual capital yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE)dan Customer Employed Efficiency (CEE)jugamemiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang dihitung melalui ROA (profitabilitas), hal ini disebabkan HCE, SCE dan CEE memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α =

0.05 HCE yang bernilai positif menunjukkan bahwa perusahaan perbankan di 0.05 HCE yang bernilai positif menunjukkan bahwa perusahaan perbankan di

Pada penelitian ini, nilai SCE yang positif menunjukkan bahwa perusahaan- perusahan ini telah mampu memanfaatkan keberadaan aset yang mereka miliki secara optimal untuk menciptakan laba. Karena dengan adanya struktur perusahaan, sistem, prosedur, regulasi dan data base yang baik, perusahaan akan mampu meminimalisasi adanya kecurangan, resiko kredit macet serta meningkatkan kepuasan konsumen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bontis (2000) di Malaysia, Firer dan William (2003) di Afrika Selatan, Chen (2005) di Taiwan dan Ting (2009) di Malaysia yang menyatakan bahwa Value Added Structural Capital/ Structural Capital Efficiency (SCE) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja keuangan.

Selain HCE dan SCE, CEE juga memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap profitabilitas perusahaan perbankan.Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang baik antara perusahaan dan customer, seperti bagaimana perusahaan memberikan pelayanan kepada customer, serta merespon kritik atau saran yang disamapaikan customer mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Firer dan William (2003) di Afrika Selatan, yang menyatakan bahwa CEE merupakan satu-satunya komponen intellectual capital yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan laba, selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chu et al (2011) di China, serta Ting dan Lean (2009) di Malaysia yang menyatakan bahwa Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas.

5.KESIMPULANDAN SARAN

Penelitian ini penemukan dalam intellectual capital yang terdiri atas tiga komponen, yaitu human capital, structural capital, dan customer capitalsecara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return on Aset (ROA), sebagai indikator dari kinerja keuangan perusahaan.Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan intellectual capital dalam suatu perusahaan, terutama pada perusahaan perbankan cukup mempengaruhi kinerja

intellectual capital yang mereka miliki, maka akan semakin besar pula nilai Return on Aset (ROA) yang dihasilkan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori resource based theory, seperti yang dikemukakan oleh Firer dan William (2003) yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan dapat didefinisikan sebagai fungsi penggunaan yang efektif dan efisien baik dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan.Lalu secara parsial ketiga komponen pembentuk intellectual capital sama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan indikator ROA.Ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan semakin menyadari pentingnya keberadaan intellectual capital dalam mencapai competitive advantage, terutama melalui keberadaan sumber daya manusia yang mereka miliki, yang salah satunya ditunjukkan melalui peningkatan nilai beban gaji yang dibayarkan oleh perusahaan tiap tahunnya.Beban gaji ini mencakup biaya pelatihan, biaya rekrutmen pegawai baru, bonus serta tunjangan-tunjangan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Hasil penelitian ini menguatkan pandangan atas Resource Based Theory (RBT)yang disampaikan oleh Wernerfelt (1984) yang menyatakan bahwa suatu organisasi akan dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif apabila memiliki sumberdaya yang unggul. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan teori human capital yang disampaikan oleh Becker dalam Pratiwi (2005) dimana pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia merupakan investasi yang sangat penting dalam suatu perusahaan.

Adapun saran yang diberikan oleh peneliti untuk perbaikan penelitian serupa yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan datang antara lain a) untuk penelitian selanjutnya, dapat menambahkan indikator variabel dependen dengan Market to book value ratios of equity (M/B), Return on Equity (ROE), Growth in revenues (GR) dan Employee productivity (EP) seperti penelitian yang dilakukan oleh Chen (2005) dan juga Asset Turnover (ATO) pada penelitian Firer dan William (2003) , b) metode analisis dapat dilakukan pula melalui metode Partial Least Square (PLS) seperti yang dilakukan oleh penelitian Ulum (2009) dan Tan et al (2007), c) untuk penelitian selanjutnya, dapat digunakan perusahaan sektor jasa lainnya, selain perusahaan perbankan sebagai sample penelitian, seperti perusahaan asuransi dan perusahaan sekuritas seperti penelitian oleh Maheran (2009) dan Ting (2009).

Daftar Pustaka

Dokumen yang terkait

EVALUASI EMPIRIS TRANSPARANSI DAN VISIBILITAS PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN PERBANKAN BASIS INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

0 0 28

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA PENGHENTIAN PREMATUR (PREMATUR SIGN OFF) ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TIMUR) KHOLIDIAH

0 1 45

UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI AKUNTAN PUBLIK

0 2 27

PENGARUH PERUBAHAN OPINI AUDIT DAN LABA TAK TERDUGA TERHADAP WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN DALAM INDUSTRI KEUANGAN

0 0 27

OPINI GOING CONCERN, TINGKAT KETERGANTUNGAN AUDITOR PADA KLIEN DAN PERGANTIAN AUDITOR Studi Empiris pada Perusahaan Kesulitan Keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2012

0 0 35

SISI REMANG PENGELOLAAN KEUANGAN ORGANISASI MAHASISWA INTRA KAMPUS : STUDI FENOMENOLOGIS PADA UKM HITAM PUTIH

0 0 21

052 MOTIVASI, INSENTIF MONETER DAN KINERJA SEBUAH EKSPERIMEN

0 0 25

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan dengan Strategi sebagai Pemoderasi FLOURIEN NURUL CHUSNAH LIES ZULFIATI DIANA SUPRIATI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia – Jakarta Abstract - 043 Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja

0 1 26

KUALITAS AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA Januar Eky Pambudi FE Universitas Muhammadiyah Tangerang Farid Addy Sumantri FE Universitas Muhammadiyah Tangerang Abstract - 041 KUALITAS AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADA

1 1 15

040 TEORI PROSPEK DAN KONSERVATISMA LAPORAN KEUANGAN

0 5 22