UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI AKUNTAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI AKUNTAN PUBLIK SUTIKPO RATNAWATI KURNIA

Universitas Multimedia Nusantara

Abstract

The purpose of this research is to examine the effect of requirements, obligations and sanctions of Public Accountant according to Undang-Undang number 5 year 2011 about the regulation of Public Accountant in Indonesia towards the interest of Accounting students to become Public Accountant. The objects of this study are Accounting Students majoring in Auditing from several University such as Multimedia Nusantara University, Bina Nusantara University, Prasetya Mulya Business School, and Pelita Harapan University. The data used in this study are primary data by using questionnaires that distributed directly. The testing method used in this research is multiple regression analysis

The results of this study are (1) sanctions of Public Accountant has a positive significant effect towards the interest of Accounting students to become a Public Accountant (2) both requirements and obligations of Public Accountant have an insignificant effect to the interest of Accounting students to become a public Accountant (3) requirements, obligations and sanctions of Public Accountant simultaneously have a significant effect towards the interest of Accounting students to become a Public Accountant.

Keywords: requirements, obligations, sanction UU No. 5 year 2011 about Public Accountant, interest of Accounting students to become Public Accountant

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah persyaratan, kewajiban, dan sanksi Akuntan Publik mengacu pada Undang-Undang nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik memiliki pengaruh terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik, baik secara parsial maupun secara simultan. Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear. Objek dari penelitian ini adalah mahasiswa Akuntansi konsentrasi Auditing (Pemeriksaan Akuntansi). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi konsentrasi Auditing di Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Bina Nusantara, Prasetya Mulya Business School, dan Universitas Pelita Harapan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menebarkan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah (1) sanksi Akuntan Publik memiliki pengaruh positif terhadap minat mahasiswa Akutansi untuk menjadi Akuntan Publik(2) persyaratan, dan kewajiban Akuntan Publik secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik (3) Persyataran, kewajiban, dan sanksi Akuntan Publik secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik.

Kata kunci: Akuntan Publik, UU No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik, syarat, kewajiban, sanksi, minat mahasiswa Akuntansi

1. Pendahuluan

Data dari Pusat Pembinaan Akuntan Publik dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI per 21 Juni 2012 memperlihatkan jumlah Akuntan Publik di Indonesia sebanyak 1.007 orang dan 55% berdomisili di Jabodetabek. Padahal, penduduk Indonesia berjumlah hampir 250 juta orang. Dibandingkan negara Asean lainnya Singapura yang memiliki 15.120 Akuntan Publik dari total penduduk sekitar 5 juta dan Thailand yang memiliki 6.000 Akuntan Publik dari total penduduk 66 juta orang. Menuju AFTA (Asean Free Trade Area)tahun 2015, dibutuhkan solusi dalam meningkatkan jumlah Akuntan Publik. Profesi Akuntan Publik memiliki peranan besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Peran Akuntan Publik terutama untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Tanggung jawab seorang Akuntan Publik terletak pada opini atau pendapat yang diberikan terhadap kewajaran laporan keuangan entitas yang akan digunakan oleh masyarakat.Dalam era globalisasi, jasa Akuntan Publik sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang akan berpengaruh secara luas. Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya. Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan profesi Akuntan Publik, maka diperlukan adanya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang profesi Akuntan Publik. Beberapa Undang-undang yang menyebutkan mengenai keberadaan “akuntan publik”. antara lain, UU No. 34 tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan, UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan UU No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik. Namun, Perundang-Undangan tersebut hanya mengatur sebagiandan hal-hal mendasar mengenai profesi Akuntan Publik dari profesi akuntan dan kurang relevan untuk kondisi perekonomian dewasa ini. Diantaranya denda kurungan atau denda setinggi-tingginya sepuluh ribu Rupiah Oleh karena itu, diperlukan undang-undang yang mengatur profesi Akuntan Publik secara signifikan. Tanggal 5 April 2011 merupakan hari yang bersejarah bagi dunia akuntansi di Indonesia. Setelah melewati diskusi dan proses yang panjang, akhirnya RUU tentang Akuntan Publik disahkan menjadi UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik pada rapat Data dari Pusat Pembinaan Akuntan Publik dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI per 21 Juni 2012 memperlihatkan jumlah Akuntan Publik di Indonesia sebanyak 1.007 orang dan 55% berdomisili di Jabodetabek. Padahal, penduduk Indonesia berjumlah hampir 250 juta orang. Dibandingkan negara Asean lainnya Singapura yang memiliki 15.120 Akuntan Publik dari total penduduk sekitar 5 juta dan Thailand yang memiliki 6.000 Akuntan Publik dari total penduduk 66 juta orang. Menuju AFTA (Asean Free Trade Area)tahun 2015, dibutuhkan solusi dalam meningkatkan jumlah Akuntan Publik. Profesi Akuntan Publik memiliki peranan besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Peran Akuntan Publik terutama untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Tanggung jawab seorang Akuntan Publik terletak pada opini atau pendapat yang diberikan terhadap kewajaran laporan keuangan entitas yang akan digunakan oleh masyarakat.Dalam era globalisasi, jasa Akuntan Publik sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang akan berpengaruh secara luas. Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya. Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan profesi Akuntan Publik, maka diperlukan adanya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang profesi Akuntan Publik. Beberapa Undang-undang yang menyebutkan mengenai keberadaan “akuntan publik”. antara lain, UU No. 34 tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan, UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan UU No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik. Namun, Perundang-Undangan tersebut hanya mengatur sebagiandan hal-hal mendasar mengenai profesi Akuntan Publik dari profesi akuntan dan kurang relevan untuk kondisi perekonomian dewasa ini. Diantaranya denda kurungan atau denda setinggi-tingginya sepuluh ribu Rupiah Oleh karena itu, diperlukan undang-undang yang mengatur profesi Akuntan Publik secara signifikan. Tanggal 5 April 2011 merupakan hari yang bersejarah bagi dunia akuntansi di Indonesia. Setelah melewati diskusi dan proses yang panjang, akhirnya RUU tentang Akuntan Publik disahkan menjadi UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik pada rapat

Undang-undang ini ternyata juga mengundang polemik bagi orang-orang dalam dunia akuntansi. Wahyuni (www.ppajp.depkeu.go.id) selaku Kepala Sub Bidang Pemeriksaan Usaha dan Akuntan Publik PPAJP Kementerian Keuangan RI berkata bahwa struktur usia Akuntan Publik sekarang yang lebih dari 50 tahun sebanyak 64 persen, sehingga kemungkinan terjadi penurunan jumlah Akuntan Publik secara signifikan dalam 5 atau 10 tahun ke depan. Hal inilah yang mendasari pemerintah untuk tidak membatasi setiap orang yang ingin mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. Lulusan dari non akuntansi boleh mengikuti pendidikan tersebut. Sebagian pihak setuju karena undang-undang ini akan membantu meningkatkan jumlah Akuntan Publik di Indonesia karena pintu terbuka lebar bagi sarjana non akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik asalkan mereka lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan juga karena terdapat aturan yang melindungi profesi Akuntan Publik secara mendasar. Sebagian pihak tidak setuju karena undang-undang ini merisaukan sarjana akuntansi yang telah menekuni bidang akuntansi selama kurang lebih 4 tahun. Hal ini berarti untuk menjadi Akuntan Publik tidak harus berasal dari sarjana akuntansi. Sarjana akuntansi harus bersaing dengan sarjana non akuntansi. Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah kualitas Akuntan Publik yang berasal dari sarjana akuntansi dan non akuntansi akan sama serta apakah undang-undang seperti ini mempengaruhi minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik.

Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik disahkan pada tanggal 3 Mei 2011 dan efektif berlaku umum di Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai pada tahun 2012. Persyaratan menjadi Akuntan Publik sebagaimana dijelaskan dalam Undang- Undang nomor 5(lima) tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 6 adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik disahkan pada tanggal 3 Mei 2011 dan efektif berlaku umum di Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai pada tahun 2012. Persyaratan menjadi Akuntan Publik sebagaimana dijelaskan dalam Undang- Undang nomor 5(lima) tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 6 adalah

Kewajiban menjadi Akuntan Publik sebagaimana dijelaskan dalam Undang- Undang nomor 5 (lima) tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 25 adalah Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Berdomisili di NKRI dan berdomisili di KAP-nya, menjadi rekan KAP dalam jangka waktu 180 hari sejak izin Akuntan Publik diterbitkan, melaporkan secara tertulis kepada Menteri dalam jangka waktu 30 hari setelah menjadi Rekan pada KAP, Menjaga kompetensi melalui pelatihan profesi berkelanjutan, berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan mempunyai integritas tinggi. Kewajiban akan berdampak positif terhadap peningkatan minat mahasiswa akuntansi karena berisi tentang kewajiban dan tuntutan yang harus dijalani untuk menjadi seorang Akuntan Publik agar tetap memiliki profesionalisme dan integritas.

Sanksi administratif menjadi Akuntan Publik sebagaimana dijelaskan dalam Undang- Undang nomor 5 (lima) tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 53 yaitu berupa rekomendasi melaksanakan kewajiban tertentu, peringatan tertulis, pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas, pembekuan izin, pencabutan izin dan/atau denda. Dan sanksi atas tindakan selanjutan dijelaskan dipasal 53 sampai dengan pasal

58. Sanksi admistratif akan berdampak positif terhadap minat mahasiswa akuntansi karena secara manusiawi manusia berusaha menghindari kewajiban dan sanksi atas perbuatannya sehingga dalam sanksi ini dijelaskan setiap perbuatan dan sanksi yang akan diterima bila tidak menjunjung Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan profesionalisme. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah persyaratan, kewajiban dan sanksi Akuntan Publik berdampak terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik baik secara partial maupun simultan.

2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

2.1. Akuntan Publik Menurut UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik “Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.” Menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik: “Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa.”. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2011:2) Akuntan Publik yang profesional adalah akuntan publik yang menjunjung tinggi integritas, objektivitas dan independensi. Independensi artinya menjalankan tugas Kantor Akuntan Publik harus selalu mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam SPAP yang dikeluarkan oleh IAI.

Agoes (2012:14) menyatakan bahwa untuk memperoleh izin praktik sebagai Akuntan Publik, seorang akuntan harus memenuhi beberapa syarat yang ditentukan Departemen Keuangan, antara lain : berpengalaman di KAP minimal 3 tahun setara 4000 jam, mempunyai beberapa orang staf, mempunyai kantor yang cukup representatif dan lain-lain. Mulai awal tahun 1998, untuk memperoleh izin praktik, terlebih dahulu harus lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), yang diselenggarakan atas kerjasama IAI dan Departemen Keuangan. Saat ini USAP sudah diganti dengan ujian CPA yang boleh diikuti oleh mereka yang sudah bergelar akuntan. Tiga persyaratan dasar yang harus dipenuhi dalam rangka menjadi Akuntan Publik, yaitu: persyaratan pendidikan, persyaratan mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik, dan persyaratan pengalaman. Persyaratan pendidikan maksudnya adalah seseorang wajib mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) untuk menjadi Akuntan Beregister Negara dan mengikuti USAP. Ujian Sertifikasi Akuntan Publik memiliki empat bagian, yaitu mengenai auditing dan atestasi, akuntansi keuangan dan pelaporan, regulasi, serta lingkungan bisnis dan konsepnya.

PSA No.01 Seksi 150 (IAPI:2011) menyatakan Standar Jasa Akuntansi dan Review dan Standar Jasa Konsultasi. Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa Akuntan Publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini PSA No.01 Seksi 150 (IAPI:2011) menyatakan Standar Jasa Akuntansi dan Review dan Standar Jasa Konsultasi. Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa Akuntan Publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini

Dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai profesional, Akuntan publik wajib memiliki Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai suatu wadah. Diatur oleh Keputusan Menteri Keuangan nomor 470/KMK.017/1999; pasal 9 yang menyatakan :

1. Untuk menjalankan pekerjaan Akuntan Publik wajib mempunyai Kantor Akuntan Publik (KAP).

2. Apabila dalam waktu paling lambat satu (1) tahun setelah izin sebagai Akuntan Publik diterbitkan ternyata Akuntan Publik tidak mengindahkan ketentuan untuk memiliki Kantor Akuntan Publik (KAP) maka Izin Akuntan Publiknya dicabut.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik "Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini.". Akuntan Publik dapat diartikan sebagai seseorang yang terhimpun dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) dan telah memenuhi persyaratan untuk menjadi Akuntan Publik, termasuk lulus dalam Ujian Sertifikasi Akuntan Publik serta telah memperoleh izin untuk memberikan jasa dibidang akuntansi khususnya bidang penilaian. Seorang Akuntan Publik mempunyai tanggung jawab utama dalam melakukan fungsi audit atas laporan keuangan historis sebuah entitas komersial maupun non komersial dan memberikan penilaian kewajaran atas suatu laporan keuangan tersebut.

2.2. Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Sebelum mengikuti USAP (Ujian Sertifikasi Akuntan Publik) siapapun yang berminat untuk menjadi Akuntan Publik wajib mengikuti PPAk. Kholis (2002:2) mengatakan bahwa lahirnya Pendidikan Profesi Akuntansi dalam perspektif sejarah profesi dan pendidikan akuntansi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kebutuhan dan pemahaman masyarakat akan profesi akuntan, peranan sentral IAI sebagai wadah organisasi akuntan dan peranan pemerintah dalam mengembangkan pendidikan dan profesi akuntan. Selain itu, sesuai dengan situasi dan kondisi globalisasi dewasa ini, kehadiran Pendidikan Profesi Akuntansi sangat dibutuhkan bagi pengembangan jumlah Akuntan Publik di Indonesia.

Pendidikan Profesi Akuntansi ini dimaksudkan untuk menghasilkan akuntan profesional yang jumlahnya cukup memprihatinkan dengan standardisasi kualitas akuntan di Indonesia.Kurikulum dan silabus PPAk sudah didesain untuk memenuhi persyaratan dalam menjadi akuntan profesional yang ditentukan oleh International Financial Accounting Committee (IFAC). Lulusan Pendidikan Profesi Akuntansi mempunyai nilai lebih pada kualitas diri bila dibandingkan mereka yang tidak mengikuti PPAk ini.Setelah mengikuti PPAk, akuntan berhak mendapatkan nomor Register Negaradan boleh mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP). Setelah lulus dari USAP, akuntan akan mendapatkan izin praktik sebagai Akuntan Publik.

Dalam perkembangan menuju AFTA (Asean Free Trade Area) PPAk juga ditujukan untuk menjadikan Akuntan Indonesia menjadi tuan di playing field sendiri. Selain untuk menjadi Akuntan Publik, lulusan PPAk dapat mengikuti ujian CA (Chartered Accountant). Lulusan CA berhak untuk membuka KJA (Kantor Jasa Akuntansi). Suparto (2014:8) selaku Kepala Bidang Pembinaan Akuntan Publik menyatakan PMK 25 Tahun 2014 tentang Akuntan Beregister Negara menyatakan KJA akan melayani publik terkait jasa-jasa akuntansi non assurans. Dalam PMK ini juga diatur kewajiban Akuntan Beregister Negara untuk mendaftar ulang dalam jangka waktu tiga tahun setelah PMK ini terbit. Bila tidak register negaranya akan hangus.

2.3. Minat Mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik Menurut Ahmadi (2009:148) “Minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat.Dalam memilih karir yang dijalaninya, Mahasiswa Akuntansi memiliki berbagai macam pertimbangan untuk memilih karir 2.3. Minat Mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik Menurut Ahmadi (2009:148) “Minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat.Dalam memilih karir yang dijalaninya, Mahasiswa Akuntansi memiliki berbagai macam pertimbangan untuk memilih karir

Menurut Jahja (2011:63), minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut :

a. Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain

b. Minat menimbulkan efek diskriminatif

c. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan dipengaruhi motivasi

d. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode

Jahja (2011:64) mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor yang meliputi minat yaitu:

a. Kebutuhan fisik, sosial, dan egoistis

b. Pengalaman

Dalam pemilihan karir di dalam dunia kerja terdapat beberapa profesi yang dapat dipilih oleh sarjana akuntansi misalnya profesi Akuntan Publik, Akuntan Manajemen, Internal Auditor, Tax Specialist (Konsultan Pajak), Akuntan Pemerintah, Akuntan Pendidik dan profesi Akuntan lainnya. Profesi Akuntan Publik merupakan pihak yang menjembatani hubungan antara pihak manajemen dan pemilik atau pihak manajemen yang mengelola suatu unit usaha (Jensen, Meekling (1976) dalam Absara (2011). Menurut Baridwan (2002) dalam Absara (2011) Kegiatan utama Akuntan Publik adalah pada kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pendapat kewajaran terhadap laporan keuangan yang dibuat pihak manajemen dan dapat dipertanggungjawabkan oleh manajemen. Pendapat tersebut berguna bagi pihak-pihak yang terkait dengan laporan keuangan, yaitu pihak perusahaan (manajemen) maupun pihak diluar perusahaan (investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat).

Minat dapat didefinisikan sebagai sumber motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal yang disukainya jika mereka bebas memilih. Minat Mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik dapat diartikan sebagai keinginan atau kesukaan terhadap profesi Akuntan Publik. Mahasiswa Akuntansi tertarik apabila Minat dapat didefinisikan sebagai sumber motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal yang disukainya jika mereka bebas memilih. Minat Mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik dapat diartikan sebagai keinginan atau kesukaan terhadap profesi Akuntan Publik. Mahasiswa Akuntansi tertarik apabila

2.4. Undang-Undang No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik Standar auditing (IAPI, 2011:150.1) menyatakan tiga kelompok besar standar yaitu : Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Risiko dalam audit (Agoes: 2012) terdiri atas risiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), dan resiko deteksi (detection risk). Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Sebagai contoh : Uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara, Perkembangan teknologi yang menyebabkan produk tertentu usang dan mengakibatkan sediaan dilaporkan lebih besar. Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu arsesi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern. Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalau suatu asersi.

Akuntan Publik diwajibkan untuk selalu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya dengan tujuan agar kualitas jasa yang diberikan baik. Namun Akuntan Publik tetap tidak luput dari kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, dibutuhkan undang-undang yang dapat melindungi profesi Akuntan Publik dan kepentingan pemakai jasa Akuntan Publik tersebut. Di Indonesia, banyak Undang-Undang yang berkaitan dengan profesi Akuntan Publik, namun tidak mengatur secara mendasar dan menyeluruh.

Untuk menjawab keresahan Akuntan Publik dan masyarakat pemakai jasa akuntan, pada 3 Mei 2011, disahkan UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. UU ini menimbang bahwa jasa Akuntan Publik merupakan jasa yang digunakan Untuk menjawab keresahan Akuntan Publik dan masyarakat pemakai jasa akuntan, pada 3 Mei 2011, disahkan UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. UU ini menimbang bahwa jasa Akuntan Publik merupakan jasa yang digunakan

2.4.1. Pasal 6 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Berisi syarat-syarat mendapatkan izin menjadi Akuntan Publik sesuai dengan pasal 6, yaitu:

1) Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah

2) Berpengalaman praktik memberikan jasa

3) Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

5) Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik

6) Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih

7) Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri

8) Tidak berada dalam pengampunan Ujian profesi Akuntan Publik diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Publik indonesia (IAPI) yang disebut Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dengan biaya pendaftaran Rp 1.000.000,00 (satu juta Rupiah) dan biaya ujian Rp 2.000.000,00 (dua juta Rupiah). Ujian sertifikasi dapat dilakukan di seluruh testing center yang menyelenggarakan CPA of Indonesia Exam (www.iapi.or.id).

Berpengalaman praktik memberikan jasa yang dimaksud IAPI adalah mempunyai pengalaman kerja yang dapat diverifikasi minimal 3 tahun didalam bidang auditing, akuntansi dan pelaporan keuangan atau mempunyai pengalaman mengajar di perguruan tinggi minimal 4 tahun dalam bidang auditing atau akuntansi keuangan. Dan sanggup mematuhi; Kode etik profesi IAPI, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bagi yang berpraktek sebagai atau bekerja di KAP, Pendidikan Profesional berkelanjutan (PPL) yang ditetapkan oleh IAPI, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan Ketentuan IAPI lainnya(www.iapi.or.id).

Menurut Satya (2011) Pasal 6 ayat 1 UU No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Memiliki pengaruh negatif terhadap penilaian mahasiswa Akuntansi karena :

1) Dapat mengurangi standar profesionalisme, dimana dapat dipertanyakan kredibilitas dan validitas sebagai akuntan publik.

2) Profesi akuntan publik tidak dapat ditempuh dengan tanpa adanya pendidikandanpelatihan yang memadai terlebih dahulu yaitu mendapatkan nomor register negara.

3) Tidak ada pembatasan yang jelas sebagai profesi akuntan.

Persyaratan Akuntan Publik merupakan serangkaian ketentuan berupa syarat yang harus ditaati orang untuk menjadi Akuntan Publik.Persyaratan Akuntan Publik menurut UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik terdapat pada pasal 6.

Ha 1 :Persyaratan Akuntan Publik berdampak positif terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik

2.4.2. Pasal 25 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Berisi mengenai kewajiban Akuntan Publik, yaitu :

1) Berhimpun dalam Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri

2) Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagi Akuntan Publik yang menjadi pemimpin KAP atau pemimpin cabang KAP wajib berdomisili sesuai dengan domisili KAP atau cabang KAP dimaksud

3) Mendirikan atau menjadi Rekan pada KAP dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak izin Akuntan Publik yang bersangkutan diterbitkan atau sejak mengundurkan diri dari suatu KAP

4) Melaporkan secara tertulis kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak menjadi Rekan pada KAP; mengundurkan diri dari KAP; atau merangkap jabatan yang tidak dilarang dalam Undang- Undang ini

5) Menjaga kompetensi melalui pelatihan profesional berkelanjutan

6) Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan mempunyai integritas yang tinggi

Akuntan Publik dalam memberikan jasanya wajib

1) Melalui KAP

2) Mematuhi dan melaksanakan SPAP dan kode etik profesi, serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jasa yang diberikan

3) Membuat kertas kerja dan bertanggung jawab atas kertas kerja tersebut

Kewajiban Akuntan Publik merupakan hal-hal yang wajib dilakukan oleh seorang Akuntan Publik sesuai dengan kode etik profesi serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan. Kewajiban Akuntan Publik menurut UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik terdapat pada pasal 25.

Ha 2 : Kewajiban Akuntan Publik berdampak positif terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik

2.4.3. Pasal 53 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Menurut Satya (2011) korelasi antara sebelum dan sesudah adanya pasal 60 Undang-Undang Akuntan Publik adalah signifikan dan sangat kuat. Artinya terdapat perbedaan minat mahasiswa untuk memilih profesi Akuntan Publik sebelum dan sesudah adanya UU Akuntan Publik.

Pasal ini mengenai sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada Akuntan Publik:

1) Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu

2) Peringatan tertulis

3) Pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu

4) Pembatasan pemberian jasa tertentu

5) Pembekuan izin

6) Pencabutan izin; dan/atau

7) Denda

Pasal 55 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Akuntan Publik yang:

1) melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan

2) dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sehingga tidak dapat 2) dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sehingga tidak dapat

Pasal 56 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Pihak Terasosiasi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Pasal 57 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Setiap orang yang memberikan pernyataan tidak benar atau memberikan dokumen palsu atau yang dipalsukan untuk mendapatkan atau memperpanjang izin Akuntan Publik, dan/atau untuk mendapatkan izin usaha KAP atau izin pendirian cabang KAP dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Setiap orang yang bukan Akuntan Publik, tetapi menjalankan profesi Akuntan Publik dan bertindak seolah-olah sebagai Akuntan Publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 58 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Kadaluarsa tuntuntan atau gugatan. Akuntan Publik yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dibebaskan dari tuntutan pidana apabila perbuatan yang dilakukan telah lewat dari 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal laporan hasil pemberian jasa.

Akuntan Publik dibebaskan dari gugatan terkait dengan pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3) apabila perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 yang dilakukan telah lewat dari 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal laporan hasil pemberian jasa.

Sanksi-sanksi Akuntan Publik berupa sanksi administratif dan sanksi pidana yang akan dikenakan kepada Akuntan Publik bila melanggar ketentuan tertentu. Sanksi ini ditetapkan untuk mencegah kesalahan terjadi, mencegah kesalahan yang ada terulang lagi, serta demi melindungi kepentingan publik dan Akuntan Publik itu sendiri.Sanksi-sanksi Akuntan Publik menurut UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik terdapat pada pasal 53-58.

Ha 3 : Sanksi Akuntan Publik berdampak positif terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik

3. Metode Penelitian

3.1. Sample dan Metode Pengumpulan Data. Objek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Akuntansi konsentrasi Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) yang minimal sudah mencapai semester 6 dan pernah mengambil mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Pelita Harapan, Universitas Prasetiya Mulya, dan Universitas Bina Nusantara yang berdomisili di daerah Tangerang.Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa Program Studi Akuntansi secara langsung.

3.2. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Dependen, dalam penelitian ini adalah minat menjadi Akuntan Publik yaitu keinginan atau kesukaan yang tinggi untuk memperoleh izin dan memberikan jasa Akuntan Publik yang memiliki gelar CPA dan berhak membuka praktik jasa akuntan. Variabel ini menggunakan kuesioner Surono (2012) yang terdiri dari 8 butir pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan 4 skala likert dengan pemberian skor : (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Setuju dan (4) Sangat Setuju

2. Variabel Independen. Skala pengukuran yang digunakan untuk seluruh variable independen adalah skala interval dengan 4 skala likert dengan pemberian skor : (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Setuju dan (4) Sangat Setuju

a. Persyaratan Akuntan Publik, diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 6 tentang Persyaratan Akuntan Publik. 5 yang terdiri dari 6 butir pertanyaan.

b.Kewajiban Akuntan Publik, diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 25 tentang kewajiban Akuntan Publik yang terdiri dari 5 butir pertanyaan.

c. Sanksi Akuntan Publik, diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 53, 55-58 tentang sanksi administratif dan/atau sanksi pidana yang akan c. Sanksi Akuntan Publik, diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 53, 55-58 tentang sanksi administratif dan/atau sanksi pidana yang akan

Variabel dependen dan independen diukur dengan menggunakan skala interval dengan

4 skala likert sebagai berikut : (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Setuju; dan (4) Sangat Setuju

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Pretest, dilakukan untuk menguji variabel independen yang dibuat oleh peneliti. Pretest 1 dilakukan kepada mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) sebanyak 39 kuesioner. Item pernyataan terdiri dari 7 butir pernyataan mengenai persyaratan Akuntan Publik, 8 butir pernyataan mengenai kewajiban Akuntan Publik, 8 pernyataan mengenai sanksi-sanksi Akuntan Publik, dan Minat untuk menjadi Akuntan Publik mengacu kepada kuesioner Surono (2012). Dari hasil pretest 1 yang diperoleh (table 1) beberapa pertanyaan untuk variable Persyaratan dan Kewajiban Akuntan Publik tidak valid (nilai sig > 0,05) . Dari hasil uji reliabilitas, variable Persyaratan dan Kewajiban Akuntan Publik tidak reliable (Cronbach Alpha <70%). Oleh karena itu peneliti tidak menggunakan pernyataan yang tidak valid dan tidak reliable dan melakukan penggantian kalimat untuk memperjelas pernyataan dalam kuesioner. Prestest 2 (kedua) dibagikan kepada 40 mahasiswa UMN dan kuesioner yang kembali adalah 34. Hasil pretest 2 (table 2) menunjukkan seluruh variable telah valid (nilai sig < 0,05) dan reliable (Cronbach Alpha >70%)

3.3.2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan uji regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y= α+β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 +e

Keterangan : Y

= minat menjadi Akuntan Publik α= konstanta β 1 , β 2 , β 3 = koefisien variabel

X 1 = Persyaratan Akuntan Publik

X 2 = Kewajiban Akuntan Publik

X 3 = Sanksi Akuntan Publik

e = error

4. Hasil Pembahasan

4.1. Statistik Deskriptif Responden Pembagian kuesioner dilakukan mulai tanggal 23 April 2014 - 4 Juni 2014. Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa akuntansi di kampus wilayah Tangerang Selatan sebanyak 200 buah dankuesioner yang dapat digunakan sebanyak 123 kuesioner (61,50% ). Distribusi dan pengembalian kuesioner tercantum dalam table 3 dan 4. Karakteristik responden tercantum dalam table 5 dan statistik deskriptif variable tercantum dalam table 6.

4.2. Uji Kualitas Data

4.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2012). Uji Reliabilitas mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil uji pada table 7 diperoleh hasil sig 2 tail < 0,05 dan nilai Cronbach’s Alpha > 0,7, maka seluruh variabel tersebut dapat dikatakan valid dan reliable.

4.2.2. Uji Normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal (Ghozali, 2012). Berdasarkan hasil gambar 1, data pada normal probability plot menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas .

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Dari hasil pengujian tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai tolerance untuk seluruh variabel independen >0,10.dan VIF < 10. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen, dengan kata lain tidak terjadi multikolonieritas.

4.3.2. Uji Heteroskedastisitas. bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2012). Model regresi yang baik harus memiliki variance residual yang sama

(homoskedastis). Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas di dalam penelitian ini adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.Dari gambar 2 grafik scatterplot hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Titik-titik juga tidak membentuk pola tertentu secara teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.4. Uji Koefisien Determinasi. Dari hasil pengujian koefisien determinasi pada tabel 9 menunjukkan nilai adjusted R square sebesar 0,117. Nilai ini menunjukan bahwa secara statistic variabel dependen (minat mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik) dapat dijelaskan oleh variabel independen (syarat, kewajiban, dan sanksi menjadi Akuntan Publik) sebesar 11,70% dan sisanya sebesar 88,3% (100%-11,70%) dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

4.5. Uji Siginifikansi Simultan (Uji Statistik F). Berdasarkan tabel 10 didapatkan hasil nilai F sebesar 6,399 dengan tingkat signifikasi 0,000. Karena signifikansi F < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha 4 diterima dan menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen yang terdiri dari syarat menjadi Akuntan Publik, Kewajiban menjadi Akuntan Publik, dan sanksi menjadi Akuntan Publik berpengaruh secara simultan terhadap minat mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik.

4.6. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Dari tabel 11 dapat dibentuk persamaan linear dari penelitian ini sebagai berikut : Y = 15.515-0.151X1 + 0,159X2 + 0,330X3 Keterangan : Y

= Minat mahasiswa menjadi Akuntan Publik β 1 , β 2 , β 3 = koefisien variabel

X 1 = Persyaratan menjadi Akuntan Publik

X 2 = Kewajiban Akuntan Publik

X 3 = Sanksi Akuntan Publik Berdasarkan uji statistik t pada tabel 11 diperoleh koefisien regresi sebesar -0,151 untuk variabel Persyaratan menjadi Akuntan Publik. Oleh karena itu, kenaikan 1 satuan Persyaratan menjadi Akuntan Publik menyebabkan penurunan minat mahasiswa menjadi Akuntan Publik sebesar -15,10%. Hal ini menunjukan bahwa syarat menjadi

Akuntan Publik tidak memiliki dampak positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik karena untuk menjadi Akuntan Publik, diperlukan waktu yang cukup panjang, yaitu setelah lulus S-1 Akuntansi, mahasiswa harus mengikuti program PPAk untuk memperoleh gelar Ak. Selanjutnya Akuntan Publik juga harus memiliki pengalaman minimal 3 tahun setara 4.000 jam, mempunyai kantor yang cukup representative dan lain-lain. Akuntan juga harus mengikuti Ujian Sertififkasi Akuntan Publik untuk memperoleh gelar CPA. Selain waktu, juga dibutuhkan komepetensi tinggi dan pengalaman yang cukup untuk menjadi Akuntan Publik .Nilai sig sebesar 0,259 menunjukkan bahwa Persyaratan menjadi Akuntan Publik tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa menjadi Akuntan Publik yang berarti Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Satya (2012)

Variabel kewajiban menjadi Akuntan Publik koefisien korelasi regresi sebesar 0,159. Oleh karena itu, kewajiban menjadi Akuntan Publik menyebabkan peningkatan minat mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik sebesar 15,9%. Nilai sig sebesar 0,347 menunjukkan bahwa Kewajiban menjadi Akuntan Publik tidak memiliki dampak positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa menjadi Akuntan Publik, yang berarti Ha2 ditolak., karena keterbatasan waktu bagi Akuntan Publik untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) sesuai dengan pasal 25 UU no 5 tahun 2011. Hal ini khususnya terjadi pada masa-masa sibuk Akuntan.

Variabel sanksi menjadi Akuntan Publik memiliki koefisien korelasi regresi sebesar 0,330. Hal ini menunjukan bahwa sanksi-sanksi yang diterima oleh Akuntan Publik terhadap pelanggaran menyebabkan peningkatan minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik sebesar 33,00%. Nilai sig sebesar 0,001 menunjukkan bahwa Sanksi menjadi Akuntan Publik memiliki dampak positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa menjadi Akuntan Publik, yang berarti Ha3 tidak berhasil ditolak. Dengan adanya sanksi Akuntan Publik, minat mahasiswa Akuntansi menjadi Akuntan Publik meningkat karena sanksi ini ditetapkan untuk mencegah kesalahan terjadi dan melindungi kepentingan Publik dan Akuntan Publik. Sehingga sanksi merupakan faktor yang dapat mendorong Akuntan untuk menjaga profesionalismenya dalam menjalankan tugasnya sebagai Akuntan Publik.

5. Simpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran

5.1. Simpulan dan Implikasi Secara simultan Syarat, Kewajiban, dan Sanksi menjadi Akuntan Publik memiliki dampak yang signifikan terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik, karena regulasi mengatur secara jelas profesi Akuntan Publik. Namun secara partial hanya Sanksi menjadi Akuntan Publik yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik. Dengan adanya sanksi yang tegas dalam peraturan perundangan maka setiap orang akan berusaha mematuhinya. Sanksi menjadi Akuntan Publik berdampak positif terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik karena untuk menjaga profesionalitasnya sanksi yang tercantum dalam pasal 53 sampai pasal 58 UU No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik sangat tegas, baik untuk kesalahan yang berupa kelalaian ataupun kesalahan yang disengaja oleh Akuntan itu, sehingga Akuntan Publik harus menjaga profesionalitasnya pada saat menjalankan tugasnya.

Persyaratan dan Kewajiban menjadi Akuntan Publik tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik. Kewajiban menjadi Akuntan Publik memiliki hubungan positif terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik karena mahasiswa yang memiliki keinginan untuk menjadi Akuntan Publik harus menjunjung tinggi profesionalisme terhadap profesi Akuntan Publik. Seperti dengan mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan (PPL), dalam menjalankan profesinya harus melalui Kantor Akuntan Publik. Namun untuk memperoleh izin praktek diperlukan waktu yang tidak singkat, dan ketika sudah menjadi Akuntan Publik harus memenuhi kewajiban mengikuti PPL ditengah kesibukan yang dijalani oleh Akuntan Publik.

5.2. Keterbatasan dan Saran

1. Penelitian ini hanya fokus pada tiga variabel yaitu Persyaratan, kewajiban, dan sanksi menjadi Akuntan Publik sesuai pasal pasal 6, 25, 53, 55-58 Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik, dengan Adjusted r 2 11,7% penelitian selanjutnya dapat memasukan variabel independen lainnya seperti pendapatan, gelar,

karier, dan variabel lain didalam UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

2. Dalam variabel kewajiban Akuntan Publik kuesioner hanya mengukur kewajiban tetapi tidak mengukur tingkat persepsi terhadap resiko akibat pelanggaran terhadap kewajiban Akuntan Publik.

3. Obyek yang diteliti adalah mahasiswa di empat kampus di wilayah Tangerang

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel penelitian pada Mahasiswa Akuntansi di wilayah lainnya termasuk mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan Junior Auditor yang bekerja di KAP.

4. Kuesioner untuk minat menjadi Akuntan Publik sebaiknya dikaitkan dengan keberadaan UU no 5 tahun 2011, untuk semua item pertanyaan sebaiknya ditambahkan kata-kata “ Setelah mengetahui UU no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, saya . . .”

DAFTAR PUSTAKA

Absara, Lara. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi dalam Pemilihan

Karir Menjadi Akuntan Publik. Universitas Diponegoro, Semarang Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik . Jakarta : Salemba Empat Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Umum. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Arens, Alvin A., Elder, Randal J. dan Beasley, Mark S. (2012). Auditing and Assurance

ed. New Jersey : Prentice Hall Aritonang R, Lerbin R. (2007). Teori dan Praktik Riset Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia Auche. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi untuk Mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik. Universitas Tarumanagara, Jakarta

Services-an integrated approach th . 14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Keputusan Menteri Keuangan Repulik Indonesia Nomor 470/KMK.017/1999 tentang Perubahan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 43/KMK.017/1997 tentang Jasa Akuntan Publik Kholis, Azizul. (2002). Kontribusi Pendidikan Profesi Akuntan (PPA) terhadap

Pengembangan Profesi Akuntan Indonesia Sebuah Analisis Historis dan Orientasi Masa Depan . Media Akuntansi, 28 September 2002

Kurniawan, Benny. (2012). Metodologi Penelitian. Tangerang : Jelajah Nusa Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiah . Jakarta : Kencana Peraturan Menteri Keuangan nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik Peraturan Menteri Keuangan nomor 25/PMK.01/2014 tentang Jasa Akuntan Publik Priyatno, Duwi. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta :

Mediakom Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Satya, Zerrik. (2011). Perbedaan Minat Mahasiswa Akuntansi Universitas Bina Nusantara untuk Memilih Profesi Auditor Independen Sebelum dan Setelah Ditetapkannya Undang-Undang Akuntan Publik . Universitas Bina Nusantara, Jakarta

Suparto, Agus. (2014). Chartered Accountant. Majalah Akuntan Indonesia, Maret 2014 Surat Keterangan Menteri Pendidikan Nasional nomor 179/U/2001 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi Surono, Adi. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Berkarir menjadi Akuntan Publik. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Syah, Muhibbin. (2012). Psikologi Belajar. Edisi Revisi. Jakarta : RajaGrafindo Persada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik

KUESIONER PERSYARATAN MENJADI AKUNTAN PUBLIK mengacu pada Undang- Undang No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik pasal 6

1. Apakah anda setuju syarat menjadi akuntan publik adalah memiliki sertifikat tanda ujian profesi akuntan publik yang sah ?

2. Apakah anda setuju syarat menjadi akuntan publik adalah berpengalaman praktik d bidang audit umum atas laporan keuangan minimal 5tahun ?

3. Apakah anda setuju syarat menjadi akuntan publik adalah berdomisili di wilayah N Kesatuan Republik Indonesia dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ?

4. Apakah anda setuju syarat menjadi akuntan publik adalah tidak pernah dikenai san administratif berupa pencabutan izinAkuntan Publik ?

5. Apakah anda setuju syarat menjadi akuntan publik adalah tidak pernah dipidana de ancaman penjara 5 tahun atau lebih, serta tidak berada dalam pengampuan ?

6. Apakah anda setuju syarat menjadi akuntan publik adalah menjadi anggota Asosia Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri ?

KEWAJIBAN AKUNTAN PUBLIK mengacu pada Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik pasal 25 :

1. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) yang diselenggarakan dan/atau diakui oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia(IAPI) dan Pusat Pembinaan Akuntan Publik dan Jasa Penilai (PPAJP)

3. Wajib berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab,dan mempunyai integritas yang tinggi

4. Dalam memberikan jasa, wajib melalui KAP, mematuhi dan melaksanakan SPAP dan kode etikprofesi, serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan, membuat kertas kerja dan bertanggung jawab atas kertas kerjatersebut

5. Wajib menjaga independensi, bebas dari benturan kepentingan, dan menjaga rahasia informasi klien

SANKSI-SANKSI AKUNTAN PUBLIK mengacu pada Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik pasal 53 sampai dengan 58 :

1. Akuntan publik dapat dikenai sanksi administratif yang berupa rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu, peringatan tertulis, pembatasan pemberian jasa kepada entitas tertentu, pembatasan pemberian jasa tertentu, pembekuan izin, pencabutan izin, dan/ataudenda

2. Akuntan Publik yangmelakukan manipulasi, membantumanipulasi,memalsukan databerkaitan dengan jasa yang diberikan akan dipidana penjara paling lama 5tahun dandenda paling banyak Rp300.000.000,00

3. Akuntan Publik yang menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja dan tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang diberikan akan dipidana penjara paling lama 5tahun dandenda paling banyak Rp300.000.000,00

Dokumen yang terkait

FUNGSI MEDIASI ELEMEN INSTITUSIONAL BUDAYA TERHADAP HUBUNGAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN NILAI-NILAI ISLAM PADA LAPORAN TAHUNAN BANK ISLAM: STUDI LINTAS NEGARA

0 6 27

080 INDEPENDENSI DAN CONFLICT OF INTEREST AUDITOR

0 0 26

PENGARUH BIAS SELF FULFILLING PROPHECY DAN INISIATIF PERUBAHAN MANAJEMEN SEBAGAI UPAYA PENGURANGBIASAN GOING CONCERN JUDGMENT

0 0 27

PENGARUH KOMPETENSI, SKEPTISME, HUBUNGAN KLIEN DENGAN AUDITOR, UKURAN KAP TERHADAP KEPUASAN KLIEN DAN KEGUNAAN UNTUK STAKEHOLDER EKSTERNAL DALAM PERSPEKTIF KLIEN IBNU IRAWAN LILI SUGENG WIYANTORO HELMI YAZID EWING YUVISA IBRANI Universitas Sultan Ageng Ti

1 2 21

PERSEPSI PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN DI INDONESIA TERHADAP INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR)

0 0 23

PERAN KEKHAWATIRAN MENDAPAT SANKSI PROFESIONAL DALAM PROFESIONALISMA DAN INDEPENDENSI AUDITOR: PENGUJIAN TEORI KOGNITIF SOSIAL FRANCISCA RENI RETNO ANGGRAINI Universitas Sanata Dharma ZAKI BARIDWAN SUWARDJONO HARDO BASUKI Universitas Gadjah Mada Abstract

0 0 20

Universitas Airlangga Abstract - 075 PENGARUH UMUR, GENDER, DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU

0 1 27

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENENTUAN OPINI AUDIT

1 3 21

EVALUASI EMPIRIS TRANSPARANSI DAN VISIBILITAS PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN PERBANKAN BASIS INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

0 0 28

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA PENGHENTIAN PREMATUR (PREMATUR SIGN OFF) ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TIMUR) KHOLIDIAH

0 1 45