KUALITAS AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA Januar Eky Pambudi FE Universitas Muhammadiyah Tangerang Farid Addy Sumantri FE Universitas Muhammadiyah Tangerang Abstract - 041 KUALITAS AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADA

KUALITAS AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA

  Januar Eky Pambudi FE Universitas Muhammadiyah Tangerang Farid Addy Sumantri FE Universitas Muhammadiyah Tangerang

  Abstract Earningsmanagement is the act ofa managertopresent thereportto raiseorlower thecurrent periodprofitof the business unitsunder his

responsibility, without causingan increaseordecrease intheunitof

economicprofitabilityin the long term. This studyaimed toexamine the effect ofauditorquality, firm size, andleverageon earnings management.

  The sample usedin this studyconsistedof39samples offoodandbeveragecompanylisted on theIndonesia Stock Exchange(IDX)

duringthe period 2010-2012. The samples wereselected

usingpurposivesamplingmethod. Earnings management is proxy by discretionary accruals using the Modified Jones Model(1995). Data collection methodsused aresecondary data. Analysis ofthe data usedin this studywithdescriptivestatisticanalysis, the classicalassumption test, multiple linear regression analysis, analysisof determination, t testand F test.

  The result of thisstudyshowedthat firm sizehas a significant influenceon earnings management, whereasthe variablequalityandleveragehas no effection earnings management.

  Keywords: Audit Quality, Firm’s Size, Leverage, andEarnings Management

  PENDAHULUAN

  Sesuai yang dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Caoncepts

  

(SFAC) No.1 dalam Herawaty (2010), informasi laba merupakan perhatian utama untuk

  menilai kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam mengetahui earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional behavior) yang salah satu bentuknya adalah earning management. Oleh karena itu, penelitian yang berhubungan dengan manajemen laba menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan baik praktisi, investor dan pemegang saham yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan.

  Manajemen laba terjadi yang dilakukan oleh pihak manajer dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan karena pihak manajer ingin mengharapkan apa yang telah mereka lakukan. Manajemen laba menarik untuk diteliti karena dapat memberikan suatu gambaran tentang perilaku manajer dalam pelaporan kegiatan usahanya pada periode tertentu dengan adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu untuk memanage data keuangan yang dilaporkan.Pihak manajemen tidak selalu dikaitkan dengan upaya memanipulasi data tetapi lebih cenderung dengan pemilihan metode akuntansi untuk mendapatkan keuntungan yang memang diperkenankan menurut accounting regulations.

  Adanya asimetri informasi (information asymmetry) ini memungkinkan manajemen untuk melakukan modifikasi laba.Manajemen laba atau modifikasi laba adalah suatu tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalisasi kesejahteraan pihak manajemen dan atau nilai pasar perusahaan.Menurut Scott (2000) dalam Pratiwi (2009) manajemen dilakukan untuk memenuhi kepentingan manajemen dengan cara memanfaatkan kelemahan inheren dari kebijakan akuntansi namun tetap berada dalam koridor Generally Aceppted

  

Accounting Principles (GAAP). Kasus manajemen laba di Indonesia yang terjadi pada

  tahun 2002 adalah kasus perusahaan Kimia Farma yang diduga melakukan mark up laporan keuangan dengan menggelembungkan laba sebesar Rp 32,688 miliar (Kompas,

  5 November 2002). Kasus Lippo Bank dengan menerbitkan 3 (tiga) versi laporan keuangan sekaligus dan saling berbeda antara satu dan lainnya, yaitu laporan keuangan yang dipublikasi dalam media massa, kepada Bapepam, dan kepada manajer perusahaan. (Bapepam, 2003).

  Menurut Siregar dan Utama (2005) KAP yang lebih besar diasumsikan audit yang dilaksanakan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil karena adanya kecenderungan untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan audit, termasuk menjalankan prosedur-prosedur audit yang baku.

  Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas penting penerapan mekanisme GCG (good corporate governance) dan pentingnya peranan kualitas auditor sangat mempengaruhi kesempatan melakukan manajemen laba sehingga memberikan motivasi untuk penulis melakukan penelitian dari tata kelola perusahaan dan peranan auditor terhadap kecenderungan dilakukannya manajemen laba oleh manajer perusahaan.Siregar dan Utama (2005) yang meneliti semua perusahaan yang terdaftar di BEJ, kecuali perusahaan dalam industri keuangan, real estate, property, dan telekomunikasi.Sampel perusahaan dalam penelitian ini sebanyak 144 perusahaan.Hasil dari penelitian ini menyimpulkan kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan sedangkan untuk kepemilikann institusional dan praktek

  corporate governance tidak terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

  Guna dan Herwaty (2010) dengan meneliti 40 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris independen, independensi auditor, serta ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan sedangkan leverage, kualitas audit dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.Purwanti (2012) yang meneliti perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian ini adalah 96 perusahaan selama tahun 2008-2010 yang memenuhi kriteria. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan kecakapan manajerial dan leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Selain itu kualitas auditor, komite audit dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.Dari ketiga penelitian terdahulu terlihat adanya perbedaan terhadap hasil penelitian dari variabel-variabel yang digunakan. Dari perbedaan tersebut di atas peneliti ingin mencoba mengambil tiga variabel yang memiliki hasil berbeda disetiap penelitian tersebut yaitu kualitas audit,

  

firm size (ukuran perusahaan) dan leverage terhadap manajemen laba. Selain

  menggunakan variabel yang berbeda dari penelitian terdahulu, dalam penelitian ini sektor ini merupakan industri yang kompetitif dalam menghasilkan laba.Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel- variabel di atas terhadap manajemen laba.

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

  Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Putu (2008) mendefinisikan suatu hubungan keagenan sebagai suatu kontrak atau satu orang atau lebih (principal).Dalam hal ini, prinsipal mendelegasikan beberapa kewenangan kepada agen untuk mengambil keputusan.Jika kedua belah pihak berhubungan untuk memaksimalisasi utilitas, maka ada kemungkinan agen tidak selalu bertindak untuk kepentingan utama prinsipal. Untuk itu, prinsipal dapat membatasi agen dengan cara penetapan insentif. Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori agensi adalah hubungan antara

  

principle dan agent dengan berbagai kepentingan yang dapat menyebabkan konflik

diantara keduanya.

  Menurut Scott (2000) dalam Budi (2009) manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalisasi kesejahteraan pihak manajemen dan atau nilai pasar perusahaan.Discretionary accrual adalah komponen akrual yang memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan yang sesungguhnya. De Angelo (1986) dalam Meutia (2004) menyatakan konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen non-

  discretionary dan discretionary.

  Salah satu yang biasanya digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen (agent) adalah corporate governance.Jadi

  

corporate governance adalah suatu peraturan yang menentukan hubungan antara

  pemegang saham dan manajer sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.Wahyuni dan Sasongko(2011) corporate governance merupakan kunci sukses perusahaan dalam mengelola perusahaan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan terjamin kualitasnya.Tata kelola perusahaan yang baik mencerminkan apakah perusahaan tersebut, dalam hal ini manajemen, sehat dan transparan sehingga diharapkan dapat menekan aktivitas perekayasaan kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai sesungguhnya.

  Kualitas Audit

  Menurut Becker dkk (1998) menyimpulkan bahwa klien dari auditor Non Big 6 melaporkan akrual diskresioner (proxy dari pengelolaan laba) secara rata-rata lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien auditor Big 6. Penelitian di Indonesia mengenai kualitas audit dilakukan oleh Wirjolukito (2003), dimana kualitas audit yang tinggi (KAP Big 4) tidak memperkecil besaran underpricing. Sandra dan Kusuma (2004) menemukan bahwa kualitas audit bukan merupakan variabel moderating antara perataan laba dan reaksi pasar. Hasil kedua penelitian tersebut dapat mengindikasikan bahwa ukuran KAP mungkin bukan merupakan proxy kualitas audit yang tepat di Indonesia (Siregar dan Utama, 2005).

  Ukuran Perusahaan

  Menurut Nuryaman (2008) perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum.

  Leverage

  Menurut Verawati (2012) hutang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur.Dalam perjanjian hutang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar hutangnya. Terdapat kemungkinan bahwa adanya perjanjian kontrak hutang memicu manajemen untuk meningkatkan laba dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur sehingga memperoleh suntikan dana atau untuk memperoleh penjadwalan kembali pembayaran hutang.

  Kualitas Auditor terhadap Manajemen Laba

  Isnanta (2008) dalam Welvin (2010) auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif dibandingkan memperoleh hasil yang hampir sama bahwa ukuran kantor akuntan publik berkorelasi positif terhadap akurasi pelaporan keuangan. Sedangkan Siregar dan Utama (2005) gagal membuktikan bahwa ukuran KAP mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba.

  H : Kualitas auditor berpengaruh terhadap manajemen laba

1 Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

  Choutrou, dkk (2001) dalam Purwanti (2012) menemukan bahwa ukuran perusahaan di Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil. Sedangkan penelitian di Indonesia oleh Siregar dan Utama (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma natural nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil besaran pengelolaan labanya.

  H 2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba

  Leverage terhadap Manajemen Laba Leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang dilakukan

  perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Shanti dan Yudhanti (2007) dalam Purwanti (2012) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi akibat besarnya liabilitas dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar liabilitas pada waktunya. Penelitian Chin et al. (2009) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh positif leverage terhadap manajemen laba. Penelitian lain yang dilakukan Dichev dan Skinner (2002), Jaggi dan Lee (2002) dan Othman dan Zhegal (2006) juga menemukan hubungan positif antara hutang dan manajemen laba.

  H : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba

  3

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan sampel perusahan-perusahaan kelompok industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai 2012 yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan dengan informasi laba positif. Dari keterangan di atas diperoleh 13 perusahaan sampel yang akan digunakan sebagai sumber data untuk dianalisis, Adapun proses seleksi sampel disajikan pada tabel 1 dibawah ini:

  

===TABEL 1 DISINI===

Pengukuran Variabel Manajemen Laba

  Manajemen laba diproksikan dengan menggunakan discretionary accruals dan dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model. Modified Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya. Untuk mengukur discreatonary accruals mengacu pada penelitian Dechow et al. (1995).

  TAC= N it – CFO it

  Nilai Total Accrual (TAC) yang diestimasi dengan persamaan regresi

  OLS(Ordinary Least Square) sebagai berikut: TA it /A it-1

  1 (1/A it-1 t /A it-1 t /A it-1 ) +

  = β ) + β2 (∆Rev ) + β3 (PPE ε Menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus:

  NDA (1/A /A /A (PPE /A ) = β

  • – it

  1 it-1 ) + β 2 (∆Rev t it-1 ∆Rec t it-1 ) + β 3 t it-1

  Selanjutnya DA dapat dihitung sebagai berikut: DA it = TA it /A it-1 – NDA it

  Keterangan: DA it = Discretionary Accruals perusahaan I pada periode ke-t NDA it = Non Discretionary Accruals perusahaan I pada periode ke-t TA it = Total Akrual perusahaan i pada periode ke-t N = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t

  it

  CFO it = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke-t A it-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

  t = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke-t

  ∆Rev PPE t = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke-t

  = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke-t ∆Rec t

  = Error ε

  Kualitas Auditor

  Dimensi kualitas auditor yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP karena nama baik perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling penting. Kualitas auditor akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditornya. Kualitas auditor dapat diukur dengan mengklasifikasikan atas audit yang dilakukan oleh KAP Big Four dan KAP Non-Big

  

Four. Kualitas auditor dalam penelitian ini mengggunakan variabel dummy (Anita,

  2012).Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0. Kategori KAP Big Four di Indonesia, yaitu sebagai berikut: a.

  KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Drs.

  HadiSusanto dan rekan, dan KAP Haryanto Sahari.

  b.

  KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Wijaya.

  c.

  KAP Ernest and Young, yang bekerja sama dengan KAP Drs. Sarwoko dan Sanjoyo, Prasetyo Purwantono.

  d.

  KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Drs. Hans Tuanakota dan Osman Bing Satrio.

  Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat berpengaruh untuk melakukan manajemen laba.

  Ukuran perusahaan merupakan variabel yang diukur dari jumlah total asset perusahaan sampel yang ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural (Indra Dewi Suryani, 2010).

  Variabel ini diukur dengan menggunakan logaritmadari jumlah total asset. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

  Size = L Total Asset

  og Leverage

  Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva

  perusahaan. Rasio ini menunjukan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar leverage maka kemungkinan manajer untuk

  Variabel ini diukur dengan menggunakan rasio total utang terhadap total aktiva. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

  Total Hutang LEV = Total Aset

  (Sumber: Guna, 2010) Keterangan:

  Leverage = Rasio utang terhadap aktiva

  Utang = Total utang pada tahun t Aktiva = Total aktiva pada tahun t

  Hubungan antara kualitas auditor, ukuran perusahaan, danleverageterhadap manajemen laba dapat dinyatakan dalam model rumus sebagai berikut: ML KA SIZE LEV +

  = β + β

  1 + β 2 + β 3 ε

  Keterangan : ML = adalah manajemen laba yang diukur dengan menggunakan rumusModified Model Jones pada penelitian Dechow et al. (1995).

  KA = Adalah kualitas audit, yang diukur dengan menggunakan variable dummy yaitu perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0. SIZE = Adalah ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan log total aset LEV = Adalah rasio dari total kewajiban dibagi dengan total asset

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Variabel yang digunakan meliputi kualitas auditor, ukuran perusahaan, leverage dan manajemen laba. Dari hasil dari pengujian statistik deskriptif atas keempat variabel tersebut dengan sampel (n=39), maka diperoleh hasil sesuai dengan Tabel 2 di bawah ini:

  

===TABEL 2 DISINI===

  Dari tabel 2 ditas diketahui kualitas auditor (KA) memiliki nilai minimum sebesar 0% dan nilai maximum sebesar 100%. Nilai rata-rata variabel kualitas auditor adalah sebesar 0,4615 dengan standar deviasi sebesar 0,50504. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini rata-rata menggunakan auditor non big four sebesar 53,85%. Penggunaan KAP non big four akan mengurangi reputasi yang baik (KAP big four) memiliki kemampuan lebih untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi (De Angello dalam Siregar dan Utama, 2005).

  Ukuran perusahaan (SIZE) berkisar antara 5,04 sampai dengan 7,77 dengan rata- rata sebesar 6,2982 dan standar deviasisebesar 0,75393. Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai standar deviasi<meanukuran perusahaan. Dilihat dari range antara nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata-rata, hal ini menunjukkan perusahaan besar cenderung tidak melakukan praktik manajemen labadikarenakan nilai total aset yang dimiliki rata-rata cukup besar.

  Leverage (LEV) meniliki nilai minimum sebesar 0,16dan maksimum sebesar

  0,71.Nilai rata-rataleverageselamaperiode pengamatan sebesar 0,4518dengan standar deviasisebesar 0,14852. Nilai rata-rata leverage sebesar 0,4518 menunjukkan bahwa besarnya total hutang rata-rata adalah sebesar 45,18%. Besaran leverage pada perusahaan sampel tidak mengindikasikan pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba apabila dilihat dari range antara minimum, maksimum dan rata-rata tidak terlalu jauh.

  Manajemen laba yang dilakukan yang diukur dengan DA menunjukkan nilai rata-rata sebesar -1.6682 dengan standar deviasi sebesar 0,74410. Sedangkan nilai minimum sebesar -4,78 dan nilai maximum sebresar -0,81. Untuk melihat indikasi pihak manajemen melakukan manajemen laba antara range minimum dan maximum, jika rentang yang cukup jauh mengindikasikan tidak melakukan manajemen laba sedangkan sebaliknya apabila rentang yang semakin dekat maka mengindikasikan manajemen laba. Sedangkan untuk melihat besaran nilai manajemen laba jika nilai asymp sig kurang dari 0,05 mengindikasikan tindakan manajemen laba dan lebih dari 0,05 tidak mengindikasikan tindakan manajemen laba (Diah Fika, 2009).

  Apabila dilihat dari uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas bahwa model dalam penelitian ini telah berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis regresi berganda.

  

===TABEL 3 DISINI===

  Dari table 3 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,135 dan semakin mendekati 0 yang berarti menunjukkan lemahnya pengaruh variabel independen (kualitas auditor, ukuran perusahaan serta leverage) terhadap variabel dependen (manajemen laba). Di samping itu, nilai p value sebesar 0,044. Dari tabel terlihat bahwa

  0,044 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas auditor, ukuran perusahaan dan leverage secara simultan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

  Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba

  Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai p

  

value sebesar 0,424 atau lebih besar dari 0,05, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini ditolak.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005) yang menyatakan bahwa kualitas auditor tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.Hal ini mengindikasikan bahwa KAP baik yang big

  

four maupun non big four tidak bisa memperkecil kesempatan pihak manajemen untuk

  melakukan tindakan manajemen laba. Hasil sejalan dengan penelitian Siregar dan Utama (2005) yang mengindikasikan bahwa ukuran KAP mungkin bukan merupakan proxy kualitas audit yang tepat di Indonesia.

  Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

  Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai p

  

value sebesar 0,026 atau lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini diterima.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2009), Watts dan Zimmerman (1986) serta Warner (1977).Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang diajukan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.Hal ini mengindikasikan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan yang berskala besar lebih transparan dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil. Dengan semakin transparan dalam penyajian laporan keuangan akan memperkecil kesempatan pihak manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba.

  Leverage Terhadap Manajemen Laba

  Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai p value sebesar 0,226 atau lebih besar dari 0,05, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.

  Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Azlina (2010), Widyastuti (2009) serta Guna (2010). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang diajukan bahwa variabel leveragetidak signifikan terhadap manajemen laba. Leverage yang tinggi mengindikasikan hutang yang dimiliki cukup besar hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar dari pihak kreditur ataupun sebaliknya.

  Sebagian besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat leverage yang rendah sebesar 45,18%. Jika dilihat dari nilai rata-rata, sehingga akan mengurangi tekanan dari pihak kreditur kepada pihak manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba.

  SIMPULAN

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan nilai p-value sebesar 0,424, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba dengan nilai p-

  

value sebesar 0,026, danleverage tidak berpengaruh terhadap manajemen dengan nilai

p-value sebesar 0,226.

  KETERBATASAN

  Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1) Perusahaan yang diambil hanya perusahaan kelompok industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. 2) Periode pengamatan dalam penelitian ini sangat singkat yaitu hanya pada tahun 2010-2012. 3) Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu kualitas audit, ukuran perusahaan dan leverage. Hasilnya hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh sedangkan variabel kualitas audit dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

  REKOMENDASI

  Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya periode penelitian yang digunakan ditambah serta sampel yang digunakan dapat ditambah atau di perluas pada sector variabel lain seperti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan komisaris independen untuk menguji kembali variabel dalam penelitian selanjutnya.

  

Referensi

  Ahmad, Diah Fika Sa’adati. 2010. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO Dan

  Return Saham Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Empirs Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

  Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba : Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Pekbis Jurnal. (Volume II; 355-363). Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate

  , Independensi Auditor, Kualitas Audi dan Faktor Lainnya terhadap

  Governance Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. (Vol.12; 53-68).

  Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan : Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.

  Ikatan AkuntanIndonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

  Lasdi, Lodovicus. 2008. Perilaku Manajemen Laba Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi: Berbeda atau Sama?.Jurnal Manajemen Teori dan Terapan.(Tahun 1; 109-125).

  Meutia, Inten.2004. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. (Vol.7 ; 333-350). Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan

  Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia (Vol.6 ; 89-116). Purnomo, Budi S. dan Puji Pratiwi. 2009. Pengaruh Earning Power terhadap Praktek Manajemen Laba (Earning Management). Jurnal Media Ekonomi (Vol. 14; 1-13).

  Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen Dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba.Buletin Studi Ekonomi (Vol.

  17; 157-171). Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. (Volume 11; 97-116).

  Verawati, Diana. 2012. Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis,

  Leverage dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba : Studi pada

  Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009- 2010. Skripsi.Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

  Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba: Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. Jurnal Maksi.

  (Vol. IX; 30-41).

Dokumen yang terkait

PENDAPAT GOING CONCERN: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013)

1 1 34

Keywords: information system utilization, adaptation, infusion, performance Abstrak - 070 MEDIASI INFUSI SISTEM INFORMASI ATAS PENGARUH

1 9 22

EVALUASI EMPIRIS TRANSPARANSI DAN VISIBILITAS PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN PERBANKAN BASIS INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

0 0 28

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA PENGHENTIAN PREMATUR (PREMATUR SIGN OFF) ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TIMUR) KHOLIDIAH

0 1 45

UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI AKUNTAN PUBLIK

0 2 27

068 TINGKAT INTEGRASI SISTEM AKUNTANSI DAN DAMPAKNYA

0 0 23

PENGARUH PERUBAHAN OPINI AUDIT DAN LABA TAK TERDUGA TERHADAP WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN DALAM INDUSTRI KEUANGAN

0 0 27

OPINI GOING CONCERN, TINGKAT KETERGANTUNGAN AUDITOR PADA KLIEN DAN PERGANTIAN AUDITOR Studi Empiris pada Perusahaan Kesulitan Keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2012

0 0 35

052 MOTIVASI, INSENTIF MONETER DAN KINERJA SEBUAH EKSPERIMEN

0 0 25

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan dengan Strategi sebagai Pemoderasi FLOURIEN NURUL CHUSNAH LIES ZULFIATI DIANA SUPRIATI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia – Jakarta Abstract - 043 Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja

0 1 26