NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA HAM E

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA (HAM)

Pendidikan
Kewarganegaraan
Kelompok 3
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.

Dewi Murtasiah
Dina Yuliana
Dudi
Endang As’ad Fauzy
Fahri Ilham Derajat
Kelas Sabtu
Fakultas Ekonomi Universitas
Pamulang


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufk dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pamulang, Oktober 2014
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

I.I

Latar Belakang
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Penegakan

HAM

yang

kuat

terjadi

ketika

bangsa


ini

memperjuangkan hak asasinya, yaitu: “kemerdekaan”, yang telah
berabad-abad dirampas oleh penjajah.Para pendiri negeri ini telah
merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena
hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak
mengherankan setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para
pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam
Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya)
sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan
dicapai.
Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan
upaya pemajuan HAM, termasuk menciptakan hukum positif. Kasus
pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan
dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik.
Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas
dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari
Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik kita

seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.

Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM
dan kaitan antara HAM dan Negara Hukum.
I.II Rumusan Masalah
Berdasarkan

pemaparan

latar

belakang

di

atas,

maka


dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu Hukum Negara dan Hak Asasi Manusia (HAM) ?
2. Apa saja ciri-ciri, tujuan hokum Negara dan HAM bagi
masyarakat?
3. Pasal-pasal berapa saja HAM Dalam Undang-Undang 1945 ?
I.III Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini berdasarkan
rumusan masalah di atas adalah:
1. Untuk mengetahui

pengertian tentang Hukum Negara dan

Hak Asasi Manusia (HAM).
2. Untuk mengetahui ciri, tujuan dari Hukum Negara dan HAM
tersebut.
3. Untuk mengetahui pasal-pasal yang membahas tentang HAM
dalam UUD 1945

BAB II

PEMBAHASAN
II.I Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Negara merupakan kumpulan dari suatu masyarakat yang
sempurna. Sempurna dalam hal ini memiliki kelengkapan yang internal
dan eksternal. Internal dalam hal ini artiannya adalah adanya
penghargaan nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu.
Contoh yang dapat diberikan ialah adanya penghargaan yang mengenai
saling menghargai di antara sesama manusia. Selain itu, eksternal ialah
jika di dalam suatu keberadaan suatu masyarakat dapat memahami
dirinya sendiri bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas.
Negara dalam hal ini harus memberikan gambaran mengenai
kumpulan dari masyarakat yang sempurna. Terdapat beberapa
pendekatan yang membangun teori mengenai negara. Hal ini yang
memberikan berbagai cara dalam melakukan pendekatan. Selain itu, dari
adanya masyarakat yang sempurna maka akan terbentuklah negara
hukum. Negara hukum secara terminologis terdiri dari kata
Rechtsstaat atau Rule of Law.
Gagasan negara hukum di Indonesia telah dikemukakan oleh Dr.
Tjipto Mangoenkoesoemo dkk. Sekitar satu abad yang lalu, dalam hal ini
negara hukum memiliki pengertian mengenai adanya pemerintahan

negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur-unsur
lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
terikat oleh hukum yang berlaku. Selain itu, terdapat paparan yang
dikemukakan oleh Mustafa Kamal mengenai negara hukum yang lebih
mengenai topik akan kekuasaan, yaitu bagaimana menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban dunia.

Dalam konstitusi, yaitu UUD 1945 Indonesia sebagai negara
hukum dijelaskan dalam pasal 1 ayat 3 UUD Negara RI 1945
(amandemen ketiga) mengenai “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”. Konsep negara hukum ini mengarah pada tujuan terciptanya
kehidupan demokratis dan terlindungi hak asasi manusia, serta
kesejahteraan yang berkeadilan. Selain itu, terdapat pembuktian lain
yang membahas mengenai konsep negara hukum, yaitu terdapat dalam
Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alinea IV, yaitu negara bertugas dan
bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia
tetapi juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Terdapat bukti lain

yang menguatkan mengenai keberadaan negara hukum di Indonesia
dalam arti material, yaitu negara turut aktif dan bertanggungjawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

II.I Ciri, Makna dan Tujuan Pokok Negara Hukum dan HAM
II.I.I Ciri, Makna dan Tujuan Negara Hukum
Terdapat ciri negara hukum, yaitu hak asasi manusia terjamin
oleh undang-undang, supremasi hukum, pembagian kekuasaan
(Trias Politika), kesamaan kedudukan di depan hukum, peradilan
administrasi dalam perselisihan, kebebasan (dalam menyatakan
pendapat, bersikap, dan berorganisasi), pemilihan umum yang
bebas, dan badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. Di
Indonesia menjadi negara hukum memiliki makna tersendiri, yaitu
negara hukum dinamis atau negara kesejahteraan (welfare state),
yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk
menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan
komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Makna negara hukum di Indonesia memiliki esensi yang
mempengaruhi bagi hukum nasional Indonesia yang harus tampil
akomodatif, adaptif, dan progresif. Dalam hal ini akomodatif

memiliki arti mampu
menyerap, menampung keinginan
masyarakat yang dinamis. Makna adaptif memilii arti mampu
menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak
pernah usang. Sedangkan, makna progresif memiliki arti selalu
berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Dengan adanya
hukum ini dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi
seluruh rakyat yang tergabung di dalamnya.
Tujuan pokok negara hukum adalah melindungi hak asasi
manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga negara yang
demokratis. Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat
bagi
terselenggaranya
hak
asasi
manusia
(Modul
Kewarganegaraan 2012, 113).Terdapat dasar flosof bagi
perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia adalah bahwa
hak manusia hak dasar kodrati setiap orang yang keberadaannya


sejak berada dalam kandungan dan sebagai pemberian Tuhan. Hal
ini menjadi pemandu bagi negara untuk melindungi warga
negaranya. Selain itu, perlindungan manusia mengenai hak asasi
manusia di Indonesia secara yuridis didasarkan pada UUD 1945.

II.I.I Ciri dan Tujuan Hak Asasi Manusia (HAM)
Ciri pokok dari hakikat HAM adalah :
 HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM
adalah bagian dari manusia secara otomatis.
 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik ataupun asalusul social dan bangsa.
 HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak
untuk membatasi hak orang lain.
Adapun Tujuan HAM diantaranya
Sementara
tujuan
HAM itu sendiri adalah memanfaatkan
pengetahuan tentang factor social dan psikologi dalam penyesuaian
diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan

konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan
antara indiividu
yang
satu
dengan
yang
lain,
memperoleh
pengetahuan dan informasi baru, menumbuhkan sikap kerjasama,
menghilangkan
sikap
egois/paling benar, menghindari dari sikap
stagnan karena “ manusia adalah makhluk homo socius” mengubah
sikap dan perilaku diri sendiri dan orang laen, serta memberikan
bantuan kepada sesama.

II.I Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945
Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas diatur dalam UUD 1945 yang
diamandemen. Tapi, bukan berarti sebelum itu UUD 1945 tidak memuat masalah HAM.
Hak asasi yang diatur saat itu antara lain hak tentang merdeka disebut pada bagian
pembukaan, alinea kesatu. Kemudian, hak berserikat diatur dalam pasal 28, hak
memeluk agama pada pasal 29, hak membela negara pada pasal 30, dan hak mendapat
pendidikan, terdapat pada pasal 31.
Dalam UUD 1945 yang diamandemen, HAM secara khusus diatur dalam Bab XA, mulai
pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
Pasal 28 A : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B : (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C : (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Pasal 28 D :

Pasal 28 E :

Pasal 28F:

Pasal 28G

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga
negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta hendak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuruninya. (3) Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. **)
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan
yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari negara lain. **)

Pasal 28H (1)Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, berte
mpat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. **)
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan
khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai
persamaan dan keadilan. **)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang be
rmartabat. **)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan
hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapa pun. **)
Pasal 28I (1)
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan p
ikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah

Pasal 28J

hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun. **)
(2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan
yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. **)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. **)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah. **)
(5)
Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai
dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundanganundangan. **)
(1)
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. **)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilainilai
agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis. **)

BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif
dengan tegaknya negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS
HAM dan Pengadilan HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya
UU No. 39 Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta dipilihnya para
hakim ad hoc, akan lebih menyegarkan iklim penegakkan hukum yang
sehat. Artinya kebenaran hukum dan keadilan harus dapat dinikmati oleh
setiap warganegara secara egaliter. Disadari atau tidak, dengan
adanyapolitical will dari pemerintah terhadap penegakkan HAM, hal itu
akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses
demokratisasi yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa
kebutuhan terhadap tegaknya HAM dan keadilan itu memang
memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik. Begitu pula
keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh
masyarakat merupakan faktor penentu (determinant) yang mendukung
tegaknya HAM.

III.I Saran
Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik
telapak tangan. Buktinya di bangsa yang berumur 69 tahun ini belum bisa
sepenuhnya menancapkannya. Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan
Negara-negara barat, namun waktu seperti itu bukanlah sempit bagi pemerintah
kita untuk mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada kenyataannya.
Bangsa
Indonesia
belum
menjamin
HAM
warganya.
Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan HAM
di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah namun,partisipasi
dan kerja sama warga nemasih sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara
Indonesia yang semoga baik-baik saja. Kemudian secara sinergi merongrong
Negara Indonesia yang adil.
Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya
membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM
di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata ulang agar terbentuk good
goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat mengganggu
terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.