STERILISASI INISIASI DAN AKLIMATISASI TA
MAKALAH
“STERILISASI, INISIASI DAN AKLIMATISASI TANAMAN
PISANG (Musa paradisiaca L.)”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum matakuliah Kultur Jaringan yang diampu oleh
dosen praktikum Syantiara Jasmine, SP.
Disusun oleh
Kelompok 3 :
Hana Fitriani
1157060032
Khairul Razaq
1157060044
Mia Aprilia
1157060049
Ririn Suryani
1157060069
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018 M/1439 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dzat yang menegakkan langit,
membentangkan bumi dan mengurusi seluruh makhluk. Tak lupa shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk yakni
Nabi Muhammad Sallahu’alaihimwasallam. Rahmat dan keselamatan Allah semoga
selalu dilimpahkan kepada seluruh Nabi dan Rasul, kepada keluarga, sahabat, dan
para shalihin. Sehingga kami sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Prakikum
Kultur Jaringan, yang membahas tentang “STERILISASI, INISIASI DAN
AKLIMATISASI TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.)”. Kami selaku
penulis menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna. Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi siapa saja yang
membaca dan memanfaatkannya.
Bandung, 04 Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Sterilisasi..............................................................................................................3
2.2 Inisiasi Tanaman Pisang......................................................................................5
2.3 Aklimatisasi..........................................................................................................7
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pisang tersebar luas di seluruh Indonesia. Umumnya pusat
pengembangan budidaya pisang tersebar di daerah Palembang, Banyuwangi, dan
beberapa daerah di Jawa Barat. Setiap kultivar pisang memiliki respons yang
berbeda dengan kultivar lainnya sehingga untuk menentukan metode kultur yang
tepat masih merupakan tantangan yang besar. Multiplikasi tanaman dengan kultur
in vitro menghasilkan tanaman yang seragam, dapat memproduksi banyak bibit,
menghasilkan tanaman bebas virus karena kondisi kultur aseptik, dan dapat
diperbanyak dalam waktu yang relatif singkat Teknik kultur in vitro memerlukan
bahan eksplan. Bahan eksplan dapat berupa bagian-bagian tanaman karena
tanaman memiliki sifat totipoten. Totipotensi merupakan kemampuan sel
tumbuhan bukan embrionik yang berdiferensiasi menjadi sel embrionik,
kemudian berkembang menjadi tumbuhan baru yang lengkap. Bahan eksplan
yang paling baik digunakan adalah yang memiliki sifat meristematik. Bahan
tanaman pisang yang dijadikan eksplan dapat berupa jantung pisang, meristem
tunas, dan kuncup kuncup samping yang berada di bonggol pisang. Maka dari itu
perbanyakan pisang dengan kultur in vitro, memerlukan beberapa tahapan yang
perlu diperhatikan diantaranya tahap sterilisasi, inisiasi dan aklimatisasi.
Klasifikasi Tanaman Pisang :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Liliopsida
Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Family
: Musaceae
Genus
: Musa
Species
: Musa paradisiaca
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode sterilisasi eksplan tanaman pisang ?
2. Bagaimana metode inisisasi eksplan tanaman pisang ?
1
2
3. Bagaimana metode aklimatisasi planlet tanaman pisang ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode sterilisasi eksplan tanaman pisang.
2. Untuk mengetahui metode inisisasi eksplan tanaman pisang.
3. Untuk mengetahui metode aklimatisasi planlet tanaman pisang.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sterilisasi
Sterilisasi eksplan merupakan tahap terpenting dalam kultur
jaringan tanaman. Tanaman yang akan dijadikan eksplan harus
dalam keadaan steril, dan setiap tanaman mempunyai respons
spesifik terhadap metode-metode sterilisasi. Sterilisasi eksplan
bertujuan menghilangkan kontaminasi bakteri dan cendawan yang
berada di permukaan. Sumber kontaminan berupa mikroorganisme
pada eksplan umumnya berasal dari media tanam yang digunakan
akibat
proses
sterilisasi
tidak
sempurna,
lingkungan
kerja
(laboratorium) yang kurang steril, proses penanaman eksplan yang
kurang aseptik, serta kontaminan yang berasal dari dalam jaringan
tanaman itu sendiri dan yang berasal dari permukaan eksplan.
Dosis sterilan dan waktu perendaman eksplan bergantung pada dua
hal, yaitu ukuran eksplan dan jenis tanaman. Semakin besar ukuran
eksplan, maka akan semakin besar peluang terkontaminasi baik
secara internal maupun eksternal, tetapi kemungkinan keberhasilan
proliferasi semakin besar. Sebaliknya jika eksplan berukuran kecil
maka peluang terkontaminasi semakin rendah dan peluang untuk
hidup akan semakin rendah (George dan Sherrington 1984).
a. Menyiapkan Eksplan
Eksplan adalah organ penting atau sepotong jaringan dari
tanaman yang digunakan dalam kultur jaringan. Eksplan
yang baik adalah bagian jaringan yang belum banyak
mengalami perubahan bentuk dan kekhusuan fungsi, atau
dipilih bagian-bagian yang bersifat meristematik. Tanaman
3
4
yang akan di jadikan eksplan sebaiknya diisolasi terlebih
dahulu didalam green house dengan perawatan khusus
yaitu :
-
Melakukan pengendalian hama secara intensif.
-
Perlakuan dengan temperatur tertentu.
-
Perlakuan dengan pemupukan dan memberikan zpt.
Eksplan adalah bagian dari suatu organisme tanaman
yang digunakan dalam kultur jaringan. Biasanya eksplan
berasal dari organ yang masih utuh. Eksplan yang akan
ditanam
hendaknya
disemprot
dengan
menggunakan
fungisida atau insektisida terlebih dahulu agar tanaman induk
bebas dari hama dan penyakit. Bahan eksplan yang steril
didapatkan
dengan
cara
melakukan
sterilisasi
melalui
berbagai tahap perendaman dalam bahan sterilan misalnya:
Bayclin, larutan bakterisida, larutan fungisida, dan antibiotik.
Bahan sterilan bersifat racun bagi jaringan tanaman, oleh
karena itu diperlukan pembilasan dengan akuades steril
untuk menghilangkan sisa-sisa racun yang menempel di
permukaan eksplan. Sterilisasi bahan eksplan bertujuan
menghilangkan kontaminasi berupa bakteri dan cendawan
yang berada di permukaan eksplan. Bahan eksplan beserta
kontaminannya
merupakan
makhluk
hidup.
Kontaminan
harus dimatikan agar tidak tumbuh dalam media.
b. Bahan bahan yang diperlukan untuk sterilisasi eksplan pisang
Bahan sterilisasi eksplan yang digunakan berupa larutan
fungisida (Dithane M-45), larutan bakterisida (Agrept), alkohol
5
70%, larutan Bayclin 5%, 15%, 20%, dan 30% serta akuades
steril sebagai bahan pembilas.
c. Metode Sterilisasi
Pada penelitian Khaerunnisa Eva (2014) dilakukan 2 metode
sterilisasi mata tunas apikal pada bonggol pisang kepok
merah yaitu :
Metode 1
Bahan eksplan berupa mata tunas apikal dari bonggol pisang dipotong
sebesar 1 x 5 cm. Bahan tersebut dicuci dengan air mengalir, kemudian
dimasukkan ke dalam botol yang berisi campuran 100 mL akuades steril dan
3 tetes Tween 80 selama 1 jam. Setelah itu, eksplan direndam dalam larutan
fungisida (Dithane M-45) 0.2 mg/100 mL selama 1 jam, kemudian direndam
dalam larutan bakterisida (Agrept) 0.2 mg/mL selama 1 jam. Selanjutnya
eksplan direndam dalam larutan alkohol 70% selama 1 menit di dalam
LAFC, dilanjutkan perendaman dalam larutan Bayclin 30% selama 30 menit
dan Bayclin 20% selama 20 menit. Masing-masing tahap di luar dan di dalam
LAFC dibilas 3 kali dengan akuades steril. Bahan eksplan dikupas sampai
tampak jaringan berwarna putih dan dibelah menjadi dua bagian, kemudian
ditanam dengan posisi bagian yang terluka menghadap media.
Metode 2
Bahan eksplan direndam di dalam larutan deterjen selama 1
jam dan dibilas dengan air mengalir selama 10-15 menit.
Selanjutnya
eksplan
disterilisasi
secara
berurutan
menggunakan alkohol 70% selama 2 menit, Bayclin 15%
selama 15 menit, dan Bayclin 5% selama 5 menit sambil
dikocok, kemudian dibilas menggunakan akuades steril.
Eksplan yang telah disterilisasi lalu dikupas dan dibelah
menjadi dua bagian seperti pada metode sterilisasi 1. Semua
tahap tersebut dilakukan di dalam LAFC.
6
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan dosis dan
waktu perendaman eksplan, metode sterilisasi 1 lebih baik
karena menghasilkan kontaminasi yang rendah (8.33%), jika
dibandingkan dengan metode sterilisasi 2 yang menghasilkan
kontaminasi tinggi (41.67%).
2.2 Inisiasi Tanaman Pisang
Inisiasi adalah tahap pengambilan eksplan dari tanaman
induk yang akan diperbanyak secara kultur jaringan. Sebelum
melakukan inisiasi sebaiknya terlebih dahulu melakukan sterilisasi.
Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah
jaringan muda yang sedang tumbuh aktif karena jaringan tanaman
yang masih muda mempunyai daya regenerasi yang tinggi, selselnya masih aktif membelah diri, dan relatif bersih (mengandung
lebih sedikit kontaminan). Pemilihan eksplan didasarkan oleh
beberapa faktor, yaitu organ yang digunakan, waktu pengambilan
eksplan, ukuran eksplan, kualitas tanaman asal eksplan, dan, serta
kualitas fisiologi tanaman sumber eksplan. Sumber eksplan sebagai
bahan tanam harus jelas jenis dan varietasnya, serta harus sehat
dan bebas dari hama penyakit. Potongan daun, potongan akar,
hipokotil, potongan batang berbuku, meristem, dan lain-lain dapat
digunakan sebagai sumber eksplan. Eksplan untuk inisiasi kultur
pisang eksplan yang digunakan berupa mata tunas aktif dan mata
tunas yang berada pada bonggol. Pada hasil penelitian Ernawati
Andri
(2005)
inisiasi
yang
bersumber
dari
eksplan
jantung
menghasilkan jumlah tunas lebih banyak daripada eksplan anakan.
Hal ini dikarenakan eksplan pisang yang berasal dari anakan sangat
sulit untuk disterilkan karena kontaminasi bakteri internal dari
dalam tanah, sehingga memerlukan jumlah eksplan yang sangat
banyak, selain biaya untuk media dan tenaga kerja yang juga
7
sangat banyak. Sedangkan, eksplan pisang yang berasal dari
jantung relatif mudah disterilkan karena tidak terkena kontaminasi
dari tanah sehingga jumlah yang diperlukan lebih sedikit dan lebih
efisien dari segi biaya. Selain itu, sumber asal eksplan dari anakan
adalah berupa mata tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman
sempurna dalam waktu singkat, sehingga kecepatan multiplikasinya
rendah karena cenderung tumbuh membesar dan memanjang.
Sumber eksplan jantung, meristemnya tidak tumbuh menjadi
tanaman baru, karena itu meristemnya relatif lebih mudah diinduksi
untuk memperbanyak diri atau bermultiplikasi sehingga menjadi
banyak sekali dibandingkan dengan anakan.
Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah
terjadinya pencoklatan atau penghitaman bagian eksplan. Pada
waktu jaringan terkena sters mekanik, seperti perlukaan pada
waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk atau proses
sterilisasi eksplan, metabolisme senyawa berfenol ini sering bersifat
toksik,
menghambat
pertumbuhan,
atau
bahkan
mematikan
jaringan eksplan. Untuk mengatasi pencoklatan di bagian eksplan,
pengondisian tanaman induk di lingkungan yang bersih (sehat)
pada
tahap
ini
sangat
membantu.
Untuk
mengatasi
atau
mengurangi pencoklatan atau penghitaman jaringan pada eksplan
yang ditanam, George dan Sherrington (1984) menyarankan
beberapa tindakan yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a. mengurangi dan menyerap senyawa fenol yang dihasilkan
dengan perlakuan arang aktif atau PVP(polyvinylpyrrolidone)
b. memodifikasi
potensial
redoks
dengan
merendam
atau
menambahkan antioksidan atau agen pereduksi ke dalam
media. zat yang bisa digunakan di antaranya campuran
antara asam sitrat dan asam askorbat.
8
c. Menghambat aktivitas enzim fenolase dengan agen pengelat
sepeeti EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid), DIECA
(sodium diethyl dithiocarbamate), 8-HQ (8- hydroxyquinoline)
dan phenylthiourea.
d. Mengurangi aktivitas fenolase dan ketersediaan substratnya
dengan cara perlakuan pH rendah dan inkubasi pada ruang
gelap
e. menggunakan media tanpa Cu2+ dan Fe3+ pada tahap awal
pengulturan eksplan, karena kedua ion ini berperan awal
dalam oksidasi fenol. Jika pencoklatan sudah teratasi, eksplan
dapat dipindahkan ke media normal yang dilengkapi dengan
kedua ion tadi.
2.3 Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah pemindahan planlet atau tunas mikro dari
dalam botol ke lingkungan luar atau rumah kaca. Tahap ini
merupakan tahap kritis karena kondisi iklim dan hara tunas mikro
lingkungan luar berbeda dengan kondisi di dalam botol. Planlet
harus menyesuaikan diri dari kondisi heterotrop menjadi autotrop.
Keadaan lingkungan aklimatisasi yang harus dihadapi planlet adalah
kelembaban yang berkurang, temperatur yang tinggi, intensitas
cahaya yang lebih tinggi, perlu mengadakan proses fotosintesis,
suplai hara yang berkurang dan adanya serangan hama dan
penyakit. Temperatur aklimatisasi sebaiknya antara 25 – 280 C.
Temperatur 300C atau lebih dapat menyebabkan kematian planlet.
Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan penyiraman air
secara berkala di atas sungkup plastik sedangkan untuk intensitas
cahaya yang diperlukan sekitar 40 – 50%. Mencapai kondisi
kelembapan, suhu dan cahaya tersebut dapat dilakukan dengan
9
beberapa cara. Cara paling sederhana adalah menggunakan pot
atau polybag kecil yang masing – masing ditutup dengan botol
kultur atau plastik. Cara lain, planlet ditanam dalam bak-bak plastik
berisi media tumbuh, lalu disungkup plastik transparan atau
dikondisikan dalam suatu mish-bench yaitu meja dengan bagian
kondisi tertutup yang secara berkala disemprot air dengan butiran
yang kecil. Kelembapan sedikit demi sedikit dikurangi dengan cara
membuka plastik penutup secara bertahap. Selama aklimatisasi,
kondisi planlet harus selalu diperhatikan. Jika planlet mulai layu, bak
atau pot harus disungkup lagi.
Terdapat
beberapa
macam
media
yang
digunakan
dalam
aklimatisasi planlet pisang diantaranya :
a. Campuran topsoil + pasir + kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik.
Dekomposisi bahan organik akan menghasilkan humus yang
warnanya coklat tua sampai hitam yang mempunyai sifat
dapat mengikat air empat sampai enam kali beratnya sendiri
sehingga dapat mempertinggi kemampuan tanah memegang
air. Terikatnya air oleh humus berarti mengurangi air perkolasi
sehingga pencucian unsur hara oleh air dapat berkurang.
Selain itu koloid yang bermuatan negatif dapat mengabsorbsi
kation sehingga dapat menekan pencucian unsur hara dalam
tanah. Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap
sifat kimia tanah adalah kandungan humusnya, humus akan
menjadi asam humat yang dapat melarutkan zat besi (Fe) dan
10
aluminium (Al), senyawa fosfat akan lepas dan menjadi
tersedia yang dapat diserap tanaman. Maka dari itu kompos
merupakan salah satu bahan yang dapat dicampurkan
kedalam media untuk aklimatisasi planlet pisang. Kompos
yang digunakan adalah kompos yang berasal dari seresah
daun. Kemudian campurkan tanah, pasir dan kompos dengan
perbandingan 1 : 1 : 1 . Sebelum digunakan media tanam
terlebih dahulu disteril dengan menggunakan autoklaf selama
15 menit dalam temperature 1210 C. Kemudian di masukkan
ke dalam pot kecil / gelas air mineral bekas yang sudah
disediakan. Pada penelitian Enjelina Ewis (2013) campuran
topsoil+pasir+kompos
memberikan
pertambahan
tinggi
tanaman terbaik dan jumlah daun terbanyak dibandingkan
media
dengan
campuran
bahan
topsoil+pasir+pupuk
kandang.
b. Campuran kompos+tanah (3:1)
c. Arang sekam + pasir + kompos
Sekam adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah
digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam
bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan
sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai
media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan
struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media
tanam menjadi lebih baik. Pasir sering digunakan sebagai
media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah.
Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan
sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Pasir sifatnya
11
yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan
ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya batang. Selain itu, keunggulan
media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan
dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media
tanam. Pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering
oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi pasir sangat
kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Dengan demikian
media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan
yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir
jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal. Pada
hasil penelitian Ismaryati (2010), keberhasilan aklimatisasi
planlet pisang Tanduk dan pisang Ambon Kuning pada media
tanam campuran arang sekam, pasir malang dan kompos
umur 4 minggu dan 12 minggu setelah ditanam dengan
menggunakan media tanah (top soil) yang dicampur dengan
media bahan organik juga sangat tinggi yaitu 100 %.
Tahapan tahapan dalam aklimatisasi planlet :
1. Persiapakan
media
yang
akan
digunakan
dengan
mempertimbangkan kandungan nutrisi, porositas media,
dan hal lainnya. Sebelumnya lakukan sterilisasi media
aklimatisai dalam autoklaf dengan temperature 121 0C.
Media tanam yang berasal dari kompos ini terlebih dahulu
disterilisasi untuk menghilangkan infeksi bakteri atau
jamur
Menurut
Boxus
(1987)
dalam
George
(1996),mengatakan bahwa pada campuran media tanam
12
yang digunakan harus steril karena infeksi jamur sering
ditemukan tumbuh diatas permukaan media tanam.
2. Planlet kultur jaringan pisang dikeluarkan dari dalam botol
secara hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan
bagian tanaman terutama akar, dengan menggunakan
pinset panjang. Agar-agar yang menempel pada bagian
akar dibersihkan dengan air mengalir.
3. Biasanya planlet direndam terlebih dahulu pada sebuah
larutan, misalnya dengan dithane M-45 konsentrasi 5 g/l
selama 20 menit. Selanjutnya dikeringanginkan di atas
selembar koran.
4. Tanam
planlet
dalam
media
tanam
yang
telah
dipersiapkan. Satu pot berisi satu tanaman. Kemudian
disungkup dengan menggunakan plastik transparan dan
diikat dengan tali rapia.
5. BAB 3 PENUTUP
6.
7.
8. 3.1 Kesimpulan
9.
Metode kultur
jaringan
dari
tanaman pisang
dilakukan setiap kultivar pisang memiliki respons yang berbeda dengan
kultivar lainnya sehingga untuk menentukan metode kultur yang tepat masih
merupakan tantangan yang besar. Hasil penelitian menunjukkan
berdasarkan dosis dan waktu perendaman eksplan, metode
sterilisasi 1 lebih baik. Pemilihan eksplan didasarkan oleh
beberapa
faktor,
yaitu
organ
yang
digunakan,
waktu
pengambilan eksplan, ukuran eksplan, kualitas tanaman asal
eksplan, dan, serta kualitas fisiologi tanaman sumber eksplan.
Ada 3 macam media yang digunakan dalam aklimatisasi
planlet pisang dan ada 4 tahap dalam aklimatisasi planlet
pisang.
13
10.
11.
12. DAFTAR PUSTAKA
13.
14.
15.
Ernawati Andri.2005. Perbanyakan Tunas Mikro Pisang
Rajabul (Musa AAB Group)
16.
dengan Eksplan Anakan dan Jantung. Staf Pengajar
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas
17.
18.
Pertanian IPB. Bul. Agron. (33) (2) 31 – 38
Ewis.2013.
Aklimatisasi
Planlet
Pisang
(Musa
Paradisiaca L.)Dengan Media Tanam
19.
Yang Sesuai.Karya Ilmiah. Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan jurusan Manajemen Pertanian politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
20.
George, F. P. dan Sherrington P. D. 1984.
Plant
Propagation by Tissue Culture.
21.
Eversley: Hand Book and Directory of Commercial
Laboratories Exigetic Limited.
22.
Ismaryati, T. 2010. Studi Multiplikasi Tunas, Pengakaran
dan Aklimatisasi pada
23.
Perbanyakan in vitro Tanaman Pisang Raja Bulu, Tanduk,
dan Ambon Kuning. Tesis Pascasarjana.
24.
25.
Magister Agronomi. Universitas Lampung.
Khaerunnisa Eva.2014. Multiplikasi In Vitro Tanaman
Pisang Kepok Merah (Musa
14
15
26.
Paradisiaca Cv. Kepok Merah). Departemen Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
27.
“STERILISASI, INISIASI DAN AKLIMATISASI TANAMAN
PISANG (Musa paradisiaca L.)”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum matakuliah Kultur Jaringan yang diampu oleh
dosen praktikum Syantiara Jasmine, SP.
Disusun oleh
Kelompok 3 :
Hana Fitriani
1157060032
Khairul Razaq
1157060044
Mia Aprilia
1157060049
Ririn Suryani
1157060069
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018 M/1439 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dzat yang menegakkan langit,
membentangkan bumi dan mengurusi seluruh makhluk. Tak lupa shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk yakni
Nabi Muhammad Sallahu’alaihimwasallam. Rahmat dan keselamatan Allah semoga
selalu dilimpahkan kepada seluruh Nabi dan Rasul, kepada keluarga, sahabat, dan
para shalihin. Sehingga kami sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Prakikum
Kultur Jaringan, yang membahas tentang “STERILISASI, INISIASI DAN
AKLIMATISASI TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.)”. Kami selaku
penulis menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna. Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi siapa saja yang
membaca dan memanfaatkannya.
Bandung, 04 Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Sterilisasi..............................................................................................................3
2.2 Inisiasi Tanaman Pisang......................................................................................5
2.3 Aklimatisasi..........................................................................................................7
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pisang tersebar luas di seluruh Indonesia. Umumnya pusat
pengembangan budidaya pisang tersebar di daerah Palembang, Banyuwangi, dan
beberapa daerah di Jawa Barat. Setiap kultivar pisang memiliki respons yang
berbeda dengan kultivar lainnya sehingga untuk menentukan metode kultur yang
tepat masih merupakan tantangan yang besar. Multiplikasi tanaman dengan kultur
in vitro menghasilkan tanaman yang seragam, dapat memproduksi banyak bibit,
menghasilkan tanaman bebas virus karena kondisi kultur aseptik, dan dapat
diperbanyak dalam waktu yang relatif singkat Teknik kultur in vitro memerlukan
bahan eksplan. Bahan eksplan dapat berupa bagian-bagian tanaman karena
tanaman memiliki sifat totipoten. Totipotensi merupakan kemampuan sel
tumbuhan bukan embrionik yang berdiferensiasi menjadi sel embrionik,
kemudian berkembang menjadi tumbuhan baru yang lengkap. Bahan eksplan
yang paling baik digunakan adalah yang memiliki sifat meristematik. Bahan
tanaman pisang yang dijadikan eksplan dapat berupa jantung pisang, meristem
tunas, dan kuncup kuncup samping yang berada di bonggol pisang. Maka dari itu
perbanyakan pisang dengan kultur in vitro, memerlukan beberapa tahapan yang
perlu diperhatikan diantaranya tahap sterilisasi, inisiasi dan aklimatisasi.
Klasifikasi Tanaman Pisang :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Liliopsida
Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Family
: Musaceae
Genus
: Musa
Species
: Musa paradisiaca
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode sterilisasi eksplan tanaman pisang ?
2. Bagaimana metode inisisasi eksplan tanaman pisang ?
1
2
3. Bagaimana metode aklimatisasi planlet tanaman pisang ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode sterilisasi eksplan tanaman pisang.
2. Untuk mengetahui metode inisisasi eksplan tanaman pisang.
3. Untuk mengetahui metode aklimatisasi planlet tanaman pisang.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sterilisasi
Sterilisasi eksplan merupakan tahap terpenting dalam kultur
jaringan tanaman. Tanaman yang akan dijadikan eksplan harus
dalam keadaan steril, dan setiap tanaman mempunyai respons
spesifik terhadap metode-metode sterilisasi. Sterilisasi eksplan
bertujuan menghilangkan kontaminasi bakteri dan cendawan yang
berada di permukaan. Sumber kontaminan berupa mikroorganisme
pada eksplan umumnya berasal dari media tanam yang digunakan
akibat
proses
sterilisasi
tidak
sempurna,
lingkungan
kerja
(laboratorium) yang kurang steril, proses penanaman eksplan yang
kurang aseptik, serta kontaminan yang berasal dari dalam jaringan
tanaman itu sendiri dan yang berasal dari permukaan eksplan.
Dosis sterilan dan waktu perendaman eksplan bergantung pada dua
hal, yaitu ukuran eksplan dan jenis tanaman. Semakin besar ukuran
eksplan, maka akan semakin besar peluang terkontaminasi baik
secara internal maupun eksternal, tetapi kemungkinan keberhasilan
proliferasi semakin besar. Sebaliknya jika eksplan berukuran kecil
maka peluang terkontaminasi semakin rendah dan peluang untuk
hidup akan semakin rendah (George dan Sherrington 1984).
a. Menyiapkan Eksplan
Eksplan adalah organ penting atau sepotong jaringan dari
tanaman yang digunakan dalam kultur jaringan. Eksplan
yang baik adalah bagian jaringan yang belum banyak
mengalami perubahan bentuk dan kekhusuan fungsi, atau
dipilih bagian-bagian yang bersifat meristematik. Tanaman
3
4
yang akan di jadikan eksplan sebaiknya diisolasi terlebih
dahulu didalam green house dengan perawatan khusus
yaitu :
-
Melakukan pengendalian hama secara intensif.
-
Perlakuan dengan temperatur tertentu.
-
Perlakuan dengan pemupukan dan memberikan zpt.
Eksplan adalah bagian dari suatu organisme tanaman
yang digunakan dalam kultur jaringan. Biasanya eksplan
berasal dari organ yang masih utuh. Eksplan yang akan
ditanam
hendaknya
disemprot
dengan
menggunakan
fungisida atau insektisida terlebih dahulu agar tanaman induk
bebas dari hama dan penyakit. Bahan eksplan yang steril
didapatkan
dengan
cara
melakukan
sterilisasi
melalui
berbagai tahap perendaman dalam bahan sterilan misalnya:
Bayclin, larutan bakterisida, larutan fungisida, dan antibiotik.
Bahan sterilan bersifat racun bagi jaringan tanaman, oleh
karena itu diperlukan pembilasan dengan akuades steril
untuk menghilangkan sisa-sisa racun yang menempel di
permukaan eksplan. Sterilisasi bahan eksplan bertujuan
menghilangkan kontaminasi berupa bakteri dan cendawan
yang berada di permukaan eksplan. Bahan eksplan beserta
kontaminannya
merupakan
makhluk
hidup.
Kontaminan
harus dimatikan agar tidak tumbuh dalam media.
b. Bahan bahan yang diperlukan untuk sterilisasi eksplan pisang
Bahan sterilisasi eksplan yang digunakan berupa larutan
fungisida (Dithane M-45), larutan bakterisida (Agrept), alkohol
5
70%, larutan Bayclin 5%, 15%, 20%, dan 30% serta akuades
steril sebagai bahan pembilas.
c. Metode Sterilisasi
Pada penelitian Khaerunnisa Eva (2014) dilakukan 2 metode
sterilisasi mata tunas apikal pada bonggol pisang kepok
merah yaitu :
Metode 1
Bahan eksplan berupa mata tunas apikal dari bonggol pisang dipotong
sebesar 1 x 5 cm. Bahan tersebut dicuci dengan air mengalir, kemudian
dimasukkan ke dalam botol yang berisi campuran 100 mL akuades steril dan
3 tetes Tween 80 selama 1 jam. Setelah itu, eksplan direndam dalam larutan
fungisida (Dithane M-45) 0.2 mg/100 mL selama 1 jam, kemudian direndam
dalam larutan bakterisida (Agrept) 0.2 mg/mL selama 1 jam. Selanjutnya
eksplan direndam dalam larutan alkohol 70% selama 1 menit di dalam
LAFC, dilanjutkan perendaman dalam larutan Bayclin 30% selama 30 menit
dan Bayclin 20% selama 20 menit. Masing-masing tahap di luar dan di dalam
LAFC dibilas 3 kali dengan akuades steril. Bahan eksplan dikupas sampai
tampak jaringan berwarna putih dan dibelah menjadi dua bagian, kemudian
ditanam dengan posisi bagian yang terluka menghadap media.
Metode 2
Bahan eksplan direndam di dalam larutan deterjen selama 1
jam dan dibilas dengan air mengalir selama 10-15 menit.
Selanjutnya
eksplan
disterilisasi
secara
berurutan
menggunakan alkohol 70% selama 2 menit, Bayclin 15%
selama 15 menit, dan Bayclin 5% selama 5 menit sambil
dikocok, kemudian dibilas menggunakan akuades steril.
Eksplan yang telah disterilisasi lalu dikupas dan dibelah
menjadi dua bagian seperti pada metode sterilisasi 1. Semua
tahap tersebut dilakukan di dalam LAFC.
6
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan dosis dan
waktu perendaman eksplan, metode sterilisasi 1 lebih baik
karena menghasilkan kontaminasi yang rendah (8.33%), jika
dibandingkan dengan metode sterilisasi 2 yang menghasilkan
kontaminasi tinggi (41.67%).
2.2 Inisiasi Tanaman Pisang
Inisiasi adalah tahap pengambilan eksplan dari tanaman
induk yang akan diperbanyak secara kultur jaringan. Sebelum
melakukan inisiasi sebaiknya terlebih dahulu melakukan sterilisasi.
Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah
jaringan muda yang sedang tumbuh aktif karena jaringan tanaman
yang masih muda mempunyai daya regenerasi yang tinggi, selselnya masih aktif membelah diri, dan relatif bersih (mengandung
lebih sedikit kontaminan). Pemilihan eksplan didasarkan oleh
beberapa faktor, yaitu organ yang digunakan, waktu pengambilan
eksplan, ukuran eksplan, kualitas tanaman asal eksplan, dan, serta
kualitas fisiologi tanaman sumber eksplan. Sumber eksplan sebagai
bahan tanam harus jelas jenis dan varietasnya, serta harus sehat
dan bebas dari hama penyakit. Potongan daun, potongan akar,
hipokotil, potongan batang berbuku, meristem, dan lain-lain dapat
digunakan sebagai sumber eksplan. Eksplan untuk inisiasi kultur
pisang eksplan yang digunakan berupa mata tunas aktif dan mata
tunas yang berada pada bonggol. Pada hasil penelitian Ernawati
Andri
(2005)
inisiasi
yang
bersumber
dari
eksplan
jantung
menghasilkan jumlah tunas lebih banyak daripada eksplan anakan.
Hal ini dikarenakan eksplan pisang yang berasal dari anakan sangat
sulit untuk disterilkan karena kontaminasi bakteri internal dari
dalam tanah, sehingga memerlukan jumlah eksplan yang sangat
banyak, selain biaya untuk media dan tenaga kerja yang juga
7
sangat banyak. Sedangkan, eksplan pisang yang berasal dari
jantung relatif mudah disterilkan karena tidak terkena kontaminasi
dari tanah sehingga jumlah yang diperlukan lebih sedikit dan lebih
efisien dari segi biaya. Selain itu, sumber asal eksplan dari anakan
adalah berupa mata tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman
sempurna dalam waktu singkat, sehingga kecepatan multiplikasinya
rendah karena cenderung tumbuh membesar dan memanjang.
Sumber eksplan jantung, meristemnya tidak tumbuh menjadi
tanaman baru, karena itu meristemnya relatif lebih mudah diinduksi
untuk memperbanyak diri atau bermultiplikasi sehingga menjadi
banyak sekali dibandingkan dengan anakan.
Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah
terjadinya pencoklatan atau penghitaman bagian eksplan. Pada
waktu jaringan terkena sters mekanik, seperti perlukaan pada
waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk atau proses
sterilisasi eksplan, metabolisme senyawa berfenol ini sering bersifat
toksik,
menghambat
pertumbuhan,
atau
bahkan
mematikan
jaringan eksplan. Untuk mengatasi pencoklatan di bagian eksplan,
pengondisian tanaman induk di lingkungan yang bersih (sehat)
pada
tahap
ini
sangat
membantu.
Untuk
mengatasi
atau
mengurangi pencoklatan atau penghitaman jaringan pada eksplan
yang ditanam, George dan Sherrington (1984) menyarankan
beberapa tindakan yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a. mengurangi dan menyerap senyawa fenol yang dihasilkan
dengan perlakuan arang aktif atau PVP(polyvinylpyrrolidone)
b. memodifikasi
potensial
redoks
dengan
merendam
atau
menambahkan antioksidan atau agen pereduksi ke dalam
media. zat yang bisa digunakan di antaranya campuran
antara asam sitrat dan asam askorbat.
8
c. Menghambat aktivitas enzim fenolase dengan agen pengelat
sepeeti EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid), DIECA
(sodium diethyl dithiocarbamate), 8-HQ (8- hydroxyquinoline)
dan phenylthiourea.
d. Mengurangi aktivitas fenolase dan ketersediaan substratnya
dengan cara perlakuan pH rendah dan inkubasi pada ruang
gelap
e. menggunakan media tanpa Cu2+ dan Fe3+ pada tahap awal
pengulturan eksplan, karena kedua ion ini berperan awal
dalam oksidasi fenol. Jika pencoklatan sudah teratasi, eksplan
dapat dipindahkan ke media normal yang dilengkapi dengan
kedua ion tadi.
2.3 Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah pemindahan planlet atau tunas mikro dari
dalam botol ke lingkungan luar atau rumah kaca. Tahap ini
merupakan tahap kritis karena kondisi iklim dan hara tunas mikro
lingkungan luar berbeda dengan kondisi di dalam botol. Planlet
harus menyesuaikan diri dari kondisi heterotrop menjadi autotrop.
Keadaan lingkungan aklimatisasi yang harus dihadapi planlet adalah
kelembaban yang berkurang, temperatur yang tinggi, intensitas
cahaya yang lebih tinggi, perlu mengadakan proses fotosintesis,
suplai hara yang berkurang dan adanya serangan hama dan
penyakit. Temperatur aklimatisasi sebaiknya antara 25 – 280 C.
Temperatur 300C atau lebih dapat menyebabkan kematian planlet.
Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan penyiraman air
secara berkala di atas sungkup plastik sedangkan untuk intensitas
cahaya yang diperlukan sekitar 40 – 50%. Mencapai kondisi
kelembapan, suhu dan cahaya tersebut dapat dilakukan dengan
9
beberapa cara. Cara paling sederhana adalah menggunakan pot
atau polybag kecil yang masing – masing ditutup dengan botol
kultur atau plastik. Cara lain, planlet ditanam dalam bak-bak plastik
berisi media tumbuh, lalu disungkup plastik transparan atau
dikondisikan dalam suatu mish-bench yaitu meja dengan bagian
kondisi tertutup yang secara berkala disemprot air dengan butiran
yang kecil. Kelembapan sedikit demi sedikit dikurangi dengan cara
membuka plastik penutup secara bertahap. Selama aklimatisasi,
kondisi planlet harus selalu diperhatikan. Jika planlet mulai layu, bak
atau pot harus disungkup lagi.
Terdapat
beberapa
macam
media
yang
digunakan
dalam
aklimatisasi planlet pisang diantaranya :
a. Campuran topsoil + pasir + kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik.
Dekomposisi bahan organik akan menghasilkan humus yang
warnanya coklat tua sampai hitam yang mempunyai sifat
dapat mengikat air empat sampai enam kali beratnya sendiri
sehingga dapat mempertinggi kemampuan tanah memegang
air. Terikatnya air oleh humus berarti mengurangi air perkolasi
sehingga pencucian unsur hara oleh air dapat berkurang.
Selain itu koloid yang bermuatan negatif dapat mengabsorbsi
kation sehingga dapat menekan pencucian unsur hara dalam
tanah. Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap
sifat kimia tanah adalah kandungan humusnya, humus akan
menjadi asam humat yang dapat melarutkan zat besi (Fe) dan
10
aluminium (Al), senyawa fosfat akan lepas dan menjadi
tersedia yang dapat diserap tanaman. Maka dari itu kompos
merupakan salah satu bahan yang dapat dicampurkan
kedalam media untuk aklimatisasi planlet pisang. Kompos
yang digunakan adalah kompos yang berasal dari seresah
daun. Kemudian campurkan tanah, pasir dan kompos dengan
perbandingan 1 : 1 : 1 . Sebelum digunakan media tanam
terlebih dahulu disteril dengan menggunakan autoklaf selama
15 menit dalam temperature 1210 C. Kemudian di masukkan
ke dalam pot kecil / gelas air mineral bekas yang sudah
disediakan. Pada penelitian Enjelina Ewis (2013) campuran
topsoil+pasir+kompos
memberikan
pertambahan
tinggi
tanaman terbaik dan jumlah daun terbanyak dibandingkan
media
dengan
campuran
bahan
topsoil+pasir+pupuk
kandang.
b. Campuran kompos+tanah (3:1)
c. Arang sekam + pasir + kompos
Sekam adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah
digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam
bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan
sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai
media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan
struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media
tanam menjadi lebih baik. Pasir sering digunakan sebagai
media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah.
Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan
sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Pasir sifatnya
11
yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan
ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya batang. Selain itu, keunggulan
media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan
dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media
tanam. Pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering
oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi pasir sangat
kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Dengan demikian
media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan
yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir
jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal. Pada
hasil penelitian Ismaryati (2010), keberhasilan aklimatisasi
planlet pisang Tanduk dan pisang Ambon Kuning pada media
tanam campuran arang sekam, pasir malang dan kompos
umur 4 minggu dan 12 minggu setelah ditanam dengan
menggunakan media tanah (top soil) yang dicampur dengan
media bahan organik juga sangat tinggi yaitu 100 %.
Tahapan tahapan dalam aklimatisasi planlet :
1. Persiapakan
media
yang
akan
digunakan
dengan
mempertimbangkan kandungan nutrisi, porositas media,
dan hal lainnya. Sebelumnya lakukan sterilisasi media
aklimatisai dalam autoklaf dengan temperature 121 0C.
Media tanam yang berasal dari kompos ini terlebih dahulu
disterilisasi untuk menghilangkan infeksi bakteri atau
jamur
Menurut
Boxus
(1987)
dalam
George
(1996),mengatakan bahwa pada campuran media tanam
12
yang digunakan harus steril karena infeksi jamur sering
ditemukan tumbuh diatas permukaan media tanam.
2. Planlet kultur jaringan pisang dikeluarkan dari dalam botol
secara hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan
bagian tanaman terutama akar, dengan menggunakan
pinset panjang. Agar-agar yang menempel pada bagian
akar dibersihkan dengan air mengalir.
3. Biasanya planlet direndam terlebih dahulu pada sebuah
larutan, misalnya dengan dithane M-45 konsentrasi 5 g/l
selama 20 menit. Selanjutnya dikeringanginkan di atas
selembar koran.
4. Tanam
planlet
dalam
media
tanam
yang
telah
dipersiapkan. Satu pot berisi satu tanaman. Kemudian
disungkup dengan menggunakan plastik transparan dan
diikat dengan tali rapia.
5. BAB 3 PENUTUP
6.
7.
8. 3.1 Kesimpulan
9.
Metode kultur
jaringan
dari
tanaman pisang
dilakukan setiap kultivar pisang memiliki respons yang berbeda dengan
kultivar lainnya sehingga untuk menentukan metode kultur yang tepat masih
merupakan tantangan yang besar. Hasil penelitian menunjukkan
berdasarkan dosis dan waktu perendaman eksplan, metode
sterilisasi 1 lebih baik. Pemilihan eksplan didasarkan oleh
beberapa
faktor,
yaitu
organ
yang
digunakan,
waktu
pengambilan eksplan, ukuran eksplan, kualitas tanaman asal
eksplan, dan, serta kualitas fisiologi tanaman sumber eksplan.
Ada 3 macam media yang digunakan dalam aklimatisasi
planlet pisang dan ada 4 tahap dalam aklimatisasi planlet
pisang.
13
10.
11.
12. DAFTAR PUSTAKA
13.
14.
15.
Ernawati Andri.2005. Perbanyakan Tunas Mikro Pisang
Rajabul (Musa AAB Group)
16.
dengan Eksplan Anakan dan Jantung. Staf Pengajar
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas
17.
18.
Pertanian IPB. Bul. Agron. (33) (2) 31 – 38
Ewis.2013.
Aklimatisasi
Planlet
Pisang
(Musa
Paradisiaca L.)Dengan Media Tanam
19.
Yang Sesuai.Karya Ilmiah. Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan jurusan Manajemen Pertanian politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
20.
George, F. P. dan Sherrington P. D. 1984.
Plant
Propagation by Tissue Culture.
21.
Eversley: Hand Book and Directory of Commercial
Laboratories Exigetic Limited.
22.
Ismaryati, T. 2010. Studi Multiplikasi Tunas, Pengakaran
dan Aklimatisasi pada
23.
Perbanyakan in vitro Tanaman Pisang Raja Bulu, Tanduk,
dan Ambon Kuning. Tesis Pascasarjana.
24.
25.
Magister Agronomi. Universitas Lampung.
Khaerunnisa Eva.2014. Multiplikasi In Vitro Tanaman
Pisang Kepok Merah (Musa
14
15
26.
Paradisiaca Cv. Kepok Merah). Departemen Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
27.