MAKALAH HUKUM DAN TEKNOLOGI HTN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman, dengan berkembangnya sistem Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mengalami perkembangan yang sangat
cepat. Perkembangan TIK ini memberikan banyak konstribusi terhadap
masyarakat. Jika pada zaman dahulu, orang dapat berhubungan dengan saudara
ataupun relasinya dalam rentang waktu yang cukup lama, pada zaman sekarang
mereka bisa melakukannya dengan cepat, demikian juga dengan data atau
informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk
diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam
hitungan detik. Implementasi internet, electronic commerce, electronic data
interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah
menerobos batas-batas fisik antar negara. Perkembangan TIK ini berimplikasi
pada hampir setiap interaksi masyarakat, instansi, negara dan sebagainya. Semua
orang dari berbagai kalangan memanfaatkan kemajuan TIK untuk mempermudah
kelangsungan hidup mereka.1

1

Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, (Jakarta: Raja

Grafindo Peraada,, hlm.s 5.s

Meskipun perkembangan TIK ini memberikan banyak konstribusi
terhadap sistim komunikasi, akan tetapi tidak selamanya juga hal tersebut berbuah
positif. Adakalanya beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan
kemajuan TIK untuk mendapatkan keuntungan sepihak dan merugikan pihak
lainnya. Dalam kasus ini, penyadapan yang dilakukan oleh pemerintah Australia
terhadap beberapa petinggi negara Indonesia adalah salah satu contoh kasus
penyalahgunaan kemajuan alat komunikasi yang terjadi antar negara dalam
tatanan Internasional. Permasalahan yang sudah melibatkan antara dua negara
dapat memicu terjadinya ketegangan politik internasional di antara kedua negara
tersebut dan berdampak buruk terhadap hubungan keduanya.
Penyadapan yang dilakukan oleh Australia memberikan kerugian terhadap
negara Indonesia. Terkait kasus penyadapan yang dilakukan Australia, negara
tersebut dianggap telah melecehkan bangsa Indonesia dan dalam kasus
nasionalisme

Australia

melanggar


kedaulatan

NKRI

yang

menyangkut

kerahasiaan negara dan informasi negara. Disamping itu penyadapan ini juga
dilakukan terhadap petinggi-petinggi negara Indonesia, dalam kasus ini, hal
tersebut merupakan masalah serius apabila data atau informasi yang diperoleh
disalahgunakan oleh Australia, bisa saja Australia akan mengetahui rencana atau

kebijakan luar negeri Indonesia dan dengan mudah Australia akan dapat
mengontrol kebijakan-kebijakan Indonesia tersebut. 2
Australia sendiri, apabila tidak berupaya untuk melakukan itikat baik
dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada Indonesia, tentu akan
memberikan kerugian tersendiri juga terhadap negara tersebut, terutama persoalan
hubungan Australia dengan Indonesia. Isu penyadapan ini muncul ketika

hubungan antara Indonesia dengan Australia dalam keadaan baik-baik saja, akan
tetapi apabila permasalahan penyadapan ini tidak bisa diselesaikan dengan baik,
maka bisa jadi Australia akan kehilangan hubungan kerjasama dengan Indonesia
dan juga terancam kehilangan pengaruhnya di Asia.
Hubungan Indonesia dengan Australia yang merupakan dua negara
bertetangga seringkali mengalami tarik ulur. Masing-masing negara mempunyai
kepentingan satu sama lain dalam mempertahankan pengaruh mereka di kawasan
Asia-Pasifik. Penyadapan yang sempat dilakukan oleh Australia terhadap
beberapa petinggi negara Indonesia telah menyebabkan memanasnya politik
internasional antara dua negara tersebut. Kejadian yang merugikan Indonesia ini

2

Berita Republika, Pengamat Nilai Auatralia Harua Ganti Rugi Soal
Penyadapan, Kolom Naaional, Terbit 21 November 2013, Diakaea dari:
http://www.srepublika.sco.sid/berita/naaional/politik/13/11/21/mwm27tpengamat-nilai-auatralia-harua-ganti-kerugian-indoneaia-aoal-penyadapan,
Pada Tanggal 17 Mei 2015.s

merupakan salah satu contoh dari penggunaan perkembangan teknologi secara
negatif oleh pihak suatu negara terhadap negara lain.

Selain itu, tindakan penyadapan Australia ini juga melanggar Hukum
Internasional yang akan merugikan Negara tersebut apabila Indonesia melaporkan
tindakan Australia kepada Mahkamah Internasional PBB. Permasalahan
penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap Indonesia merupakan kasus
penyalahgunaan kemajuan TIK dalam kancah internasional, permasalahan yang
terjadi antara dua negara dapat menyebar kepada hubungan terhadap negaranegara lainnya yang akan memicu terjadinya tendensi dalam politik internasional.
Oleh karena itu, semua negara dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus
memperhatikan tindakan yang akan mereka lakukan, apakah tindakan tersebut
dapat merugikan pihak lain atau tidak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kronologi terjadinya penyadapan alat komunikasi
petinggi Indonesia Oleh Australia?
2. Bagaimanakah analisis kasus penyadapan alat komunikasi petinggi
Indonesia oleh Australia dalam perspektif Hukum Tata Negara
(HTN)?
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui kronologi terjadinya

penyadapan alat komunikasi


petinggi Indonesia oleh Australia
2. Mengetahui dan memahami analisi kasus penyadapan alat komunikasi
petinggi Indonesia oleh Australia dalam perspektif Hukum Tata
Negara (HTN)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kronologi Penyadapan Alat Komunikasi Petinggi Indonesia oleh
Intelijen Australia
Pada 2013 lalu terkuak fakta bahwa pemerintah Australia melakukan
penyadapan terhadap beberapa petinggi Indonesia, menurut Kepala Badan
Intelijen

Negara, BIN Indonesia, Marciano Norman mengatakan bahwa

Indonesia sudah mulai disadap oleh Australia semenjak tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009. Kabar penyadapan Indonesia ini muncul dari kabar yang
dibawa oleh Edward Snowden yang merupakan seorang pekerja kontrak intelijen
Amerika Serikat, dalam pemberitaan tersebut dikabarkan bahwa Australia dan AS

memata-matai beberapa pejabat Indonesia dengan menyadap telepon mereka.
Selain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, petinggi Indonesia lainnya yang
disadap oleh Australia adalah Ibu Negara Ani Yudhoyono, wakil presiden
Budiono, mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla, mantan juru bicara
presiden Dino Patti Djalal dan Andi Malaranggeng, serta beberapa mantan
menteri Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid 1 seperti mantan menteri
keuangan Sri Mulyani, mantar menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, mantan
menteri BUMN Sofyan Djalil, mantan menteri koordinator politik dan keamanan
Widodo Adi Sucipto.

Tindakan Australia yang dianggap melecehkan Indonesia tersebut
mendapatkan banyak respon dari pemerintah dan rakyat Indonesia. Banyak pihak
yang menuntut presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono agar bersikap
tegas dalam menghadapi tindakan Australia itu. Sejauh ini upaya yang sudah
dilakukan oleh presiden Indonesia dalam menanggapi permasalahan hal ini adalah
dengan memanggil pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat
dalam kurun waktu yang belum ditentukan, selain itu SBY juga mengungkapkan
bahwasannya Indonesia akan mengkaji ulang hubungan bilateral yang telah
tercipta antara Indonesia dengan Australia selama ini, namun SBY tidak
menyebutkan rincian kerjasama bilateral yang dimaksudkan tersebut.3

Sementara itu dari pihak Australia sendiri tidak ada tanggapan terkait isu
penyadapan ini, Perdana Menteri Australia Tony Abbot bersikeras tidak
memberikan tanggapan akan masalah tersebut selain mengatakan kalau pihaknya
telah membalas surat yang pernah dikirimkan SBY kepadanya menyangkut
masalah penyadapan . Melihat sikap Australia yang enggan berkomentar ini,
pihak Indonesia mengaggap hal itu sebagai suatu sikap yang meremehkan. Dalam
menaggapi hal ini, seorang Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas
Indonesia, Hikmahanto menyatakan bahwa untuk mengatasi sifat Australia yang
3

Berita BBC, Indoneaia Perlu Keraa, Kepada Auatralia , Kolom Indoneaia,
Terbit 19 November 2013,.s Diakaea dari:
http://www.sbbc.sco.suk/indoneaia/berita_indoneaia/2013/11/131119_indoneaiaa
uaaiereaction.sahtml, Pada tanggal 17 Mei 2015.s

seenaknya terhadap Indonesia ini, pemerintah Indonesia perlu bersikap lebih
tegas lagi kepada Negara Kanguru tersebut. Langkah yang ditempuh SBY untuk
memulangkan Duta Besar Indonesia dari Australia sudah merupakan jalan yang
benar, akan tetapi untuk menindaklanjutinya mungkin Indonesia perlu untuk
mengusir diplomat-diplomat Australia yang ada di Indonesia (dipersonnagratakan).

B. Analisis Kasus Penyadapan Alat Komunikasi Petinggi Indonesia Oleh
Australia dalam Perspektif Hukum Tata Negara (HTN)
Menurut Hikmahanto, mempersona non grata-kan diplomat Negara yang
dianggap bersalah merupakan cara yang wajar yang dilakukan oleh Negaranegara pada masa Perang Dingin. Jika dilihat lebih jauh ke belakang, Hubungan
Indonesia-Australia selalu mengalami tarik ulur dalam beberapa tahun
belakangan. Perbedaan-perbedaan budaya, dan prioritas-prioritas kebijakan politik
dalam dan luar negeri kedua negara yang sangat mempengaruhi tarik ulur
hubungan di antara kedua negara tetangga tersebut. Sejak bulan November 1995
ketegangan antara Indonesia dengan Australia sudah dimulai dengan kasus Timor
Leste sebagai pemicunya. Australia dianggap sering melanggar Zona Ekonomi
Ekskusif (ZEE). Konflik Celah Timor dan penangkapan beberapa nelayan
Indonesia juga menjadi bagian konflik antara dua negara bertetangga ini. Pada
bulan Juli 2008 ada tuduhan yang menyebut bahwa TNI dan polisi mendanai dan

mem- persenjatai aksi anti kemerdekaan yang melakukan aksi antikemanusiaan di
Timor Leste. Selain itu, ada pula kasus penyelundupan narkoba pada Oktober
2004 dengan tersangka Schapelle Leigh Corby di Bandara Ngurah Rai, Bali. Ia
ketahuan membawa 4,2 kg mariyuana yang kemudian divonis 20 tahun penjara
(2005). Melalui beberapa remisi, presiden memberikan grasi 5 tahun, meskipun
memicu kontroversi (2012). Pada tahun 2004 juga rumah kediaman kedutaan

Indonesia di Australia disadap, sementara Kementerian Luar Negeri Indonesia
tidak melayangkan protes. Termasuk penangkapan 272 orang nelayan Indonesia
pada Mei 2005 dengan tuduhan operasi penertiban di ZEE oleh Australia. Banyak
rentetan hubungan yang tidak harmonis antara Indonesia-Australia hingga
akhirnya Indonesia menarik Duta Besarnya dari Australia. Dan yang terakhir
terkuak adalah kasus penyadapan intelijen Australia terhadap petinggi negara
Indonesia seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Indonesia dan Australia adalah dua negara bertetangga, sebagai negara
yang berdekatan satu sama lain secara geografis, tentu negara ini saling
ketergantungan dan sudah sepatutnya menjaga hubungan baik satu sama lain.
Akan tetapi adakalanya negara yang bertetatangga akan dihadapkan pada situasi
munculnya keinginan untuk menguasai wilayah regional mereka, dan Australia
sebagai negara yang ingin mendominasi hubungan antarbangsa akan melakukan
segala cara. Entah menciptakan keter-gantungan dengan utang, dengan bahan
pangan, atau politik, termasuk dengan alat tele-komunikasi atau penyadapan.

Tiap-tiap negara mempunyai kepentingan domestik dalam sistim internasional.
Ketika memutuskan untuk berhubungan keluar (dengan negara lain), suatu negara
sudah menentukan terlebih dahulu kepentingan apa yang akan mereka bawa, dan
ketika masing-masing kepentingan tiap-tiap negara tersebut bertemu dalam dunia

internasional maka akan munculnya aksi dan reaksi atas respon tiap-tiap
kepentingan, hal inilah yang terjadi pada negara-negara dalam Politik
Internasional. Dalam politik Internasional negara-negara di dunia berinterakasi
satu sama lain dengan cara memberikan reaksi atas respon negara lainnya. Politik
Internasional ini menggambarkan reaksi dan respon tiap-tiap negara dan bukan
hanya sekedar aksi saja. negara membawa kepentingan mereka masing-masing ke
lingkungan eksternal dengan mengusung power serta tindakan mereka. Politik
internasional sama halnya dengan politik domestik terdiri dari elemen-elemen
kerjasama dan konflik, permintaan dan dukungan, gangguan dan pengaturan.
Negara membuat perbedaan antara lawan dan kawan.
Disamping itu, Carlton Clymer Rodee. mendefinisikan politik luar negeri
sebagai

pola

perilaku

yang

diwujudkan


oleh

suatu

negara

sewaktu

memperjuangkan kepentingannya dalam hubungannya dengan negara lain, yaitu
bagaimana cara menentukan tujuan, menyusun prioritas, menggerakkan mesin
pengambilan keputusan pemerintah, dan mengelola sumber daya manusia dan

alam untuk bersaing dengan negara lain di dalam lapangan internasional. Secara
pengertian umum, politik internasional merupakan suatu perangkat formula nilai,
sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan
kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional. Suatu komitmen
yang pada dasarnya merupakan strategi dasar untuk mencapai suatu tujuan baik
dalam konteks dalam negeri dan luar negeri serta sekaligus menentukan
keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu internasional atau lingkungan
sekitarnya.
Dilihat dari kasus penyadapan alat komunikasi petinggi Indonesia yang
dilakukan oleh intelijen Australia serta sejarah tarik ulur yang terjadi antara dua
negara bertetangga tersebut tidak terlepas dari politik Internasional yang terjadi
antara mereka. Australia menyadap pemerintah negara tetangganya adalah untuk
mencapai kepentingan Australia tersebut, mungkin adalah untuk mengetahui
strategi-strategi yang sedang dikembangkan oleh Indonesia dalam berbagai
bidang. Australia yang berdekatan dengan Indonesia ingin mengetahui strategi
tersebut mungkin bertujuan untuk mawas diri atau mempersiapkan strategi
lainnya yang menguntungkan bagi negaranya, akan tetapi negara tersebut
menggunakan cara yang salah yang dianggap telah melecehkan kedaulatan negara
Indonesia, sehingga Indonesia sebagai negara yang merasaka dirugikan bereaksi
atas tindakan Australia tersebut. Aksi Indonesia dapat dilihat dari responnya
dengan memulangkan Duta besar Indonesia untuk Australia. Begitu juga dengan

kasus-kasus konflik Indonesia dengan Australia sebelumnya, semua tindakan
perselisihan diantara dua negara ini adalah merupakan bentuk respon atas aksi
dan reaksi antara dua negara dalam sistim Internasional.
Dalam setiap perselisihan yang terjadi antara kedua negara, hal yang
mereka lakukan sebenarnya adalah untuk mencapai kepentingan domestik mereka
masing-masing. Ketika hubungan antara Indonesia dan Australia berjalan baikbaik saja maka disitulah kedua negara ini akan menganggap mereka sebagai dua
negara yang berkawan, akan tetapi ketika yang terjadi adalah perselisihan seperti
sekarang ini, maka kedua negara ini akan bermusuhan dan akan terkonstruksi
bahwa dalam keadaan seperti ini mereka adalah dua negara lawan.
Dari tarik ulur konflik yang sudah sering terjadi antara Indonesia dengan
Australia ini, lalu sejauh manakah kasus penyadapan alat komunikasi petinggi
Indonesia ini berpengaruh terhadap hubungan kedua negara? Seperti yang
dijelaskan bahwa setiap aksi dan reaksi antara negara-negara di dunia adalah
merupakan bentuk dari politik Internasional, sejauh ini reaksi yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia terhadap pemerintahan Indonesia masih belum tegas, baru
pada permasalahan penyadapan alat komunikasi ini pemerintah Indonesia
dianggap paling tegas dalam merespon aksi Australia paling tidak dalam jangka
waktu 10 tahun belakangan. Reaksi keras yang diambil oleh pemerintah Indonesia
dalam mananggapi ketidaksopanan Australia ini adalah dengan memanggil pulang

Duta Besar Indonesia untuk Australia. Selain itu, untuk sanksi politik Indonesia
juga meningkatkan resistensinya dalam bekerjasama dengan Australia, hal Hal ini
dapat dilihat dari penolakan Indonesia untuk bekerjasama dengan Australia dalam
kerangka kebijakan penyelundupan manusia Australia, serta menghentikan latihan
militer bersama.
Meskipun berbagai pihak menuntut pemerintah Indonesia untuk keras dan
tegas dalam menghadapi tindakan penyadapan yang dilakukan Australia untuk
memberikan efek jera, akan tetapi tidak semua jalan permusuhan yang
diperlihatkan Indonesia, masih ada melalui jalan diplomasi lewat program lain,
perlu diketahui bahwa ada upaya non-politik dari sektor strategis lain yang
ternyata masih diupayakan oleh Indonesia untuk memastikan tali kerjasama kedua
negara tidak serta merta terputus meski ada ketegangan diplomatik yang
dinyatakan paling buruk sepanjang 14 tahun terakhir. Di tengah seruan pemutusan
hubungan diplomatik selama klarifikasi kasus tengah berjalan, Indonesia melalui
Wakil Presiden Budiono menyambut peluang kerjasama baru melalui jalur
pendidikan dan kebudayaan yang ditawarkan Australia, yakni dengan
pembentukan Pusat Studi Australia – Indonesia di Monash University yang
melibatkan 3 universitas besar di Australia yakni Australia National University,
Monash University dan Melbourne University. Program ini dirancang oleh
Australia untuk memperbanyak “Indonesianis” disana.

Dari kerjasama yang akan dilakukan oleh Indonesia dengan Australia
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dapat dilihat bahwa gejolak politik
internasional antara Indonesia dengan Australia yang ditimbulkan oleh tindakan
penyadapan Australia terhadap Indonesia masih dapat diselesaikan dengan jalan
lain selain konflik, akan tetapi ada hal lain yang harus diwaspadai oleh Indonesia
untuk kedepannya, yaitu

perhatian besar Australia terhadap Indonesia,

bagaiamanapun sebagai negara yang bertetangga Australia berkepentingan untuk
mengetahui banyak hal mengenai Indonesia, yang mana hal ini menjadi bagian
inti kepentingan nasional mereka terhadap negara tetangganya. Sebagai negara
berdaulat, respon Indonesia tentu tidak bisa hanya merasa tersanjung karena
dianggap penting oleh negara lain. Tindakan Indonesia tidak bisa hanya sebatas
tindakan reaktif setelah kecolongan informasi, namun bisa mempersiapkan
antisipasi jangka panjang dengan tidak mengabaikan dan menganggap remeh
perhatian negara lain terhadap Indonesia.
Hal lain yang perlu diperhatikan Indonesia dan Australia dalam mencegah
gejolak

politik

antara

kedua

negara

ini

adalah

sistim

Komunikasi

Internasionalnya, sebagai negara bertetangga Indonesia dan Australia akan selalu
berhubungan satu sama lain. Komunikasi internasional berdasarkan perpektif
diplomasi adalah komunikasi internasional yang dilakukan oleh kelompok kecil
antara pejabat tinggi negara yang dapat digunakan untuk mencapai kesepakatan,
mengatasi salah pengertian atau pertentangan serta bertujuan untuk mengurangi

konflik. Kalau Indonesia dapat menjaga sistim komunikasi mereka dengan baik,
tentu permasalahan yang dapat memicu konflik antara kedua negara ini bisa
diminimalisir serta menstabilkan kondisi politik internasionalnya, karena
bagaimanapun Indonesia dan Australia sebagai negara bertetangga mengharuskan
serangkaian kompromi tetap diupayakan diantara mereka.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlu bagi negara di dunia untuk menjalin sistim komunikasi internasional
yang baik dengan negara lainnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan
hubungan antara kedua negara tersebut. Apalagi bagi negara bertetangga yang
sangat rentan dengan berbagai konflik, komunikasi internasional adalah hal yang
harus diupayakan, selain untuk menjaga hubungan baik antara kedua negara ini
juga dapat menjaga kestabilan politik internasional di wilayah regional mereka.
Majunya sistim komunikasi, tidak menjamin terciptanya sistim komunikasi yang
baik antar negara, apabila kemajuan sistim komunikasi tersebut dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan sepihak,
seperti yang terjadi pada kasus penyadapan alat komunikasi yang dilakukan oleh
intelijen Australia terhadap pemerintah Indonesia yang mengantarkan dua negara
bertetangga ini pada konflik karena Indonesia merasa Australia telah meremehkan
kedaulatan Indonesia. Pertikaian antara Indonesia dan Australia Ini dapat
meningkatkan tendensi Politik internasional terutama di kawasan Asia Pasifik
apabila tidak diselesaikan dengan cara yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Makarim, Edmon. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2004.