MAKALAH PLH KONSERVASI TANAH DAN AIR

KONSERVARSI TANAH DAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KAPUAS
KALIMANTAN BARAT
TUGAS KELOMPOK PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh :
Fahira Trita Gading (2016820005)
Putri Kinanti (2016820016)
Dede Amelia (2016820042)
Dewi Putri Kusmiati (2016820048)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi yang dijuluki Provinsi Seribu
Sungai. Julukan ini selaras dengan kondisi geografis Kalimantan Barat yang

mempunyai ratusan sungai besar dan kecil. Di Kalimantan Barat sendiri memiliki
5(lima) wilayah sungai, yaitu wilayah sungai kapuas, wilayah sungai jelai
kendawangan, wilayah sungai pawan, wilayah sungai mempawah, dan wilayah sungai
sambas. Wilayah sungai Kapuas merupakan wilayah sungai terbesar yang ada di
Provinsi ini. Wilayah sungai Kapuas ini sendiri memiliki 9 DAS didalamnya dan DAS
Kapuaslah yang menjadi DAS terluas di wilayah sungai ini.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan. Sedangkan
menurut Asdak (1995) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai
kecil ke sungai utama.
DAS juga merupakan ekosistem dimana unsur organisme dan lingkungan
biofisik serta unsur kimiawi berinteraksi secara dinamis dan didalamnya terdapat
keseimbangan sirkulasi dari material dan energi. Ekosisitem DAS, terutama DAS di
bagian hulu sangat penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap

keseluruhan dari bagian DAS.
DAS Kapuas melewati 6 Kabupaten dan 1 Kota, diantaranya Kabupaten
Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sekadau,
Kabupaten Sanggau, Kabupaten Landak, Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak.
Sungai Kapuas ini merupakan sumber air baku dari sebagian besar kabupaten dan
kota di Kalimantan Barat. Namun, sangat disayangkan keadaan DAS Kapuas saat ini
dalam keadaan yang buruk. Tingkat pencemaran yang tinggi menyebabkan sumber air
baku utama di Kalimantan Barat ini dapat dikatan tidak layak pakai. Hal ini
menyebabkan perlu dilakukannya konservasi pada DAS Kapuas ini. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia(KBBI), konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan
sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan
mengawetkan; pengawetan; pelestarian

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSERVASI TANAH DAN AIR DI SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN
BARAT
Konservasi tanah dan air di kalimantan barat dapat dilakukan di daerah aliran
sungai khususnya di daerah pesisir sungai kapuas kalimantan barat, karena didaerah

pesisir sungai kapuas tersebut sering kali terjadi banjir, kekeringan, dan erosi,
terutama setelah pergantian musim yaitu dari musim kemarau panjang ke musim
hujan. Hal ini juga dikarenakan pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan
ekonomi terkadang mengabaikan faktor lingkungan yang berdampak pada kerusakan
DAS. Bentuk usaha perekonomian ini telah menyebabkan menurunnya kualitas tanah
dan air, sehingga berdampak pada kekeringan dan banjir. Untuk mengatasi hal
tersebut maka diperlukan upaya konservasi dengan penekanan pada pemulihan
kualitas lingkungan (tanah dan air), namun tetap memperhatikan ekonomi masyarakat
disekitarnya yaitu dapat dilakukan konservasi tanah dan air dengan menggunaakan
metode vegetatif yaitu dengan penanaman kembali pohon di daerah-daerah pesisir
sungai kapuas yang sudah rusak, hal ini dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah
yang sudah rusak dan mencegah terjadinya erosi kembali. Zona terpenting yang perlu
diperhatikan dalam upaya pelestarian Daerah Aliran sungai terlebih dahulu yaitu
bagian hulu sungai. Pengelolaan sumberdaya alam di daerah ini akan berdampak pada
kualitas tanah dan air sekitar DAS kapuas. Untuk itu berusaha tani di daerah DAS,
harus diikuti konservasi lahan.
Dalam konservasi tanah dan air dengan menggunakan metode vegetatif ini,
ada hal yang perlu di perhatikan yaitu usaha pokok dalam pengawetan tanah dan air
yang meliputi (Zulrasdi et, al. 2005):
1. Pengelolaan lahan

 Sesuai kemampuan lahan
 Mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah
 Melindungi lahan dari ancaman erosi dengan menanam tanaman penutup
tanah
 Penggunaan mulsa.
2. Pengelolaan Air
Pengelolaan air adalah usaha-usaha pengembangan sumberdaya air dalam hal :
 Jumlah air yang memadai
 Kwalitas air
 Tersedia air sepanjang tahun
3. Pengelolaan Vegetasi
Pengelolaan vegetasi pada hutan tangkapan air maupun pemeliharaan vegetasi
sepanjang aliran sungai, dapat ditempuh dengan cara:

Penanaman dengan tanaman berakar serabut seperti: bambu yang sangat
dianjurkan di pinggiran sungai, kemudian diikuti dengan rumput makanan
ternak seperti: Rumput gajah, Rumput Setaria, Rumput Raja, dan lain-lain
sebagainya.
Penanaman
ini dimaksudkan untuk penghalang terjadinya

erosi pada tanah.
 Penanaman tanaman semusim untuk lahan yang tidak memiliki kemiringan
 Pembuatan teras. Bila pada lahan tersebut terdapat kemiringan, maka
perlu dibuat teras.
4. Usaha Tani Konservasi
Usaha tani konservasi adalah penanaman lahan dengan tanaman pangan serta
tanaman yang berfungsi untuk mengurangi erosi (aliran permukaan) dan
mempertahankan kesuburan tanah. Prinsip usaha tani konservasi :
 Mengurangi sekecil mungkin aliran air permukaan dan meresapkan
airnya sebesar mungkin ke dalam tanah.
 Memperkecil pengaruh negatif air hujan yang jatuh pada permukaan tanah
 Memanfaatkan semaksimal sumber daya alam dengan memperhatikan
kelestarian.


B. GAMBARAN UMUM
Kalimantan Barat secara astronomis berada pada posisi 2 005’LU serta 3005’LS
serta diantara 108030’- 114010’ BT, dengan demikian garis khatulistiwa (garis lintang
00) melintasi provinsi ini dan menjadikan Kota Pontianak sebagai satu-satunya kota di
Indonesia yang di atasnya tepat dilalui oleh garis tersebut.Kalimantan Barat termasuk

salah satu yang dijuluki Provinsi “Seribu Sungai”. Sungai besar utama adalah Sungai
Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia (1.086 km), Sungai Melawi
(471 km), Sungai Sambas (233 km), Sungai Sekayam (221 km), dan Sungai Pawan
(197 km).
Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia dan di
Kalimantan Barat memiliki 5 wilayah sungai antara lain, Wilayah Sungai Kapuas,
Wilayah Sungai Jelai Kendawangan, Wilayah Sungai Pawan, Wilayah Sungai
Mempawah, dan Wilayah Sungai Sambas. Wilayah Sungai (WS) Kapuas sendiri
merupakan wilayah sungai yang terluas di Kalimantan barat ( 103.165,51 km 2).
Secara geografis lokasi WS Kapuas terletak pada koordinat 2º 00' LS - 2º 00' LU dan
108º 00' BT - 114º 30' BT dengan luas sekitar 103.165,51 Km2. WS Kapuas terdiri
dari 9 daerah aliran sungai (DAS) yaitu : DAS Peniti Besar, DAS Kapuas, DAS Sekh,
DAS Bunbun, DAS Gandawalan, DAS Kelelawar, DAS Penebangan, DAS Karimata,
DAS Serutu,
C. DAS ( Daerah aliran sungai)
Daerah Aliran Sungai (DAS) termasuk dalam sumber daya hayati, sehingga
konservasi DAS diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Menurut UU tersebut dapat
diketahui sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang


bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan
mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: perlindungan sistem penyangga kehidupan;
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
DAS mempunyai ciri-ciri luas dan bentuk daerah, keadaan topografi,
kepadatan drainase, geologi dan elevasi rata-rata DAS (Subarkah, 1980). Sedangkan
keadaan fisik daerah aliran sungai dipengaruhi oleh tiga parameter yaitu tanah,
vegetasi dan sungai. Faktor tanah meliputi luas DAS, topografi, jenis tanah,
penggunaan tanah, kadar air tanah dan kemampuan tanah menyerap air. Sedangkan
vegetasi meliputi jenis tanaman, kapasitas pengambilan air oleh tanaman, luasan
hutan dan kemampuan tanaman mengendalikan air. Sungai meliputi luas penampang
sungai, debit air sungai dan kapasitas penampungan sungai. Vegetasi menahan
sebahagian hujan yang jatuh, sebahagiannya lagi jatuh di permukaan tanah. Jika
kapasitas intersepsi, infiltrasi dan bagian yang cekung telah terpenuhi, maka akan

terjadi proses aliran permukaan yang menyebabkan erosi (Subarkah, 1980).
Karena
DAS
dianggap
sebagai
suatu
sistem,
maka
dalam
pengembangannyapun DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan
memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk
memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS
akan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut:
1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus
memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung
kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya.
2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS.
3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. (Agus, dkk., 2007)
Delineasi batas sub-DAS dan DAS Kapuas Hulu
Luasan wilayah daerah Kapuas Hulu sangat besar. Untuk melakukan kajian dengan

baik dam menyeluruh mengenai pengaruh penggunaan lahan terhadap neraca air,
wilayah DAS perlu dibagi menjadi sub-catchment yang lebih kecil. Bahkan, untuk
keperluan pemodelan, wilayah DAS Kapuas Hulu dibagi menjadi 16 subcatchment.Area yang menjadi fokus dalam studi ini adalah sub-DAS Sibau dan
Mendalam, terutama Desa Sibau Hulu (sub-DAS 4) dan Desa Datah Dian (sub-DAS
9). Desa-desa ini merupakan desa di daerah hulu dan di sekitar hamparan dimana
perubahan lahan yang dilakukan oleh masyarakat lokal terjadi.
Gambar. Peta keenambelas sub-DAS di dalam DAS Kapuas Hulu.

D. PERSPEKTIF MASYARAKAT LOKAL DAN PEMBUAT KEBIJAKAN
 Masyarakat dan pola penggunaan lahan
Masyarakat yang tinggal di DAS Kapuas Hulu sebagian besar berasal dari
Suku Dayak dan sebagian kecilnya merupakan Suku Melayu. Suku Dayak
yang ada di daerah ini terutama adalah Suku Dayak Pukat, Kantu’,
Tamambaloh, Taman dan Iban. Masing-masing suku memiliki budaya dan
kehidupan sendiri yang sesuai dengan sejarah kedatangan mereka ke daerah
ini.
Lokasi pemukiman mereka berkaitan erat dengan pola penggunaan lahan
yang ada serta sumber mata pencaharian, yang juga mempengaruhi persepsi
dan pengetahuan mereka dalam mengelola sumber daya alam) Pola
penggunaan lahan juga berbeda antara daerah hulu dan hilir. Di daerah hulu,

pola penggunaan lahan bersifat semi permanen, subsisten, dan tradisional.
Sumber mata pencaharian masyarakat hulu bersumber pada kegiatan berburu
dan mengumpulkan hasil hutan. Sebetulnya, berburu dan mengumpulkan hasil
hutan memiliki hasil yang lebih besar namun tingkat ketidakpastiannya pun
cukup tinggi.
 Pengetahuan lokal
Masyarakat Dayak sangat percaya dengan isyarat alam ketika memulai
pekerjaan. Seperti pada saat berladang mereka mempercayai suara burung
tertentu sebagai indikator keberhasilan panen mereka.
a) Hutan
Hutan memiliki fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Secara ekologi,
hutan dipercaya oleh masyarakat dapat berfungsi sebagai daerah
resapan air serta pencegah banjir dan longsor. Secara ekonomi hutan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan kayu dan non kayu, serta areal
untuk berburu dan mengumpulkan bahan obat-obatan. Masyarakat
Dayak memiliki aturan dalam kegiatan pengelolaan hutan.
Pengambilan hasil hutan seperti kayu hanya diperbolehkan untuk
keperluan rumah tangga dengan seijin tetua adat. Pelanggaran terhadap
aturan ini akan dikenakan sangsi secara adat. Hanya jenis-jenis
tanaman dan hewan tertentu yang boleh diambil.

b) Tanaman, erosi, dan erosi sempadan sungai
Masyarakat memahami berbagai jenis pohon yang bernilai ekologi dan
bermanfaat untuk ekonomi. Masyarakat menyebutkan bahwa meranti,



tengkawang dan durian adalah jenis pohon yang memiliki perakaran
kuat. Bayuan, tebelian air, sengkuang (Dracontomelon dao), rabug dan
ensurai merupakan jenis tanaman yang dapat mencegah longsor di
tebing sungai. Pohon Bungo dan Rumput araso baik untuk mencegah
terjadinya longsor. Bagi masyarakat setempat, erosi dan longsor di
tebing sungai disebabkan karena adanya penebangan di daerah hulu
dan di sepanjang sempadan sungai. Hal ini juga dapat mengakibatkan
berkurangnya pendapatan mereka.
c) Tanah
Masyarakat memahami berbagai jenis tanah dan sifat-sifatnya yang
dapat diobservasi secara langsung oleh petani. Pemahaman ini menjadi
dasar pemilihan lokasi dan penerapan pola budidaya pertanian
masyarakat. Pola pertanian yang diterapkan masyarakat sangat terkait
dengan kondisi kesuburan tanahnya. Petani sangat memahami bahwa
untuk dapat memperoleh hasil panen yang mencukupi, mereka harus
menerapkan sistem ladang berpindah atau gilir balik. Pengusahaan
tanah selama satu tahun menyebabkan kesuburan tanah semakin
merosot sehingga untuk perladangan berikutnya mereka harus
mengistirahatkan lahan lama (bera) dan mencari lahan baru. Lahan
lama yang ditinggalkan akan dibuka kembali lima tahun kemudian,
setelah kesuburan tanahnya pulih kembali.
d) Banjir
Pada umumnya masyarakat melihat bahwa berkurangnya tutupan lahan
merupakan penyebab banjir selain dari curah hujan yang tinggi.
Namun, sebagian masyarakat yang lain juga menyatakan bahwa
peristiwa banjir ini secara alami memang sudah seringkali terjadi sejak
belum maraknya penggundulan hutan.
Masalah Hidrologi
Faktor-faktor penyebabnya meski ada perbedaan antar sub-DAS namun secara
umum hamper sama. Di Sibau dan Mendalam, masyarakat menyatakan bahwa
pembuatan jalur pintas (shortcut) menyebabkan sedimentasi. Adanya konsesi
kepada suatu perusahaan penebangan di Mendalam menjadi permasalahan
baru bagi masyarakat Mendalam. Sedangkan permasalahan di wilayah Kapuas
Koheng adalah adanya pertambangan dan penebangan skala kecil. Masalah
hidrologi yang menjadi perhatian para pembuat kebijakan dan berkaitan
dengan masalah kualitas dan kuantitas air diuraikan sebagai berikut :
a. Fluktuasi debit, erosi dan sedimentasi
Serupa dengan temuan dalam pengetahuan lokal, masalah hidrologi
utama yang ditemukan pada level para pembuat kebijakan (propinsi
dan kabupaten) adalah fluktuasi debit dan permukaan air (water level).
Hampir semua narasumber yang diwawancara menyatakan bahwa
penebangan menjadi faktor penyebabnya. Penebangan tersebut
menyebabkan (i) berkurangnya debit air sungai dan (ii) meningkatnya
sedimentasi di sungai (karena adanya erosi), juga menyebabkan
pendangkalan sungai. Berkurangnya permukaan air mengakibatkan

masalah yang serius dalam hal transportasi karena transportasi
merupakan kebutuhan fital bagi masyarakat setempat untuk bepergian
ke hulu dan ke hilir serta berkaitan erat dengan kepentingan ekonomi
masyarakat. Para pembuat kebijakan menyatakan bahwa penebangan
dan penambangan serta perubaha lahan hutan ke sistem lahan lain
menjadi penyebab masalah hidrologi. Pembuatan jalur pintas juga
menambah permasalahan ini. Jalur pintas ini dapat terbentuk secara
alami maupun sengaja dibuat untuk mengurangi biaya bahan bakar
serta mengatasi terjadinya banjir.

Gambar. Longsor tebing sungai di sepanjang sungai di Kapuas
Koheng (kiri) dan Sibau (kanan)
b. Kekeruhan
Masalah kualitas air merupakan permasalahan yang juga diangkat oleh
para pembuat kebijakan di Kapuas Hulu, khususnya PDAM. Di DAS
Sibau dan Mendalam, masalah kekeruhan tampak menonjol. Aktivitas
penebangan menyebabkan tingginya limpasan permukaan dan
membawa banyak sedimen ke dalam sungai. Penebangan di Sibau dan
Mendalam mulai terjadi pada sekitar tahun 1980. Aktivitas
penambangan yang menghasilkan lumpur dan mengalir ke sungai
menyebabkan tingginya sedimentasi di sungai (Gambar 13). Dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa keruhnya sungai di sekitar Putusibau,
terutama setelah hujan, tidak sesuai dengan rendahnya konsentrasi
sedimen sebagaimana diukur oleh Dinas Kehutanan. Namun, hal ini
dapat dimungkinkan karena tempat dan waktu pengukuran sangat
berpengaruh terhadap nilai konsentrasi sedimen.

Gambar. Penumpukan sampah kayu di tepi sungai menyebabkan tidak
stabilnya debit sungai (kiri). Penambangan emas semi mekanik di tepian
sungai menambah kekeruhan dan polusi di sungai (kanan

E. NERACA AIR (DAS) KAPUAS HULU
 Debit sungai DAS Kapuas Hulu
Data debit air sungai Kapuas yang digunakan untuk validasi model adalah data
yang diukur di Sanggau, sekitar 590 km ke arah hilir kota Putussibau. Untuk
menentukan besarnya debit sungai DAS Kapuas dilakukan perhitungan
berdasarkan hasil perbandingan debit sungai per satuan luas daerah tangkapan
air diantara kedua tempat tersebut.
 Klimatologi
DAS Kapuas Hulu termasuk daerah yang memiliki curah hujan tinggi.
Besarnya curah hujan bervariasi antara 3300-4700 mm per tahun, dengan ratarata sebesar 4100 mm. Demikian pula bila dilihat dari pola rata-rata bulanan
juga menunjukkan bahwa DAS Kapuas Hulu merupakan daerah yang relatif
basah sepanjang tahun (Gambar 16). Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan
November dan Desember sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Maret yaitu sekitar 300 mm.tahun-1.
 Pola aliran sungai dan pola curah hujan di DAS Kapuas Hulu
Pola aliran sungai di DAS kapuas hulu menunjukkan kesesuaian dengan pola
distribusi curah hujan (Gambar 18). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa bulan kering terjadi pada bulan Juli sampai Agustus dengan debit
sungai yang lebih stabil.

Gambar. Curah hujan harian dan pola debit Sungai Kapuas tahun 20012005

F. HUBUNGAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN KODISI HIDROLOGI DI
DAS SUNGAI HULU
 Skenario perubahan penggunaan lahan
Berdasarkan hasil survei Pengetahuan Ekologi Pembuat Kebijakan dan
Pengetahuan Ekologi Lokal, dapat diketahui bahwa isu hidrologi yang
mengemuka di DAS Kapuas Hulu adalah (i) penurunan tinggi muka air selama
musim kemarau yang mempengaruhi lalu lintas transportasi sungai dan (ii)
penurunan kualitas air seperti kekeruhan dan pencemaran (racun ikan dan
merkuri). Sebagian besar stakeholder (lokal, kabupaten dan tingkat provinsi)
menyatakan bahwa masalah hidrologi disebabkan oleh adanya pengurangan
areal tutupan hutan di daerah sempadan sungai. Upaya untuk memecahkan
permasalahan itu dapat dilakukan dengan cara meningkatkan tingkat
penutupan lahan melalui usaha penanaman pohon. Pendapat masyarakat juga
menyatakan bahwa melalui upaya penanaman pohon dapat memecahkan
masalah erosi, sedimentasi dan memberikan keuntungan secara ekonomis.
Berdasarkan isu-isu hirologi yang mengemukan di DAS Kapuas Hulu,
maka dilakukan penilaian dampak perubahan lahan terhadap neraca air dan
fungsi hidrologi DAS melalui pendekatan model dengan cara mengembangkan
skenario perubahan penggunaan lahan. Skenario yang dikembangkan adalah
(i) DAS sangat terdegradasi (2) area DAS yang telah terdegradasi diubah
menjadi sistem pohon. Skenario perubahan lahan dilakukan terhadap (i)
keseluruhan DAS Kapuas Hulu (ii) wilayah konsesi HPH. Selanjutnya
skenario berikut ini dikembangkan untuk mendapatkan suatu gambaran
dampak perubahan lahan secara nyata dan sampai dengan gambaran yang
ekstrim:
1. Semua wilayah DAS Kapuas Hulu dikonversi menjadi hutan.
2. Semua areal hutan di DAS Kapuas Hulu dikonversi menjadi: (i)
kebun agroforestri, ( ii) Daerah Pertanian yang dikelola dengan
baik (iii) lahan terbuka
3. Semua hutan di dalam areal konsesi dibuka dan berubah
menjadi areal semak belukar.
 Dampak perubahan lahan terhadap neraca air
Pengaruh kondisi penutupan lahan saat ini hampir sama dengan
kondisi hutan, dengan besarnya limpasan permukaan kurang dari 1%.
Perubahan pada saat areal tutupan hutan diubah jadi sistem agroforestri,
adalah terjadinya peningkatan limpasan permukaan sebesar 13%, aliran cepat
tanah berkurang menjadi 5% sedangkan aliran dasar tetap stabil. Lebih lanjut
hilangnya tutupan hutan akibat adanya penebangan hutan ataupun konversi
menjadi lahan pertanian menyebabkan terjadinya peningkatan limpasan
permukaan dan pengurangan aliran cepat tanah.
Hasil simulasi skenario konversi hutan menjadi lahan pertanian
menyebabkan pergeseran aliran cepat tanah menjadi limpasan permukaan.
Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tinggi muka air yang
ekstrim pada saat musim kemarau panjang. Perubahan tinggi muka air di DAS
Kapuas Hulu menurut sebagian masyarakat terjadi dalam waktu 1 hari setelah



hujan. Tetapi karena kondisi penutupan lahan saat ini masih jauh lebih baik
dibandingkan dengan kondisi penutupan lahan dalam skenario di atas, maka
perubahan penutupan lahan tidak dapat dijadikan penyebab perubahan muka
air yang ekstrim di musim kemarau
Masalah hidrologi
Masalah hidrologi yang dihadapi oleh masyarakat lokal di Sibau Hulu dan
Datah Dian lebih kurang sama dengan masyarakat yang tinggal di DAS
Kapuas Hulu, yaitu:
1. Kekeruhan setelah hujan deras, sehingga air tidak lagi layak untuk
dikonsumsi,
2. Longsor di sempadan sungai dan erosi,
3. Masalah transportasi pada saat permukaan air rendah,
4. Penggunaan racun dan tuba untuk menangkap ikan (masalah penyakit).

Gambar. menunjukkan peta transek desa Datah Dian (A) dan Sibau
Hulu (B), yang menggambarkan pola penggunaan lahan di area
tersebut. Lahan pangan (ladang) umumnya ditanami dengan padi,
jagung, singkong, dan beberapa jenis sayuran lainnya, sementara bawas
ditanami dengan karet, durian, dan aren, beberapa juga ditanami
dengan coklat.

HADIST AL-QURAN TENTANG LINGKUNGAN HIDUP



Manusia dalam rangka menjaga hubungan interaksinya dengan lingkungan sekitarnya,
termasuk menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah suatu perwujudan manifestasi
dalam hal tahapan manusia menuju tahap akhlaq muhsin yang dalam terminologi
hadits sesuai dengan sebuah pandangan trilogi agama sebagaimana arahan penggalan
sebuah hadits sahih riwayat ‘Umar bin Khottob radiAllahu ‘anhu yang sangat populer
itu, ialah bentuk sikap manifestasi iman, islam, dan ihsan.
‫ أ رعن ترععبهرد الل نرره ك رأ رن نررك تررراهه‬: -‫ رقارل –رسول الله صنلى الله عليه وسنلم‬,‫ععن ال عنإعحرسانن ؟‬
‫ رفأ رعخنبعرنني ر‬-‫رقارل –جبريل عليه السلم‬
‫ رواه مسلم‬.‫رفنإعن ل رعم ترك هعن تررراهه رفنإن نرهه ي رررارك‬



“Jibril AS bertanya lagi kepada Rasulullah saw : “Ceritakanlah tentang Ihsan ?!”, lalu
Rasulullah saw menjawab : “Ihsan itu ialah engkau menyembah Allah swt seakanakan engkau dapat melihat-Nya, namun bila kau tak mampu melihat-Nya, maka
yakinilah, sesungguhnya Allah swt melihatmu”. (HR Imam Muslim no hadits 9)
Manusia sebagai makhluk Allah awt, yang termulia diperintahkan untuk selalu
berbuat baik dan dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi, sebagaimana firmanNya dalam QS. al-Qashasah (28) : 77

‫ روابعترنغ نفيرما رءاتارك اللهه ال نردارر النخرررة رول ترن عرس ن رنصيبررك نمرن ال نهدن عريا روأ رعحنسعن ك ررما أ رعحرسرن اللهه نإل ري عرك رول تربعنغ ال عرفرسارد‬: ‫قال تعالى‬
77) .‫ب ال عهمعفنسنديرن‬
‫)في ال رعرنض نإ نرن اللره ل ينح نه‬



Terjemahnya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. QS AlQohoshosh ; 77
Di ayat lain, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah swt juga ada menyinggung dalam
penggalan firmanNya :
‫خيرر رلكعم نإعن ك هعنتعم همعؤنمننيرن‬
‫ … رول تهعفنسهدوا في ال رعرنض برععرد نإعصلحرها رذنلكعم ر‬: ‫قال تعالى‬

Terjemahnya : “… dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah
Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman”. QS Al-A’rof ; 7
Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya yakni ayat
tersebut menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara
lingkungannya.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas, sebagai berikut :
1. Keanekaragaman hayati memberikan kekhasan yang terdapat di dalam suatu ekologi
sungai.
2. Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan keanekaragamn hayati
3. Konservasi merupakan salah satu cara dalam menjaga keanekaragaman hayati
4. Peningkatan populasi penduduk, konsumsi sumber daya alam yang tidak
berkelanjutan merupakan factor pemicu hilangnya kenekaragaman hayati
5. Dalam pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan aspek social, lingkungan
dan ekonomi dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati
Pengelolaan DAS terpadu mengandung pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek yang
menyangkut kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif yang
akan meningkatkan kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik
yang saling bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak
merugikan kinerja DAS secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.worldagroforestry.org/downloads/Publications/PDFS/WP15426.pdf

http://ilmuenergi.blogspot.co.id/2015/03/makalah-daerah-aliran-sungai-das.html
http://j2-fajar-fa.blogspot.co.id/2016/12/daerah-aliran-sungai-DAS-lengkap.html
http://geoenviron.blogspot.co.id/2013/01/konservasi-tanah-dan-air-konservasi.html
http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/02/konservasi-tanah-dan-air-sertametodenya.html
http://supportif.blogspot.co.id/2013/12/hadits-hadits-seputar-lingkungan-hidup.html