ANALISIS PERILAKU PEDAGANG PASAR SAPI DI

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
“ANALISIS PERILAKU PEDAGANG PASAR SAPI DITINJAU DARI ETIKA
BISNIS ISLAM DAN FIQH MU’AMALAH (Studi Kasus Pasar Sapi di Kediri)”

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah
“SEMINAR PROPOSAL EKONOMI”
Dosen Pengampu:
ROKHMAT SUBAGIYO, S.E., M.E.I

Disusun Oleh
DIANA NUR AGUSTINA

(17402153337)

Kelas 6-J

JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
2018


A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia, tidak pernah luput dari yang
namanya bertransaksi antar manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Karena
itulah manusia disebut sebagai makhluk sosial. Karena pada diri manusia ada suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi. Manusia juga tidak akan pernah bisa hidup sendiri
tanpa adanya orang lain yang juga hidup ditengah-tengahnya. Manusia berinteraksi
dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan hidup dalam
kelompok sosial. Karena itu dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah prosesproses sosial, yang merujuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Bisnis selalu memegang peranan yang sangat vital di dalam kehidupan sosial
dan ekonomi manusia sepanjang masa, sehingga kepentingan bisnis akan
mempengaruhi tingkah laku bagi semua tingkat individu, sosial regional, nasional,
dan internasional. Umat Islam telah lama terlibat dalam dunia bisnis, yakni sejak
empat belas abad silam. Fenomena tersebut bukanlah suatu hal yang aneh, karena
Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan kegiatan bisnis. Rasulullah SAW.
sendiri terlibat di dalan kegiatan bisnis selaku pedagang bersama istrinya Khadijah.
Al-Qur’an memandang bisnis sebagai pekerjaan yang menguntungkan dan
menyenangkan. Disamping penghormatannya terhadap bisnis, Al-Qur’an juga
seringkali membicarakan makna kejujuran dan keadilan dalam perdagangan. AlQur’an sangat melarang keras perilaku yang tidak jujur. Karena, tak diragukan lagi
bahwasanya ketidakjujuran adalah bentuk kecurangan yang paling jelek. Orang yang

tidak jujur akan selalu berusaha melakukan penipuan pada orang lain, kapan dan
dimana saja kesempatan itu terbuka bagi dirinya. Sedangkan keadilan disini adalah
berbisnis itu harus secara adil.
Berbisnis secara adil adalah wajib hukumnya, bukan hanya imbauan dari
Allah SWT. Sikap adil (al-‘adl) termasuk diantara nilai-nilai yang telah ditetapkan
oleh Islam dalam semua aspek ekonomi Islam. Al-Qur’an telah menjadikan tujuan
semua risalah langit adalah untuk melaksanakan keadilan. “Al-‘adl” adalah termasuk
diantara nama-nama Allah SWT. Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis
yang mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang
teraplikasikan dalam setiap hubungan dagang dan kontrak-kontrak bisnis.
Pasar merupakan tempat jual beli yang memegang peranan penting dalam
masyarakat karena dari pasar, harga suaru pasar dapat ditentukan dan pasar

merupakan tempat semua kebutuhan masyakat dapat terpenuhi. Pada zaman dahulu
karena belum ada uang, masyarakat bertransaksi dengan tukar-menukar barang yang
disebut sistem barter.1 Yakni menukar sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang
sepadan melalui cara tertentu yang dibolehkan dalam syariat Islam. Sedangkan di
zaman sekarang pasar lebih mengarah pada bertemunya pemilik barang yang
dibutuhkan oleh manusia dengan para konsumen dengan jalan ditukar dengan
sejumlah uang yang tentunya dengan harga yang telah ditentukan.

Pasar tradisional sudah ada sejak kerajaan Kutai Kertanegara, yaitu pada abad
ke-5 Masehi. Ketika zaman penjajahan Belanda, pasar tradisional mulai diberikan
tempat yang layak dengan didirikannya bangunan yang cukup besar pada masa itu,
seperti Pasar Beringharjo di Yogyakarta, Pasar Johar di Semarang, dan Pasar Gede di
Solo. Di sejumlah tempat di daerah Jawa terdapat pasar tradisional yang mengikuti
pasaran (hari penanggalan) Jawa seperti pasar Legi, Kliwon, Wage, dan Pahing. Para
pedagang dan pembeli mengikuti penanggalan pasar tersebut. Misalnya pada hari
pasaran Legi, maka pasar Legi disuatu tempat akan ramai oleh para pedagang dan
pembeli. Sementara di hari lainnya pasar Legi tidak ramai, mungkin hanya ada
beberapa pedagang saja.
Sedangkan pasar sapi yang ada di kediri, juga mengikuti pasaran (hari
penanggalan) jawa. Uniknya pasar sapi ini karena berdagangnya mengikuti pasaran
yaitu Legi, Kliwon, Wage dan Pahing. Dikarenakan mengikuti pasaran karena
berdagangnya tidak bertemu menjadi satu karena alasanya yang diperdagangkans sapi
yang harga jualnya cukup mahal. Pasar sapi yang ada di Kediri terletak di kota pare
yang berdagang sapi pada pasaran Wage saja, pasar brenggolo yang terletak di
plosoklaten berdagang sapi pada pasaran Pon, pasar pagu berdagang sapi pada
pasaran Kliwon dan di pasar wates berdagang sapi pada pasaran Pahing.
Pasar sapi juga merupakan pasar tradisional yang sebagian besar
masyarakatnya beragama Islam. Para pedagang di pasar sapi yang mayoritas juga

beragama Islam seharusnya mampu menerapkan jual beli yang sesuai dengan syariah
Islam. Namun, banyak kita jumpai perilaku pedagang dalam berdagang dan
menawarkan barang dagangannya yang diduga tidak sesuai dengan tata aturan yang
sudah ditetapkan oleh Islam. Misalnya banyak para pedagang yang tidak memberikan
informasi

secara

jelas

dalam

hal

yang

bersangkutan

dengan


sapi

yang

diperdagangkan. Misalnya adalah para pedagang sapi memberikan informasi bahwa
1

Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), hal 68.

sapinya sudah ditawar seharga sekian tetapi kenyataanya itu belum ditawar oleh
pembeli.
Menyembunyikan cacat dari sapi tersebut misalnya sapi betina yang
kelihatanya sehat tetapi ternya tatidak bias beranak lagi alias mandul. Hal seperti itu
pihak pedangang pasar sapi di Kediri tidak menyatakan kejujuran mengenai kondisi
sapi tersebut. Sering terjadinya uang palsu dikalangan pedagang pasar sapi di Kediri
karena tidak ada alat untuk mengetahui keaslian uang tersebut dan kebanyakan
pembeli merupakan orang-orang desa yang belum begitu faham tentang uang yang
asli dengan yang palsu.
Dan ada banyak pula kasus pada para pedagang sapi yang berusaha demi
mendapatkan keuntungan yang maksimal mereka melakukan kebohongan semisal

sumpah palsu seperti memberikan penjelasan mengenai kualitas-kualitas sapi yang
dijual karena pembeli orang awam yang tidak begitu faham tentang sapi yang bagus
untuk diternak atau untuk di sembelih. Hal tersebut dapat pula dinamakan dengan
suatu tindakan yang dapat melambungkan harga.
Meskipun mereka seorang pedagang muslim tetapi diduga mereka belum bisa
menerapkan perdagangan yang sesuai dengan ajaran Islam, yang sesuai dengan ajaran
Nabi Muhammad SAW. Padahal banyak sekali teladan etika berbisnis yang diajarkan
Rasulullah SAW. Yakni diantaranya adalah lebih mengutamakan kejujuran, tidak
sumpah palsu, sikap longgar dan ramah tamah, dan tidak menjelekkan bisnis orang
lain.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti secara mendalam kegiatan atau
perilaku yang dilakukan oleh para pedagang pasar sapi yang ada di kediri berdasarkan
tinjauan etika bisnis Islam dan fiqh muamalah. Penelitian di Pasar sapi yang ada di
kediri ini dilatarbelakangi karena di pasar ini kerap kali ditemui para pedagang yang
melakukan praktek bisnis seperti yang telah dicontohkan di atas. Dengan berbagai
banyaknya sapi yang dijual tidak menutup kemungkinan akan banyak sekali
ditemukan berbagai perilaku yang kurang sesuai dengan ajaran Islam dalam hal
perilaku pedagang sapi dalam berdagang dan menawarkan barang dagangan.
Karena inilah, meskipun mereka para pedagang muslim yang senantiasa turut
aktif dalam aktivitas dunia perdagangan maka sudah menjadi kewajiban bagi mereka

untuk menerapkan praktek perdagangan yang sesuai dengan ajaran Islam. Karena
setiap tindakan mereka juga menyangkut kehidupan akhiratnya kelak dan setiap
perbuatan pasti akan dimintai pertanggung jawabkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul “ANALISIS PERILAKU PEDAGANG PASAR SAPI DITINJAU DARI
ETIKA BISNIS ISLAM DAN FIQH MUAMALAH (Studi Kasus Pasar Sapi di
Kediri)”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dan judul di atas dapat dirumuskan fokus penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah perilaku pedagang Pasar Sapi ditinjau dari etika bisnis Islam ?
2. Bagaimanakah perilaku pedagang Pasar Sapi ditinjau dari fiqh muamalah ?
3. Bagaimanakah perilaku pedagang Pasar Sapi dalam kompetensi bisnis ditinjau
dari etika bisnis Islam dan fiqh muamalah ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perilaku pedagang Pasar Sapi ditinjau
dari etika bisnis Islam.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perilaku pedagang Pasar Sapi ditinjau
dari fiqih muamalah.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perilaku pedagang Pasar Sapi dalam
kompetensi bisnis ditinjau dari etika bisnis Islam dan fiqh muamalah.
D. Identifikasi Penelitian dan Batasan Masalah
Identifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Banyaknya kecurangan dalam jual beli pada pasar sapi di Kediri.
2. Kurangnya kesadaran pelaku pedagang terkait dengan etika bisnis dalam Islam.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Objek penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah peran etika bisnis Islam dan Fiqh
Muamalah dalam jual beli sapi di pasar Kediri.
2. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah pelaku pasar diantaranya yaitu
pedagang dan pembeli sapi di pasar sapi Kediri.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis

Pembahasan teradap permasalahan-permasalahan sebagaimana yang telah
diuraikan diatas, diharapkan akan memberikan pemahaman bagi pembaca
mengenai analisa perilaku pedagang sapi ditinjau dari etika bisnis dan fiqh
muamalah di pasar sapi Kediri.

2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan mahasiswa
dan masyarakat luas terutama para pedagang pada umumnya bawa berdagang
sesuai etika islam itu sangat penting.
F. Penegasan Istilah
1. Perilaku adalah perilaku berarti kelakuan, perbuatan, sikap dan tingkah laku.
2. Pedagang adalah seseorang yang menjual, mengganti, dan menukarkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain.
3. Etika bisnis islam adalah akhlak dalam menjelaskan bisnis sesuai dengan nilainilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran,
sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.
4. Fiqh muamalah adalah segenap aturan hukum Islam mengenai perilaku manusia di
dunia yang berkaitan dengan harta. Fiqh mu’amalah mencakup masalah transaksi
komersial seperti jual beli. Jadi fiqh mu’amalah merupakan serangkaian aturan
hukum yang mengatur pola akad atau transaksi antar manusia yang berkaitan
dengan pemutaran harta.
G. Kajian Teori
1. Perilaku Pedagang
Menurut bahasa, perilaku berarti kelakuan, perbuatan, sikap, tingkah, dan
pedagang adalah seseorang yang menjual, mengganti, dan menukarkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Perdagangan atau jual beli secara bahasa (lughatan)

berasal dari bahasa Arab al-bai’, al-tijarah, al-mubadalah artinya mengambil,
memberikan sesuatu atau barter. Secara istilah (syariah) ulama fikih dan pakar
mendefinisikan secara berbeda-beda bergantung pada sudut pandangnya masingmasing.2
Menurut beberapa ahli diantaranya Ibnu Qadamah menyatakan bahwa
perdagangan adalah pertukaran harta dengan harta untuk menjadikan miliknya.
2

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hal 75.

Nawawi menyatakan bahwa jual beli pemilikan harta benda dengan cara tukarmenukar yang sesuai dengan ketentuan syariah. Pendapat lain dikemukakan oleh
Al-Hasani, ia mengemukakan pendapat Mazhab Hanafiyah, jual beli adalah
pertukaran harta (mal) dengan harta melalui sistem yang menggunakan cara
tertentu. Sistem pertukaran harta dengan harta dalam konteks harta yang memiliki
manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya. Yang
dimaksud dengan cara tertentu adalah menggunakan ungkapan (sighah ijab
qabul).3
2. Pengertian Jual Beli
Jual beli (al-ba’i) secara etimologi adalah petukaran barang dengan barang
(barter). Jual beli merupakan istilah yang dapat digunakan untuk menyebut dari
dua sisi transaksi yang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan membeli.4

Menurut Imam Hanafi, beliau menyatakan bahwa jual beli adalah tukar
menukar harta atau barang dengan cara tertentu atau tukar mneukar sesuatu yang
disenangi dengan barang yang setara nilai dan manfaat nilainya setara dan
membawa manfaat bagi masing-mamsing pihak. Tukar menukar tersebut
dilakukan dengan ijab kabul atau saling memberi. Menurut Imam Nawawi jual
beli adalah tukar menukar barang atau sejenisnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah tukar menukar harta dengan
harta, biasanya berupa barang dengan uang yang didasarkan secara suka sama
suka dengan akad tertentu dengan tujuan untuk memiliki barang tersebut.
3. Perilaku Pedagang Menurut Etika Bisnis Islam
1) Pengertian etika bisnis Islam
Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan
menentukan apa yang harus dilakukan oleh seorang individu.Pengertian secara
terminologi kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Artinya: “custom”
atau kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia.
Pada dasarnya, etika sangat berpengaruh terhadap para pelaku bisnis terutama
dalam hal kepribadian, tindakan dan perilakunya.5
Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris “bussines”, yang mengandung
sejumlah arti diantaranya: commercial activity involving the exchange of
3

Ibid., hal 75.
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2016), hal 21
5
A. Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2010), hal 47.
4

money for goods or services (usaha komersial yang menyangkut soal
penukaran uang bagi produsen dan distributor.6
Al-Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin menjelaskan pengertian
‘khuluq’ etika adalah suatu sifat yang tetap dalam jiwa, yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan
pikiran.7 Dengan demikian etika bisnis dalam syariat Islam adalah akhlak
dalam menjelaskan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam
melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini
sebagai sesuatu yang baik dan benar.
2) Pentingnya etika dalam bisnis
Pandangan tentang bisnis sebagai media usaha yang bersifat material
untuk mencapai tujuan maksimalisasi laba dan tidak ada bisnis kecuali untuk
kepentingan semata, tak pelak telah melahirkan suatu kesadaran dalam
masyarakat, bahwa bisnis bersifat material dan dilakukan hanya untuk
mencapai maksimalisasi keuntungan.
Etika bisnis dipusatkan pada upaya mencari cara untuk menyelaraskan
kepentingan strategis suatu bisnis atau perusahaan dengan tuntutan moralitas.
Tetapi tuntutan tersebut, merekonstruksi pemahaman tentang bisnis dan
sekaligus mengimplementasikan bisnis sebagai media usaha atau perusahaan
yang bersifat etis. Yang dimaksud dengan sesuai dengan etika bisnis islam
yakni yang tidak bententangan dengan nilai kebatilan dan mengarah pada
kerusakan dan kedzaliman dalam bisnis.
Etika bisnis bertugas melakukan perubahan kesadaran masyarakat tentang
bisnis dengan memberikan suatu pemahaman atau cara pandang baru, yakni
bahwa bisnis tidak terpisah dari etika. Bisnis merupakan aktivitas manusia
secara keseluruhan dalam upaya mempertahankan hidup (survive), mencari
rasa aman, memenuhi kebutuhan sosial dan harga diri serta mengupayakan
pemenuhan aktualisasi diri, yang pada kesemuanya secara inhern terdapat
nilai-nilai etika.
3) Perilaku Pedagang Menurut Etika Bisnis Islam
Bisnis yang dibangun berdasarkan kaidah-kaidah Al-Quran dan hadits
akan mengantarkan para pelakuknya mencapai sukses dunia dan akhirat.
6
7

Ibid, hal 17.
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009),hal 171

Standar etika perilaku bisnis mendidik agar para pelaku bisnis menjalankan
bisnisnya sesuai dengan syariat islam. Dibawah ini adalah sejumlah prinsip
perilaku pelaku bisnis yang harus diikuti kaum Muslim8 :
a. Takwa
Seorang muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, bahkan
dalam suasana mereka sedang sibuk dalam aktivitas mereka. Ia hendaknya
sadar penuh dan responsif terhadap prioritas-prioritas yang telah
ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Kesadaran akan Allah ini hendaklah
menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala tindakan.
Misalnya saja, seorang pedagang harus menghentikan aktivitas bisnisnya
saat datang panggilan shalat, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban
lainnya.
Semua kegiatan transaksi bisnis hendaklah ditujukan untuk tujuan
hidup yang lebih mulia. Umat islam diperintahkan untuk mencari
kebahagiaan akhirat dengan cara menggunakan nikmat yang Allah
keruniakan kepada manusia dengan jalan yang sebaik-baiknya di dunia ini.
b. Aqshid
Aqshid adalah sederhana, rendah hati, lembah lembut, santun dan
simpatik. Berperilaku baik, sopan santun dalam pergaulan adalah fondasi
dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan
nilai yang tinggi mencakup semua sisi manusia. Perkataan yang kasar dan
ketus tidak pernah akan menghampirkan orang lain kepada kita, malah
akan menjauh dan bahkan bisa jadi mendoakan agar kita celaka.
Perilaku sopan dalam berdagang ataupun berbisnis dengan siapapun
tetap harus diterapkan, berbicara dengan ucapan dan ungkapan yang baik
walaupun dengan orang yang berpakaian compang-camping dan hitam
legam seklaipun. Pebisnis muslim diharuskan untuk berlaku manis dan
dermawan terhadap orang-orang yang miskin, karena alasan tertentu ia
tidak mampu memberijan sesuatu kepada mereka, setidak-tidaknya
perlakukanlah mereka dengan sopan dan kata-kata yang baik.
c. Khidmad

8

Ibid, hal 187

Khidmad artinya sikap melayani dengan baik. Sikap melayani
merupakan sikap utama dari seorang pebisnis atau pedagang. Tanpa sikap
utama dari seorang pemasar, yang melekat dalam kepribadiannya, dia
bukanlah seorang yang berjiwa pemasar.
Longgar dan bermurah hati dalam transaksi merupakan kontak antara
penjual dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap
ramah dan bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang
penjual akan mendapatkan berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh
pembeli. Kunci suksesnya adalah service kepada orang lain.
Senyum dari seorang penjual terhadap pembeli merupakan wujud
refleksi dari sikap ramah yang menyejukkan hati sehingga para pembeli
akan merasa senang. Dan bahkan bukan tidak mungkin pada akhirnya
mereka akan menjadi pelanggan setia yang akan menguntungkan
pengembangan bisnis dikemudian hari.
Sebaliknya, jika penjual bersikap kurang ramah, apalagi kasar terhadap
pembeli dalam melayaninya, justru mereka para pembeli akan melarikan
diri, dalam arti tidak mau kembali lagi untuk membeli pada penjual
tersebut.
d. Jujur dan berkata benar
Kejujuran dan kebiasaan berkata benar adalah kualitas-kualitas yang
harus dikembangkan dan dipraktekkan oleh para pengusaha Muslim.
Kebenaran misalnya memiliki pengaruh penguatan diri.
Kejujuran dan kebenaran terutama sangat penting bagi seorang
pengusaha Muslim karena adanya kebutuhan untuk mendapatkan
keuntungan dan godaan untuk memperbesar kemampuan produk atau jasa
mereka selama puncak penjualan.
Diantara akhlak yang harus menghiasi bisnis syariah dalam setiap
gerak-geriknya adalah kejujuran. Seringkali sifat jujur dianggap mudah
untuk dilaksanakan bagi orang-orang awam ketika sedang tidak
dihadapkan pada ujian yang berat atau pada godaan duniawi. Maka Islam

menjelaskan bahwa kejujuran yang sesungguhnya ialah kejujuran yang
terletak pada muamalahnya.
Dalam menjalankan usaha dan bisnis apa pun, perlu kiranya kita
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kejujuran. Kejujuran
merupakan kunci pokok bahwa seseorang tersebut dinilai dapat dipercaya
oleh orang lain.9
Kejujuran merupakan sifat Rasulullah yang begitu terpatri pada diri
beliau bahkan semenjak kecil. Dengan kejujuran tersebut maka beliau
diserahi berbagai tanggung jawab dalam menggembala ternak, membawa
barang dagangan, sampai dengan memimpin umat.
Dengan mencontoh mencontoh kejujuran beliau, maka kita akan malu
untuk berbuat curang, malu untuk menyembunyikan informasi buruk
seputar barang dagangan kita dan malu untuk berbohong serta
mengelabuhi orang lain.
e. Berlaku adil dalam bisnis (Al-‘Adl)
Berbisnislah kalian secara adil. Ini adalah salah satu bentuk akhlak
yang harus dimiliki seorang syariah marketer. Berbisnis secara adil adalah
wajib hukumnya, bukan hanya imbauan dari Allah SAW. Sikap asil
(al-‘adl) termasuk diantara nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh Islam
dalam semua aspek ekonomi Islam. Al-Qur’an telah menjadikan tujuan
semua risalah langit adalah untuk melaksanakan keadilan.
Lawan dari keadilan adalah kezaliman (al-zulm), yaitu sesuatu yang
telah diharamkan Allah atas diri-Nya atas hamba-hamba-Nya. Keadilan
berarti kita harus melakukan setiap transaksi sesuai dengan aturan dan
ketentuan syariat. Karena hanya ketentuan syariat universal yang
berpedoman pada ketentuan Allah yang independen kepada semua yang
ada (ash-shamad) dapat melahirkan keadilan di mana menempatkan
sesuatu sesuai tempat dan menggunakan sesuatu sesuai fungsinya yang
sebenarnya.10
f. Menepati janji dan tidak curang
9

Yucki Prihadi, Sukses Bisnis Melalui Manajemen Rasulullah (Jakarta: PT. Gramedia, 2012), hal 69.
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal 119.

10

Menepati janji dan tidak curang berarti amanah dalam menyimpan
sesuatu. Amanah bermakna keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai
dengan ketentuan. Dalam kehidupan, seorang muslim harus melaksanakan
segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepatuhan
kepada Allah adalah kepatuhan yang bersifat mutlak karena Allah memang
menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya.
Seorang pebisnis syariah harus senantiasa menjaga amanah yang
dipercayakan kepadanya. Demikian juga dengan seorang syariah
marketer, harus dapat menjaga amanah yang diberikan kepadanya sebagai
wakil dari perusahaan dalam memasarkan dan mempromosikan produk
kepada pelanggan, itu misalkan pada sebuah perusahaan.
g. Tidak suka berburuk sangka (Su’uzh-zhann)
Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi
Muhammad SAW. yang harus diimplementasikan dalam perilaku bisnis
modern. Tidak boleh satu pengusaha menjelekkan pengusaha lain, hanya
bermotifkan persaingan bisnis. Amat naif jika perilaku seperti ini terdapat
pada praktisi bisnis, apalagi praktisi yang sudah berani menempelkan
atribut syariah sebagai positioning bisnisnya. Karena itu, sepatutnya
akhlak para praktisi, akademisi, dan para pakar ekonomi syariah harus bisa
menjadi teladan bagi umat.
h. Tidak melakukan penipuan
Islam sangat melarang segala bentuk penipuan, untuk itu Islam sangat
menuntut suatu perdagangan yang dilakukan secara jujur dan amanah.
Termasuk dalam kategori ini adalah :
a) Ghisyyah, yaitu menyembunyikan cacat barang yang dijual.
b) Tathfif, yaitu tindakan pedagang mengurangi timbangan dan
takaran suatu barang yang dijual. Praktek kecurangan dengan
mengurangi timbangan dan takaran semacam ini hakikatnya suatu
tindakan yang telah merampas hak orang lain dalam bentuk

penipuan atas ketidakakuratan timbangan dan takaran. Oleh karena
itu, praktik perdagangan semacam ini sangat dilarang dalam Islam.
i. Tidak melakukan najasy
Yaitu praktek perdagangan dimana seseorang berpura-pura sebagai
pembeli yang menawar tinggi harga barang dagangan disertai memuji-muji
kualitas barang tersebut secara tidak wajar, tujuannya untuk menaikkan
harga.
Najasy juga diartikan sebagai rekayasa jual beli dengan menciptakan
permintaan palsu (false demand). Penjual melakukan kolusi dengan pihak
lain untuk melakukan penawaran, dengan harapan pembeli akan membeli
dengan harga yang tinggi. 11
Bai’ najasy merupakan rekayasa untuk menaikkan harga dengan
menciptakan permintaan palsu. Terkadang diawali dengan memuji-muji
kualitas barang dan dengan sumpah-sumpah palsu untuk menarik perhatian
calon pembeli.
4. Pengertian fiqh muamalah
1) Pengertian fiqh
Fiqh merupakan sebuah ilmu yang diderivasi dari Al-Qur’an dan AlSunnah dengan menggunakan kerangka sebuah metode yang disebut usul
fiqih. Jadi fiqih adalah pengetahuan atau pemahaman terhadap hukum-hukum
syara; yang sifatnya amaliyah. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui dalil
yang sudah terperinci atau yang tidak bersifat global.12
2) Mu’amalah
Mu’amalah secara bahasa yaitu Mu’amalat merupakan jama’ dari kata
mu’amalah yang terambil dari kata ‘al-amal’ yaitu kata umum yang mencakup
setiap tindakan yang dilakukan oleh orang mukallaf. Jadi Mu’amalah
merupakan aktivitas yang lebih pada tataran hubungan manusia dengan
manusia lainnya yang berbeda dengan ibadah mahdah yang merupakan
hubungan vertikal murni antara manusia dengan Allah.13
3) Fiqh Muamalah

11

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 95.
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah....., hal 01
13
Ibid, hal 5
12

Fiqh mu’amalah merupakan segenap aturan hukum Islam mengenai
perilaku manusia di dunia yang berkaitan dengan harta. 14 Fiqh mu’amalah
mencakup masalah transaksi komersial seperti jual beli. Jadi fiqh mu’amalah
merupakan serangkaian aturan hukum yang mengatur pola akad atau transaksi
antar manusia yang berkaitan dengan pemutaran harta.

H. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak
ukur dan acuan untuk menyelesaikannya, penelitian terdahulu memudahkan penulis
dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan penelitian dari
segi teori maupun konsep.
Dalam jurnal “Etika Bisnis Pedagang Pada Jual Beli Telepon Genggam Bekas
Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok
Timur". Jurnal Vol. 06 No. 2 ISSN. : 2443-0056. (Lalu Muhammad Shabiran dkk,
2017). Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari kelima informan dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa etika bisnis pedagang belum sesuai dengan prinsip etika
bisnis yang diajarkan Rasulullah seperti siddiq, tabliq, amanah, fathonah. Padahal
dalam Islam kita dianjurkan untuk selalu jujur, terbuka, dan tidak saling merugikan
antara pihak penjual maupun pembeli.
Dalam jurnal “Analisis Penerapan Etika Bisnis Dalam Perdagangab Sapi Di
Pasar Hewan Pasirian". Jurnal Vol. 06 No. 2. (Muhammad Farid dkk, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam perdagangan sapi di pasar hewan Pasirian
untuk penerapan prinsip kejujurannya masih kurang dikarenakan masih ada beberapa
pedagang yang berlaku curang dan adanya pedagang yang tidak mentaati peraturan
pasar, namun jumlahnya sangat minimal. Penulis menilai hal ini terjadi karena
kurangnya pengetahuan mengenai etika bisnis Islam bagi para pedagang dan
pemikiran mereka tentang bisnis hanyalah untuk mencari keuntungan materi semata.
Dalam jurnal “Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar
Wonokromo Surabaya". Jurnal Vol. 01 No. 4. (Siti Nur Azizaturrahmah dkk, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa secara umum para pedagang muslim Pasar
Wonokromo memahami etika sebagai tatakrama dan perilaku yang baik dalam
14

Ibid, hal 6

berdagang. Dan secara umum para pedagang muslim Pasar Wonokromo sudah
memahami etika berdagang Islami sesuai yang dikemukakan oleh Haidar Naqvi
(1993:86-105) yaitu prinsip kesatuan (tauhid), prinsip kesetimbangan (keadilan),
prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab, dan prinsip kebenaran.
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada
generalisasi.15
Sesuai dengan definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa alasan peneliti
menggunakan model ini di maksudkan untuk mengetahui pendapat dan perilaku
pedagang dalam berdagang dan menawarkan barang dagangannya ketika ditinjau
dari etika bisnis Islam dan fiqh muamalah
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pasar Sapi yang ada di Kediri. Berlokasi di
kota Pare yang berdagang sapi pada pasaran Wage saja, pasar Brenggolo yang
terletak di Plosoklaten berdagang sapi pada pasaran Pon, pasar Pagu berdagang
sapi pada pasaran Kliwon dan di pasar Wates berdagang sapi pada pasaran
Pahing.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data lapangan dalam rangka mendiskripsikan dan
menjawab

permasalahan

yang

sedang

diteliti,

maka

penelitian

dalam

mengumpulkan data menggunakan metode:
1. Metode wawancara atau interview
Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis dari semua
tehnik penelitian sosial. Hal ini dikarenakan dari bentuknya yang berasal dari
interaksi verbal antara peneliti dan responden. Oleh karena itu, peneliti
bertatap muka secara langsung dengan subyek penelitian atau pedagang sapi
15
Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam ( konsep dan penerapan), ( Jakarta : Alim’s
Publishing, 2017), hal 232

yang berada di pasar sapi yang ada di Kediri. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang pengetahuan para pedagang mengenai tata cara
berdagang yang sesuai dengan ajaran Islam dan untuk mengetahui bagaimana
para pedagang di Pasar Pagu menjalankan aktivitas berdagangnya. Sedangkan
wawancara dengan pembeli digunakan untuk menilai apakah pedagang
tersebut melakukan aktivitas berdagangnya sesuai dengan etika yang diajarkan
oleh Islam atau tata cara yang sesuai dengan ajaran Islam atau belum.
Wawancara dapat dilakukan secara tersruktur maupun tidak tersruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.16
2. Metode observasi atau pengamatan
Metode observasi metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejalagejala yang diteliti. Observasi juga merupakan metode pengumpulan data
melalui indra manusia.
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam
yang lain.17
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikhologis. Dua proses yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.18
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana
praktik atau transaksi yang dilakukan oleh para pedagang di pasar Pagu dalam
menjalankan bisnisnya. Juga metode observasi ini digunakan untuk mengamati
bagaimana aktivitas para pedagang di pasar dalam menjalankan proses
perdagangannya.
16

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dab R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), 138.
Sugiono, Metode Penelitian., 145.
18
Ibid., 145.
17

3. Metode dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara mengumpulkan data dari sumbersumber non-insaniyakni berupa dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang
terkait dengan fokus dan sub fokus penelitian. yang menghasilkan catatancatatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga
penelitian ini akan memperoleh data yang sah dan lengkap. 19 Data dokumentasi
ini berupa foto, arsip, dan dokumen lainnya. Dokumentasi adalah metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani yaitu bendabenda tertulis, buku-buku, majalah, catatan harian, dan dokumen perusahaan
yang berhubungan dengan data yang diperlukan.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto para
pedagang di pasar, foto aktivitas para pedagang, dan foto ketika peneliti
mewawancarai para pedagang di pasar. Dan juga dokumen pasar sebagai
tambahan gambaran umum mengenai pasar yang diteliti.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam metode penelitian kualitatif dilakukan secara terusmenerus dari awal hingga akhir penelitian, dengan induktif, dan mencari pola,
model, tema, serta teori. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber, baik data dari wawancara, pengamatan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan di lokasi penelitian, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar dan foto.20
Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui pengaturan data
secara logis dan sistematis, dan analisis data itu dilakukan sejak awal peneliti
terjun ke lokasi penelitian hingga pada akhir penelitian (pengumpulan data).
Metode analisis ini digunakan untuk menganalisis data yang sudah diperoleh
oleh peneliti untuk mengetahui proses berdagang yang dilakukan oleh beberapa
pedagang di pasar dan bagaimana praktik aktivitas dan perilaku yang di
lakukannya.
Analisis selama di lapangan yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman
yaitu menggunakan analisis data reduction (reduksi data), yaitu merangkum data.

19

Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian....., hal 234
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hal 245.
20

Merangkum adalah memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang
penting, dicari tema dan polanya.21
Langkah selanjutnya yaitu data display ( penyajian data) dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori. Yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif yaitu dengan text yang bersifat naratif. Langkah terakhir yaitu
conclusion drawing/verification. Yaitu menarik kesimpulan dan verivikasi.
J. DAFTAR PUSTAKA
Djuwaini, Dimyauddin. 2010. Pengantar Fiqh Muamalah.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. 2012. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Harahap, Sofyan S. 2011. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta :
Salemba Empat.
Hasan, Ali.2009. Manajemen Bisnis Syari’ah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kadir, A. 2010. Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Qur’an. Jakarta : Amzah.
Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Mustofa, Imam. 2016. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor :
Ghalia Indonesia.

21

Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian......, hal 236.

Prihadi, Yucki. 2012. Sukses Bisnis Melalui Manajemen Rasulullah. Jakarta:
PT. Gramedia.
Subagiyo, Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam ( konsep dan
penerapan). Jakarta : Alim’s Publishing.
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dab R&D. Bandung :
Alfabeta.