Implementasi Peraturan Wali Kota No 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan
IMPLEMENTASI PERATURAN WALI KOTA NOMOR 35
TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN
Skripsi Penelitian
DI KOTA MEDAN
Oleh:
RESA NOVAITA BR BANGUN
100903012
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
kemampuan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Implementasi
Peraturan Wali Kota No 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan”. Adapun
penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sebagai suatu karya ilmiah, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengaharapkan adanya kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi
ini.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan,
semangat dan dorongan, baik itu secara moral maupun secara materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya
kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi ini.
Skripsi ini saya dedikasikan untuk semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu :
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak
Prof.Dr.Badaruddin,M.Si.
2. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution,M.Si.
3. Kepada Ibu Elita Dewi,M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara
FISIP USU.
(3)
5. Kepada Bapak Drs.M.Ridwan Rangkuti, M.S selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun serta semangat
seperti seorang teman dan seorang bapak kepada anak dari awal hingga akhir penulisan
skripsi ini.
6. Kepada Bapak Dadang Dermawan S.sos M,Si selaku dosen penguji untuk seminar
proposal dan meja hijau.
7. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah
memberikan banyak ilmu selama perkuliahan.
8. Staf administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, khusus untuk
Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam urusan
administrasi.
9. Untuk Kepala Bidang : Drs. Nawawi, Kasubak Umum Ibuk Fitriani Nasution, Ibuk
Maya, Ibuk Desy, Bapak Ahmad dan semua staf Pegawai Dinas Pendapatan Kota
Medan serta Bapak Fahmi Harahap, Bapak Hormat Ginting (bp. Margaret) dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan yang telah bersedia meluangkan waktu dan
banyak memberikan informasi serta semangat moral kepada penulis untuk keperluan
penyusunan skripsi ini.
10. Untuk seluruh Pegawai Dinas yang sangat ramah dan berbaik hati dalam memberikan
setiap data yang dibutuhkan peneliti.
11. Untuk usaha hiburan Ratu café, Galang café, Permata café, Oukup BS 1 dan 2, dan masih
banyak lagi yang tidak dapat di sebut satu persatu, yang sudah mau menjadi responden
(4)
12. Untuk kedua orangtuaku, Bapak (Reno Iskandar Bangun) dan Mamak (Sabaraty br
Sitepu) yang menjadi dasar semangat dan teman ketika sedang bingung, juga terimakasih
buat dukungan doa dan kerja kerasnya untuk medukung melalui materil yang diberikan
selama perkuliahan penulis. Bapak udah capek dan selalu setia menemani dan mengantar
kemana pun untuk keperluan kuliah dan mamak yang sudah memberi pengertian yang
besar untuk karena penulis tidak mengerjakan semua tanggung jawab di rumah selama
penulis sibuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai, bujur bapa bujur nande man bandu
nge gelar sarjana ku enda.
13. Untuk saudaraku Louis Pehulisa Bangun dan Andre Gabriel Bangun yang menjadi
semangat untuk menyelesaikan perkuliahan ini, agar menjadi contoh baik buat mereka.
14. Untuk keluarga besar Bangun Mergana, Bapak tua Bukti Bangun, Bibik Tua Darminta
Br Bangun dan semua keluarga yang tidak bisa disebut satu persatu dan Untuk Keluarga
besar Sitepu Mergana, Bibik Uda Alamta Br Sitepu ( boy ) yang sudah menjadi seperti
orang tua dan teman, Bulang Arap Sitepu, Nenek Ngena Ate Br ginting. Terima kasih
untuk doa dan dukungan kalian semua selama penulis mulai masuk kuliah hingga
menyelesaikan sekolah ini dengan baik.
15. Untuk yang tersayang Riski Tuahta Tarigan Gersang, terimakasih sudah menjadi teman
dan abang yang special dalam hidupku, yang begitu baik hati, mau menjadi tempat
berbagi suka dan duka dan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
makasi ya Tiganku.
16. Untuk teman – teman IMKA Jopy ( kacibang), Olber ( turempet ), Ana, Logika, Jop,
Ginta, Iyan, Mario, Ema dan masih banyak lagi. Makasi untuk semangat yang diberi
(5)
17. Untuk sahabat-sahabatku:Erap, Atika, Lasma, Chyntia, Windy, Frima, Modest, Benny,
Dedy, Frids, Agustiana, Reina, Bernad dan seluruh AN 0’10 yang sudah menemani hari–
hari selama perkuliahan. Dan Susi, Hepy, Widodo H.R.L.T yang sudah menjadi teman
yang begitu baik, memberi banyak sekali bantuan dan semangat mulai dari SMA hingga
perkuliahan selesai.
Medan, Agustus 2014
Resa Novaita Br Bangun
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DATAR BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian. ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Kerangka Teori ... 6
1.5.1. Kebijakan Publik ... 6
1.5.1.1. Pengertian Kebijakan Publik ... 6
1.5.2 Implementasi Kebijakan ... 9
1.5.2.1. Pengertian Implementasi Kebijakan ... 9
1.5.2.2. Model – odel Implementasi Kebijakan ... 10
A. Model Van Meter Dan Van Horn (1975) ... 10
B. Model Implementasi Kebijakan Grindle ... 13
C. Model Mazmanian Dan Sabatier (1983) ... 15
(7)
1.5.2.3 Variabel – variable Yang Akan Digunakan Dalam Kebijakan Ini ... 20
1.6. Defenisi Konsep ... 22
1.7.Defenisi Operasional ... 23
1.8 Sistematika Penulisan ... 24
BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian ... 26
2.2 Lokasi Penelitian ... 26
2.3 Informan Penelitian ... 26
2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27
2.5 Teknik Analisa Data ... 28
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Profil Kota Medan ... 30
3.2. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan ... 31
3.3. Visi Dan Misi Dinas Pendapatan Kota Medan . ... 33
3.4. Struktur Organisasi Kota Medan ... 34
3.5. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapata Kota Medan ... 37
3.6. Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan ... 59
3.7. Data kepegawaian Dinas Pendapatan Kota Medan ... 60
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Hasil Wawancara ... 61
4.1.1.Karakteristik Informan ... 61
4.1.1.1 Identitas Informan Kunci ... 61
4.1.1.2 Identitas Informan Utama. ... 62
4.2. Penyajian Data Tentang Implementasi Kebijakan Peraturan Wali Kota Medan Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan ... 63
(8)
4.2.1. Deskripsi Hasil Wawancara Dengan Informan Kunci. ... 63 4.2.2. Deskripsi Data Kuesioner ... 68 4.3. Data Sekunder ... 76
BAB V ANALISA DATA
5.1. Pemahaman Informan Terhadap Implementasi Peraturan Wali kota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan ... 81 5.2. Implementasi Peraturan Wali kota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan Di Kota Medan ... 83
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ... 92 6.2. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Tabel 4.1 Identitas informan Berdasarkan jenis Kelamin Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3Distribusi Jawaban Informan mengenai sikap yang ditunjukkan Petugas dalam proses pengurusan pajak hiburan
Tabel 4.4Distribusi Jawaban Informan mengenai pungutan biaya tambahan dalam melakukan pengurusan izin usaha
Tabel 4.5Distribusi Jawaban Informan mengenai kendala dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 TentangPajak Hiburan Tabel 4.6Distribusi Jawaban Informan mengenai sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan pemerintah mengenai kebijakan ... Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Tabel 4.7Distribusi Jawaban Informan mengenai pengaruh bagi kegiatan usaha hiburan Informan
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pelaksanaan Kebijakan Peraturan
Implementasi Peraturan Wali Kota Nomor 35 Tahun 2011Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Tepatkah Tindakan Pemerintah Dengan Dibentuknya Kebijakan Peraturan Implementasi Peraturan Wali Kota Nomor 35 Tahun 2011Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan
Tabel 4.10Distribusi Jawaban Informan Mengenai Tata Cara Prosedur Untuk Mendapatkan Izin Usaha Hiburan Tersebut
Tabel 4.11Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pelayanan Yang Diberikan Oleh Petugas Selama Proses Izin Hiburan
Tabel 4.12Distribusi Jawaban Informan Mengenai waktu yang Dibutuhkan Dalam Pengurusan Izin Usah Hiburan
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
Gambar 4.3.1 Fasilitas Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
Gambar 4.3.2 Ruang Kerja Staf Pegawai dan Ruang Kerja Kepala Bidang Data
Dan penetapan Dinas Pendapatan Kota medan
(11)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Model Implementasi Van Meter dan Van Horn
Bagan 1.2 Implementasi Sebagai Proses Politik dan Adminstratif
Bagan 1.3 Model Implementasi George Edward III
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran 2. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 3. Undangan Seminar
Lampiran 4. Jadwal Seminar
Lampiran 5. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran 6. Berita Acara
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU
Lampiran 8. Surat Rekomendasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Medan
Lampiran 9. Pedoman Wawancara Lampiran 10. Pedoman Kuesioner
Lampiran 11. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Lampiran 12. Peraturan Wali Kota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan di Kota Medan
Lampiran 13. Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Tahun 2012 - 2013 Lampiran 14. Formulir Permohonan Pendaftaran Usaha Pariwisata Lampiran 15. Surat keterangan Telah Melunasi Pajak Daerah
(13)
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PERATURAN PERATURAN WALI KOTA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DI KOTA MEDAN
Nama : Resa Novaita Br Bangun
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, MS
Peraturan Wali Kota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan merupakan tindak lanjut dari Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan. Dengan adanya Peraturan Daerah khususnya Peraturan Wali Kota Medan ini tentunya sangat membantu Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri untuk mewujudkan Kota Medan dengan masyarakat yang taat dan patuh akan wajib pajak khususnya pada bidang hiburan. Berdasarkan Peraturan Wali Kota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan, Dinas Pendapatan Kota Medan merupakan badan koordinasi pelaksana Peraturan Wali Kota ini khususnya di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi Peraturan Wali Kota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan ini melalui Dinas Pendapatan Kota Medan Kota Medan.
Dalam penelitian ini, metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis kualitatif, dengan maksud untuk memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan. Informan kunci penelitian adalah Kepala Bidang Data Dan Penetapan Dinas Pendapatan Kota Medan dan Kepala Bidang Dinas kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan. Sedangkan informan utama adalah Pengusaha atau Penanggung Jawab dari usaha hiburan di Kota Medan.
Berdasarkan hasil penyajian dan analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan secara umum sudah berjalan dengan baik hanya saja masih terdapat beberapa kekurangan, seperti belum maksimalnya proses komunikasi maupun pengawasan kepada pengusaha hiburan untuk melaksanakan seluruh peraturan yang ada dalam peraturan tersebut.
Kata Kunci (Keywords: Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia hal menyenangkan yang dapat di nikmati oleh semua
kalangan dan yang paling di tunggu – tunggu adalah hiburan, dimana setiap orang akan
dimanjakan dan memperoleh kesenangan di dalamnya, dengan melakukan kegiatan atau hal – hal
yang menyenangkan bagi mereka. Hiburan banyak jenisnya mulai dari hiburan khusus keluarga,
pribadi misalnya seperti bioskop, diskotik, music tiup, karoke, klub malam, panti pijat, mandi
uap, Spa, bola sodok, bola gelinding, seluncur, taman rekreasi dan masih banyak lagi. Hiburan
dapat diperoleh dari berbagai fasilitas yang telah di sediakan oleh pihak tertentu untuk
memperoleh keuntungan di dalamnya.Untuk mencapai keinginan tersebut, tentunya memerlukan
uang untuk membayar setiap dari hiburan yang didapat. Tempat hiburan biasanya terkumpul di
tempat yang padat akan penduduk seperti di kota, salah satunya kota Medan.
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan
kota terbesar ketiga di Indonesia dengan luas 265,1 km² setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini
juga merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa. Medan juga merupakan salah satu kota besar
yang ada di Indonesia dengan jumlah penduduk yang padat yaitu 2,098 juta penduduk pada
tahun 20101
1
Sumber: pemkomedan.go.id
. Kota Medan juga menyandang status sebagai kota Metropolitan, hal ini boleh
dilihat dari segi fisik banyaknya bangunan atau gedung tinggi seperti perkantoran dan pusat
perbelanjaan dan hiburan, sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang semakin canggih
(15)
Salah satu yang menarik dari kota Medan adalah banyaknya tempat hiburan yang dapat
memanjakan setiap pengunjungnya, seperti Bioskop, Diskotik, Karoke, Klab Malam, Mandi
Uap, Spa, Panti Pijat, Taman rekreasi, Pusat perbelanjaan, Pagelaran kesenian dan masih banyak
lagi. Tentunya dengan beraneka ragamnya tempat hiburan yang ada di kota Medan akan
mempengaruhi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah ( PAD) dalam bidang pajak daerah
melalui pajak penyelenggaraan hiburan khususnya yang dimana akan berguna untuk
pembangunan Kota Medan, untuk memperoleh PAD yang ditujukan untuk pembangunan daerah
tersebut. Ada beberapa sumber pendapatan asli daerah, salah satunya yaitu melalui pajak hiburan
yang seperti di utarakan diatas.
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat2
Pajakjuga merupakan tulang punggung Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara(APBN). Tanpa Pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat
melakukanpembangunan. Dalam struktur APBN, kontribusi penerimaan dalam negeri darisektor .Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakatdan negara.
Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagimasyarakat Indonesia. Sebagian
kalangan telah menempatkan pajak sebagai salahsatu kewajiban dalam bernegara, yaitu
merupakan sarana untuk ikut berpartisipasidalam membantu pelaksanaan tugas bernegara yang
ditangani oleh pemerintah.Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak,
demikian jugakeikutsertaan masyarakat dari berbagai kalangan apabila ada
penyelenggaraankegiatan mengenai perpajakan seperti halnya seminar, lokakarya,
dialogpenyuluhan. Dan buku-buku mengenai pajak pun sudah banyak kita temui.
2
(16)
Pajak cukup signifikan secara nominal maupun persentase.Medan merupakan kota yang besar
dengan peringkat tempat hiburan yang banyak sehingga potensipajaknya akan sangat besar.
Tetapi sampai saat ini, potensi pajak di Medan belum dapat diterima daerah secara maksimal.
Namum demikian, pajak jugamasih merupakan hal yang rumit dan sekaligus menjadi momok
yang menakutkanuntuk sebagian wajib pajak karena dalam hal ini pajak masih dianggap
sebagaibeban pada masyarakat karena tingginya pajak hiburan di Kota Medan yang sekarang ini
yakni menjadi 20 % ,sehingga menimbulkan banyak pengusaha di bidang hiburan tidak
mendaftarkan usahanya ke Dinas Pendapatan Pemerintahan Kota Medan dan mengurus ke Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Medan, sehingga banyak menimbulkan tingkat pelanggaran rekayasa
setoran pajak hiburan ke daerah dari pengelola. Dengan pengenaan pajak terlalu besar pada
pengelola, maka potensi rekayasa setoran pajak ke daerah juga akan semakin besar dan Pajak
dianggap rumit karena peraturan pajak itu sendirikerap kali berubah-ubah dan sulit dimengerti.
Dalam hal ini wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayaran
pajak, pemotonganpajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Berdasarkan pengertian
diatas Pajak dari setiap tempat hiburan tersebut akan di setorkan atau di bayar oleh setiap Badan
yang dalam artian sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
(17)
Jika sudah sampai pada urusan seperti ini pemerintah daerah akan kesulitan untuk
mengurusnya jika tidak ada undang – undang peraturan daerah atau kebijakan khusus untuk
mengurus dan menangani di bidang pajak hiburan. Oleh karena itu untuk menangani di bidang
Pajak Hiburan Pemerintah Daerah Khususnya Wali Kota Medan mengeluarkan Peraturan Wali
Kota Medan Nomor 35 tahun 2011 tentang pajak hiburan Kota Medan, yang merupakan
pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan.
Berdasarkan laporan atau berita dari salah satu media massa cetak yaitu Waspada dan
Medan bisnis. Jika mengacu dari potensi dan objek pajak yang dimiliki Kota Medan, maka target
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak dan retribusi yang diproyeksikan untuk Dinas
Pendapatan (Dispenda) Kota Medan tahun 2013 sebesar Rp1,2 triliun dinilai masih terlalu
kecil.Seharusnya, PAD dari sektor pajak dan retribusi yang layak itu sebesar Rp1,7 triliun atau
Rp1,8 triliun. Karenanya, Walikota optimis Kadispenda yang baru dilantik M.Husni mampu
merealisasikan target guna mendukung jalannya pembangunan di Kota Medan. Realisasi
Pendapatan Asli Daerah
sekitar Rp 897 miliar dari target Rp 1,19 triliun, pajak hiburan 70% dari target Rp 38,9 miliar3
Dalam Peraturan Wali Kota Nomor 35 tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan ini dibahas
mengenai petunjuk teknis pelaksanaan, dengan demikian akan mempermudah agen atau dinas
yang mengatur tentang pajak hiburan dalam memperoleh ijin, membayar pajak, pelaksanaan
pemungutan pajak, pendataan, pendaftaran, pelaporan, tata cara penetapan dan pembayaran,
penagihan, pembukuan, pemeriksaan dan pengawasan, pengajuan keberatan banding,
pembetulan, pembatalan, pengurangan dan ketetapan,dan penghapusan, atau pengurangan sanksi
administrasi. Dengan demikian akan mempermudah aparat atau dinas yang mengatur tentang
pajak hiburan di Kota Medan, sehingga meminimalisir kesalahan atau kecurangan di dalam .
3
(18)
pelaksanaan maupun di dalam lapangan khususnya bagi pengusaha hiburan agar sadar pajak dan
mau ikud berpartisipasi untuk membangun daerah melalui pajak. Berdasarkan uraian di atas
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimanaImplementasi Peraturan Wali Kota
Medan Tentang Pajak Hiburan Kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi
Peraturan Wali Kota Medan No 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan di Kota Medan ?
I.3Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Wali Kota Medan Tentang Pajak
Hiburan di Kota Medan beserta kendala yang terdapat didalam pelaksanaannya.
I.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1) Secara Ilmiah : bermanfaat untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir
ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan
kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2) Secara Praktis : sebagai bahan masukan untukDinas Pendapatan Kota Medan dari sektor
pajak hiburan.
Secara Akademis : bermanfaat untuk menambah pengetahuan teoritis dan menyumbang
(19)
I.5.Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep. Untuk memudahkan penulis dalam menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori-teori
sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti
masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan
bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan
dengan variabel pokok, subvariabel atau masalah pokok yang ada dalam penelitian(Kerlinger,
1973: 9)4
Menurut Easton (1969), kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan
untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat
melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari
sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai
kepada masyarakat.
.Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.5.1.Kebijakan Publik
1.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan berasal dari kata policy dari bahasa Inggris. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum, masyarakat, ataupun Negara.
5
4
Effendi, Sofian. 2012. Metode Penelitian Survey (Edisi Revisi) (Jakarta: LP3ES) hal 35.
5
(20)
Sedangkan menurut Anderson, kebijakan publik merupakan arah tindakan yang
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi
suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan
perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan atau bukan pada apa yang diusulkan atau
dimaksudkan.6
Kebijakan publik memiliki tahap yang cukup kompleks karena memiliki banyak proses
dan variabel. Menurut William Dunn (1998), tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai
berikut
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah serangkaian pedoman dan dasar rencana yang akan dilakukan oleh pemerintah
dalam mengatasi sebuah persoalan yang ada dalam kehidupan masyarakatnya dengan hubungan
yang mengikat. Jadi, kebijakan publik berpusat pada penyelesaian masalah yang sudah nyata.
7
a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting) :
Kelompok masyarakat seperti parpol, ormas, serikat, ataupun kelompok lainnya akan
menyuarakan isu mereka kepada pemerintah. Isu yang disampaikan oleh mereka akan
bersaing untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Para pembuat kebijakan akan
memilih isu yang akan mereka angkat. Sedangka isu yang lain ada yang tidak tersentuh
sama sekali dan sebagian lagi akan didiamkan dalam waktu yang cukup lama.
b. Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)
Isu yang telah masuk ke dalam agenda kebijakan dan dibahas oleh para pembuat
kebijakan akan didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.
6
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik (Yogyakarta: Media Pressindo) hal. 16.
7
(21)
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya
dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk memecahkan masalah.
c. Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan,
pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari
mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Kebijakan yang sudah diadopsi kemudian dirangkum melalui program-program yang
harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan administrasi maupun agen
pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil akan dilaksanakan oleh
unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap
ini, berbagai kepentingan akan bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat
dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para
pelaksana.
e. Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat
sejauh mana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik yang
pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini memperbaiki
masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau
criteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih
(22)
1.5.2Implementasi Kebijakan
I.5.2.1Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang krusial dalam proses kebijakan publik.
Jika suatu kebijakan telah ditetapkan, kebijakan tersebut tidak akan berhasil dan terwujud
bilamana tidak diimplementasikan. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar
mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dalam arti luas dapat
diartikan sebagai alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik
yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang
diinginkan.
Sementara itu, Van Meter dan Van Horn menyebutkan implementasi kebijakan sebagai
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk
mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan
yang besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi implementasi
merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk
mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program pada tujuan kebijakan yang diinginkan.
Menurut Jones terdapat tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu:
1. Penafsiran: yaitu kegiatan yang menerjemahkan makna program kedalam pengaturan
(23)
2. Organisasi: merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan
kebijakan.
3. Penerapan: berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lainnya
I.5.2.2Model-Model Implementasi Kebijakan
Untuk melihat bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif,
maka dapat dilihat dari berbagai model, yaitu:
A. Model Van Meter dan Van Horn (1975)
Teori ini beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses
implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya Van
Meter dan Van Horn menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan
antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang menghubungkan
kebijakan dengan kinerja kebijakan. Mereka menegaskan bahwa perubahan, kontrol dan
kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep yang penting dalam prosedur-prosedur
implementasi. Dengan memanfaatkan konsep-konsep tersebut maka permasalahan yang perlu
dikaji dalam hubungan ini adalah:
a. Hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam
organisasi.
b. Seberapa jauhkah tingkat efektifitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiapjenjang
struktur, masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling rendah dalam
(24)
c. Seberapa pentingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi (masalah
kepatuhan).
Dari pandangan tersebut maka Van Meter dan Van Horn membuat tipologi kebijakan menurut:
a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan terjadi.
b. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat
dalam proses implementasi.
Alasan dikemukakannya hal ini adalah bahwa proses implementasi itu akan dipengaruhi
oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu, dalam artian bahwa implementasi akan berhasil
apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit sementara kesepakatan terhadap tujuan
terutama dari para implementor dilapangan relatif tinggi. Hal lain yang dikemukakan mereka
bahwa yang menghubungkan kebijakan dan kinerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas
yang saling berkaitan. Variabel bebas itu adalah:
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan.
Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah
menimbulkan konflik diantara agen implementasi.
2. Sumber Daya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya non manusia seperti dana yang digunakan untuk mendukung implementasi
(25)
3. Komunikasi dan Penguatan Aktivitas
Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain agar
tujuan kebijakan dapat tercapai.
4. Karakteristik Agen Pelaksana
Karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semua hal tersebut akan mempengaruhi
implementasi suatu program.
5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung
keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat
memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karaktersitik para partisipan yakni menolak
atau mendukung, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi Implementor
Ini mencakup tiga hal, yakni: (a) respon implementor terhadap kebijakan yang akan
dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, pemahaman para agen
pelaksana terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai
yang dimiliki oleh implementor.
(26)
Bagan 1.1: model implementasi van meter dan van horn
Sumber: Van Meter dan Van Horn, 1975: 463
B. Model Implementasi Kebijakan Grindle8
Implementasi menurut Grindle (1980), ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks
implementasinya. Ide dasar Grindle adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan
menjadi program aksi maupun proyek individual biaya telah disediakan, maka
implementasi kebijakan dilakukan, tetapi ini tidak berjalan mulus, tergantung pada
implementability dari program itu, yang dapat dilihat pada isi dan konteks kebijakannya. Isi kebijakan mencakup: (1) kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan, (2) tipe atau
jenis manfaat yang akan dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diinginkan, (4)
kedudukan pembuat kebijakan, (5) siapa pelaksana program, (6) sumber daya yang
dilibatkan.
8
Wibawa, Samodra, dkk.1994. Evaluasi kebijakan Publik(Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa) hal. 22-25.
Komunikasi antar orgaisasi dan kegiatan pelaksanaan
Ukuran dan Tujuan
Kebijakan Karakteristik
Badan Pelaksana
Sikap Pelaksana Prestasi kerja
Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik Sumber
(27)
Demikian dengan konteks kebijakan juga memengaruhi proses implementasi.
Yang dimaksud Grindle dengan konteks kebijakan adalah: (1) kekuasaan kepentingan
dan strategi aktor yang terlibat, (2) karakteristik lembaga dan penguasa, dan (3)
kepatuhan serta daya tanggap pelaksana. Intensitas keterlibatan para perencana, politisi,
pengusaha, kelompok sasaran, dan para pelaksana program akan bercampur baur
memengaruhi efektivitas implementasi. Hal ini searah dengan variabel kondisi sosial,
ekonomi, dan politik yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn, dimana juga
berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.
plementasi kebijakan.
Bagan1.2Implementasi sebagai proses politik dan administratif
(Merilee S. Grindle. 1980. Politics and Policy Implementation in the Third World, Princeton University Press, New Jersey, p. 11)
I mplementing
ActivitiesI nfluenced by: a.Content of Policy
I ntersts affected
Type of benefits
Extent of change envisioned
Site of decision making
Program implementors
Resources committed
b.Context I mplementation
Power, interests, and strategies of actors involved
I nstitution and regime characteristics
Compliance and responsiveness
Outcomes: a. I mpact on society,
individuals, and groups b. Change and its Policy Goals
Goals achieved?
Action Programs and I ndividual Projects
Designed and Funded Programs Delivered as designed?
(28)
C. Model Mazmanian dan Sabatier (1983)
Model ini disebut sebagai model kerangka analisis implementasi. Mazmanian dan
Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan kedalam tiga variabel, yaitu:
1. Karakteristik dari masalah (tractability of the problems) sering disebut dengan variabel independen. Indikatornya adalah:
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan.
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran.
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.
2. Karakteristik kebijakan/ undang-undang (ability of statute to structure implementation)
sering disebut dengan istilah variabel intervening, indikatornya adalah: a. Kejelasan isi kebijakan.
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.
c. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.
d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi
pelaksana.Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
e. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.
f. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam
implementasi kebijakan.
3. Variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation) sering disebut dengan istilah dependen. Indikatornya adalah:
(29)
b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan.
c. Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups).
d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.
D. Model Implementasi Kebijakan George Edward III9
George Edward III melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis,
dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi
kebijakan. Faktor-faktor tersebut ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap
implementasi kebijakan. Menurut George Edward III, dalam pendekatan studi implementasi
harus dimulai dengan suatu pernyataan abstrak seperti yang dikemukakan sebagai berikut:
a. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?
b. Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi
kebijakan?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, George Edward III mengajukan empat faktor yang
berperan penting dalam keberhasilan implementasi, yaitu:
1. Komunikasi (communication).
Implementasi kebijakan akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan
kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan
secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan
perlu dikomunikasikan sehingga pelaku kebijakan mengetahui secara tepatapa yang menjadi isi,
9
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis (Yogyakarta: Gava Media) hal. 31-33.
(30)
tujuan, kelompok sasaran kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat menyiapkan hal-hal apa
saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa
berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan kebijakan itu. Komunikasi dalam organisasi
merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya
untuk kepentingan tertentu, atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber informasi yang
berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan
efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah
mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua
personel dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenahi maksud dan tujuan kebijakan.
Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya
mereka tidak mengerti apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan
bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan
mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara
serius mempengaruhi implementasi kebijakan. Komunikasi implementasi mencakup beberapa
hal yaitu: (a) transformasi informasi, (b) kejelasan informasi, dan (c) konsistensi informasi.
2. Sumber Daya (resource)
Bukan hanya isi sebuah kebijakan saja yang dikomunikasi secara jelas, sumber daya juga
harus tetap dipersiapkan untuk dapat melaksanakan implementasi kebijakan. Ketersediaan
sumber daya dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi
kebijakan tidak akan efektif bilamana saumber-sumber pendukungnya tidak memadai.
Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang
relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber
(31)
diarahkan sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat
dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.Sumberdaya
manusia yang tidak memadahi (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya
program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika
jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan
skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen
SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program. Informasi merupakan sumberdaya
penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai
bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan kepada
peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan bahwa tingkat pusat tidak tahu
kebutuhan yang diperlukan para pelaksana dilapangan. Kekurangan informasi/pengetahuan
bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak
bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien.
Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan
pemerintah yang ada. Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan
bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakan/mengatur keuangan, baik
penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor.Fasilitas yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang
mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.
3. Disposisi (sikap)
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap
(32)
melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat
kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.Ada tiga bentuk
sikap/respon implementor terhadap kebijakan ; kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana
untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut.
Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami
kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada
didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program.
Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran
program. Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan
kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang
mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan
karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan
insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam
melaksanakan kebijakan/program.
4. Struktur Birokrasi (bereaucratic structure)
Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur
birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang
terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial
(33)
Bagan 1.3: model implementasi George Edward III
I.5.2.3Variabel – Variabel Yang Akan Digunakan Dalam Penelitian Ini
Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan, perlu diketahui
variabel-variabel atau faktor-faktor penentunya. Menurut Solichin semakin kompleks
permasalahan kebijakan dan semakin mendalam analisis yang dilakukan, semakin diperlukan
teori atau model yang relatif operasional, yang mampu menghubungkan kausalitas antar variabel
yang menjadi fokus masalah. Oleh karena itu, maka variabel yang akan dipakai dalam
Implementasi Peraturan Wali Kota Medan Tentang Pajak Hiburan yaitu:
1. Disposisi (sikap implementor)
Kecenderungan/sikap yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi
pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Adapun kecenderungan yang dimaksud
mencakup hal-hal berikut:
a. Tingkat komitmen implementor terhadap pencapaian tujuan kebijakan.
b. Respon implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan.
(34)
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke
bawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindari distorsi implementasi,
untuk itu perlu adanya ketepatan waktu dalam penyampaian informasi, kejelasan informasi yang
disampaikan dan adanya konsistensi dalam penyampaian informasi. Sementara itu koordinasi
menyangkut persoalan yang lebih mendasar, yaitu bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan.
Koordinasi berarti adanya kerjasama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana
kebijakan/lembaga terkait dalam sistem administrasi guna pencapaian tujuan implementasi
kebijakan.
3. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek penting dari organisasi adalah
adanya standart prosedur operasional (SOP) yang menjadi pedoman bagi setiap implementor
dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasan dan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
4. Sumber daya
Ketersediaan sumber daya merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.
Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi kebijakan tidak akan bisa tercapai. Sumber daya
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sumber daya materiil dan sumber daya non materiil.
Sumber daya materiil meliputi dana dan peralatan yang dipakai, sedangkan sumber daya non
materiil meliputi staff/personil yang memadai serta keahlian-keahlian yang tepat untuk
melaksanakan tugas-tugasnya, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, serta informasi
(35)
I.6Definisi Konsep
Menurut Singarimbun konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi perhatian ilmu sosial.
Untuk menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam
penelitian ini adalah :
1. Kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah lewat keputusan
bersama dengan aktor-aktor politik untuk memecahkan masalah publik yang dihadapi. Kebijakan
publik yang dimaksud dalam penelitian ini adalahPeraturan Wali Kota Medan No 35 tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan di Kota Medan.
2. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu.
Adapun indikator yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dalam
penelitian ini di ambil dari model implementasi kebijakan George C. Edward adalah sebagai
berikut:
1. Komunikasi
(36)
3. Disposisi Implementor
4. Struktur birokrasi
1.7 Definisi Operasional
Menurut Singarimbun definisi operasional adalah unsur penelitian memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah
semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Melalui
pengukuran ini dapat diketahui indkator apa saja sebagai pendukung untuk di analisis dari
variabel-variabel tersebut.
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
1. Komunikasi
a. Seberapa besar kerjasama dan dukungan antar berbagai instansi dalam
pelaksanaan kebijakan
2. Sumber daya
a. Kemampuan dari para implementor
b. Ketersediaan dana dan fasilitas
3. Disposisi implementor
Kecenderungan sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:
a. Gambaran komitmen implementor terhadap tujuan kebijakan
b. Respon implementor terhadap kebijakan
(37)
4. Struktur birokrasi
Prosedur standart operasional (SOP) atau Petunjuk pelaksana/petunjuk teknis
(Juklak/Juknis)
I.8Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan mengikuti bab – bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisi data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian dilapangan dan dokumen-dokumen
(38)
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitain dan memberikan interpretasi
atas permasalahan yang diteliti.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas masalah yang
(39)
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Metode Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin penelitian deskriptif adalah penelitian
yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada
saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari
objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa
untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Bogdan dan Taylor
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatanterhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
2.2Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan kota medan jl.Jendral besar H.
Abdul Haris Nasution No. 32 Medan.
2.3Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil
penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan
sampel. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai
pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.Informan penelitian ini ada dua
(40)
1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi
pokok yang diperlukan dalam penelitian,
2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti,
Berdarkan uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas:
1. Informan kunci adalah Kepala Bidang Dinas Pendapatan Pemerintahan Kota Medan.
2. Informan utama adalah pemilik / penanggung jawab pengusaha jasa hiburan .
2.4Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan informasi, keterangan-keterangan yang
diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data primer
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian (field research)
untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data primer
tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Metode Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian ke lokasi
penelitian.
b) Metode Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa
(41)
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan-bahan kepustakaan
yang dapat mendukung data primer. Data sekunder tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a) Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan
berbagai literatur seperti buku, dokumen, majalah, jurnal, internet dan berbagai bahan
yang berhubungan dengan objek penelitian.
b) Studi Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dalam lokasi
penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.
2.5Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitain ini adalah analisis data kualitatif
yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari para key informan. Teknik analisis data ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan
muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian dan kemudian dapat
menarik kesimpulan.
Menurut Miles dan Huberman, analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu:
a. Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
(42)
b. Penyajian Data; penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama
bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan
dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam
suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.
c. Menarik kesimpulan; penarikan kesimpulan menurut Miles dan Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
(43)
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Profil Kota Medan
Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.
Kota Medan merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi
Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini
dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.
Secara geografis, Kota Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT
dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan
dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak
yang strategis ini menyebabkan Kota Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan
perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim
tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan
berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kota Medan memiliki 21 Kecamatan dan
158 Kelurahan10
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan
bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat
itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo.
Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur
maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa,
Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur .
10
(44)
dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis,
seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali,
Jawa, dan lain sebagai. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan
toleran antara satu suku dengan yang lain.
3.2Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Pemerintahan Kota Medan11
Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian
Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang
penerimaan/pendapatan daerah.Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di
Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau
urusan. Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta
Potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui peraturan daerah Kota Medan,
Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama bagian IX yang tugas
pokoknya mengelola penerimaan dan pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari
beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978,
tentang penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan
Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, maka pemerintah Kota Medan menetapkan
Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 1978 tentang Struktur Organisasi dinas Pendapatan daerah
Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur
Organisasi dinas Pendapatan daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala dinas yang
11
(45)
terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) seksi dengan
masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib pajak/retribusi daerah,
struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan
berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional. Dengan
keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang
sistem dan prosedur Perpajakan/Retribusi daerah dan Pendapatan daerah lainnya serta Pajak
Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota dan surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan
Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990
tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK.II Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja
dinas-dinas daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan
dalam Peraturan daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001, sehingga Peraturan daerah
Kotamadya Daerah TK II Medan Nomor 16 tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti
dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi
(46)
Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah,
terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) sub bagian dan 5 (lima) Sub Dinas
dengan masing-masing 4 (empat) seksi serta kelompok jabatan fungsional.
Gambar 3.1Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
3.3Visi dan Misi DinasPendapatan Pemerintahan Kota Medan
Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
“Terwujudnya pendapatan daerah sebagai andalan pembiayaan pembangunan daerah.”
Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
1.Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap sumber dan pengelola pendapatan daerah.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana dinas.
3. Intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan daerah.
4. meningkatkan penegakan hukum.
(47)
3.4Struktur Organisasi DinasPendapatan Pemerintahan Kota Medan
BerdasarkanPeraturan Walikota Medan No. 35 Tahun 2011, Organisasi Dinas Pendapatan
Pemerintahan Kota Medan, terdiri dari :
1. Kepala Dinas : M. Husni, SE, M.Si
2. Sekretaris : Dra. Edlity, MAP
3. Kasubbag Keuangan : Delisah, S.Sos
• Kasubbag Umum : Fitriati Hasibuan
• Kasubbag Peny. Program : Ilham Nur, SE
4 Bidang Pendataan dan Penetapan
Kepala Bidang : Drs. Nawawi
• Kasi. Pendataan dan Pendaftaran : Benny Sinomba Siregar, SE
• Kasi. Pemeriksaan : Linda Mora, SSTP
• Kasi. Penetapan : Ali Fitri Harahap, SE
• Kasi. Pengolahan Data dan Informasi : Popy Maya Syafira, SP. MM
5 Bidang Penagihan
Kepala Bidang : Hj. Yusdarliana, S.Sos
• Kasi. Pembukuan dan Verifikasi : Hardy Faisal Siregar, S.Sos
• Kasi. Penagihan dan Perhitungan : Sutan Partahi P, SH
(48)
6 Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Kepala Bidang : Zakaria, S.Kom, MM
• Kasi. Bagi Hasil Pajak : Azhar M. Tanjung, S.Sos
• Kasi. Bagi Hasil Bukan Pajak : Mutiara F.A. Manullang, SSTP
• Kasi. Penata Usahaan Bagi Hasil : M. Amri Harahap, S.Sos
• Kasi. Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan : A. Untung Lubis,
S.Sos
7 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Kepala Bidang : Drs. H. Empani Lubis
• Kasi. Pengembangan Pajak : T. Dahrisan, SE
• Kasi. Pengembangan Retribusi : Yuni Firbriyanti, S.Sos
• Kasi. Pengembangan Pendapatan Lain-lain : Wan Azmi, AP, MAP
8 Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Kepala UPT I : Edral Hasyim Harahap,S.Sos
Kasubag TU : Hj. Suendang
Kepala UPT II : M. Hadeli Sundhana, SE, Msi
Kasubag TU : Ronald F.I. Tarigan, SE
(49)
Kasubag TU : Khairunsyah, SH
Kepala UPT IV : Andi Yan Wahyudi, S.Sos, MAP
Kasubag TU : Respawan Lubis
Kepala UPT V : Sofyan Effendi Hasibuan, SE
Kasubag TU : Drs. Hardi Putra
Kepala UPT VI : Kiky Zulfikar, S.Sos, Msi
Kasubag TU : Muhammad Amsar, SE, MM
Kepala UPT VII : Satria Rizal
(50)
Bagan :3.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Sumber : Dinas Pandapatan Kota Medan
KEPALA DINAS SUB. BAGIAN SUB BAGIAN KEUANGAN SUB.BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT BIDANG PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH BIDANG BAGI HASIL
DAN PENDAPATAN BIDANG PENAGIHAN
BIDANG PENDATAAN DAN PENETAPAN
SEKSI PEMBUKUAN DAN VERIFIKASI SEKSI PENDATAAN DAN PENDAFTARAN SEKSI PENGEMBANGAN PAJAK SEKSI BAGI HASIL PAJAK
SEKSI PENGEMBANGAN RETRIBUSI SEKSI BAGI HASIL
BUKAN PAJAK SEKSI PENAGIHAN DAN
PERHITUNGAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAIN- LAIN SEKSI PENATA
USAHAAN BAGI HASIL SEKSI PERTIMBANGAN DAN RESTITUSI SEKSI UPT SEKSI SEKSI PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN DAN PENGKAJIAN
(51)
3.5Tugas Pokok dan Fungsi DinasPendapatan Pemerintahan Kota Medan
Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang
pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Tugas Pokok
1. Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan
pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
2. Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah
dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang
tugasnya.
Fungsi
a. merumuskan dan melaksankan kebijakan teknis dibidang pendapatan daerah;
b. melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah
dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;
c. melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam
(52)
d. melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta
PBB;
e. melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;
f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi 1. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab Kepada Walikota melalui Sekretaris
Daerah.
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang
pendapatan daerah berdasarkan asa otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Dinas
menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan; b. penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pendapatan; c. pembinaan dan pelaksanaan
tugas dibidang pendapatan; dan d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.
(1) Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugasDinas lingkup
(53)
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusuna rencana, program dan kegiatan kesekretariatan;
b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;
c. pelaksanaan dan penyelenggarakan apelayanan administrasi kesekretariatan Dinas
yang meliputi administrasi umum,kepegawaian, keuangan, kerumah tanggaan Dinas;
d. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan
ketataleksanaan;
e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas Dinas;
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
3.Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan
bertanggung
jawab Kepada Sekretaris.
(1) Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat
lingkup administrasi umum.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub Bagian Umum
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;
(54)
c. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolan tata naskah dinas, penataan
kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraaan kerumah tanggaan Dinas.
d. pengelolan administrasi kepegawaian;
e. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
kepegawaian;
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretari sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
4. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Sekretaris.
(1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat
lingup pengelolaan administrasi keuangan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan Kegiatan Sub Bagian Keuangan;
b. penyusunan Bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;
c. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana,
penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan vertifikasi;
d. penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;
(55)
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
5. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusuna Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
(1) Sub Bagian Penyusuna Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub Bagian
Penyusunan Program;
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program;
b. pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencan dan program Dinas;
c. penyiapan bahan penyusunan rencana dan Program Dinas;
d. penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(56)
Bidang Pendataan dan penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawahdan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
(1) Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinaslingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan
informasi.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pendataan
dan Penetapanmenyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendatan dan Penetapan;
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pendatan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan,
dan pengelolan data dan informasi;
c. melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan
pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan pengelolan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan
informasi dari instansi yang terkait;
e. pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya.
f. perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan tehadap Wajib Pajak dan Wajib
(57)
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan
penetapan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
7. Seksi Pendatan dan Pendaftaran
Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
(1) Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimanan dimaksud pada ayat (1), Seksi Pendataan
dan Pendaftaran menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Pendataan dan Pendaftaran;
c. pelaksanaan objek pajak daerah / retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi
Daerah (SPTRD).
d. pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui formulir pendaftaran;
e. penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah / Wajib
Retribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan
dengan pendaftaran dan pendataan;
(58)
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
8. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan
bertanggungjawab
kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
(1) Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan
danPenetapan lingkup pemeriksaan.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pemeriksaan
menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;
c. penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa.
d. penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
9. Seksi Penetapan
Seksi penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung
(59)
(1) Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan
dan penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Penetapan
menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;
c. penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi
daerah;
d. penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan
daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;
e. pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan
wajib pajak;
f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanan tugas;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
10. Seksi Pengelola Data dan Informasi
Seksi Pengelola Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah
(60)
(1) Seksi Pengelola Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pengelola
Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;
c. pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah;
d. penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data;
e. pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;
f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
11. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
(1) Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
pembukuan, vertifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan retribusi.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Penagihan
(61)
a. penyusunan rencana, program, dan Kegiatan Bidang Penagihan;
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, vertifikasi, penagihan, perhitungan,
pertimbangan dan retribusi;
c. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya;
d. pelaksanaan penagihan atas tungkapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan
daerah lainnya;
e. pelaksanaan perhitungan retribusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah,
retribusi daerah dan pendapatan lainnya;
f. pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas
permohon wajib pajak;
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
12. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi
Seksi Pembukuan dan Vertifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bidang Penagihan.
(1) Seksi Pembukuan dan Vertifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan Vertifikasi.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pembukuan
dan Vertifikasi menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Vertifikasi;
(1)
berjumlah 79 orang pegawai, sehingga diharapkan mampu untuk mengimplementasian kebijakan perizinan usaha hiburan tersebut dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pegawai yang dimiliki oleh Bidang Pendataan dan Penetapan Dinas Pendapatan Kota Medan sudah cukup memadai dari segi kuantitas untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dari segi kualitas sudah cukup memadai karena di dominasi oleh lulusan sarjana. Dan sudah dilakukan pembinaan atau
Training khisus pada pegawai untuk lebih memahami cara kerja untuk di lapngan, yaitu sekitar 214 usaha hiburan yang harus dibina dan dilayani, jumlah seluruh pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Khususnya Bidang Data Dan Penetapan sudah maksimalnya dalam melaksanakan peraturan tersebut.
(2)
BAB VI
PENUTUP
6.1Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penyajian dan analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan secara umum sudah berjalan dengan baik hanya saja masih terdapat beberapa kekurangan, seperti belum maksimalnya proses komunikasi maupun pengawasan kepada pengusaha hiburan untuk melaksanakan seluruh peraturan yang ada dalam peraturan tersebut.
2. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan dapat dilihat dari beberapa variabel implementasi yaitu disposisi atau sikap implementor, komunikasi dan koordinasi,struktur organisasi dan sumber daya. Secara lengkap kesimpulan dari penelitian dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:
a. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan dilihat dari indikator disposisi implementor atau sikap dan karakteristik pelaksana kebijakan secara umum sudah baik. Hal tersebut dilihat dari sikap agen pelaksana yang mengetahui tugas pokok dan fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya, latar belakang, manfaat, tujuan serta sasaran dari kebijakan dan mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut dengan sungguh-sungguh.
b. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan dilihat dari indikator komunikasi dan koordinasi secara umum sudah cukup baik.
(3)
Komunikasi dan kordinasi sudah terjalin selama implementasi peraturan, baik komunikasi dan koordinasi dalam lingkungan Dinas Pendapatan Kota Medan maupun komunikasi dan koordinasi kepada instansi lain, walaupun komunikasi kepada masyarakat dapat dikatakan masih kurang maksimal, hal ini didasarkan pada data jadwal kegiatan sosialisasi, pembinaan dan pengawasan belum terlalu jelas kapan saja di laksanakan. Sehingga meskipun Jumlah pengusaha hiburan yang telah mengurus izin usaha meningkat tetapi kesadaran mereka masih kurang untuk mau mematuhi seluruh isi peraturan tersebut.
c. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan dilihat dari indikator struktur birokrasi secara umum sudah baik, karena Dinas Pendapatan Kota Medan sudah memiliki struktur organisasi yang jelas.
d. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan dilihat dari indikator sumber daya secara umum sudah cukup baik dan baik. Sumber daya dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu, sumber daya manusia, sumber daya finansial dan fasilitas. Sumber daya manusia/ pegawai pada Dinas Pendapatan Kota Medan khususnya pada Bidang Data dan Penetapan yang menangani peraturan ini dari segi kualitas dapat dikatakan mampu untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Fasilitas dan finansial yang ada sudah cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut.
3. Adapun faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan / implementasi kebijakan Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan tersebut antara lain; (a) Masih kurangnya respon pengusaha hiburan dalam mendukung dan
(4)
mematuhi peraturan tersebut. Dimana beberapa dari pengusaha hiburan masih ada beranggapan bahwa peraturan tersebut kurang begitu penting. Belum lagi masih terdapat beberapa usaha hiburan yang sudah memiliki izin tetapi masih belum mematuhi ketentuan yang terdapat pada peraturan tersebut, jika masih ada anggapan masyarakat inilah yang kemudian bisa merusak bahkan menghambat peraturan ini akan dapat terlaksana dengan baik. (b) Kurang tegasnya sikap yang dimiliki oleh pelaksana peraturan dalam menindak pengusaha hiburan yang menyalahi aturan serta menegakkan.
6.2Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran-saran yang bersifat konstruktif, yaitu:
1. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan dilihat dari indikator komunikasi dan koordinasi, disposisi atau sikap implementor, sumber daya dan struktur organisasi secara umum sudah cukup baik, namun untuk kedepannya semua aspek tersebut masih memiliki beberapa kekurangan sehingga para pelaksana peraturan dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota medan perlu melakukan pembenahan dan perbaikan dengan tujuan agar pelaksanaan kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan maksimal dan mencapai tujuan seperti yang sudah ditetapkan.
2. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu ditingkatkan sosialisasi dan komunikasi kepada pengusaha/pemilik usaha hiburan, agar mereka semakin sadar akan tujuan dari peraturan tersebutserta melakukan fungsi pengawasan dan pembinaan secara
(5)
lebih intens dan lebih bertindak tegas kepada pengusaha hiburan yang melanggar aturan dengan menutup paksa atau melarang beroperasi kembali.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, ed. 2. Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press.
Effendi, Sofian. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta: Gava Media.
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI.
Wahab, Solichin Abdul. 2001. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Malang: UMM Press.
Wibawa, Samodra, dkk.1994. Evaluasi kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.
Sumber Undang-Undang
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Peraturan Wali Kota Kota Medan Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Sumber Internet:
http:medanbisnisdaily.com di unduh pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 09.13 WIB