Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Binjai Kota

H
HA
ASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
AN
N

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP
KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
DI PUSKESMAS BINJAI KOTA
Heru Santosa
Departemen Kependudukan dan Biostatistika
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Jl.Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155
ABSTRACT
Public Health Center (Puskesmas) is a leading health service in the development
of health that plays a vital role to realize the health development through vision of
Indonesian Healthy 2010. The objectives of the research would be to know the
quality of health services, the contributing factors., and the demand and need of
community. The measurement of quality of services used SERQUAL method and
the extraction of data is made either quantitatively or qualitatively. The analysis

indicated that mean quality score was 3.77. Furthermore, health service quality of
Public Health Center on all dimensions generally indicate the score above 3. It
means that health service quality of Public Health Center from several
measurement dimensions indicate a relative good phase. Stratified by mean score,
dimension of assurance and tangibles has mean score of 3.82; dimension of
responsivenness has mean score of 3.79; and dimension of empathy has mean of
3.74. The dimension of reliability has lowest mean score: 3.68. The factors
effecting the improvement of health service quality in Public Health Center are
input factor, process factor, and environmental factor.
Keywords: Public health center, Service quality
PENDAHULUAN
Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan mempunyai dua fungsi, iaitu
fungsi pelayanan publik dan fungsi
pelayanan klinis/medikal. Kualitas pelayanan
kesehatan
Puskesmas
dalam
rangka
pemenuhan keperluan pelayanan kesehatan

masyarakat ditentukan oleh dua faktor.
Faktor pertama, adalah faktor
dalaman
(internal)
Puskesmas
yang
berhubungkait dengan kualitas pelayanan
kesehatan dan tingkat kepuasaan pasien.
Artinya, selama kualitas pelayanan kesehatan
memenuhi kepuasan pasien, maka tingkat
kebersesuaianan akan tinggi dan Puskesmas
akan tetap merupakan keperluan masyarakat.
Sebaliknya, selama kualitas pelayanan
kesehatan tidak memenuhi tingkat kepuasaan
pasien, maka tingkat kebersesuaianan akan

rendah, mengakibatkan Puskesmas akan
ditinggalkan oleh masyarakat.
Faktor kedua, adalah faktor luaran
(eksternal) iaitu adanya perubahan (transisi)

demografi,
epidemiologi, sosio-ekonomi
serta nilai dan sikap kritis masyarakat akan
menciptakan keperluan-keperluan pelayanan
kesehatan yang sangat komplek dan
beragam. Dengan demikian kedudukan dan
peran
kualitas
pelayanan
Puskesmas
sangatlah penting untuk dilaksanakan.
Sejak pengadaan Puskesmas sebagai
pusat pelayanan kesehatan berlangsung iaitu
tahun 1968, maka secara umum hingga saat
ini telah menunjukkan sumbangannya yang
cukup besar dalam pemberian pelayanan
kesehatan, terutama pada masyarakat kelas
menengah ke bawah baik di kota maupun di
desa.
Selanjutnya,

proses
pemberian
pelayanan ditingkatkan melalui peningkatan

166
Universitas Sumatera Utara

kualitas dan profesionalisme sumber daya
kesehatan sebagaimana dihuraikan di atas.
Sedangkan harapan masyarakat pengguna
diselaraskan melalui peningkatan pendidikan
umum, penyuluhan kesehatan, komunikasi
yang baik antara pemberi pelayanan dan
masyarakat. Berazaskan paparan di atas
maka kajian dilakukan dengan mengambil
judul “Persepsi Masyarakat Terhadap
Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Binjai Kota.

3. Responsiveness, meliputi keinginan para

pemberi pelayanan untuk membantu
pengguna dan memberikan pelayanan
dengan cekap.
4. Assurance,
meliputi
kemampuan,
kesopanan, sifat boleh dipercayai dan
bebas dari risiko bahaya atau ralat
kesalahan perobatan.
5. Empathy, meliputi
kemudahan dan
kelesaan
dalam
menjalankan
hubungan, komunikasi yang baik dan
memahami keinginan pengguna.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Zeithami (dalam bukunya
yang berjudul “Delivering quality service

balancing
customer
perceptions
and
expectations,
1990:21-22)
dalam
Sedarmayanti (200:205) menyatakan bahwa
tolok ukur kualitas pelayanan dapat diukur
dari 10 sub variabel (dimensi), iaitu
tangibles,
reliability,
responsivenss,
competence, coutesy, credibility, security,
access, communications, undestanding the
customer.
Namun demikian, selepas indikatorindikator
daripada
dimensi
tersebut

digunakan untuk pengkajian secara berulangulang
didapati
berlaku
pertindihan
(overlapping) antara beberapa indikator
sebagai dimensi pengukuran, iaitu antara
kecakapan
(competency),
kesantunan
(courtesy), kredibiliti (credibility)
dan
keselamatan (security). Kesemua dimensi
berkenaan digabung dan disebut sebagai
indikator dimensi jaminan (assurance).
Selanjutnya, indikator dimensi akses
(access), komunikasi (communication), dan
memahami pengguna (understanding the
customer) digabung dan disebut sebagai
indikator dimensi kesefahaman (empathy)
(Skema 2.3). Akhirnya, indikator dimensi

pengukuran kualitas pelayanan mengikuti
sepuluh indikator dimensi tersebut diperbaiki
menjadi lima indikator dimensi yang mudah
digunakan dan dikenali sebagai SERQUAL
(Service Quality), yaitu:
1. Tangibles, meliputi kewujudan bukti
fizikal yang nyata seperti penampilan
atau rupa bentuk fizikal kemudahan
peralatan,
personel
dan
sistem
komunikadsi.
2. Reliability,
meliputi
kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan.

167


Metode SERQUAL tersebut telah
digunakan dalam beberapa penyelidikan dan
telah memberikan peringkat kesahihan dan
kepercayaan yang tinggi.
Seterusnya,
dengan mengguna skala Likert, maka
persepsi kualitas pelayanan kesehatan
Puskesmas sebagai variabel (variable) diukur
dengan lima sub variabel (sub-variable) dan
seterusnya dikembangkan menjadi 25 item
pertanyaan. Setiap uraian daftar pertanyaan
persepsi kualitas pelayanan kesehatan
Puskesmas menyediakan lima
jawaban
penilaian peringkat tinggi hingga rendah
seperti ”sangat baik”, ”baik”, ”sedang”,
”kurang baik” dan ”sangat tidak baik”.
1


Skala Skor Kualitas
2
3
4

Sangat Tidak
Baik

5
Sangat
Baik

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengetahui kualitas pelayanan kesehatan
Puskesmas
berdasarkan
persepsi
masyarakat pengguna.
2. Mengetahui faktor penyebab kualitas

pelayanan kesehatan Puskesmas baik
faktor input, proses dan lingkungan.
3. Mengetahui
demand
dan
need
masyarakat akan keinginan pelayanan
kesehatan masa depan.
METODE PENELITIAN
Sebagaimana
yang
telah
diuraikan, salah satu tujuan kajian ini
ialah menilai tahap kualitas pelayanan
kesehatan Puskesmas di Binaji Kota.
Justifikasi memilih Binaji Kota, karena
1). Binjai Kota merupakan wilayah sub

Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (166–171)
Heru Santosa
Universitas Sumatera Utara

urban, yakni perbatasan Medan sebagai
ibukota Provinsi Sumatera dan wilayah
pedesaan yakni Kabupaten Langkat.. 2).
Sejak tahun 1999 hingga tahun 2003
kunjungan pasien ke Puskesmas di Kota
Binjai mengalami penurunan 4,2% setiap
tahunnya.
Populasi dalam kajian ini terdiri
daripada dua jenis, iaitu (1) populasi
penduduk yang diwakili ketua keluarga atau
anggota
keluarga
sebagai
pengguna
pelayanan Puskesmas dan (2) populasi ketua
Puskesmas. Populasi dalam kajian ini ialah
kepala keluarga atau anggota keluarga yang
pernah memanfaatkan atau melakukan
lawatan pemeriksaan dan atau perobatan
kesehatan Puskesmas di tempat penelitian
tahun 2007. Diambil sebanayk 50 Kepala
keluarga. Populasi pengelola Puskesmas ini
adalah terdiri dari Kepala
Puskesmas.
Pengumpulan
data
terhadap
Kepala
Puskesmas dijalankan dengan metode
wawancara
mendalam.
Wawancara
mendalam ialah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian kualitatif
dengan tujuan untuk menemukan makna bagi
sebuah tema menurut pemahaman responden
secara mendalam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara keseluruhan berdasarkan ke
25 indikator sebagai dimensi pengukuran
kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas
hasil mendapati skor kualitas adalah 3.77.
Selanjutnya,
hasil
pengolahan
data
mendapati skor tahap kualitas pelayanan
kesehatan Puskesmas terhadap semua
dimensi secara umumnya menunjukkan skor
di atas 3. Dengan demikian secara umumnya

tahap
kualitas
pelayanan
kesehatan
Puskesmas
dari
berbagai
dimensi
pengukuran menunjukkan tahap yang relatip
cukup tinggi atau bagus. Diurutkan menurut
dimensi kualitas, maka dimensi assurance
mempunyai rata-rata skor 3,82; tangibles
mempunyai
rata-rata
skor
3.82;
responsivenness mempunyai rata-rata skor
3.79; empathy mempunyai rata-rata skor
3.74; dan reliability mempunyai rata-rata
skor paling rendah iaitu 3.68.
Mendasarkan
daripada
hasil
tersebut, maka secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa dimensi-dimensi penting
yang perlu mendapat perhatian guna
peningkatan dan pembaikan lebih lanjut
adalah menyangkut: keterjangkuan lokasi,
ketepatan kehadiran tenaga kesehatan
perawat, kemampuan dokter dari tanggapan
terhadap keluhan pasien, keramahan dan
kesopanan, kesesuaian pelayanan dengan
harapan pesakit.
Lebih lanjut, dengan berdasarkan
pengukuran faktor internal dan eksternal
melalui pengkuran faktor input, proses dan
lingkungan daripada persepsi Kepala
Puskesmas, maka didapatkan gambaran
bahwa pencapaian tahap kualitas pelayanan
kesehatan Puskesmas hingga saat ini, juga
disebabkan karena faktor sikap dan kinerja
personil yang meliputi faktor internal dan
eksternal. Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa personil kesehatan atau provider
kesehatan
dalam
sebuah
organisasi
merupakan fokus daripada hasil karya
organisasi tersebut. Artinya, bahwa personil
kesehatan atau provider kesehatan harus
mempunyai ciri dan sifat yang melekat pada
dirinya.

Tabel 1. Skor kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas
No.
Dimensi Pengukuran

I.

Tangibles

1.
2.
3.

Lokasi Puskesmas dilihat daripada aspek kemudahan dikunjungi masyarakat
Kebersihan, kerapian dan kenyamanan di lingkungan Puskesmas.
Keadaan kebersihan alat-alat medis yang digunakan untuk pemeriksaan
kesehatan
Kelengkapan administrasi dalam memberi pelayanan di Puskesmas
Kerapian dan kebersihan penampilan dokter, perawat dan pegawai Puskesmas
Reliability
Kecepatan penerimaan pesakit

4.
5.
II.
6.

Purata
Skor
Kualitas
3,82
3.02
3.94
3.74
3.52
3.96
3,68
3.94

Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (166–171)
168
Heru Santosa
Universitas Sumatera Utara

7.
8.
9.
10.
III.
11.
12.
13.
14.
15.
IV.
16.
17.
18.
19.
20.
V.
21.
22.
23.
24.
25.

Pelayanan pesakit berdasarkan urutan nomor pendaftaran
Masa buka dan tutup Puskesmas
Ketepatan kehadiran dokter di Puskesmas
Ketepatan kehadiran perawat di Puskesmas
Responsivenness
Kemampuan dokter dari tanggapan terhadap
keluhan pesakit
Kesabaran dokter dalam memberi informasi yang jelas bagi pesakit
Kenyamanan pesakit ketika dokter menjalankan pemeriksaan kepada pesakit
Ketepatan dan ketangkasan tindakan dokter kepada pesakit
Ketepatan dan ketangkasan tindakan perawat disaat diperlukan oleh pesakit
Assurance
Kemampuan dan pengetahuan dokter dalam menyembuhkan pesakit
Keramahan, kesopanan dan persahabatan dari dokter/perawat terhadap pesakit.
Kemampuan komunikasi dan kemesraan dokter, perawat terhadap pesakit
Pemberian jaminan kesembuhan dari dokter kepada pesakit
Mutu obat-obatan dan jumlahnya
Empathy
Kemampuan dokter dan perawat memberikan semangat dan harapan kepada
pesakit
Pemberian informasi dokter dan perawat mengenai penyakit dan perobatan
kepada pesakit
Dokter dan perawat memenuhi keinginan pesakit
Kesesuaian pelayanan dengan harapan pesakit
Kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh dokter, perawat kepada
pesakit
Rata-rata skor tahap kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan

KESIMPULAN
Secara keseluruhan berdasarkan ke
25 indikator sebagai dimensi pengukuran
kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas
hasil mendapati skor kualitas adalah 3.77.
Selanjutnya,
hasil
pengolahan
data
mendapati skor tahap kualitas pelayanan
kesehatan Puskesmas terhadap semua
dimensi secara umumnya menunjukkan skor
di atas 3. Dengan demikian secara umumnya
tahap
kualitas
pelayanan
kesehatan
Puskesmas
dari
berbagai
dimensi
pengukuran menunjukkan tahap yang relatip
cukup tinggi atau bagus. Diurutkan menurut
dimensi kualitas, maka dimensi assurance
mempunyai rata-rata skor 3,82; tangibles
mempunyai
rata-rata
skor
3.82;
responsivenness mempunyai rata-rata skor
3.79; empathy mempunyai rata-rata skor
3.74; dan reliability mempunyai rata-rata
skor paling rendah iaitu 3.68.
Selanjutnya, hasil kajian melalui
pendekatan kualitatif
kepada informaninforman mendapatkan bahwa disamping
adanya pengaruh positif faktor masukan,
faktor proses dan faktor lingkungan terhadap

169

3.78
3.82
3.44
3.40
3,79
3.72
3.74
3.86
3.82
3.82
3,82
3.82
3.76
3.80
3.90
3.80
3,74
3.84
3.80
3.78
3.46
3.82
3.77

kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas
ternyata juga didapati adanya perkaraperkara dan tantangan-tantnagn yang harus
diupayakan penyelesaiannya di masa depan.
Dan akhirnya, walaupun penilaian kualitas
pelayanan kesehatan Puskesmas atau yang
disebut sebagai hasil karya Puskesmas telah
sedia ada, akan tetapi secara konseptual
dimensi-dimensi yang diciptakan pihak
pemerintah masih bersifat internal (internaldimention), belum mengarah kepada aspek
eksternal
(external-dimention),
yakni
persepsi pesakit atau pengguna daripada
pelayanan kesehatan. Oleh yang demikian,
diharapkan instrumen pengukuran tahap
kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas
dengan pemakaian indikator atau dimensi
bukti nyata (tangibles), kebolehpercayaan
(reliability), tindakbalas (responsivenness),
jamianan (assurance), dan kesefahaman
(empathy) yang diguna pakai dalam
penyelidikan ini hendahlah dapat diadopsi
(adoption) sebagai rancangan instrumen
untuk
pengukuran
tahap
kualitas
pelayanan kesehatan Puskesmas di wilayah
Binjai.

Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (166–171)
Heru Santosa
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Ancok,
Djamaludin
(2002).
Teknik
Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta:
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada.
Arikunto, Suharsimi (1995). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Cetakan ke-11.
Arikunto,
Suharsimi
(1998).
Prosedur
Penyelidikan Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Edisi Revisi IV. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi (2000). Manajemen
Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.
Azwar, Azrul (1994). Program Menjaga
kualitias
Pelayanan
kesehatan
(Aplikasi
Prinsip
Lingkaran
Pemecahan Masalah). Jakarta: IDI.
Azwar, Azrul (1996). Menjaga kualitas
Pelayanan kesehatan. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Azwar, Azrul (1996). Pengantar Administrasi
kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Bruce, J (1990). Fundamental element of the
quality of care: a simple framework; Studies
in family planning; Vol.21 Number 2
March/April Vol 17. Pages 61-91.
Departemen Kesehatan R.I., Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Puskesmas, (1998).
Pengembangan Program Jaminan
Kualiti Pelayanan Kesehatan Dasar di
“Puskesmas”, Model A, Analisis
Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar dan
POA (Plan of Action), Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (1999). Rencana
Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan R.I., Direktorat
Kesehatan Khusus, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat, 2000. Panduan
Pelaksanaan Jaminan Kualiti Model
Evolusi Pelayanan Kesehatan Dasar
bagi “Puskesmas”, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (2001). Informasi
Singkat: Penyelenggaraan “Puskesmas”
Di Era
Desentralisasi. Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Visi
Pembangunan Kesehatan “Indonesia
Sehat 2010”. www.depkes.go.id/publikasi.
Depertemen
Kesehatan
RI.
(2002).
Perjalanan Menuju Indonesia Sehat
2010. www.depkes.go.id/publikasi.

Departemen Kesehatan RI (2002). Arrime
Panduan Manajemen “Puskesmas”.
Jakarta: Proyek Kesehatan Keluarga
dan Gizi Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI (2003). Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Di
Kabupaten/Kota.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1457/Menkes/SK/X/2003.
Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI (2004). Sistem
Kesehatan
Nasional.
Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara
(2000). Profil Kesehatan Sumatera
Utara. Medan: Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara
(2004). Profil Kesehatan Sumatera
Utara. Medan: Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara.
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas
(1996). Konsep jaminan mutu (QA)
pelayanan kesehatan dan penerapannya
di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Puskesmas.
Donabedian, A (1980). Explorations in
quality assessment and monitoring.
Volume I, The Definition of quality
and approaches to its assessment.
Michigan:
Health
Administration
Press, Ann Arbor.
Donabedian, A., Wheeler, J.R.C. Wyszewlanski
I. (1982). Quality, Cost and Health: an
Integrated Model. Med care.
Fromberg, R (1988). Guide to quality assurance;
The Joint Commission on Acreditation
of Healthcare Organization; Chicago.
Gambone JC and Reiter RC (1991), Quality
improvement in helath care, current
problems in obstetrics, Gynecology
and fertility, Vol XIV No. 5 Sept-Oct.
Mosby-New York.
Gaspersz, Vincend (1991). Teknik Penarikan
Contoh untuk penyelidikan survai.
Bandung: Tarsito.
Murti, Bhisma (2003). Mengembangkan
Petanda Kualitas Pelayanan Kesehatan.
Jurnal
Manajemen
Pelayanan
Kesehatan.
Volume
06/Nomor
02/2003.
Yogyakarta:
Pusat
Manajemen Pelayanan Kesehatan
Notoadmojo, S.(2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka
Cipta.

Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (166–171)
170
Heru Santosa
Universitas Sumatera Utara

Parasuraman, A; Zeithaml,V.A. and Berry
LL (1985). Conceptual model of
service quality and its implicatins for
fiture research. Journal of Marketing.
(41-50).
Pena, JJ et all (1984). Hospital quality
assurance. Maryland: An Aspen
Publication, Rochville.
Rakich,J.S, Longest, Jr.B.B. Darr, K. (1992).
Managing
Health
Services
Organizations.
Baltimore:
Health
Professions Press. Inc.
Siregar, Abidin (2005). Persepsi Masyarakat
Pengguna
Terhadap
Kebijakan
Pembebasan
Retribusi
Pelayanan
Kesehatan Dasar Di “Puskesmas” Kota
Medan Tahun 2004. “Tesis” Pasca
Sarjana. Medan: Program Studi
Magister Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Program Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.

171

Trisnantoro, Laksana (2001). Aspek ekonomi
dalam rumah sakit. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Trisnantoro, Laksana (2001). Kegagalan
Pemerintah dan Kekuatan Pasar dalam
Pelayanan
Kesehatan:
Apakah
kebijakan desentralisasi pelayanan
kesehatan akan memperburuk situasi ?.
Yogyakarta:
Pusat
Manajemen
pelayanan Kesehatan FK-UGM.
World Health Organization (WHO). (1981).
Development of Indicators for
Monitoring Progress Towards Health
for All by the Year 2000. Geneva:
WHO.
Zeithaml, Valerie a., Parasuraman, A., and
Leonard L.Berry (1990). Delivering
Quality Service, Balancing Customer
Perceptions and Expectations. New
York: The Free Press A Division of
Mecmillian, Inc.

Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (166–171)
Heru Santosa
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Persepsi Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila Pasca Pemekaran Kecamatan (Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)

0 31 118

Respon Masyarakat Terhadap Jamkesmas Sebagai Upaya Pelayanan Kesehatan (Studi deskriptif di Limbong, kecamatan Sianjur mula-mula, Kabupaten Samosir)

0 37 90

Pengaruh Faktor Predisposisi Masyarakat Tionghoa Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau

2 94 189

Pengaruh Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Pengobatan Di Puskesmas Binjai Kota Kota Binjai Tahun 2004

1 24 119

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN (Studi Kasus Persepsi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Oro-Oro Ombo Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun Terhadap Kualitas Pelayanan KesehatanTahun 2010)

0 24 30

Pengaruh Persepsi Masyarakat Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

4 38 118

Pengaruh Persepsi Masyarakat Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 0 15

Pengaruh Persepsi Masyarakat Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SERANG KOTA

0 0 119

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) KOTA SERANG

0 0 260