Kesimpulan Peranan Mediator Dan Tingkat Keberhasilannya Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Study Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam bab terakhir ini, maka dapat ditarik kesimpulan dari penjabaran dalam bab-bab sebelumnya adalah : 1. Terdapat dua mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yaitu melalui jalur non litigasi seperti penyelesaian secara bipartit, mediasi, konsiliasi serta arbitrase, dan juga melalui jalur litigasi dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial, di mana hal tersebut tidak dapat dilakukan apabila belum ditempuh penyelesaian perselisihan melalui jalur non litigasi atau mediasi. 2. Peranan mediator dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial adalah sebagai fasilitator, yang mana seorang mediator harus berperan untuk dapat menjembatani dua kepentingan yang berbeda antar para pihak yang sedang Universitas Sumatera Utara berselisih. Di mana untuk menjalankan perannya tersebut, seorang mediator harus menjalankan tugasnya secara aktif dalam membantu para pihak dengan memberikan pemahamannya yang benar tentang perselisihan yang sedang dihadapi dengan membangun komunikasi yang baik di antara para pihak sehingga para pihak dapat mengemukakan pandangan dan tuntutan masing- masing secara terbuka. Dan pada akhirnya, seorang mediator dapat memberikan pilihan-pilihan penyelesaian perselisihan yang akan disepakati para pihak. 3. Tingkat keberhasilan seorang mediator dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, secara spesifik mediator pada Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, cukup berhasil sesuai dengan ketentuan Undang- Undang No. 2 Tahun 2004, di mana mediator secara umum berperan untuk menjembatani kepentingan para pihak yang berbeda. Bahkan dari 165 kasus yang terdaftar di Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, terdapat 67 kasus yang selesai yang mencapai kesepakatan yang kemudian dituangkan ke dalam Perjanjian Bersama, sedangkan 98 kasus lagi diteruskan ke tahap berikutnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan yang berlaku. Secara persentase, jumlah kasus yang terdaftar dengan jumlah kasus yang berhasil dicapai kesepakatan melalui Perjanjian Bersama di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan masih dianggap kurang, namun mengingat tingkat keberhasilan seorang mediator tidak hanya dilihat dari jumlah kasus yang berhasil mencapai kesepakatan dan dituang ke dalam Perjanjian Bersama melainkan juga dilihat dari keberhasilan seorang mediator Universitas Sumatera Utara dalam memberikan pilihan-pilihan solusi bagi para pihak apabila tidak tercapai kesepakatan bersama, maka peranan mediator di sini cukup berhasil. Hal ini dikarenakan isi dari Perjanjian Bersama dari ke-67 kasus yang berhasil mencapai kesepakatan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh para pihak dibandingkan dengan 98 kasus lainnya yang diselesaikan melalui proses litigasi.

B. Saran