Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat:

(1)

KEMAMPUAN ANGGOTA DALAM PENERAPAN INOVASI

TEKNOLOGI USAHATANI KOPI RAKYAT

(Kasus di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur)

Oleh:

SUDARKO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat (Kasus di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2010

Sudarko NRP. I351080091


(3)

ABSTRACT

SUDARKO. The Correlation of Dynamic and Role of Groups with Member’s Capability in Technological Innovation Implementation of smallholder Coffee Farming (Study In Sidomulyo Village Silo District Jember Regency East Java). Supervised by AMIRUDDIN SALEH and PANG S. ASNGARI.

The objectives of this study were as follows: (1) to analyze the characteristics of farmer group members in implementing technological innovation of smallholders coffee farming; (2) analyze the ability level of farmer group members and (3) describe the characteristics of members, dynamic and role of groups that associated with member’s capability. The study was designed as a descriptive correlation study that conducted in January-March 2010. The number of 88 respondents using proportionate stratified random sampling method of all smallholder coffee farming groups in Sidomulyo Village Silo District Jember Regency. Primary and secondary data were analyzed using descriptive and inferential statistics with Tau-B Kendall correlation. Results showed that there were some differences in the characteristic between members of smallholder coffee farming groups for intermediate level and advanced level. Group dynamic and role intermediate and advanced level were high, but for advanced level still low on group role as an economic units. Member’s capability level of them were high but for advanced level still low in the technological innovation implementation of post harvest and access to information, capital and markets. Characteristics of group members that showed significantly positive correlation with capability in the technological innovation implementation of coffee farming were the experience of farming, membership mass of farming group, the cosmopolite level and motivation. Group dynamic that showed significantly positive correlation with capability in the technological innovation implementation of coffee farming were group goals, group building, cohesiveness, group atmosphere, pressure and effectiveness of group. Likewise, the significantly positive correlation was found in the role of farming groups and capability in the technological innovation implementation of coffee farming.


(4)

RINGKASAN

SUDARKO. Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat (Kasus di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur). Di bimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan PANG S. ASNGARI.

Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting terutama di negara yang sedang berkembang. Kesadaran petani kopi rakyat untuk menerapkan inovasi teknologi merupakan kunci adanya perubahan menuju tercapainya produksi dan produktivitas kopi yang tinggi, sehingga peningkatan kesadaran dalam penerapan inovasi teknologi perlu mendapatkan prioritas perhatian bagi pihak-pihak yang terkait. Berdasarkan berbagai permasalahan yang berkembang, maka secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk mengkaji karakteristik anggota kelompoktani, tingkat dinamika dan peran kelompok baik tingkat madya dan lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat; (2) menganalisis tingkat kemampuan anggota kelompoktani tingkat madya dan lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat dan (3) menjelaskan karakteristik, dinamika dan peran kelompok baik tingkat madya dan lanjut yang berhubungan dengan kemampuan anggota dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat.

Penelitian dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional dengan metode survei yang dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2010. Jumlah sampel adalah 88 responden dengan metode proportionate stratified random sampling dari semua kelompoktani kopi rakyat yang ada di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Data penelitian meliputi data primer dan sekunder dengan menggunakan instrumen dari definisi operasional setiap peubah penelitian. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial dengan menguji hipotesis menggunakan korelasi Tau-B Kendall.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakteristik anggota Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya (KKRTM) mayoritas adalah berkategori umur lanjut (46-65 tahun), berpendidikan formal berkategori rendah (tamat SD), berpendidikan nonformal berkategori tinggi (5-6 kali/triwulan), jumlah anggota keluarga berkategori sedang (4-5 orang), memiliki luas lahan berkategori luas (1,25-2,80 ha), pengalaman berusahatani kopi berkategori banyak (13-37 tahun), masa keanggotaan kelompoktani berkategori lama (10-25 tahun), kekosmopolitan dan motivasi berkelompok berkategori tinggi; (2) Karakteristik anggota Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Lanjut (KKRTL) mayoritas adalah berkategori umur lanjut (46-65 tahun), berpendidikan formal berkategori rendah (tamat SD), berpendidikan nonformal berkategori sedang (3-4 kali/triwulan), jumlah anggota keluarga berkategori sedang (4-5 orang), memiliki luas lahan berkategori sedang (0,90-1,00 ha), pengalaman berusahatani berkategori kurang (3-6 tahun), masa keanggotaan berkategori baru (2-7 tahun), kekosmopolitan dan motivasi berkelompok berkategori tinggi; (3) Tingkat dinamika KKRTM maupun KKRTL berkategori tinggi. Unsur dinamika KKRTM yang masih berkategori sedang yaitu: struktur dan tekanan kelompok, sedangkan unsur dinamika KKRTL yang berkategori sedang yaitu struktur dan kekompakkan kelompok, namun unsur tekanan masih berkategori rendah. Tingkat peran KKRTM berkategori tinggi dan


(5)

KKRTL juga berkategori tinggi namun masih rendah pada peran kelompok sebagai kelas belajarmengajar dan unit ekonomi; (4) Tingkat kemampuan anggota KKRTM dan KKRTL dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi berkategori tinggi namun pada anggota KKRTL masih kurang dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen dan mengakses informasi inovasi teknologi, modal dan pasar; (5) Karakteristik anggota kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: pengalaman usahatani, masa keanggotaan kelompoktani, tingkat kekosmopolitan dan motivasi berkelompok; (6) Unsur dinamika kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: tujuan, pembinaan, kekompakkan, suasana, tekanan dan efektivitas kelompok; (7) Peran kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: peran kelompok sebagai kelas belajar-mengajar, unit produksi, wahana kerjasama dan unit ekonomi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut: (1) KKRTL perlu meningkatkan kedinamisan dan perannya sebagai kelas belajar mengajar dan unit ekonomi terutama dalam pemupukan modal dan pemanfaatan modal secara rasional dengan mendirikan koperasi yang mampu menjalin kerjasama dengan lembaga lainnya. Kemampuan anggota KKRTL juga segera perlu diperbaiki terutama dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen dan akses informasi inovasi teknologi, modal dan pasar; (2) KKRTM sebaiknya terus memperkuat jaringan kerjasama kemitraan kelembagaan antara koperasi kelompok dengan pihak-pihak pemerintah (Dinas terkait, Perbankan, Lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi) dan swasta pelaku agribisnis kopi (penyedia input produksi, pedagang, eksportir, dan industri pengolahan) melalui peningkatkan program pendidikan, penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada kelompoktani guna mempercepat dan memantapkan penerapan inovasi teknologi usahatani kopi; (3) Untuk meningkatkan daya saing usahatani kopi rakyat perlu terus ditingkatkan peran KKRTM dan KKRTL melalui kerjasama aktif dengan lembaga-lembaga pemerintah dan stakeholder kopi yang terkait terutama untuk kemudahan dalam mengakses inovasi teknologi, modal dan pasar.


(6)

KEMAMPUAN ANGGOTA DALAM PENERAPAN INOVASI

TEKNOLOGI USAHATANI KOPI RAKYAT

(Kasus di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur)

Oleh:

SUDARKO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(7)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat (Kasus di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2010

Sudarko NRP. I351080091


(8)

ABSTRACT

SUDARKO. The Correlation of Dynamic and Role of Groups with Member’s Capability in Technological Innovation Implementation of smallholder Coffee Farming (Study In Sidomulyo Village Silo District Jember Regency East Java). Supervised by AMIRUDDIN SALEH and PANG S. ASNGARI.

The objectives of this study were as follows: (1) to analyze the characteristics of farmer group members in implementing technological innovation of smallholders coffee farming; (2) analyze the ability level of farmer group members and (3) describe the characteristics of members, dynamic and role of groups that associated with member’s capability. The study was designed as a descriptive correlation study that conducted in January-March 2010. The number of 88 respondents using proportionate stratified random sampling method of all smallholder coffee farming groups in Sidomulyo Village Silo District Jember Regency. Primary and secondary data were analyzed using descriptive and inferential statistics with Tau-B Kendall correlation. Results showed that there were some differences in the characteristic between members of smallholder coffee farming groups for intermediate level and advanced level. Group dynamic and role intermediate and advanced level were high, but for advanced level still low on group role as an economic units. Member’s capability level of them were high but for advanced level still low in the technological innovation implementation of post harvest and access to information, capital and markets. Characteristics of group members that showed significantly positive correlation with capability in the technological innovation implementation of coffee farming were the experience of farming, membership mass of farming group, the cosmopolite level and motivation. Group dynamic that showed significantly positive correlation with capability in the technological innovation implementation of coffee farming were group goals, group building, cohesiveness, group atmosphere, pressure and effectiveness of group. Likewise, the significantly positive correlation was found in the role of farming groups and capability in the technological innovation implementation of coffee farming.


(9)

RINGKASAN

SUDARKO. Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat (Kasus di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur). Di bimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan PANG S. ASNGARI.

Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting terutama di negara yang sedang berkembang. Kesadaran petani kopi rakyat untuk menerapkan inovasi teknologi merupakan kunci adanya perubahan menuju tercapainya produksi dan produktivitas kopi yang tinggi, sehingga peningkatan kesadaran dalam penerapan inovasi teknologi perlu mendapatkan prioritas perhatian bagi pihak-pihak yang terkait. Berdasarkan berbagai permasalahan yang berkembang, maka secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk mengkaji karakteristik anggota kelompoktani, tingkat dinamika dan peran kelompok baik tingkat madya dan lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat; (2) menganalisis tingkat kemampuan anggota kelompoktani tingkat madya dan lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat dan (3) menjelaskan karakteristik, dinamika dan peran kelompok baik tingkat madya dan lanjut yang berhubungan dengan kemampuan anggota dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat.

Penelitian dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional dengan metode survei yang dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2010. Jumlah sampel adalah 88 responden dengan metode proportionate stratified random sampling dari semua kelompoktani kopi rakyat yang ada di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Data penelitian meliputi data primer dan sekunder dengan menggunakan instrumen dari definisi operasional setiap peubah penelitian. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial dengan menguji hipotesis menggunakan korelasi Tau-B Kendall.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakteristik anggota Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya (KKRTM) mayoritas adalah berkategori umur lanjut (46-65 tahun), berpendidikan formal berkategori rendah (tamat SD), berpendidikan nonformal berkategori tinggi (5-6 kali/triwulan), jumlah anggota keluarga berkategori sedang (4-5 orang), memiliki luas lahan berkategori luas (1,25-2,80 ha), pengalaman berusahatani kopi berkategori banyak (13-37 tahun), masa keanggotaan kelompoktani berkategori lama (10-25 tahun), kekosmopolitan dan motivasi berkelompok berkategori tinggi; (2) Karakteristik anggota Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Lanjut (KKRTL) mayoritas adalah berkategori umur lanjut (46-65 tahun), berpendidikan formal berkategori rendah (tamat SD), berpendidikan nonformal berkategori sedang (3-4 kali/triwulan), jumlah anggota keluarga berkategori sedang (4-5 orang), memiliki luas lahan berkategori sedang (0,90-1,00 ha), pengalaman berusahatani berkategori kurang (3-6 tahun), masa keanggotaan berkategori baru (2-7 tahun), kekosmopolitan dan motivasi berkelompok berkategori tinggi; (3) Tingkat dinamika KKRTM maupun KKRTL berkategori tinggi. Unsur dinamika KKRTM yang masih berkategori sedang yaitu: struktur dan tekanan kelompok, sedangkan unsur dinamika KKRTL yang berkategori sedang yaitu struktur dan kekompakkan kelompok, namun unsur tekanan masih berkategori rendah. Tingkat peran KKRTM berkategori tinggi dan


(10)

KKRTL juga berkategori tinggi namun masih rendah pada peran kelompok sebagai kelas belajarmengajar dan unit ekonomi; (4) Tingkat kemampuan anggota KKRTM dan KKRTL dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi berkategori tinggi namun pada anggota KKRTL masih kurang dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen dan mengakses informasi inovasi teknologi, modal dan pasar; (5) Karakteristik anggota kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: pengalaman usahatani, masa keanggotaan kelompoktani, tingkat kekosmopolitan dan motivasi berkelompok; (6) Unsur dinamika kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: tujuan, pembinaan, kekompakkan, suasana, tekanan dan efektivitas kelompok; (7) Peran kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: peran kelompok sebagai kelas belajar-mengajar, unit produksi, wahana kerjasama dan unit ekonomi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut: (1) KKRTL perlu meningkatkan kedinamisan dan perannya sebagai kelas belajar mengajar dan unit ekonomi terutama dalam pemupukan modal dan pemanfaatan modal secara rasional dengan mendirikan koperasi yang mampu menjalin kerjasama dengan lembaga lainnya. Kemampuan anggota KKRTL juga segera perlu diperbaiki terutama dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen dan akses informasi inovasi teknologi, modal dan pasar; (2) KKRTM sebaiknya terus memperkuat jaringan kerjasama kemitraan kelembagaan antara koperasi kelompok dengan pihak-pihak pemerintah (Dinas terkait, Perbankan, Lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi) dan swasta pelaku agribisnis kopi (penyedia input produksi, pedagang, eksportir, dan industri pengolahan) melalui peningkatkan program pendidikan, penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada kelompoktani guna mempercepat dan memantapkan penerapan inovasi teknologi usahatani kopi; (3) Untuk meningkatkan daya saing usahatani kopi rakyat perlu terus ditingkatkan peran KKRTM dan KKRTL melalui kerjasama aktif dengan lembaga-lembaga pemerintah dan stakeholder kopi yang terkait terutama untuk kemudahan dalam mengakses inovasi teknologi, modal dan pasar.


(11)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(12)

HUBUNGAN DINAMIKA DAN PERAN KELOMPOK DENGAN

KEMAMPUAN ANGGOTA DALAM PENERAPAN INOVASI

TEKNOLOGI USAHATANI KOPI RAKYAT

(Kasus di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo, Kabupaten Jember

Provinsi Jawa Timur)

SUDARKO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(13)

(14)

Judul Tesis : Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat (Kasus di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur) Nama Mahasiswa : Sudarko

NRP : I351080091

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Disetujui: Komisi Pembimbing,

Ketua

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS

Anggota

Prof. Dr. Pang S Asngari

Mengetahui:

Ketua Program Studi, Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc Prof. Dr. Khairil A. Notodiputro, MS


(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat” dapat diselesaikan.

Penelitian ini merupakan salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis menyampaikan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

(1) Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS dan Prof. Dr. Pang S Asngari selaku ketua dan anggota komisi pembimbing serta Dr. Ir. Basita Ginting, MA selaku penguji luar komisi yang telah dengan sabar dalam membimbing, mengarahkan, memberikan motivasi, dukungan, masukan dan saran demi perbaikan dan penyelesaian penelitian ini.

(2) Koordinator dan wakil koordinator Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan Pascasarjana IPB, Fakultas Ekologi Manusia dan seluruh staf yang telah memberikan fasilitasi dan bantuan dalam penyelesaian penelitian. (3) Rektor Universitas Jember yang telah memberikan ijin belajar dan Beasiswa

melalui Program IMHERE Departemen Pendidikan Nasional RI.

(4) Kepala Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Ir. Adikarta sebagai PPL Perkebunan dan P. Suwarno yang telah menyediakan tempat tinggal selama proses pengumpulan data serta seluruh kelompoktani kopi rakyat dan tokoh masyarakat yang bersedia menjadi responden dan informan penelitian.

(5) Keluarga besar tercinta di Malang dan Lumajang serta istri penulis Hesti Herminingsih, SP. MP. dan Huga Hamdi S anak kami atas segala doa restu, dukungan, perhatian, pengertian dan kasih sayangnya.

(6) Seluruh rekan mahasiswa PPN atas dukungan, semangat dan dorongannya untuk terus maju serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2010


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Malang Jawa Timur pada tanggal 03 Februari 1980 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Ratemin (almarhum) dan Ibu Tukinah. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Kalirejo Kalipare Malang tamat tahun 1993, melanjutkan pendidikan ke SLTP di SMP Islam Hasanuddin Kesamben Blitar tamat tahun 1996 dan melanjutkan ke SLTA di SMUN I Talun Blitar tamat tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis mengikuti UMPTN masuk Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Jember (UNEJ) dan tamat tahun 2003 dengan predikat Cumlaude. Pada tahun 2004 penulis mengikuti test CPNS Dikti dan diterima sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Jember dan masuk pada Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian.

Mata kuliah yang pernah diampu adalah: Sosiologi Pertanian, Komunikasi dan Penyuluhan, Evaluasi Program Pembangunan, Metodologi Penelitian Sosek dan Komunikasi Bisnis. Pengalaman penelitian dan karya ilmiah adalah: Pengembangan Pertanian Organik yang Berkelanjutan, Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Provinsi Jawa Timur, Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produksi Agroindustri Tempe Pasca Kenaikan BBM, Penyusunan Indeks Pembangunan Pertanian di Kabupaten Mojokerto, Kajian Evaluasi Persiapan, Pelaksanaan dan Prospektif PAM-DKB Bidang Penciptaan Lapangan Kerja yang Kontinyu dan Sustain di Jawa Timur, Pengembangan Wilayah Agropolitan Kabupaten Mojokerto, Perencanaan Kebijakan Pembangunan Pertanian di Dataran Tinggi Kabupaten Bondowoso, Model Strategi Pemberdayaan UKM di Jawa Timur, Prospek dan Perilaku Peternak Ayam Ras Pasca Isu Flu Burung di Kabupaten Blitar.

Pengalaman penulisan artikel jurnal adalah: Tingkat Keuntungan Kompetitif Usahatani Wijen dan Kelayakan Finansial Agroindustri Minyak Wijen Di Kabupaten Situbondo dimuat di Jurnal Sosiohumaniora, Efisiensi Biaya dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produksi Agroindustri Tempe Pasca Kenaikan Harga BBM dimuat di Jurnal J-SEP. Pada tahun 2008 penulis mendapatkan beasiswa dari Diknas melalui program IMHERE melanjutkan jenjang master di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia.


(17)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN...

Latar Belakang Penelitian... Masalah Penelitian... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian ... Definisi Istilah... TINJAUAN PUSTAKA...

Pengertian Kelompok... Dinamika Kelompok... Peran Kelompok... Kemampuan Anggota Kelompok ... ... Teori Adopsi Inovasi... Penerapan Inovasi Teknologi... Karakteristik Individu... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ...

Kerangka Pemikiran... Hipotesis Penelitian... METODE PENELITIAN ... Rancangan Penelitian... Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Data dan Instrumentasi... Analisis Data... Definisi Operasional... HASIL DAN PEMBAHASAN... Gambaran Umum Daerah Penelitiaan...

Letak Geografis dan Keadaan Wilayah... Keadaan Penduduk menurut Kelompok Usia... Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian... Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan... Sarana Pendidikan dan Kesehatan... Sarana dan Prasarana Perekonomian... Keadaan dan Potensi Perkebunan... Sarana Perhubungan dan Komunikasi... Sektor Usahatani Kopi Rakyat Desa Sidomulyo...

xiv xv xvi 1 1 6 8 9 9 11 11 13 19 22 23 27 38 44 44 46 48 48 48 48 49 51 51 55 55 55 56 58 59 57 60 61 60 64


(18)

Kegiatan Penyuluhan di Desa Sidomulyo... Keadaan Kelompoktani Kopi Rakyat di Desa Sidomulyo... Karakteristik Anggota Kelompoktani Responden...

Umur... Pendidikan Formal... Pendidikan Nonformal... Jumlah Anggota Keluarga... Luas Lahan... Pengalaman Berusahatani Kopi... Masa Keanggotaan Kelompoktani... Kekosmopolitan... Motivasi Berkelompok... Tingkat Dinamika Kelompoktani Kopi Rakyat... Tujuan Kelompok... Struktur Kelompok... Fungsi Tugas Kelompok... Pembinaan Kelompok... Kekompakkan Kelompok... Suasana Kelompok... Tekanan Kelompok... Efektivitas Kelompok... Tingkat Peran Kelompoktani Kopi Rakyat... Peran Kelompok sebagai Kelas Belajarmengajar... Peran Kelompok sebagai Unit Produksi Usahatani... Peran Kelompok sebagai Wahana Kerjasama... Peran Kelompok sebagai Unit Ekonomi... Tingkat Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat...

Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Budidaya... Kemampuan Anggota dalam Pemenuhan Saprodi... Kemampuan Anggota dalam Teknik Pemanenan... Kemampuan Anggota dalam Teknik Pascapanen... Kemampuan Anggota dalam Mengakses Informasi Inovasi Teknologi, modal dan pasar... Hubungan Karakteristik Anggota Kelompok dengan Kemampuan Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat... Hubungan Dinamika Kelompok dengan Kemampuan Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat... Hubungan Peran Kelompok dengan Kemampuan Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat... KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 67 69 87 87 89 89 90 91 92 92 93 94 95 95 96 98 99 100 101 101 103 104 105 106 108 109 110 111 117 118 120 124 125 137 149 158 158 159 160 165


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Populasi dan sampel petani kopi rakyat di Desa Sidomulyo

Kecamatan Silo Kabupaten Jember... 49

2 Luas wilayah Desa Sidomulyo Kecamatan Silo menurut penggunaan... 56

3 Jumlah penduduk Desa Sidomulyo Kecamatan Silo berdasarkan kelompok usia... 57

4 Distribusi penduduk Desa Sidomulyo Kecamatan Silo berdasarkan struktur mata pencaharian... 58

5 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Desa Sidomulyo Kecamatan Silo... 59

6 Banyaknya sekolah, murid dan guru Desa Sidomulyo... 60

7 Banyaknya sarana kesehatan dan tenaga medis Desa Sidomulyo... 60

8 Luas perkebunan dan potensi produksi kopi rakyat Desa Sidomulyo.... 62

9 Prasarana perhubungan darat Desa Sidomulyo Kecamatan Silo... 62

10 Sarana transportasi desa Sidomulyo Kecamatan Silo... 63

11 Sarana komunikasi Desa Sidomulyo Kecamatan Silo... 64

12 Sarana dan fasilitas kelompoktani Suluhtani... 72

13 Sarana dan fasilitas kelompoktani Sidomulyo... 81

14 Sarana dan fasilitas kelompoktani Curah Manis... 83

15 Sarana dan fasilitas kelompoktani Tunas Jaya... 85

16 Sarana dan fasilitas kelompoktani Barokah... 86

17 Deskripsi karaktersitik anggota kelompoktani kopi rakyat... 88

18 Rataan skor dinamika kelompoktani kopi rakyat Desa Sidomulyo... 95

19 Rataan skor peran kelompoktani kopi rakyat Desa Sidomulyo... 104

20 Rataan skor kemampuan anggota kelompoktani dalam penerapan inovasi teknologi kopi rakyat Desa Sidomulyo... 111

21 Hubungan karakteristik anggota kelompoktani dengan kemampuan anggota dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat... 126

22 Hubungan dinamika kelompoktani dengan kemampuan anggota dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat... 137

23 Hubungan peran kelompoktani dengan kemampuan anggota dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat... 149


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1.

2. 3. 4. 5. 6.

Kerangka pemikiran penelitian... Struktur kelompoktani Suluhtani... Struktur kelompoktani Sidomulyo... Struktur kelompoktani Curahmanis... Struktur kelompoktani Tunas Jaya... Struktur kelompoktani Barokah...

47 71 80 82 84 87


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1.

2. 3.

Peta lokasi penelitian... Hasil out put uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian….... Hasil out put analisis korelasi Tau-B Kendall………...…

166 167 169


(22)

Latar Belakang Penelitian

Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan dan (2) memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produksi perkebunan dan bahan baku industri. Secara nasional, subsektor perkebunan telah memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional. Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara produsen utama kopi robusta dunia dengan pangsa pasar sebesar 20 persen dari ekspor kopi robusta dunia. Namun beberapa tahun terakhir, yaitu sejak 1998 telah digeser oleh Vietnam yang saat ini pangsa pasar kopi robustanya telah mencapai lebih dari 30 persen dari perdagangan kopi robusta dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen kopi utama keempat setelah Brasil, Vietnam dan Colombia. Secara umum, rendahnya tingkat produktivitas dan produksi kopi Indonesia disebabkan sebagian besar areal tanaman kopi merupakan perkebunan rakyat yang umumnya diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis yang sesuai anjuran dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan lembaga terkait lainnya, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah (Ditjenbun 2007).

Ambarsari et al. (2004) juga menyatakan bahwa kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan subsektor perkebunan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar pendapatan negara dan meningkatkan penghasilan pengusaha dan petani. Yahmadi (2007) mencatat bahwa sumbangan ekspor kopi terhadap nilai ekspor hasil pertanian adalah cukup besar berkisar antara 12-13 persen. Areal tanaman kopi tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara dan sekitar 90-95 persen areal tersebut merupakan perkebunan rakyat.

Pengembangan kopi di Indonesia dimulai sejak periode tahun 1960-an, dalam bentuk perkebunan rakyat. Selama tiga dasa warsa, pengembangan kopi telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Pada tahun 1968 luas areal tanaman kopi masih 339.418 ha dengan produksi 153.478 ton, pada tahun 2006


(23)

luas areal kopi Indonesia total mencapai 1.309.732 ha dengan produksi nasional sebanyak 682.158 ton. Perkebunan kopi merupakan sumber mata pencaharian utama bagi 1.589.334 rumah tangga petani (Ditjenbun 2007).

Kesadaran petani kopi rakyat untuk menerapkan inovasi teknologi merupakan kunci adanya perubahan menuju tercapainya produksi dan produktivitas kopi yang tinggi, sehingga peningkatan kesadaran dalam penerapan inovasi teknologi perlu mendapatkan prioritas perhatian bagi pihak-pihak yang terkait. Demikian juga dengan wilayah Kabupaten Jember Jawa Timur sebagai daerah yang secara umum sesuai untuk menempatkan kegiatan perkebunan sebagai kegiatan ekonomi penduduk yang paling dominan. Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah produsen kopi terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Malang dengan jumlah petani kopi di tahun 2008 mencapai sekitar 17.090 orang dan jumlah produksi 1.976,87 ton. Produksi tersebut sebagian besar kontribusinya adalah dari wilayah Kecamatan Silo dengan produksi 788,83 ton, dengan luas areal 2.192,23 ha dan rata-rata produktivitasnya sekitar 0,4 ton/ha (Dishutbun Kabupaten Jember 2006).

Perkebunan kopi di Kabupaten Jember sebagian besar didominasi oleh kumpulan kebun-kebun kecil yang dimiliki petani (perkebunan rakyat) dengan luas lahan antara satu sampai dua hektar. Petani yang memiliki perkebunan rakyat ini belum mempunyai modal, teknologi dan pengetahuan yang cukup untuk mengelola tanaman secara optimal. Dengan demikian, produktivitas tanaman adalah relatif rendah dibandingkan dengan potensinya. Selain itu, petani umumnya juga belum mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan untuk ekspor. Dengan demikian upaya meningkatkan produksi dan mutu kopi perkebunan rakyat dengan meningkatkan kemajuan penerapan inovasi teknologi melalui kelembagaan kelompok tani perlu segera mendapat perhatian dari berbagai pihak yang terkait.

Syahyuti (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian dan pedesaan melalui penetrasi besar-besaran pihak luar, baik pemerintah maupun non pemerintah umumnya menggunakan pendekatan kelompok sebagai sebuah bentuk rekayasa sosial, dengan menciptakan pola-pola ikatan baru secara coercive


(24)

dipandang sebagai langkah strategis dalam menumbuhkan kewirausahaan di kalangan masyarakat pedesaan. Pemberdayaan para petani pada dasarnya adalah sebagai langkah untuk membangun ekonomi masyarakat.

Mosher (1986) berpendapat bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan kerjasama kelompoktani. Subyek pembangunan pertanian adalah masyarakat petani (kelompoktani). Pangarsa et al. (2003) juga berpendapat bahwa sebagai salah satu komponen sistem agribisnis maka peran kelompok sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Petani harus berkelompok, mengingat usahatani pada umumnya dihadapkan pada banyaknya intervensi dari lingkungan agribisnisnya. Perlu diingat bahwa semua yang mengintervensi usahatani tersebut pada dasarnya adalah sebuah lembaga, karena yang mengintervensi adalah lembaga, maka usahatani yang diusahakan secara individu kurang mempunyai posisi tawar, karena petani berhadapan dengan lembaga yang jauh lebih kuat. Intervensi lembaga pada usahatani tidak selalu menguntungkan. Untuk itu, usahatani harus diperkuat untuk menghadapi lingkungan yang mempengaruhinya. Upaya penguatan kelompoktani harus menyentuh tiga aspek, yaitu kelompok sebagai media belajar, sebagai unit produksi dan sebagai lembaga ekonomi. Pada era agribisnis seperti sekarang ini kelompoktani sebagai unit ekonomi, telah mendapatkan perhatian yang lebih banyak sebagai media belajar dan unit produksi.

Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (khususnya petani) dan memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu kunci sukses dalam rangka memperkuat kelompoktani, selain dukungan inovasi teknologi serta kebijaksanaan makro ekonomi yang berpihak pada petani.. Banyak kelompoktani telah ditumbuhkan, tetapi banyak pula yang dipertanyakan eksistensinya. Sering kelompok tumbuh menjamur seiring dengan adanya tawaran paket kredit, tawaran subsidi sarana produksi, bantuan fisik dan dalam rangka dianjurkan untuk menerapkan teknologi. Fakta juga telah menunjukkan, dengan berakhirnya bantuan tersebut, maka berakhir pula kelompoknya dan teknologi anjuran mulai ditinggalkan (Purwanto & Wardani 2006).

Kelompoktani sebagai lembaga pelaksana pembangunan pertanian di tingkat desa, sampai saat ini tetap menarik untuk ditelaah, karena meskipun kelompoktani


(25)

telah terbentuk lebih dari dua dasarwarsa yang lalu sebagai satu jenis institusi sosial penting pada masyarakat pertanian-pedesaan, masih ada kelompoktani yang belum menunjukkan kinerja ataupun prestasi yang cukup baik. Hal ini terjadi, di samping karena kondisi usaha pertanian yang kurang menggembirakan juga diakibatkan adanya ketidakpastian kebijakan pemerintah.

Menurut Purwanto dan Wardani (2006), adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Tahun 1991 yang menjadikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tidak berfungsi, karena BPP berfungsi sebagai instalasi Dinas Subsektor. Selanjutnya keluar lagi SKB Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri 1996 yang ingin mengusahakan berfungsinya Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) dan BPP, namun belum sampai berhasil sudah tersusul oleh adanya otonomi daerah. Pada kenyataannya otonomi daerah mengakibatkan bervariasinya pengelolaan penyuluhan di masing-masing daerah tingkat II. Ada yang mempertahankan keberadaan BIPP, namun ada juga yang menghapuskan sama sekali, karena telah terjadi polemik bahkan menganggap penyuluhan sebagai beban bila dikaitkan dengan anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Balai Informasi Penyuluhan Pertanian yang mempunyai instalasi BPP adalah pengelola kelompoktani, sehingga apabila lembaga pengelolanya tidak jelas maka keberadaan kelompoktani juga tidak jelas pula. Artinya, walaupun kelompoktani tersebut ada namun akibat tidak jelas pembinaannya umumnya kelompoktani tersebut kurang atau tidak dinamis, peran dan fungsi kelompoktani tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya terbit Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan untuk menata kembali pelaksanaan penyuluhan, sehingga di era reformasi ini perlu kiranya dikaji keefektivan undang-undang tersebut dalam pembinaan dan pemberdayaan kelompoktani.

Menurut Setiana (2005), pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan petani mementingkan masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisasi diri sendiri. Adanya kerangka pemberdayaan diharapkan tercipta kondisi, suasana atau iklim yang


(26)

memungkinkan potensi yang ada berkembang melalui kegiatan organisasi dan kelompok-kelompok.

Di samping itu, berbagai kemampuan dan potensi petani dapat dikembangkan dalam suatu kegiatan kelompok yang memiliki kesamaan kepentingan. Petani yang tergabung dalam kelompok dapat saling menukar informasi, pengetahuan, inovasi teknologi dan pengalaman mengenai usahataninya melalui wadah kelompok. Melalui wadah kelompoktani, petani juga dapat saling bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan dalam usahataninya sehingga cita-cita dibentuknya suatu kelompok dapat terwujud, yaitu menjadi petani yang memiliki kemampuan dalam pengembangan kapasitas; produktivitas, pemasaran, keamanan usahatani, berkelompok, berjaringan dan kapasitas dalam peningkatan kemajuan usaha. Terbentuknya kelompoktani tersebut akan memudahkan dalam menyampaikan program, tujuan dan proyek yang akan dan hendak dicapai oleh kelompoktani. Kelompoktani yang telah terbentuk, diharapkan dapat dijadikan sebagai media untuk berkelompok dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani dengan atau tanpa adanya intervensi dari luar sehingga pendapatan dan kesejahteraannya dapat meningkat. Dengan demikian akan timbul kedinamisan dari kelompok-kelompok tersebut. Peran kelompoktani terhadap anggotanya diharapkan akan berdampak terhadap pembangunan perkebunan kopi rakyat, sehingga para anggota akan dengan serius terus mengembangkan usahataninya.

Mawardi (2008) menyebutkan bahwa untuk membangun daya saing komoditas kopi salah satu upaya strategisnya adalah pemberdayaan kelembagaan petani kopi. Petani kopi rakyat pada umumnya merupakan petani kecil dengan luas areal usahatani sekitar satu hektar. Oleh karena itu, pemberdayaan kelompoktani akan menjadi salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan daya saing produk kopi yang dihasilkan. Pemberdayaan kelompoktani selain diharapkan akan menunjang produktivitas kebun juga dapat meningkatkan mutu. Pemberdayaan kelompoktani dalam rangka peningkatan daya saing pasar kopi sekurang-kurangnya memiliki tiga unsur penting, yaitu: (1) pembentukan dan penguatan kelompoktani; (2) penguatan penerapan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi di tingkat petani dan (3) membangun prasarana dan sarana produksi


(27)

yang diperlukan. Kelompoktani diharapkan sebagai wahana bagi petani untuk meningkatkan kinerja dan menyelesaikan masalah sosial ekonomi melalui penguasaan inovasi teknologi guna meningkatkan produktivitas dan mutu kopi.

Petani kopi rakyat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Jawa Timur sudah membentuk wadah kelompoktani yaitu sebanyak lima kelompoktani kopi rakyat dengan masing-masing sudah tingkat lanjut sampai madya. Kelompok tersebut bertujuan untuk dapat mengelola usahatani kopi rakyat secara baik dengan jalan menerapkan inovasi teknologi. Namun kenyataannya sampai saat ini belum memberikan hasil yang maksimal. Ketidakberhasilan kelompok mengindikasikan tidak tercapainya tujuan kelompok dan peran kelompok dalam meningkatkan kemampuan anggotanya. Selanjutnya karena pencapaian tujuan kelompok adalah gambaran dari dinamika kelompok maka ketidakberhasilan tersebut sekaligus merupakan gambaran dari dinamika kelompok itu sendiri. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan petani kopi melalui kelompok sangat penting guna menjawab permasalahan pengelolaan usahatani kopi rakyat tersebut. Maka dari itu dinamika dan peran kelompok tersebut masih terus perlu pembinaan dan peningkatan dalam upaya peningkatan penerapan inovasi dan teknologi (Puslitkoka Indonesia 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirasakan perlu dilakukan penelitian yang mengkaji mengenai hubungan dinamika dan peran kelompoktani kopi rakyat terhadap kemampuan anggota dalam penerapan inovasi teknologi di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Usahatani kopi tersebut diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di kawasan perkebunan rakyat Desa Sidomulyo pada khususnya dan kawasan perkebunan rakyat di Indonesia pada umumnya.

Masalah Penelitian

Pengembangan dan pembangunan perkebunan bertujuan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat perkebunan menuju masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera. Menyadari kondisi dan potensi masyarakat yang beragam maka pemberdayaan melalui pendekatan kelompok-kelompok menjadi lebih efisien dalam penerapan dan pengembangan inovasi teknologi. Teknologi yang


(28)

tepatguna di era globalisasi sangat diperlukan demi kemajuan dan kesejahteraan petani.

Pengelolaan perkebunan kopi rakyat pada umumnya masih kurang dalam penerapan inovasi teknologi, sehingga tidak jarang petani mengalami permasalahan dalam peningkatan produktivitas dan mutu produk kopi yang dihasilkannya. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kopi robusta di Wilayah Kabupaten Jember Jawa Timur ialah masih banyak petani kopi yang belum menggunakan bibit unggul sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Selain itu, petani di lokasi tersebut pada umumnya masih banyak yang menggunakan teknologi tradisional dalam panen dan pascapanen. Akibatnya, mutu kopi yang dihasilkan tidak masuk pada kategori mutu pertama dan hanya masuk pada mutu kopi asalan atau kualitas rendah.

Kesadaran petani kopi rakyat untuk menerapkan inovasi teknologi tersebut merupakan kunci dari adanya perubahan menuju tercapainya produksi dan produktivitas kopi yang tinggi. Oleh sebab itu, peningkatan kesadaran dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi baru perlu mendapatkan prioritas perhatian bagi pihak-pihak yang terkait. Masalah penerapan inovasi teknologi merupakan masalah yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain, sehingga keberadaan kelompok petani kopi rakyat yang diakui dan merupakan kebutuhan semua anggota dapat menjadi pendorong keberhasilan usahatani kopi rakyat. Suatu kelompok yang sudah terbentuk diharapkan dapat meningkatkan dinamikanya dan berperan sebagai: (1) kelas belajar-mengajar, (2) unit produksi usahatani, (3) wahana kerjasama dan (4) unit ekonomi antara anggota kelompok dengan kelompok lainnya dalam upaya menghadapi tantangan perbaikan sistem produksi sesuai dengan permintaan pasar dan mendorong pengembangan industri pedesaan agar tercipta pasar lokal (emerging market) dan lapangan kerja produktif.

Kelompoktani kopi rakyat perlu dilakukan pembinaan yang intensif melalui program-program penyuluhan, sehingga keberadaannya dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kemampuan anggotanya. Mengingat masih banyak keberadaan kelompok yang kurang dinamis dan kurang berperan dalam meningkatkan kemampuan anggotanya karena lebih mementingkan terealisasinya


(29)

program pembangunan. Akibatnya anggota kelompok semakin tergantung pada adanya bantuan program-program pemerintah dan lembaga penyandang dana lainnya. Kondisi tersebut merupakan masalah yang harus segera dipecahkan, sehingga kelompoktani kopi rakyat dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kemampuan anggotanya dalam mengelola usahatani kopi rakyat dan memainkan peranan penting dalam pembangunan pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(1) Seperti apakah karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember?

(2) Seberapa besar tingkat kemampuan anggota Kelompoktani Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember?

(3) Sejauhmana hubungan karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dengan kemampuan anggota dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan berbagai permasalahan yang berkembang, secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengkaji karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

(2) Menganalisis kemampuan anggota Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

(3) Menjelaskan hubungan karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dengan kemampuan anggota dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.


(30)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Memberikan informasi dan pengetahuan bagi para petani kopi rakyat,

penyuluh, dan masyarakat pada umumnya tentang pentingnya dinamika dan peran kelompok bagi peningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan inovasi teknologi.

(2) Memberikan masukan yang berarti bagi pemerintah desa, pemerintah daerah, perusahaan perkebunan dan pihak-pihak yang terkait sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan dalam pembinaan, strategi pengembangan dan pemberdayaan kelompoktani kopi rakyat.

(3) Sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang dinamika dan peran kelompok terkait dengan kemampuan petani dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat.

Definisi Istilah

(1) Usahatani kopi rakyat adalah pengelolaan tanaman kopi yang diusahakan oleh perkebunan rakyat atau selain perkebunan milik negara dan milik swasta.

(2) Kelompoktani kopi rakyat adalah kumpulan petani kopi rakyat (bapak, ibu dan pemuda tani) yang terikat secara nonformal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban, kepentingan bersama dan saling percayamempercayai serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama.

(3) Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya (KKRTM) adalah kelompoktani yang memiliki skor penilaian (501-750 poin) dari rentang skor (1-1000 poin) dari lima jurus kemampuan, yaitu: (1) Kemampuan kelompok dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani dengan menerapkan teknologi yang tepat dan memanfaatkan sumber daya secara optimal; (2) Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain; (3) Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan modal secara rasional; (4) Kemampuan meningkatkan hubungan kelembagaan antara kelompok dengan koperasi/KUD dan (5) Kelompok menerapkan


(31)

teknologi, pemanfaatan informasi, serta kerja sama kelompok dicerminkan oleh tingkat produksi dari usaha tani para anggota kelompok.

(4) Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Lanjut (KKRTL) adalah kelompoktani yang memiliki skor penilaian (251-500 poin) dari rentang skor (1-1000 poin) dari lima jurus kemampuan, yaitu: (1) Kemampuan kelompok dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani dengan menerapkan teknologi yang tepat dan memanfaatkan sumber daya secara optimal; (2) Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain; (3) Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan modal secara rasional; (4) Kemampuan meningkatkan hubungan kelembagaan antara kelompok dengan koperasi/KUD dan (5) Kelompok menerapkan teknologi, pemanfaatan informasi, serta kerja sama kelompok dicerminkan oleh tingkat produksi dari usaha tani para anggota kelompok.

(5) Varietas kopi adalah jenis tanaman kopi yang ada di lokasi penelitian yaitu varietas kopi jenis Robusta. Kopi Robusta merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama Coffee canephora. Tumbuh baik di ketinggian 400-700 m di atas permukaan laut (dpl), temperatur 21-24°C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman.

(6) Inovasi teknologi adalah sesuatu teknologi yang mempunyai sifat kebaruan yang meliputi teknologi budidaya, panen, pascapanen dan akses informasi inovasi teknologi, modal dan pasar dalam usahatani kopi rakyat.

(7) Penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat adalah tingkat kemampuan petani kopi rakyat dalam menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh dan dinas-dinas terkait.

(8) Karakteristik adalah keberagaman ciri dan sifat-sifat dari individu petani kopi rakyat.

(9) Dinamika kelompok adalah tingkat kegiatan dan keefektifan kelompok dalam rangka mencapai tujuannya.

(10) Peran adalah aspek dinamis terhadap kedudukan/status sehubungan dengan hak dan kewajiban.

(11) Kemampuan adalah keragaman kemampuan yang dimiliki individu petani dalam mengerjakan usahatani kopi rakyat.


(32)

Pengertian Kelompok

Kelompok merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis maupun kebutuhan psikologisnya. Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi dan eksistensi dirinya (Soekanto 2006). Beberapa ahli telah merumuskan beberapa definisi tentang kelompok, antara lain:

(1) Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang bergaul (berinteraksi satu sama lain secara teratur dalam suatu periode waktu serta menganggap dirinya saling bergantung dalam kaitannya dengan pencapaian satu tujuan bersama atau lebih (Wexley & Yuki 2005).

(2) Kelompok adalah kumpulan individu yang terdiri dari dua atau lebih individu dan kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain dan ada dalam situasi saling mempengaruhi (Kartono 2006). (3) Menurut Johnson dan Johnson (Sarwono 2005), sebuah kelompok adalah

dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

(4) Kelompok adalah kumpulan dari dua individu atau lebih dengan tingkat interaksi yang sangat bervariasi, demikian pula dengan tingkat kesadaran atau pencapaian tujuan bersamanya (Sarwono 2005).

(5) Kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Robbins 2007). (6) Menurut Cohen (Simamora 1992), kelompok adalah sejumlah orang yang

berinteraksi secara bersama dan memiliki kesadaran sebagai anggota yang didasarkan pada kehendak-kehendak perilaku yang disepakati.

(7) Secara sosiologis, kelompok sosial didefinisikan sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut menyangkut kaitan timbalbalik yang saling mempengaruhi dan juga kesadaran untuk saling tolong-menolong (Soekanto 2006).


(33)

(8) Chaplin (Walgito 2003) menyebutkan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang secara umum memiliki karakteristik yang sama, atau yang sedang mengejar suatu tujuan bersama, dan saling berinteraksi baik secara bertatap muka maupun tidak.

Pengertian kelompok menurut Iver dan Page (Mardikanto 1993) adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbalbalik dan saling pengaruh mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong. Sherif dan Sherif (Ahmadi 1991) menyatakan bahwa kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sudah terdapat pembagian tugas, mempunyai struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok tersebut.

Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin juga berpendapat bahwa ”The essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence.” Selain itu, Smith mendefinisikan kelompok sebagai suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi (Santoso 2004).

Mardikanto (1993) juga memberikan pengertian bahwa kelompok merupakan himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu manusia yang memiliki ciri-ciri seperti memiliki ikatan yang nyata, interaksi dan interelasi sesama anggotanya, memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas dan memiliki kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama, serta keinginan dan tujuan bersama. Menurut Tomosoa (Mardikanto 1993), salah satu ciri kelompok ialah sebagai suatu kesatuan sosial yang memiliki kepentingan bersama dan tujuan bersama. Selain itu, Cartwright dan Zander (1968) mengemukakan sepuluh ciri kelompok, yaitu: (1) kelompok ditandai oleh adanya interaksi;(2) adanya pembatasan tertentu sebagai anggota; (3) menyadari bahwa anggota adalah kepunyaan kelompok; (4) berpartisipasi sesuai dengan kedudukannya terhadap objek model ideal yang sesuai dengan super egonya; (5) adanya ganjaran dari kelompok terhadap anggota yang melanggar norma dan ketentuan kelompok lainnya; (6) adanya norma sesuai dengan kepentingan umum; (7) harus ada


(34)

identifikasi terhadap objek modelnya; (8) mempunyai sifat saling ketergantungan antar sesama anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama;(9) mempunyai persepsi kolektif yang sama tentang segala sesuatu hal sepanjang menyangkut kelangsungan hidup kelompok dan (10) adanya kecenderungan berperilaku yang sama terhadap lingkungan kelompok.

Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompoktani pada dasarnya adalah organisasi nonformal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani. Ciri-ciri kelompoktani yaitu: (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani, (3) memiliki kesamaan dalam tradisi atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi, (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. Penumbuhan kelompoktani didasarkan pada prinsip-prinsip: (1) kebebasan , menghargai individu petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan kepentingannya, (2) keterbukaan, penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha, (3) partisipatif, semua anggota terlibat dan memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan serta mengelola kelompoktani, (4) keswadayaan, mengembangkan kemampuan penggalian potensi diri sendiri para anggota dalam penyediaan sumberdaya guna terwujudnya kemandirian, (5) kesetaraan, hubungan antara penyuluh, pelaku utama dan usaha merupakan mitra sejajar dan (6) kemitraan, berdasarkan saling menghargai, menguntungkan, memperkuat dan saling membutuhkan ( Deptan 2007).

Dinamika Kelompok

Menurut Setiana (2005), perubahan perilaku petani secara individu biasanya lebih lambat dibandingkan apabila petani aktif dalam kegiatan kelompok. Demikian pula dalam hal penyebaran dan penerapan inovasi teknologi umumnya lebih cepat dan meluas jangkauannya. Karena keunggulan penyebaran inovasi teknologi melalui keberadaan kelompok, maka perlu diketahui tingkat


(35)

dinamika kelompok. Ada tiga peranan penting dari keberadaan kelompok yaitu: (1) media sosial atau media penyuluhan yang hidup, wajar dan dinamis, (2) alat untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan penyuluhan dan (3) tempat atau wadah untuk pernyataan aspirasi yang murni dan sehat sesuai dengan tujuan dan keinginan. Kemampuan suatu kelompok dalam mengakses informasi teknologi dan menyebarkan teknologi tersebut dalam anggota kelompok sangat tergantung pada seberapa dinamis kelompok tersebut. Dinamika kelompok sendiri diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam atau lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan dalam bertindak melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan bersama yang merupakan tujuan kelompok.

Mardikanto (1993) berpendapat bahwa untuk melakukan analisis terhadap dinamika kelompok pada hakekatnya dapat dilakukan melalui dua macam pendekatan antara lain: (1) pendekatan sosiologis, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap bagian-bagian atau komponen kelompok dan analisis terhadap proses sistem sosial tersebut. Pendekatan seperti ini, terutama dilakukan untuk melakukan analisis dinamika kelompok terhadap kelompok-kelompok sosial dan (2) pendekatan psikososial, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri. Pendekatan seperti ini, lebih sering diterapkan pada kelompok-kelompok tugas. Meskipun demikian, karena masih banyak kelompok (termasuk kelompoktani) yang merupakan bentuk peralihan dari kelompok sosial ke kelompok tugas, di dalam analisis dinamika kelompoknya seringkali masih dilakukan penggabungan terhadap kedua macam pendekatan tersebut.

Pendekatan sosiologis meliputi dua analisis, yaitu analisis terhadap bagian-bagian organisasi dan proses sosial yang terjadi di dalam kelompok. Analisis terhadap bagian organisasi pada dasarnya merupakan analisis terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam kelompok yang diatur dan disediakan oleh kelompok yang bersangkutan demi berlangsungnya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.


(36)

Unsur-unsur tersebut menurut Krech (Mardikanto 1993) mencakup:

(1) tujuan kelompok yaitu hasil akhir yang ingin dicapai baik berupa sesuatu objek atau keadaan serta keinginan-keinginan lain yang diinginkan dan dapat memuaskan semua anggota kelompok yang bersangkutan;

(2) unsur-unsur kelompok yang menyangkut pembagian tugas dan hak serta kewajiban anggota-anggota kelompok, yang meliputi: (a) jenjang sosial, pelapisan kelompok ini menunjukkan perbedaan nilai atau prestise tertentu yang akan membedakan penghargaan, kehormatan, dan hak atau wewenang anggota-anggotanya. Adanya jenjang sosial akan menjadi faktor pendorong bagi setiap anggota untuk bekerja keras agar memperoleh tingkat penghormatan dan kekuasaan atau wewenang yang lebih tinggi di dalam kelompoknya; (b) peran kedudukan yakni peran yang harus dilakukan atau ditunjukkan oleh anggota kelompok sesuai dengan kedudukan yang diperolehnya dalam struktur sistem sosial yang bersangkutan dan (c) kekuasaan, yaitu kewenangan yang mampu menggerakkan orang lain demi tercapainya tujuan yang diinginkan;

(3) unsur-unsur yang berkaitan dengan aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang harus ditaati oleh semua anggota dalam menunjukkan perilaku, melaksanakan peran dan tindakan demi tercapai tujuan kelompok, meliputi: (a) kepercayaan, yakni segala sesuatu yang secara akal atau perasaan anggota kelompok dinilai dan diterima sebagai kebenaran yang digunakan sebagai landasan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (b) sanksi, yakni perlakuan yang diberikan kepada setiap anggota kelompok yang berupa penghargaan bagi yang mentaati atau melaksanakan dengan benar dan hukuman bagi yang melanggar aturan-aturan atau kebiasaan kelompok; (c) norma, yakni aturan-aturan tentang perilaku yang harus ditaati dan ditunjukkan oleh setiap anggota kelompok dan (d) perasaan-perasaan, yakni tanggapan emosional yang diberikan atau ditunjukkan oleh setiap anggota terhadap kelompoknya dan

(4) unsur-unsur dalam kelompok yang harus diupayakan atau disediakan demi terlaksananya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, meliputi: (a) kemudahan, yaitu segala sesuatu yang memiliki nilai, yang


(37)

diperlukan kelompok untuk dapat melaksanakan kegiatan demi tercapai tujuan kelompok dan (b) tegangan dan himpitan, yaitu adanya tegangan atau tekanan-tekanan yang dapat memperkuat kesatuan dan persatuan antar sesama anggota kelompok demi tercapai tujuan.

Apabila ditinjau dari proses sosial perlu dianalisis adanya beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh setiap kelompok yang mencakup (Mardikanto 1993):

(1) komunikasi, yaitu interaksi antar sesama anggota dalam pelaksanaan kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok. Komunikasi di dalam kelompok harus diupayakan untuk menembus setiap isolasi sosial yang ada di dalam kelompok sehingga semua pihak dapat dan mau berinteraksi untuk mencapai tujuan kelompok yang sudah disepakati;

(2) pemeliharaan batas, yaitu pemeliharaan batas-batas sistem sosial (kelompok) dengan lingkungannya. Pemeliharaan batas tersebut dimaksudkan agar ada perbedaan yang jelas antara sesama anggota kelompok dengan yang bukan anggota kelompoknya sehingga terpupuk rasa kesetiakawanan dalam mewujudkan identitas kelompok maupun untuk menghadapi tekanan dari luar; (3) kaitan sistemik, yaitu proses terjadinya jalinan atau keterkaitan antar sistem

sosial atau kelompok satu dengan yang lainnya. Pemahaman tentang konsep ini memberikan petunjuk agar setiap kelompok juga harus menjalin hubungan dengan kelompok yang lain untuk mencapai tujuan bersama;

(4) pelembagaan, yaitu proses pengembangan fungsi-fungsi sosial atau hubungan-hubungan sosial. Konsep ini memberikan arahan bahwa untuk tercapainya tujuan-tujuan kelompok perlu dikembangkan lembaga-lembaga atau subkelompok yang harus menjalankan fungsinya masing-masing secara jelas;

(5) sosialisasi, yaitu proses pembelajaran atau pewarisan nilai-nilai kelompok dalam rangka menyiapkan setiap anggota kelompok untuk dapat melaksanakan perannya sesuai dengan kedudukannya dalam kelompok, sehingga berperilaku dan dapat melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok dan


(38)

(6) kontrol sosial, yaitu proses pengawasan terhadap perilaku atau kegiatan setiap anggota kelompok agar tidak menyimpang aturan yang telah disepakai demi tercapainya tujuan bersama.

Pendekatan psikososial untuk menganalisis dinamika kelompok dimaksudkan untuk mengkaji terhadap segala sesuatu yang akan berpengaruh terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok. Unsur-unsur dinamika kelompok tersebut meliputi (Purwanto & Huraerah 2006):

(1) tujuan kelompok, yaitu hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok. Berkaitan dengan hal itu, kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan-tindakan anggota kelompok. Sehingga perlu dikaji sampai seberapa jauh tujuan kelompok benar-benar telah dipahami dan dihayati oleh setiap anggota kelompok yang bersangkutan;

(2) struktur kelompok, yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok yang sekaligus menggambarkan kedudukan dan peran masing-masing untuk mencapai tujuan kelompok. Ketidakjelasan mengenai struktur kelompok akan berakibat terhadap ketidakjelasan kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kekuasaan masing-masing anggota, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak mungkin berjalan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan;

(3) fungsi tugas, yaitu seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukannya dalam struktur kelompok. Sehingga setiap orang harus memahami betul tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk tujuan kelompok;

(4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok, yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok atau upaya kelompok untuk berusaha memelihara tatakerja dalam kelompok, mengatur, memperkuat dan mengekalkan kelompok;

(5) kekompakkan kelompok, yang diartikan sebagai rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya. Rasa keterikatan itu dapat dilihat atau


(39)

ditunjukkan pada kesamaan tindakan, kerjasama, kesadaran menjadi anggota, persamaan nasib, homogenitas perilaku, kesepakatan terhadap tujuan kelompok dan pengakuan terhadap kepemimpinan kelompok;

(6) suasana kelompok, yaitu lingkungan fisik dan nonfisik (emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya. Suasana tersebut dapat berupa keramahtamahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak dan suasana fisik seperti kerapihan, keteraturan dan sebagainya; (7) tekanan kelompok, yaitu tekanan-tekanan atau ketegangan dalam kelompok

yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok;

(8) keefektivan kelompok, yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan yang memuaskan anggotanya dan

(9) agenda terselubung, yaitu tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yang diketahui oleh semua anggotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis.

Danim (2004) berpendapat bahwa dinamika kelompok merupakan kondisi dinamis yang tercipta atau diciptakan oleh kelompok atau anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Kondisi dinamis adalah aktivitas program yang muncul dari individu atau anggota kelompok. Kondisi dinamis itu tercermin dalam pola interaksi, aktivitas rutin keseharian atau sifat-sifat kondusif lain yang diarahkan kepada usaha memacu tujuan tertentu. Kondisi yang dinamis itu akan mempermudah usaha memacu kegiatan-kegiatan yang produktif. Cartwright dan Zender (1968) dan Levis (1996) mengemukakan bahwa dinamika kelompok dapar diukur dengan menggunakan unsur seperti: (1) tujuan kelompok; (2) struktur kelompok; (3) fungsi kelompok; (4) pembinaan kelompok; (5) kekompakkan kelompok; (6) suasana kelompok; (7) tekanan kelompok dan (8) keefektivan kelompok.

Anantanyu et al. (2005) menyatakan bahwa tingkat dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pengelola Air (P3A) pada umumnya berada pada kategori dinamis. Unsur sistem sosial sudah berkembang dengan baik, walaupun ada unsur-unsur sistem sosial yang memerlukan peningkatan seperti jenjang sosial, fasilitas, norma dan tekanan/tegangan. Unsur proses sosial, seperti: memelihara


(40)

batas, kaitan sistemik dan sosialisasi juga membutuhkan peningkatan. Lingkungan sosial berpotensi berhubungan dengan tingkat dinamika kelompok karena masih adanya anggapan bahwa diperlukan bimbingan dan pembinaan pada masyarakat oleh institusi pemerintah. Menurut Junaidi (2002), sebagian besar kelompoktani yang menerapkan inovasi pupuk organik memiliki dinamika kategori sedang. Analisisnya menggunakan deskriptif kualitatif pedekatan psikososial, meliput i: (1) maksud dan tujuan kelompok; (2) struktur; (3) fungsi; (4) memelihara keutuhan kelompoktani; (5) membina kekompakkan; (6) suasana; (7) tekanan-tekanan; (8) keefektivan kelompok dan (9) maksud terselubung kelompoktani. Selain itu, Purwanto dan Wardani (2006) juga berpendapat bahwa keragaan dinamika kelompoktani yang didasarkan pada peran dan fungsi kelompok sebagian besar dinamikanya adalah berkategori sedang. Penelitian Effendi (2001) tentang hubungan dinamika kelompok dengan penerapan teknologi tanaman sayuran dataran rendah menyimpulkan bahwa unsur dinamika yang masih berkategori rendah meliputi: pembinaan, suasana dan tekanan kelompok. Unsur berkategori sedang meliputi: tujuan, struktur, fungsi dan efektivitas kelompok. Unsur yang berkategori tinggi hanya pada kekompakkan kelompok.

Peran Kelompok

Menurut Berlo (1960), peran merupakan serangkaian tingkah laku yang harus dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan berdasarkan posisi yang didudukinya. Setiap individu mempunyai posisi yang berbeda-beda dalam suatu sistem sosial dan mempunyai norma-norma tersendiri. Suatu tingkah laku peran dapat ditinjau dari: (1) prescription role, merupakan pernyataan yang dilakukan seseorang berdasarkan perannya; (2) description role, merupakan gambaran tingkah laku secara nyata yang dilakukan seseorang berdasarkan perannya dan (3)

expectation role, merupakan gambaran tingkah laku seseorang tentang tingkah laku yang diharapkan berdasarkan perannya.

Soekanto (2006) mengatakan bahwa peran adalah aspek dinamis kedudukan/status yang mencakup kewajiban dan hak seseorang. Peran seseorang dalam kedudukannya pada suatu posisi, meliputi: (1) norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat dan (2) sustu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat


(41)

sebagai organisasi dan perilaku yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Peran seseorang dalam msyarakat harus dilaksanakan untuk mempertahankan kedinamisan kehidupan dalam lingkungan masyarakat. Pelaksanaan peran seseorang biasanya dapat dilihat di masyarakat atau dilakukan melalui lembaga kemasyarakatan yang ada.

Peran kelompoktani dalam pembangunan pertanian diharapkan menjadi pilar utama dan terdepan dalam setiap kegiatan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Menurut Departemen Pertanian (2001), peran kelompoktani ada tiga yaitu: (1) sebagai kelas belajar-mengajar; (2) sebagai unit produksi dan (3) sebagai wahana kerjasama. Abbas (1995) menjelaskan bahwa peran kelompoktani sebagai kelas belajar-mengajar, kelompoktani sebagai wadah bagi setiap anggota kelompok untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berusahatani yang lebih baik dan menguntungkan, serta menumbuhkan dorongan untuk lebih mandiri. Sebagai unit produksi usahatani, kelompoktani merupakan kesatuan unit usahatani untuk bertindak dalam meningkatkan produktivitas, mutu hasil produksi dan mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan. Peran kelompok sebagai wahana kerjasama diartikan kelompok sebagai wadah untuk mempererat kerjasama di antara petani dalam kelompok dan antar kelompok dengan pihak lain untuk menghadapi berbagai ancaman tantangan, hambatan dan gangguan pada prapanen, pascapanen, pemasaran dan pemupukan modal sehingga petani mempunyai daya tawar yang baik.

Upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan kelompok sebagai kelas belajar-mengajar meliputi; menggali dan merumuskan belajar, berhubungan dan bekerjasama dengan sumber informasi dan teknologi yang diperlukan, menciptakan iklim belajar yang sesuai, mempersiapkan sarana belajar, berperanserta aktif dalam proses belajar-mengajar, mengemukakan keinginan, pendapat maupun masalah, merumuskan kesepakatan bersama, menaati dan melaksanakan kesepakatan, merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala.

Selanjutnya, upaya untuk mengembangkan kemampuan kelompok sebagai unit produksi usahatani, antara lain; mengambil keputusan dalam menentukan pola usahatani yang menguntungkan, menyusun rencana definitif


(42)

kelompok serta rencana permodalan, menerapkan inovasi teknologi sesuai dengan rekomendasi, berhubungan dengan penyedia sarana produksi dan pemasaran hasil, menaati dan melaksanakan kesepakatan, menganalisis dan menilai hasil usahatani, mengatasi keadaan darurat dan mengelola administrasi kelompok.

Upaya untuk mengembangkan kemampuan kelompok sebagai wahana kerjasama antara lain; menciptakan suasana saling kenal, saling mempercayai dan berkeinginan untuk bekerjasama, menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan pandangan untuk mencapai tujuan bersama, mengatur dan melaksanakan pembagian tugas sesuai kesepakatan, mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, merencanakan dan melaksanakan musyawarah dan pertemuan lainnya, menaati dan melaksanakan kesepakatan, melaksanakan tukarmenukar pikiran, bekerjasama dengan penyedia sarana produksi, pengolahan dan pemasaran, mengembangkan kader kepemimpinan, mengadakan pemupukan modal dan mengadakan hubungan melembaga dengan koperasi dalam melaksanakan Rencana Definitif Kelompok (RDK), pengolahan, pemasaran hasil dan permodalan (Deptan 2001).

Menurut Pangarsa et al. (2009) pada era agribisnis seperti sekarang ini, maka kelompoktani sebaiknya juga berperan sebagai unit ekonomi (lembaga ekonomi) tentunya mendapatkan perhatian yang lebih banyak. Kelompok yang dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi akan tetap eksis, sekalipun tidak mendapatkan bantuan pemerintah. Dengan konsep tersebut, maka di berbagai daerah telah dimunculkan konsep, yaitu subkelompok atau kelompok kegiatan, kelompok dan gabungan kelompok (Gapoktan). Walaupun secara kuantitas jumlah kelompok dan gapoktan telah banyak, namun sebagian besar kelompok tersebut belum berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Gapoktan masih difungsikan sebatas dalam rangka membagi subsidi pupuk, sebagai media pertemuan dalam rangka sosialisasi peraturan pemerintah. Seharusnya apapun bentuknya kelompok dan gapoktannya yang penting dapat difungsikan sebagai lembaga ekonomi. Lembaga ekonomi yang dimaksud dapat berbentuk sebagai unit pemasaran, unit permodalan atau simpan pinjam, koperasi tani, kemitraan dengan pengusaha, unit pelayanan jasa alsintan dan atau unit agroindustri.


(43)

Purwaningsih (2005) telah melakukan penelitian tentang peranan kelompok usaha bersama, ternyata kelompok usaha bersama telah berperan nyata dalam perbaikan posisi tawar dan peningkatan pendapatan petani gula. Menurut Wahyunindyawati et al.(2003), peran kelompoktani juga penting dalam adopsi sebuah inovasi teknologi. Untuk lebih dapat mengadopsi teknologi usahatani padi spesifik lokasi serta untuk dapat diterapkan pada petani dengan mudah melalui kelompoktani dengan model cooperative farming.

Penelitian Arimbawa (2004) menyimpulkan bahwa peran kelompok sebagai kelas belajar-mengajar berkategori tinggi. Indikator kelompok sebagai wadah belajar-mengajar meliputi: keaktifan anggota pada setiap pertemuan kelompok untuk belajar bersama, aktif berdiskusi, frekuensi hadir, penggunaan kelompok sebagai sumber informasi dengan sarana dan prasarana yang menunjang para anggota kelompok untuk belajar, peran kelompok sebagai unit produksi usahatani berkategori rendah. Indikator peran kelompok sebagai unit produksi meliputi: (1) penggunaan ide-ide baru dalam berusahatani seperti penggunaan bibit, pupuk, pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan dan pemanenan dan (2) pemenuhan dan pencarian faktor-faktor produksi usahatani. Peran kelompok sebagai wahana kerjasama anggota berkategori tinggi. Indikator peran kelompok sebagai wahana kerjasama meliputi: (1) kerjasama dalam pencarian informasi usahatani; (2) kerjasama dalam pencarian (komoditi usahatani, faktor-faktor produksi dan informasi pasar) dan (3) kerjasama dalam manajemen usahatani (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi).

Kemampuan Anggota Kelompok

Salah satu fokus penting dalam pembangunan pertanian adalah pembangunan sumberdaya manusia (SDM). Wujud dari pengembangan SDM tersebut dapat difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dan dapat dimulai dari kelompok-kelompok. Menurut Marliati (2008), kemampuan petani adalah segala daya yang dimiliki petani (pengetahuan, keterampilan dan sikap positif) untuk mampu mandiri menjalankan usahatani atau agribisnis. Pemenuhan kebutuhan pengembangan kemampuan petani dapat diwujudkan melalui kinerja penyuluh pertanian dan memberdayakan petani secara berkualitas dengan memposisikan petani sebagai subyek atau mitra sejajar yang memiliki potensi atau


(1)

159

(5) Karakteristik anggota kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: pengalaman usahatani, masa keanggotaan kelompoktani, tingkat kekosmopolitan dan motivasi berkelompok.

(6) Unsur dinamika kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: tujuan, pembinaan, kekompakkan, suasana, tekanan dan efektivitas kelompok.

(7) Peran kelompoktani kopi rakyat yang berhubungan nyata positif dengan kemampuan dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat yaitu: peran kelompok sebagai kelas belajar-mengajar, unit produksi, wahana kerjasama dan unit ekonomi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, disarankan sebagai berikut:

(1) KKRTL perlu meningkatkan kedinamisan dan perannya sebagai kelas belajar mengajar dan unit ekonomi terutama dalam pemupukan modal dan pemanfaatan modal secara rasional dengan mendirikan koperasi yang mampu menjalin kerjasama dengan lembaga lainnya. Kemampuan anggota KKRTL juga segera perlu diperbaiki terutama dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen dan akses informasi inovasi teknologi, modal dan pasar.

(2) KKRTM sebaiknya terus memperkuat jaringan kerjasama kemitraan kelembagaan antara koperasi kelompok dengan pihak-pihak pemerintah (Dinas terkait, Perbankan, Lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi) dan swasta pelaku agribisnis kopi (penyedia input produksi, pedagang, eksportir, dan industri pengolahan) melalui peningkatkan program pendidikan, penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada kelompoktani guna mempercepat dan memantapkan penerapan inovasi teknologi usahatani kopi. (3) Untuk meningkatkan daya saing usahatani kopi rakyat perlu terus ditingkatkan

peran KKRTM dan KKRTL melalui kerjasama aktif dengan lembaga-lembaga pemerintah dan stakeholder kopi yang terkait terutama untuk kemudahan dalam mengakses inovasi teknologi, modal dan pasar.


(2)

Abbas S. 1995. Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia (1905-1995). Jakarta: Departemen Pertanian RI.

Adikarta. 2009. “Data PPL Kelompoktani Perkebunan di Kabupaten Jember.” Jember: Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Ahmadi. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ambarsari A, Widodo S, Sutrilah. 2004. “Studi Komparatif Usahatani Kopi Robusta Organik dengan Non Organik.” Agrosains. Vol 17: 143-155.

Anantanyu S, Molo M, Suminah. 2005. “Analisis Dinamika Kelompok Perkumpulan Petani Pengelola Air (P3A) dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhinya.” Pembangunan Pedesaan. Vol 5: 46-59.

Arimbawa P. 2004. “Peran Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi: Kasus Kelompok Program Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan di Desa Amotowo Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara” [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Asdi A. 1996. “Sustainability of Food and Nutrition Diservication Project in West Sumantra Indonesia” [disertasi]. Los Banos, Philippina: UPLB.

[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2001. Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

[Bapemas] Badan Pemberdayaan Masyarakat. 2009. Profil Desa Sidomulyo. Jember: Pemerintah Daerah Kabupaten Jember.

Berlo D.K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt Rinchart and Winston.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Potensi Daerah Kabupaten Jember. Surabaya:BPS Kabupaten Jember.

2008. Kecamatan Silo dalam Angka.. Surabaya: BPS Kabupaten Jember.

Cartwight D, Zander A. 1968. Group Dynamics: Research and Theory. Third Edition. New York: Harper and Row Publishers.

Ciptadi W, MZ Nasution. 1985. Pengolahan Kopi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Danim S. 2004. Motivasi, Kepemimpinan dan Kreativitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani.

.2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Jakarta: Departeman Pertanian RI.


(3)

161 [Dishutbun] Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember. 2006. Potensi

Perkebunan di Kabupaten Jember. Jember: Dishutbun.

.2009. Data Perkebunan Kabupaten Jember. Jember: Dishutbun.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta: Ditjenbun.

Effendi M. 2001. “Hubungan Dinamika Kelompok Tani terhadap Penerapan Teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendah di Wilayah Kerja BPP Teritip Balikpapan”[tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Gibson JL, John M, Ivancevich, James H. Donnelly Jr. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses [terjemahan, Agus Darma]. Jakarta: Erlangga.

Hernanto F.1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hubeis AV. 2007. Komunikasi Inovasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Istiyanti E, Hadidarwanto D. 1999. “Perilaku Petani Terhadap Resiko dalam Pengembangan Usahatani Bawang Merah.” Agrosains. Vol 12: 209-217. Junaidi MA. 2002. “Analisis Dinamika Kelompok Tani dan Partisipasi Petani

dalam Penerapan Inovasi Pupuk Organik Fine Compost pada Usahatani Jagung Di Kabupaten Kediri.”Agrise. Vol 1: 79-84.

Kartono K. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Kusnadi D. 2006. “Kepemimpinan Kontaktani dalam Meningkatkan Efektivitas

Kelompok Tani.” Penyuluhan Pertanian. Vol 1: 14-28.

Leeuwis C. 2004. Communication for Rural Innovation. Iowa USA: Blackwell Levis LR. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Lionberger HF. 1960. Adoption of New Ideas and Practices. Ames, Iowa:

The Iowa State University Press.

Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: UNS Press. Marliati. 2008. “Pemberdayaan Petani untuk Pemenuhan Kebutuhan

Pengembangan Kapasitas dan Kemandirian Petani dalam Usaha Agribisnis”[disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mawardi S. 2008. “Strategi Ekspor Komoditas Perkebunan Kopi dalam Situasi Krisis Finansial Global.” Makalah pada Seminar Nasional. Jember: 23 Desember 2008.

Morgan B, Holmes G, Bundy C. 1962. Methods in Adult Education. Danville Illinois: The Interstate Printers Publisher.

Mosher AT. 1986. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasaguna. Najiyati S, Danarti. 2001. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.


(4)

Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notodimedjo S. 1985. Budidaya Tanaman Karet dan Kopi. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Padmowihardjo S. 2002. Pembangunan Pertanian: Sebelum dan Pasca Krisis Pergeseran Paradigma dan Pengembangan SDM Pendukungnya. Bahan di sampaikan pada Lustrum ke X SPMA Medan: 27 September 2002. Pambudy R. 2003. “Penyuluhan dalam Sistem dan Usaha Agribisnis: Strategi

Pengembangan Manusia Indonesia.” Dalam, Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan diedit oleh Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press.

Pangarsa N, Tini S, Blasius L. 2003. Prospek dan Tantangan Penyuluhan Pertanian Masa Depan. Prosiding Seminar dan Ekspose Teknologi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

, Muhariyanto A, Ariyanto H. 2009. Memperkuat Kelompoktani sebagai Media Belajar, Unit Produksi dan Lembaga Ekonomi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Timur. http://jatim. litbang.deptan.go.id/. [5 Maret 2009].

Purwaningsih A. 2005. “Peranan Kelompok Usaha Bersama dalam Perbaikan Posisi Tawar dan Pendapatan Perajin Gula Kelapa di Kabupaten Banyumas.” Pembangunan Pedesaan. Vol 5: 86-90.

Purwanto, Huraerah A. 2006. Dinamika Kelompok: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

, Wardani. 2006. “Keragaan Dinamika Kelompoktani.” Penyuluhan Pertanian. Vol 1: 1-10.

Purwoto A. 1993. “Sikap Petani Terhadap Resiko Produksi Padi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Agro Ekonomi. Vol 12: 1-23.

[Puslitkoka] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2003. Klon-klon Unggul Kopi Robusta. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

, 2005. Budidaya Kopi.

Jurnal on-line. [26 Februari 2008].

, 2009. Materi Pelatihan Pembekalan Teknis Uji Mutu Hasil Perkebunan Kopi. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Puspadi K. 2002. “Rekontruksi Sistem Penyuluhan Pertanian.” [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rahmat J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduwan M. 2007. Analisis Regresi dan Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta. Robbins SP. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks.


(5)

163 Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. New York: Free Press.

, Shoemaker FF. 1995. Communication of Innovations: A Cross Cultural Approach. New York: Free Press A Division of Mc Milland Publ.Co.

Rukka H, Buhaerah, Kadir S. 2008. “Peranan Kelompoktani Paraikatte dalam Pemenuhan Kebutuhan Usahatani.” Agrisistem. Vol 4: 77-86.

Salikin K. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius. Santoso S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwono SW. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sastraatmadja E. 1986. Penyuluhan Pertanian: Falsafah, Masalah dan Strategi. Bandung: Alumni.

Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.

Siegel S. 1985. Statistik Nonparametrik: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Simamora S. 1992. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Singarimbun M, Effendi S. 2006. “Metode dan Proses Penelitian.” Dalam, Penelitian Survai. Yogyakarta : LP3ES

Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press

Soekanto S. 2006. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani

Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia.

Spillane J. 1990. Komoditi Kopi: Peranannya dalam Perekonomian Indonesia Jakarta: Kanasius.

Sudarta W. 2002. “Pengetahuan dan Sikap Petani terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu.” SOCA. Vol 2: 31-34.

Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suwandari A, Joni A, Kurniawan A. 2005. “Respons Petani terhadap Kelompok Tani sebagai Wadah Pendidikan Non Formal serta Implikasinya terhadap Produktivitas Usahatani Padi.” Ilmu Pengetahuan Sosial. Edisi Khusus. Vol 11: 17-33.

Syahyuti. 1995. “Pendekatan Kelompok dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian.” FAE. Vol 13: 44-54.

Tjakrawiralaksana A. 1996. Usahatani. Bogor: Institut Pertanian Bogor Umar H. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wahyunindyawati, Muhaimin W, Nugroho BA. 2003. “Penerapan Teknologi Sistem Usahatani Padi Melalui Cooperative Farming di Jawa Timur.” Wacana. Vol 5: 193-203.


(6)

Walgito B. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi.

Wexley KN, Yuki Gary A. 2005. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta: Rineka Cipta.

Wilbert G, Samad M. 1979. Group Farming in Asia. Singapore: Singapore University Press

Wiraatmadja S. 1990. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yasaguna. Yahmadi M. 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan

Pengolahan Kopi di Indonesia. Surabaya: AEKI Jawa Timur.

Yuliatin. 2002. “Tingkat Kedinamisan Kelompoktani Transmigran dan Lokal dalam Kemandirian Anggota Kelompok” [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Yusnadi. 1992. “Adopsi Petani Kopi dalam Pengembangan Perkebunan Kopi Rakyat” [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.