Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Syariah Mitra Amaliyah

b. Calon peminjam mengisi formulir melalui ketua kelompok pengajian atau pengurus mesjid dengan melampirkan fotocopy KTP dan rekomendasi dari pengurus mesjidmajelis ta’lim atau ketua kelompok pengajian c. Calon peminjam menyerahkan formulir tersebut kepada ketua kelompok pengajian, dan ketua kelompok pengajian yang menyerahkan kepada petugas d. Calon peminjam juga dapat langsung berhubungan dengan petugas dengan membawa rekomendasi dari ketua kelompok pengajian atau pengurus mesjid atau majelis ta’lim e. Ketua kelompok pengajian setelah menerima pencairan dana dari petugas, segera menyerahkan kepada peminjam dengan disaksikan oleh pengurus mesjidpengurus majelis ta’lim, atau pengurus kepada calon peminjam dengan disaksikan oleh peminjam lainnya f. Pencairan dana kepada calon peminjam diberikan kira-kira satu minggu dari pengajuan pinjaman

D. Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Syariah Mitra Amaliyah

Berdasarkan peraturan perudang-undangan yang ada yang mengatur perkoperasian, lebih khususnya lagi mengenai Koperasi Simpan Pinjam, yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Jo. Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah RI Nomor 351KepMXII1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, belum terdapat adanya pengaturan Universitas Sumatera Utara secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan penyelesaian bila terjadi penyimpangan terhadap dana nasabah yang berakibat kerugian bagi nasabah. Mengingat KSP tergolong bisnis pengelolaan uang yang penuh dengan risiko, maka untuk perkembangannya diperlukan aturankebijakan dari Pemerintah yang dapat memberikan perlindungan bagi dana nasabah. Karena yang terjadi atas beberapa kasus penyimpangan yang dilakukan oleh KSP, akhirnya para nasabahlah yang tetap sangat dirugikan, dana miliknya tetap saja tidak dapat kembali. Sedangkan asset koperasi sangat minim, bahkan jauh bila dibanding dengan akumulasi simpanan para nasabah. Namun demikian, LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah dengan moto “professional, ikhlas, dan terpercaya hingga saat ini telah menjadi salah satu koperasi syariah yang dipercaya di lingkungan masyarakat dan lebih spesifik lagi di kalangan para nasabahnya, terlebih-lebih para anggota. Hal ini dapat dilihat dari asset yang dimiliki oleh lembaga ini dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hingga saat ini, layaknya sebagai sebuah lembaga keuangan yang professional, setiap nasabah yang memerlukan dana yang telah mereka tempatkan di LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah tidak pernah mengalami penunggakan ataupun penundaan yang dapat membuat para nasabah merasa ragu untuk kembali menyimpan uangnya di lembaga keuangan ini. Pihak pengelola, pengurus dan pengelola sebagai pihak yang paling aktif menangani jalannya operasional lembaga terus melakukan koordinasi terkait dengan penggunaan dan peruntukan dana para nasabah. Artinya kebijakan yang dikeluarkan instansi yang Universitas Sumatera Utara berwenang dalam lembaga diambil melalui mekanisme dan jalur yang benar, yang minim risiko serta dapat dipertanggungjawabkan oleh seluruh pelaksananya. 53 E. Akibat Hukum dalam Hal Terjadinya Wanprestasi Terhadap Dana Nasabah Pada Koperasi Syariah Mitra Amaliyah Hingga saat terakhir penelitian penulis, belum terdapat kasus maupun indikasi kasus wanprestasi yang melibatkan pengurus maupun pengelola LKMS- KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah, oleh karenanya ditinjau dari prakteknya, belum ada akibat hukum yang timbul dalam hal terjadinya wanprestasi terhadap dana nasabah pada Koperasi Syariah LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah. Namun demikian, jika terjadi wanprestasi, maka hal yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan jalan musyawarah mufakat dengan nasabah yang menjadi korban wanprestasi dengan mengutamakan kepentingan nasabah. Sedapat mungkin musyawarah mufakat menjadi pilihan utama para pihak. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kredibilitas lembaga agar terhindar dari opini atau pendapat negatif sehingga mengancam kelangsungan lembaga. Namun apabila ternyata dalam pelaksanaannya mengalami hambatan dan tidak tercapai kata mufakat, maka yang akan ditempuh adalah jalur lembaga penyelesaian alternatif di luar pengadilan yaitu lembaga arbitrase baik di lingkungan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI atau Badan Arbitrase Syariah Nasional BASYARNAS. 54 53 Wawancara dengan Manajer LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah. 54 Wawancara dengan Manajer LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah. Universitas Sumatera Utara Dasar hukum mengenai arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah Pasal 1338 KUHPerdata, yang intinya mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku mengikat seperti undang-undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya. Kemudian perjanjian tersebut tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan dengan iktikad baik oleh para pihak. Dengan demikian dasar legitimasi penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya dan dianutnya sistem terbuka dalam hukum perjanjian, sehingga terdapat kebebasan bagi para pihak dalam menentukan materiisi perjanjian, pelaksanaan perjanjian dan cara penyelesaian sengketa yang terjadi. Berdasarkan pada ketentuan ini dan demi kelancaran dalam penyelesaian sengketa di kemudian hari, maka para pihak biasanya mencantumkan klausula arbitrase di dalamnya. Dalam hal sengketa yang terjadi menyangkut masalah ekonomi Islam, maka BASYARNAS yang biasanya dipilih oleh para pihak, dengan tidak menutup kemungkinan bagi para pihak untuk memilih BANI ataupun melalui Arbitrase ad hoc. Hal demikian dibenarkan karena mengingat ketentuan Pasal 2 Peraturan Prosedur Arbitrase di BANI menyatakan bahwa dengan menunjuk BANI danatau memilih Peraturan Prosedur BANI untuk penyelesaian sengketa, para pihak dalam perjanjian atau sengketa tersebut dianggap sepakat untuk meniadakan proses pemeriksaan perkara melalui Pengadilan Negeri sehubungan dengan perjanjian atau sengketa tersebut, dan akan melaksanakan setiap putusan yang diambil oleh Majelis Arbitrase berdasarkan Peraturan Prosedur BANI. Universitas Sumatera Utara Dalam arbitrase penyelesaian suatu sengketa tidak melalui hukum yang mengatur an sich, tetapi juga berdasarkan pada ketentuan-ketentuan kontrak, praktek, dan kebiasaan yang relevan, dan berdasarkan kewenangan yang bersifat amicable compositeur danatau memutuskan secara ex aequo et bono, apabila para pihak telah menyatakan kesepakatan mengenai hal itu. Dengan demikian penyelesaian sengketa melalui arbitrase mempunyai keunggulan bahwa penyelesaiannya relatif cepat dan biaya murah, kerahasiaan para pihak yang bersengketa tetap terjaga mengingat sidang arbitrase adalah tertutup untuk umum, putusan lebih bersifat win-win solution, sehingga lebih lanjut akan tercapai suatu restutio in integrum bagi para pihak dan masing-masing pihak tetap dapat menjalankan kegiatan bisnisnya tanpa adanya hambatan yang berarti. Selain BANI, juga masih terdapat lembaga arbitrase lain yang ditujukan kepada orang-orang atau kasus-kasus tertentu. Dalam konteks pasar modal ada Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia BAPMI, sedangkan bagi penyelesaian sengketa muamalah Islam ada BASYARNAS. BASYARNAS baru mempunyai kompetensi absolut untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dibidang ekonomi syari’ah, apabila para pihak mencantumkan dalam perjanjian yang dibuat berupa klausula arbitrase yang menjadi satu dengan perjanjian pokok ataupun dengan perjanjian pokok ataupun dengan perjanjian khusus yang terpisah dari perjanjian pokok yang menyangkut pilihan hukum choice of law dan pilihan forum choice of forum. Universitas Sumatera Utara Penyelesaian secara Arbitrase ini dapat dilakukan sebelum terjadinya sengketa atau sesudah terjadinya sengketa. Dalam hal belum terjadinya sengketa para pihak dapat mencantumkan klausula Arbitrase dalam suatu perjanjian pokok yang dibuat atau dalam naskah perjanjian sendiri yang ini dikenal dengan istilah pactum de compromitendo. Sedangkan dalam hal terjadinya sengketa para pihak dapat membuat perjanjian arbitrase tersendiri terpisah dari perjanjian pokok, dan ini dikenal dengan istilah akta kompromis. Adanya pactum de compromitendo dan atau akta kompromis yang dibuat oleh para pihak menjadikan lembaga Arbitrase secara absolut berwenang menyelesaikan sengketa antara para pihak tersebut. 55 Dalam hal para pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa yangterjadi dalam transaksi syariah ke BASYARNAS, maka secara yuridis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat atas suatu perjanjian ke Pengadilan Agama. 55 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hal. 208. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Koperasi Syariah di Indonesia didirikan didasarkan pada kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 251992 tentang Koperasi, UU No. 7 1992 kini UU No. 10 1998 tentang perbankan, yang diikuti dengan keluarnya PP No. 72 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. 2. Permodalan dalam koperasi biasa maupun koperasi syariah tidak jauh berbeda, terutama jika dilihat dari sumbernya. Namun dalam penggunaan dan pengelolaannya jelas berbeda. Koperasi syariah menggunakan modal yang nota bene berasal dari para nasabah untuk dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah, seperti pembiayaan mudharabah, musyarakah, wadi’ah, ijarah dan sebagainya. 3. Perlindungan dana nasabah dilakukan dengan melakukan pengelolaan secara profesional sehingga segala bentuk penggunaan dan peruntukan dana nasabah diambil melalui mekanisme yang benar, minim risiko dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun jika terjadi wanprestasi dalam pengembalian dana nasabah, maka jalan musyawarah mufakat menjadi pilihan utama untuk menyelesaikan permasalahan. Hal ini ditujukan untuk menjaga hubungan yang baik antara BMT dengan nasabah dan menjaga eksistensi lembaga di mata masyarakat nasabah lainnya. Universitas Sumatera Utara