Analisis Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (KOPDIT) Dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Di Kabupaten Karo( Studi Kasus : Kopdit Unam Dan Kud Sada Kata )

(1)

A

ANNAALLIISSIISSPPEERRBBAANNDDIINNGGAANNKKOOPPEERRAASSIISSIIMMPPAANNPPIINNJJAAMM ((KKOOPPDDIITT)) D

DEENNGGAANNKKOOPPEERRAASSIIUUNNIITTDDEESSAA((KKUUDD))DDIIKKAABBUUPPAATTEENNKKAARROO

(

(SSttuuddiiKKaassuuss::KKooppddiittUUNNAAMMddaannKKUUDDSSaaddaaKKaattaa))

SKRIPSI Oleh : A

ALLFFIINNEETTAAMMPPUUBBOOLLOONN S

SEEPP//AAGGRRIIBBIISSNNIISS 0

03300330044005511

D

DEEPPAARRTTEEMMEENNSSOOSSIIAALLEEKKOONNOOMMIIPPEERRTTAANNIIAANN P

PRROOGGRRAAMMSSTTUUDDIIAAGGRRIIBBIISSNNIISS F

FAAKKUULLTTAASSPPEERRTTAANNIIAANN U

UNNIIVVEERRSSIITTAASSSSUUMMAATTEERRAAUUTTAARRAA M

MEEDDAANN 2 2000088


(2)

A

ANNAALLIISSIISSPPEERRBBAANNDDIINNGGAANNKKOOPPEERRAASSIISSIIMMPPAANNPPIINNJJAAMM ((KKOOPPDDIITT)) D

DEENNGGAANNKKOOPPEERRAASSIIUUNNIITTDDEESSAA((KKUUDD))DDIIKKAABBUUPPAATTEENNKKAARROO

(

(SSttuuddiiKKaassuuss::KKooppddiittUUNNAAMMddaannKKUUDDSSaaddaaKKaattaa))

SKRIPSI Oleh : A

ALLFFIINNEETTAAMMPPUUBBOOLLOONN 0

03300330044005511 S

SEEPP--AAGGRRII S

SkkrriippssiiSeSebbaaggaaiiSaSallaahhSaSattuuSSyyaarraattuunnttuukkMeMennddaappaattkkaannGeGellaarrSaSarrjjaannaa d

diiFaFakkuullttaassPPeerrttaanniiaannUnUniivveerrssiittaassSuSummaatteerraaUtUtaarraa,,MeMeddaann Disetujui oleh :

K

KoommiissiiPePemmbbiimmbbiinngg,,

(

(PPrrooff..DDrr..IIrr..H.H.MM..LL..TToobbiinngg)) ((IIrr..A.A.TT..HuHuttaajjuulluu,,MSMS)) K

Keettuuaa AnAnggggoottaa

D

DEEPPAARRTTEEMMEENNSSOOSSIIAALLEEKKOONNOOMMIIPPEERRTTAANNIIAANN P

PRROOGGRRAAMMSSTTUUDDIIAAGGRRIIBBIISSNNIISS F

FAAKKUULLTTAASSPPEERRTTAANNIIAANN U

UNNIIVVEERRSSIITTAASSSSUUMMAATTEERRAAUUTTAARRAA M

MEEDDAANN 2 2000088


(3)

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dengan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata)

Nama : Alfine Tampuboilon

NIM : 030304051

Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing ,

Prof. Dr. Ir. H.M.L.Tobing Ir. A.T. Hutajulu, MS.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Luhut Sihombning, MP. Ketua Departemen


(4)

A

ABBSSTTRRAAKK

Alfine Tampubolon Analisis Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dengan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Karo dengan studi kasus Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata dilakukan pada tahun 2008 di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. H.M.L. Tobing selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari jumlah anggota, jumlah modal, pendapatan volume usaha dan jumlah SHU selama 5 tahun terakhir (2003-2007), masalah-masalah dan upaya-upaya yang dilakukan serta perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari aspek kelembagaan di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yakni di Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata. Penentuan sampel penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kedua koperasi tersebut merupakan koperasi aktif, yang dan cukup potensial untuk mengalami kemajuan maupun kemunduran. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data secara deskriptif dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Secara keseluruhan selama 5 tahun terakhir (2003-2007) Kopdit UNAM

lebih berkembang dibandingkan KUD Sada Kata.

a. Rata-rata jumlah anggota Kopdit UNAM (2003-2007) adalah 3.586 orang, dimana angka trend terus meningkat mulai tahun 2003 sebagai tahun dasarnya dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2007 yakni


(5)

234,09%. Rata-rata jumlah anggota KUD Sada Kata adalah 355 orang, dimana angka trend mengalami penurunan, dan mencapai titik terendah yakni 91,35% pada tahun 2007.

b. Rata-rata jumlah modal Kopdit UNAM adalah sebesar Rp. 5.834.013.618,- dimana angka trend terus meningkat mulai tahun 2003 dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2007 yakni 402,86%. Rata-rata jumlah modal KUD Sada Kata adalah sebesar Rp. 314.372.825,80 dimana angka trend juga terus meningkat walau tidak cukup signifikan dan mencapai puncaknya yakni 117,45% pada tahun 2007.

c. Rata-rata pendapatan volume usaha Kopdit UNAM (2003-2007) adalah sebesar Rp. 1.233.813.595,- dimana angka trend terus meningkat dan mencapai titik tertinggi pada tahun 2007 yakni 382,33%. Rata-rata pendapatan volume usaha KUD Sada Kata adalah sebesar Rp. 83.810.524,- dimana angka trend mengalami fluktuasi, angka terendah berada pada tahun dasarnya dan angka tertinggi pada tahun 159,34% pada tahun 2006.

d. Rata-rata jumlah SHU Kopdit UNAM adalah sebesar Rp. 234.092.485,80 dimana angka trend (2003-2006) terus naik dan mencapai angka terbaik pada tahun 2006 yakni mencapai 273,90%. Namun pada tahun 2007 angka trend menurun drastis mencapai 49,19%. Rata-rata jumlah SHU KUD Sada Kata adalah sebesar Rp. 28.799.225,00 dimana angnka trend mengalami fluktuatif, angka


(6)

terendah berada pada tahun dasarnya dan angka tertinggi pada tahun 2006 yakni 243,06%.

2. Masalah-masalah yang sering dihadapi Kopdit UNAM adalah kurang dimilikinya tenaga pelaksana (pengurus) yang memiliki kemampuan yang terampil dan tangguh serta berjiwa koperasi, Pengurus kurang selektif dalam pemberian kredit/pinjaman kepada anggota, besarnya biaya-biaya/pengeluaran setiap tahunnya, adanya badan usaha keuangan lain yang menawarkan kemudahan pinjaman berupapemberian kredit tanpa agunan, macetnya pembayaran pinjaman oleh beberapa anggota, dan keadaan ekonomi yang tidak stabil.

3. Masalah-masalah yang dihadapi KUD Sada Kata adalah kurang dimiliki tenaga pelaksana (pengurus) yang memiliki kemampuan yang terampil dan tangguh serta berjiwa koperasi, rendahnya pemahaman anggota terhadap koperasi, lemahnya permodalan koperasi, macetnya pembayaran pinjaman oleh beberapa anggota, keadaan ekonomi yang tidak stabil, dan badan usaha saingan koperasi.

4. Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengembangan Kopdit UNAM adalah :

Strategi SO : Memperluas usaha Kopdit UNAM dengan membuka unit cabang baru (S1O1O3). Mengembangkan koperasi dengan dengan metode

member get member (S2S3O3).

Strategi WO : Mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan SDM Pengurus (W1W3W4O2). Bekerjasama dengan Dinas Koperasi dalam


(7)

mencari dan menyeleksi Manajer yang dibutuhkan (W2O2). Mengadakan

sosialisasi dan pendidikan kepada anggota (W4O2).

Strategi ST :Mengembangkan usaha koperasi dengan menawarkan produk khusus dan kemudahan pemberian pinjaman (S1T2). Mengadakan sosialisasi

dan pendidikan kepada anggota agar dapat mengelola keuangan keluarganya (S3T1). Mengikuti pelatihan/pendidikan manajemen dalam hal pengelolaan

keuangan agar dapat digunakan lebih efektif (S1T3).

Strategi WT :Mengikuti pendidikan dan pelatihan manajemen agar mampu mengelola koperasi dengan baik dan tidak kalah saing (W1W3W4T1T2T3).

Mengadakan sosialisasi bagi anggota agar dapat mengatur keuangannya (W4T1).

5. Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengembangan KUD Sada Kata adalah :

Strategi SO : Meningkatkan usaha koperasi dengan biaya rendah (S2O2).

Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan pelayanan yang murah dengan kualitas baik (S2O1O3).

Strategi WO : Mengadakan pendidikan berkoperasi bagi anggota dan pengurus (W1W2O3). Mengadakan sosialisasi tentang peranan anggota

dalam koperasi (W2W3W4O5). Mengikuti seminar dan pelatihan yang

diadakan Dinas Koperasi (W1W4O3)

Strategi ST : Mengadakan sosialisasi bagi anggota koperasi (S1T1 T2).

Memberikan pelayanan yang baik dengan kualitas baik dan harga bersaing (S1S2T1T2).


(8)

Strategi WT :Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan manajemen agar tidak kalah saing (W1W3T2 T3). Melakukan sosialisasi kepada anggota

untuk membantunya mengelola keuangannya dalam menghadapi ketidakstabilan ekonomi (W2W4T1).

6. Perbandingan Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata dapat dilihat total skor faktor strategi eksternal dan total skor faktor strategi internalnya. Total skor eksternal Kopdit UNAM lebih tinggi dibandingkan dengan total skor eksternal KUD Sada Kata. Total skor eksternal Kopdit UNAM adalah sebesar 6,87 sedangkan KUD Sada Kata adalah sebesar 5,33. Hal ini berarti bahwa Kopdit UNAM lebih dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman eksternalnya dibandingkan dengan KUD Sada Kata. Total skor faktor strategi internal Kopdit UNAM lebih tinggi dibandingkan dengan total skor internal KUD Sada Kata. Total skor internal Kopdit UNAM adalah sebesar 5,35 sedangkan KUD Sada Kata adalah sebesar 4,50. Hal ini berarti bahwa Kopdit UNAM lebih dapat menggunakan kekuatannya dan mengatasi kelemahannya dibandingkan dengan KUD Sada Kata.


(9)

R

RIIWWAAYYAATTHHIIDDUUPP

ALFINE TAMPUBOLON, dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 17 Juni 1985 dari pasangan Bapak Naek Tampubolon, SE. dan Ibu Martauli Marpaung. Penulis merupakan anak kedua dari 5 bersaudara. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kalam Kudus Pematangsiantar.

2. Tahun 2000 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, di SLTP Kalam Kudus Pematangsiantar.

3. Tahun 2003 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Kalam Kudus Pematangsiantar.

4. Tahun 2003 diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Tahun 2007 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Beringin I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

6. Tahun 2008 melakukan penelitian skripsi di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi dan Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Kebaktian Mahasiswa Kristen (KMK) FP-USU.


(10)

K

KAATTAAPPEENNGGAANNTTAARR

Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dengan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Karo Studi Kasus : Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata.

Skripsi ini selesai berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulis baik dari segi moril maupun materil, yakni :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H.M.L.Tobing selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP. selaku Ketua Departemen SEP FP-USU. 4. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP. selaku Dosen Wali penulis selama kuliah

di FP-USU.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen SEP FP-USU.

6. Seluruh Instansi terkait yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data selama penelitian.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Naek Tampubolon, SE. dan Ibunda Martauli Marpaung atas kasih sayang serta doanya yang menjadi motivasi tersendiri bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008 Penulis


(11)

D

DAAFFTTAARRIISSII

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian... 6

Kegunaan Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 7

Tinjauan Pustaka... 7

Landasan Teori ... 16

Kerangka Pemikiran ... 27

Hipotesis Penelitian ... 30

METODE PENELITIAN... 31

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 31

Metode Penentuan Sampel ... 32

Metode Pengumpulan Data ... 32

Metode Analisis Data ... 33

Defenisi dan Batasan Operasional... 34

Defenisi ... 34

Batasan Operasional... 35

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 36

Deskripsi Daerah Penelitian ... 36

Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan... 37

Keadaan Penduduk... 37

Keadaan Sosial Ekonomi ... 38


(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

Perkembangan Jumlah Anggota, Jumlah Modal, Pendapatan Volume Usaha dan Jumlah SHU... 41

Perkembangan Jumlah Anggota... 41

Perkembangan Jumlah Modal... 43

Perkembangan Pendapatan Volume Usaha ... 45

Perkembangan Sisa hasil Usaha... 46

Perkembangan Jumlah Anggota... 41

Upaya-upaya untuk mengatasi Masalah-masalah Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata ... 50

Perbandingan Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata ditinjau dari Aspek Kelembagaan ... 72

KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

Kesimpulan... 78

Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(13)

D

DAAFFTTAARRTTAABBEELL

No. Judul Hal

Tabel 1. Perkembangan Banyaknya Unit Koperasi Kabupaten/Kota

se-Sumatera Utara tahun 2001-2005 3

Tabel 2. Kelembagaan dan Usaha Koperasi Kabupaten Karo

Tahun 2005 4

Tabel 3. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KOPDIT) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Karo (2005) 31

Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data 32

Tabel 5. Distribusi Penggunaan Lahan Kelurahan Gundaling I dan

Desa Tanjung Barus 37

Tabel 6. Distribusi Penduduk Kelurahan Gundaling I dan Desa

Tanjung Barus Menurut Umur 38

Tabel 7. Distribusi Penduduk Kelurahan Gundaling I dan Desa

Tanjung Barus Menurut Mata Pencaharian 39

Tabel 8. Karakteristik Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata 39 Tabel 9. Perkembangan Jumlah Anggota Kopdit UNAM dan KUD

Sada Kata Tahun 2003-2007 42

Tabel 10. Perkembangan Jumlah Modal Kopdit UNAM dan KUD Sada

Kata Tahun 2003-2007 44

Tabel 11. Perkembangan Pendapatan Volume Usaha Kopdit UNAM

dan KUD Sada Kata Tahun 2003-2007 45

Tabel 12. Perkembangan Jumlah SHU Kopdit UNAM dan KUD Sada

Kata Tahun 2003-2007 47

Tabel 13. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal 51

Tabel 14. Pembobotan Faktor Strategis Internal 53

Tabel 15. Faktor Strategis Eksternal Kopdit UNAM 55 Tabel 16. Faktor Strategis Internal Kopdit UNAM 58 Tabel 17. Penentuan Strategi Kopdit UNAM dengan SWOT Matriks 60


(14)

Tabel 18. Faktor Strategis Eksternal KUD Sada Kata 64 Tabel 19. Faktor Strategis Internal KUD Sada Kata 66 Tabel 20. Penentuan Strategi KUD Sada Kata dengan SWOT Matriks 68 Tabel 21. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Kopdit UNAM 72 Tabel 22. Matriks Evaluasi Faktor Internal Kopdit UNAM 73 Tabel 23. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal KUD Sada Kata 74 Tabel 24. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Kopdit UNAM 75

Tabel 25. Matriks Perbandingan Eksternal 76


(15)

D

DAAFFTTAARRGGAAMMBBAARR

No. Judul Hal

Gambar 1. Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) 14 Gambar 2. Struktur Organisasi Koperasi Unit Desa (KUD) 16

Gambar 3. Kerangka Formulasi Strategis 21

Gambar 4. Matriks SWOT 25


(16)

D

DAAFFTTAARRLLAAMMPPIIRRAANN

No. Judul Hal

Lampiran 1. Karakteristik Kopdit dan KUD Sampel 84 Lampiran 2a. Perkembangan Jumlah Anggota, Jumlah Modal,

Pendapatan Volume Usaha, Sisa Hasil Usaha (SHU)

Kopdit UNAM Tahun 2003-2007 85

Lampiran 2b. Perkembangan Jumlah Anggota, Jumlah Modal, Pendapatan Volume Usaha, Sisa Hasil Usaha (SHU)

KUD Sada Kata Tahun 2003-2007 85

Lampiran 3a. Perkembangan Jumlah Modal Kopdit UNAM Tahun

2003-2007 86

Lampiran 3b. Perkembangan Jumlah Modal KUD Sada Kata Tahun

2003-2007 87

Lampiran 3c. Perhitungan Jumlah Simpanan Anggota Kopdit UNAM

Tahun 2003-2007 86

Lampiran 3d. Perhitungan Jumlah Simpanan Anggota KUD Sada

Kata Tahun 2003-2007 86

Lampiran 4a. Pendapatan, Belanja/Biaya dan SHU Kopdit UNAM

Tahun 2003-2007 87

Lampiran 4b. Pendapatan, Belanja/Biaya dan SHU KUD Sada Kata

Tahun 2003-2007 88

Lampiran 5a. Gambar Trend Jumlah Anggota Kopdit UNAM dan

KUD Sada Kata 2003-2007 89

Lampiran 5b. Gambar Trend Jumlah Modal Kopdit UNAM dan KUD

Sada Kata 2003-2007 89

Lampiran 5c. Gambar Trend Pendapatan Volume Usaha Kopdit

UNAM dan KUD Sada Kata 2003-2007 90

Lampiran 5d. Gambar Trend Jumlah Sisa Hasil Usaha Kopdit

UNAM dan KUD Sada Kata 2003-2007 90

Lampiran 6a. Pembobotan Faktor Eksternal 91


(17)

Lampiran 6c. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal Kopdit UNAM 92 Lampiran 6d. Pembobotan Faktor Strategis Internal Kopdit UNAM 93 Lampiran 6e. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Kopdit UNAM 94 Lampiran 6f. Matriks Evaluasi Faktor Internal Kopdit UNAM 94 Lampiran 7c. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal KUD Sada

Kata 95

Lampiran 7d. Pembobotan Faktor Strategis Internal KUD Sada Kata 96 Lampiran 7e. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal KUD Sada Kata 97 Lampiran 7f. Matriks Evaluasi Faktor Internal KUD Sada Kata 97 Lampiran 9. Matriks Perbandingan Faktor Strategis Eksternal

Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata 98

Lampiran 10. Matriks Perbandingan Faktor Strategis Internal Kopdit 99 UNAM dan KUD Sada Kata


(18)

I

I..PPEENNDDAAHHUULLUUAANN 1.1 Latar Belakang

Sejak dilahirkan, manusia telah menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup dan akan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan untuk bisa mempertahankan hidupnya manusia selalu berusaha. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan dengan jumlah kebutuhan manusia. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang mereka peroleh dan dengan apa yang mereka capai (Hendrajogi, 1997:1).

Salah satu usaha yang dilakukan manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah membentuk suatu perkumpulan yang menjalankan usaha secara bersama-sama. Perkumpulan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dan juga dapat dengan mudah memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Perkumpulan ini disebut koperasi, yang artinya usaha bersama (AnoragadanWidiyanti, 1997:38-39).

Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai hasil spontan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas serta akibat penderitaan sosial ekonomi yang timbul dari sistem kapitalisme. Kemudian mereka mempersatukan diri untuk menolong diri mereka sendiri, serta ikut mengembangkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya (AnoragadanWidiyanti, 1997:38-39).

Muh. Hatta dalam bukunya Koperasi Membangun dan Membangun Koperasi mendefenisikan koperasi sebagai usaha bersama untuk memperbaiki nasib kehidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Beliau sangat


(19)

menginginkan membangun ekonomi Indonesia dengan basis koperasi sebab koperasi menawarkan konsep semangat kebersamaan, asas kekeluargaan dan kegotongroyongan. Oleh karena itu, secara idiologi koperasi dapat menjadi tulang punggung (sokoguru) perekonomian Indonesia, karena koperasi mengisi baik tuntutan konstitusional maupun tuntutan pembangunan dan perkembangannya (Kusnadi, 2005:19).

Dalam Bab III bagian pertama pasal 4 UU RI No.25/1992 diuraikan fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokoguru-nya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (Baswir, 2000:71-74).

Manfaat-manfaat yang diberikan koperasi kepada petani sangat banyak, diantaranya petani dapat memperoleh input-input produksi pertanian dengan mudah dan harganya lebih murah daripada harga pasar, petani dapat memperoleh pinjaman untuk mengembangkan usahatani mereka, dan juga petani dapat menjual hasil usahataninya ke koperasi dengan harga jual yang tinggi (Kartasapoetra,dkk., 2000:27).


(20)

Tabel 1. Perkembangan Banyaknya Unit Koperasi Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara Tahun 2001-2005

No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005

1. Nias 323 310 312 313 217

2. Mandailing Natal 126 200 221 224 242

3. Tapanuli Selatan 607 350 450 451 466

4. Tapanuli Tengah 220 260 290 391 402

5. Tapanuli Utara 354 395 325 327 352

6. Toba Samosir - 269 262 263 149

7. Labuhan Batu 376 417 417 419 442

8. Asahan 368 429 462 464 501

9. Simalungun 214 379 393 396 427

10. Dairi 116 198 194 196 135

11. Karo 178 244 250 251 260

12. Deli Serdang 581 620 636 637 402

13. Langkat 325 430 496 497 536

14. Nias Selatani) - - - - 32

15. Lumbang Hasundutani) - - - - 105

16. Pakpak Barati) - - - - 34

17. Samosir - - - - 121

18. Serdang Bedagai - - - - 279

19. Sibolga 109 112 117 119 147

20. Tanjung Balai 163 194 194 197 232

21. Pematangsiantar 217 217 159 160 192

22. Tebing Tinggi 168 176 183 185 219

23. Medan 1.164 1.282 1.166 1.167 1.160

24. Binjai 121 173 187 189 223

25. Padang Sidempuan - i) 162 163 195

TOTAL 5.730 7.014 6.884 7.009 7.502

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), Sumatera Utara Dalam Angka 2006 Keterangan :i) Bergabung dengan kabupaten induk

Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa total unit koperasi di propinsi Sumatera Utara terjadi pertumbuhan koperasi yang berfluktuasi. Namun di Kabupaten Karo selama lima tahun terakhir jumlah koperasi terus meningkat.

Salah satu usaha pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan gerakan koperasi sebagai wadah untuk membantu golongan ekonomi lemah ialah dengan dibentuknya Koperasi Unit Desa (KUD). KUD ini berbentuk badan usaha yang merupakan kesatuan ekonomi terkecil dalam rangka pembangunan pedesaan. KUD sebagai koperasi pedesaan, melakukan berbagai kegiatan ekonomi (multifungsional) dalam wilayah yang bersangkutan sebagai wadah dari


(21)

seluruh warga desa termasuk petani, nelayan, pengrajin,peternak, pedagang, dan sebagainya (Djamin, 1993:22).

Di bidang pertanian, para petani akan selalu membutuhkan uang tunai untuk keperluan kehidupan sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan akan sarana produksi pertanian seperti pembelian bibit, pengolahan, dan sebagainya. Mengingat pendapatan petani bersifat fluktuatif (musiman), maka pendirian koperasi kredit atau adanya kegiatan simpan pinjam akan sangat membantu petani (Hudiyanto, 2002).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi Kabupaten Karo dapat dilihat kelembagaan dan usaha koperasi di Kabupaten Karo pada Tabel 2. berikut ini.

Tabel 2. Kelembagaan dan Usaha Koperasi Kabupaten Karo Tahun 2005 No. Nama Koperasi KoperasiJumlah AnggotaJumlah Modal SHU

1. Koperasi Unit Desa (KUD) 32 24.385 30.075.636 68.518

2. Koperasi Pertanian

(KOPTAN) 50 1.348 816.455 8.497

3. Koperasi Karyawan

(KOPKAR) 30 1.889 1.827.778 332.386

4. Fungsional KPN/KPRI 48 5.435 9.661.032 2.024.382

5. Fungsional TNI/POLRI 3 1.864 1.006.808 276.140

6. Koperasi Serba Usaha (KSU) 41 1.219 589.786 9.838

7. Koperasi Pedagang Pasar

(KOPPAS) 5 144 650.710 820

8. Koperasi Simpan Pinjam

/Perkreditan (KOPDIT) 10 4.741 6.351.700 613.444

9. Koperasi Jasa 5 175 24.155 1.153

10. Koperasi Wanita 3 93 46.153 8.250

11. Koperasi Veteran 4 933 6.233 94

12. Koperasi Peternakan 4 609 844.658

-13. Koperasi Sekunder 3 73 259.966 18.053

14. Koperasi Lainnya 22 703 1.622.697 35.090

TOTAL 260 43.538 53.783.767 3.396.665


(22)

Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa perkembangan KUD dengan Kopdit pada tahun 2005 di Kabupaten Karo sangat berbeda ditinjau dari jumlah unit koperasi, jumlah anggota, modal, dan SHU. Dari segi kelembagaan, jumlah lembaga KUD jauh lebih unggul dibandingkan jumlah lembaga Kopdit di Kabupaten Karo. Demikian juga dengan jumlah anggota dan jumlah modal, KUD jauh lebih unggul dibanding dengan Kopdit, namun jumlah SHU Kopdit jauh lebih unggul dibanding dengan jumlah SHU KUD.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah tentang analisis perbandingan kelembagaan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dengan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diteliti antara lain :

1. Bagaimana perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari jumlah anggota, jumlah modal, pendapatan volume usaha dan jumlah SHU selama 5 tahun terakhir (2003-2007) di daerah penelitian?

2. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian?

3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian?

4. Bagaimana perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari aspek kelembagaan di daerah penelitian ?


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari jumlah anggota, jumlah modal, pendapatan volume usaha dan jumlah SHU selama 5 tahun terakhir (2003-2007) di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari aspek kelembagaan di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan (decision maker) dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD).

2. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.


(24)

I

III..TTIINNJJAAUUAANNPPUUSSTTAAKKAA,,LLAANNDDAASSAANNTTEEOORRII,,KKEERRAANNGGKKAA P

PEEMMIIKKIIRRAANNDDAANNHHIIPPOOTTEESSIISSPPEENNEELLIITTIIAANN 2.1. Tinjauan Pustaka

Di Indonesia, pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi Tahun 1967 No.12 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan (AnoragadanWidiyanti, 1997:4).

Koperasi adalah tulang punggung perekonomian bangsa seperti tertuang dalam pasal 33 UUD 1945. Lembaga ini menjadi wadah untuk mengembangkan demokrasi ekonomi, menghimpun potensi pembangunan yang dapat digali dari anggota masyarakat dan melaksanakan kegiatan ekonomi untuk mengangkat tingkat kehidupan para anggotanya. Koperasi merupakan harapan yang dapat meningkatkan harkat dan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan ekonomi yang bersumber dari dan dimanfaatkan oleh kalangan pelaku dari masyarakat sendiri (DowneydanSteven, 1992:84).

Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerjasama, memiliki kegairahan kerja dan menaati segala ketentuan dan garis kebijakan yang telah ditetapkan Rapat Anggota. Dengan demikian usaha untuk meningkatkan taraf hidup mereka tergantung dari aktivitas mereka sendiri (AnoragadanWidiyanti, 1997:163).


(25)

Dan juga, koperasi tumbuh dan berkembang secara dinamis melalui doktrin dan prinsip dasar yang lekat dengan pertumbuhan itu sendiri. Koperasi berkembang ke segala arah di seluruh dunia dan bergabung dalam suatu sistem koperasi. Sebagai suatu unit usaha, maka koperasi berkembang di seluruh masyarakat yang menyerap kebutuhan ekonomi sehari-hari. Koperasi melaksanakan perlindungan terhadap anggota dan memberi pengarahan agar status ekonominya meningkat (SubyaktodanCahyono, 1983:49).

Bidang usaha koperasi mencerminkan jenis jasa yang ditawarkan koperasi kepada para pelanggannya. Berdasarkan bidang usaha ini, koperasi dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Koperasi konsumsi.

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Koperasi ini sangat tergantung pada latar belakang kebutuhan anggota yang hendak dipenuhi melalui pendirian koperasi yang bersangkutan.

2. Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang kegiatan utamanya melakukan pemrosesan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Namun demikian, karena kegiatan memproduksi suatu barang biasanya terkait secara langsung dengan kegiatan memasarkan barang-barang itu, koperasi produksi biasanya juga bergerak dalam pemasaran barang-barang yang diproduksinya.


(26)

3. Koperasi Pemasaran

Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang mereka hasilkan. Tujuan utamanya adalah untuk menyederhanakan rantai tata niaga, dan mengurangi sampai sekecil mungkin keterlibatan pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang mereka hasilkan.

4. Koperasi Kredit

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang memerlukan bantuan modal. Selain bertujuan untuk mendidik anggotanya bersikap hemat serta gemar menabung, koperasi kredit biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir, 2000:76-78).

Perkenalan bangsa Indonesia dengan Koperasi dimulai pada penghujung abad ke-19, tepatnya pada tahun 1895. Ditengah-tengah penderitaan masyarakat Indonesia, R. Aria Wiriaatmaja, seorang patih di Purwokerto, mempelopori berdirinya sebuah Bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Badan usahanya berbentuk Koperasi, dan diberi nama Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en Spaarbank).

Pelayanan bank itu semula masih terbatas untuk kalangan pegawai pamong praja rendahan yang dipandang memikul beban utang terlalu berat. Pada tahun 1898, atas bantuan E.Sieburg dan De Wolff Van Westerrode jangkauan pelayanan bank itu diperluas ke sektor pertanian (Hulp-Spaar en Lanbouwcrediet


(27)

Bank). Tapi upaya ini tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah kolonial. Akibatnya setiap gerak-gerik Koperasi pertama Indonesia itu diawasi secara ketat dan mendapat banyak rintangan pemerintah kolonial Belanda.

Dengan tumbuhnya kesadaran bangsa Indonesia, maka pelopor pergerakan nasional semakin menggiatkan usahanya untuk menggunakan Koperasi sebagai sarana perjuangannya. Melalui Budi Utomo (1908), dan Serikat Dagang Islam (1913), dipelopori pendirian beberapa jenis Koperasi Rumah Tangga, Koperasi industri kecil dan kerajinan. Karena rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat, dan miskinnya pemimpin Koperasi pada waktu itu, menyebabkan koperasi-koperasi ini pun tidak bisa bertahan lama.

Perkembangan Koperasi di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan yakni The Studi Club 1928, sebagai kelompok kaum intelektual Indonesia sangat menyadari peranan Koperasi sebagai salah satu alat perjuangan. Organisasi ini menganjurkan kepada para anggotanya untuk ikut mempelopori pendirian perkumpulan Koperasi di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Pada masa penjajahan Jepang, usaha-usaha koperasi di Indonesia disesuaikan dengan asas-asas kemiliteran dan dikembangkan suatu model Koperasi yang terkenal dengan sebutan Kumiai. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, ia bertugas menyalurkan barang-barang kebutuhan pokok rakyat. Propaganda yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang berhasil meyakinkan masyarakat bahwa Kumiai didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sehingga mendapat simpati yang cukup luas dari masyarakat. Tetapi pada saat kepercayaan masyarakat tumbuh terhadap Kumiai, Jepang mulai melakukan siasatnya untuk menyelewengkan asas-asas koperasi


(28)

yang sebenarnya untuk memenuhi kepentingan perang. Sehingga akhirnya masyarakat menyadari bahwa keberadaan Kumiai hanyalah untuk dijadikan sebagai tempat mengumpulkan bahan-bahan kebutuhan pokok guna kepentingan perang Jepang melawan Sekutu.

Setelah memperoleh kemerdekaannya, bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan ekonominya. Suatu hal yang sangat jelas adalah menonjolnya tekad para pemimpin bangsa Indonesia untuk mengubah tatanan perekonomian Indonesia yang liberal-kapitalistik menjadi tatanan perekonomian yang sesuai dengan semangat pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Melalui pasal itu, bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, yakni Koperasi.

Berkat kerja keras Jawatan Koperasi, perkembangan koperasi pada masa ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Setidaknya, sampai tahun 1959, perkembangan koperasi di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat. Namun perkembangan ini hanya berlangsung sementara. Sebagai akibat diterapkannya sistem demokrasi liberal, perkembangan Koperasi kembali terombang-ambing. Partai-partai politik yang ada cenderung memanfaatkan Koperasi sebagai wadah untuk memperluas pengaruhnya. Dengan kata lain, koperasi pada masa ini cenderung hanya dijadikan sebagai alat politik. Hal ini telah menyebabkan rusaknya citra koperasi, dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap koperasi sebagai organisasi ekonomi yang memperjuangkan peningkatan kesejahteraan mereka.


(29)

Dalam perkembangannya kemudian, koperasi mengalami jatuh bangun. Dan menyusul diberlakukannya UU No.12/1967, koperasi mulai berkembang kembali. Salah satu program pengembangan koperasi yang cukup menonjol pada masa ini adalah pembentukan Koperasi Unit Desa (KUD). Pembentukan KUD ini merupakan penyatuan (amalgasi) dari beberapa Koperasi Pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya di pedesaan (Baswir,2000 : 26-32).

K

KOOPPEERRAASSIISSIIMMPPAANNPPIINNJJAAMM((KKOOPPDDIITT))

Koperasi Simpan Pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos (bunga) yang ringan. Itulah sebabnya koperasi ini disebut pula koperasi kredit. Fungsi pinjaman dalam koperasi kredit adalah untuk memperbaiki ekonomi para anggotanya (AnoragadanWidiyanti, 1997 : 22).

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang memerlukan bantuan modal. Koperasi kredit juga bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir,2000:76-78).

Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan. Adapun tujuan koperasi kredit adalah sebagai berikut :

1. Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan.


(30)

2. Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya.

4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

Sumber dana koperasi simpan pinjam berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Sumber dana yang lain berupa pinjaman dari LSD setempat, ada juga yang memperoleh dana dari koperta setempat. Koperasi-koperasi kredit umumnya memberikan kredit untuk usaha pertanian, perdagangan dan juga untuk keperluan konsumsi (Wijaya, 1999).

Agar tidak memberatkan para anggotanya, pengurus koperasi harus cermat menetapkan tingkat suku bunga pinjaman yang sesuai dengan daya jangkau para anggota pada umumnya. Selain itu, pengurus koperasi harus mengupayakan agar pinjaman itu benar-benar memberikan manfaat (AnoragadanSudantoko, 2002).

Struktur organisasi Kopdit berdasarkan tingkatannya terdiri dari Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) di tingkat nasional, membawahi Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) di tingkat I, yang dikembangkan menjadi Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) pelaksana pinjaman antar Kopdit membawahi wilayah koordinator di daerah tingkat II, yang mengkoordinir kegiatan Kopdit. Di tingkat unit Kopdit dapat dilihat pada gambar berikut:


(31)

Gambar 1. Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit)

B

BaaddaannPPeenngguurruuss

Keterangan : : Garis Bimbingan/pengawasan : Pembinaan Keanggotaan/Koperasi : Memilih

Dari struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam di atas terlihat bahwa pengelolaan koperasi dilaksanakan oleh panitia-panitia. Panitia kredit berwenang dalam bidang pinjaman, panitia pendidikan, penyuluhan anggota dan melakukan interaksi antar organisasi dan anggota. Bendahara sebagai pelaksana administrasi keuangan sedangkan badan pemeriksa yang kedudukannya setara dengan dewan pimpinan bertugas mengawasi jalannya organisasi.

K

KOOPPEERRAASSIIUUNNIITTDDEESSAA((KKUUDD))

Koperasi Unit Desa didahului dengan berdirinya BUUD/KUD berdasarkan pada Inpres No.4 tahun 1973. Tujuan dari pembentukan KUD adalah:

1. Menjamin terlaksananya produksi program peningkatan produksi pertanian, khususnya produksi pangan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kepastian bagi petani produsen khususnya, serta masyarakat desa pada umumnya bahwa mereka tidak hanya mempunyai tujuan untuk ikut serta meningkatkan produksi sendiri, tetapi juga secara nyata dapat

Rapat Umum Anggota

Manajer / Staff Panitia lain-lain Dewan Penasehat

Dewan Pimpinan Panitia Kredit

Dewan


(32)

memetik dan menikmati hasilnya guna meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya (FirdausdanSusanto, 2002).

Koperasi Unit Desa adalah koperasi serba usaha yang meliputi semua bidang kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan, industri, kelisrikan desa, jasa serta melaksanakan fungsi-fungsi:

1. Perkreditan

2. Pengolahan dan pemasaran hasil produksi

3. Penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi serta barang-barang keperluan sehari-hari dan jasa-jasa lainnya.

4. Kegiatan perekonomian lainnya, seperti perdagangan, pengangkutan dan sebagainya (SudarsonodanEdilius, 2000 : 217).

Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi-koperasi Unit Desa (KUD). Satu unit desa terdiri dari beberapa desa dalam satu kecamatan yang merupakan satu kesatuan potensi ekonomi. Untuk satu wilayah potensi ekonomi ini dianjurkan membentuk satu Koperasi yang disebut Koperasi Unit Desa, disingkat KUD. Hanya, apabila potensi ekonomi satu kecamatan memungkinkannya, maka dapat dibentuk lebih dari satu KUD. Dengan demikian ada kemungkinan KUD itu meliputi satu atau beberapa desa saja, tetapi diharapkan agar dapat meliputi semua desa di dalam satu kecamatan (AnoragadanWidiyanti, 1997 : 36).

Anggota koperasi unit desa terdiri dari orang-orang yang bertempat tinggal dan menjalankan usahanya di wilayah yang menjadi daerah kerja koperasi


(33)

tersebut. Karena beraneka ragamnya kebutuhan mereka, koperasi unit desa dapat menekuni beberapa bidang kegiatan misalnya menyediakan kredit bagi anggotanya dan warga desa pada umumnya, menyediakan sarana produksi pertanian atau bahkan industri, pengolahan dan pemasaran hasil produksi para anggotanya, penyediaan jasa angkutan serta kelistrikan, dan lain sebagainya (AnoragadanSudantoko, 2002 : 25).

Susunan organisasi KUD berdasarkan tingkatannya adalah koperasi primer (KUD), koperasi pusat (tingkat daerah II), koperasi gabungan (tingkat daerah I), dan induk koperasi (tingkat pusat), sedangkan pada tingkat unit KUD struktur organisasi seperti yang digambarkan berikut ini:

Gambar 2. Struktur Organisasi Koperasi Unit Desa (KUD)

2.2. Landasan Teori

Sebagai sebuah perkumpulan, koperasi tidak akan mungkin terbentuk tanpa adanya anggota sebagai tulang punggungnya. Apalagi koperasi merupakan kumpulan orang dan bukannya kumpulan modal, sehingga jumlah anggota sangat menentukan besarnya modal yang dimiliki. Semakin banyak jumlah anggota maka semakin kokoh kedudukan koperasi sebagai suatu badan usaha, baik ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi ekonomis. Sebab badan usaha koperasi dikelola

Pengurus Pengawas

Manajer Utama

Manajer Kredit Manajer Waserda Manajer


(34)

dan dibiayai oleh para anggota, bertambahnya anggota berarti bertambahnya pemasukan modal yang bersumber dari simpanan-simpanan para anggota. (FirdausdanSusanto, 2002:55).

Sifat keanggotaan koperasi pada dasarnya adalah sukarela dan terbuka. Sukarela berarti bahwa semua keputusan yang menyangkut status keanggotaan adalah atas kemauan dan kesadaran anggota itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan bersifat terbuka adalah bahwa keanggotaan koperasi tidak mengenal diskriminasi dalam bentuk apapun (Baswir, 2000:87-89).

Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Meskipun koperasi Indonesia bukan merupakan bentuk kumpulan modal, namun sebagai suatu badan usaha maka di dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan modal pula. Jumlah modal yang diperlukan oleh suatu koperasi sudah harus ditentukan dalam proses pengorganisasian atau pada waktu pendiriannya (FirdausdanSusanto, 2002).

Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Yang dimaksud dengan modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebutmodal ekuiti. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.

Simpanan pokok merupakan sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan


(35)

tertentu. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan.

Sumber modal lainnya yang dapat digunakan koperasi adalah modal pinjaman. Pinjaman ini dapat berasal dari anggota, Koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, serta sumber-sumber lainnya yang sah.

Sekalipun dimungkinkan adanya sumber modal koperasi dari luar koperasi (pinjaman dari luar), modal utama koperasi tetap diutamakan berasal dari anggota sendiri karena akan menjadikan para anggotanya bertanggung jawab terhadap keberhasilan usahanya. Demikian pula, modal yang berasal dari anggota dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah karena tidak mengandung persyaratan bunga (AnoragadanSudantoko, 2002:77-78).

Selain itu ada simpanan anggota lainnya yang dapat berupa simpanan sukarela, simpanan khusus, simpanan berjangka, tabungan dan bentuk simpanan lainnya, yang tentunya merupakan utang/pinjaman koperasi terhadap anggotanya. Kedudukan simpanan anggota tersebut harus jelas dan terjamin keamanannya (Kusnadi, 2005:256).

Koperasi sebagai badan usaha dapat melaksanakan kegiatan di segala bidang kehidupan ekonomi, dengan memperhatikan bahwa usaha tersebut adalah usaha yang berkaitan dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraannya. Dalam hal ini maka pengelola usaha koperasi harus dilakukan


(36)

secara produktif, efektif, dan efisien dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan untuk mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha yang wajar (Kusnadi, 2005:254).

Melaksanakan dan mengembangkan usaha dalam koperasi merupakan langkah untuk mewujudkan kesejahteraan para anggotanya. Koperasi bisa memperoleh serta mencari laba guna menutup pembiayaan usaha seperti gaji para karyawan, biaya kantor, biaya pergudangan, serta biaya lainnya dan menghimpun cadangan dana untuk modal. Namun laba yang dicari bukanlah laba dalam tingkatan setinggi-tingginya karena koperasi bukanlah lembaga yang bersifat profit oriented melainkan laba dalam jumlah yang wajar. Laba bagi koperasi disebut dengan sisa hasil usaha (AnoragadanSudantoko, 2002:79).

Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan dan penerimaan total dengan biaya-biaya atau biaya total dalam satu tahun buku. Sisa Hasil Usaha yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi (SitiodanTamba, 2001:28).

Dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan bahwa Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Dalam kedudukannya sebagai pemilik, anggota koperasi adalah: 1) pemodal koperasi, dan karena itu harus memberikan kontibusi modalnya kepada koperasi sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar/ anggaran rumah tangga dan atau keputusan rapat anggota; 2) turut serta


(37)

mengambil keputusan-keputusan agar segala tindakan koperasi sesuai dengan keinginan dan kepentingan ekonomi anggota; 3) mengawasi segala sesuatu yang dilakukan oleh koperasi agar tidak menyimpang dari keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh anggota dan demi pengamanan terhadap modal yang ditanam oleh anggota ke dalam koperasi. Dalam kedudukannya sebagai pengguna jasa atau pelanggan dari koperasinya, anggota harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha koperasi (HendardanKusnadi, 1999 : 185).

Keberhasilan organisasi koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif setiap anggotanya. Seorang anggota akan mau berpartisipasi jika mengetahui dengan jelas tujuan dari organisasi tersebut, manfaat terhadap dirinya dan cara organisasi itu dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu keputusan seseorang untuk masuk menjadi anggota haruslah didasarkan akan pengetahuan yang memadai tentang manfaat berkoperasi. Agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi dan berwawasan luas, maka pendidikan adalah hal mutlak. Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami, menghayati nilai-nilai dan prinsip serta praktik-praktik koperasi (SitiodanTamba, 2001).

Pendidikan anggota koperasi merupakan hal yang penting dalam pembinaan dan pengembangan koperasi karena keberhasilan dan kegagalan koperasi banyak tergantung pada tingkat pendidikan dan partisipasi para anggota. Agar partisispasi memberikan dampak yang positif, maka keterlibatan anggota dalam kegiatan usaha koperasi harus dapat diwujudkan, di mana hal ini juga merupakan peran sertanya dalam struktur demokrasi. Oleh karena itu, agar para


(38)

anggota dapat berperan serta secara aktif dan dinamis, mereka harus mempunyai bekal yang memadai yaitu pendidikan (Sukamdiyo, 1997:101).

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). (Rangkuti, 1997 : 19).

Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap keputusan. Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. berikut ini.

1. TAHAP MASUKAN

Matrik Evaluasi Matrik Evaluasi

Faktor Eksternal Faktor Internal

(EFE) (IFE)

2. TAHAP MASUKAN

MATRIK MATRIK

SWOT EKSTERNAL

INTERNAL 3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning matriks (QSPM) Gambar 3. Kerangka Formulasi Strategis Tahap Masukan

Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan praanalisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan seperti analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah


(39)

analisis kelompok kepentingan tertentu. Sedangkan data internal dapat diperoleh dalam perusahaan itu sendiri, seperti laporan keuangan (neraca, laba-rugi, cash-flow, struktur pendanaan), laporan kegiatan sumber daya manusia (jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over), laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran. Dalam evaluasi faktor strategis yang digunakan pada tahap ini adalah model sebagai berikut :

 Matrik Faktor Strategis Eksternal

 Matrik Faktor Strategis Internal

A. Matrik Faktor Strategis Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini cara-cara penentuan Matrik Faktor Strategis Eksternal (EFAS).

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman)

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Misalnya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4. 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk


(40)

skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama (Rangkuti, 1997 : 22-23).

B. Matrik Faktor Strategis Internal

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (International Strategis Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strengths and Weaknessperusahaan. Tahapannya adalah :

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan pada kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang termasuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai +1 sampai dengan


(41)

+4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4. 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama (Rangkuti, 1997 : 24-25).

Tahap Analisis

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal ini digunakan model matrik SWOT (Rangkuti,1997 : 30).


(42)

Matrik TOWS atau SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997 : 18-19).

Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. berikut:

SW OT

STRENGTHS (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan

internal

WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10

faktor-faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

THREATS (T)

Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman

Gambar 4. Matrik SWOTStrategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.


(43)

Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT

Strategi ini berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 1997 : 31-32).


(44)

K

KeerraannggkkaaPPeemmiikkiirraann

Koperasi merupakan kumpulan orang-orang atau badan hukum yang berwatak sosial dan bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya. Kegiatan usaha koperasi pastilah yang mendukung terhadap kegiatan sehari-hari seperti simpan pinjam untuk mendapatkan kredit, sarana produksi pertanian, warung serba ada, pelayanan, dll.

Koperasi dikatakan aktif jika rutin mengadakan rapat anggota yang lazimnya diadakan sekali dalam setahun. Perkembangan koperasi dapat dilihat dari perkembangan jumlah anggota, jumlah modal, pendapatan volume usaha dan jumlah SHU.

Ketersediaan modal adalah merupakan hal mutlak dalam pembangunan pertanian dan kesulitan mendapatkan modal tunai dapat membuat kegagalan dalam pertanian. Oleh sebab itu Kopdit dan KUD berusaha bergerak dalam bidang penyediaan modal bagi anggota, petani dan masyarakat dengan ketentuan yang berlaku pada setiap bentuk organisasi koperasi.

Kopdit dan KUD merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan, bukan sebagai perkumpulan modal. Kopdit dan KUD mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya melalui pelayanan kebutuhan anggota. Namun pada dasarnya organisasi Kopdit dan KUD sangat berbeda, terutama ditinjau dari aspek kelembagaannya.

Perkembangan kehidupan berkoperasi sekarang ini dapat dikatakan masih jauh ketinggalan apabila dibandingkan dengan perkembangan usaha swasta lainnya. Hal ini disebabkan adanya masalah-masalah yang dihadapi koperasi,


(45)

yang meliputi kepercayaan dan partisipasi anggotanya yang belum optimal, alat kelengkapan koperasi (rapat anggota, pengurus, badan pemeriksa) belum sepenuhnya berfungsi dengan baik, juga masalah pengawasan yang belum memadai. Koperasi juga belum mampu memanfaatkan kesempatan/peluang usaha dengan baik yang disebabkan kualitas pengelolanya masih belum memadai serta lemahnya permodalan.

Melalui analisis SWOT maka akan dapat dibuat perbandingan antara Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dengan Koperasi Unit Desa (KUD). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).


(46)

Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilukiskan sebagai berikut :

K

KOOPPEERRAASSIIUUNNIITTDDEESSAA (

(KKUUDD)) K

KOOPPEERRAASSIISSIIMMPPAANNPPIINNJJAAMM

(

(KKOOPPDDIITT))

Perkembangan Koperasi  Jumlah Anggota

 Jumlah Modal

 Pendapatan Volume Usaha

 Sisa Hasil Usaha (SHU)

Analisis Perbandingan Masalah yang dihadapi Upaya-upaya yang dilakukan untuk

mengatasi masalah yang dihadapi K


(47)

2

2..44.. HHiippootteessiissPPeenneelliittiiaann

1. Ada perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari jumlah anggota, jumlah modal, pendapatan volume usaha dan jumlah SHU di daerah penelitian.

2. Ada masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian.

3. Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian.

4. Ada perbedaan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari aspek kelembagaan di daerah penelitian


(48)

I

IIIII..MMEETTOODDEEPPEENNEELLIITTIIAANN 3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan tujuan penelitian yakni Kopdit UNAM di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi dan KUD Sada Kata di Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Adapun alasan pemilihan daerah penelitian adalah kedua koperasi tersebut cukup potensial untuk mengalami kemajuan ataupun kemunduran, yang merupakan pertimbangan saran dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Berikut ini tabel jumlah Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Karo tahun 2005:

Tabel 3. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KOPDIT) dan Koperasi Unit Desa (KOPDIT) di Kabupaten Karo (2005)

No. Kecamatan Jlh Kop.KOPDITJlh KUD

Anggota Jlh Kop. AnggotaJlh

1. Mardingding - - 1 679

2. Leubaleng - - 1 1.450

3. Tiga Binanga - - 4 2.041

4. Juhar - - 1 1.720

5. Munte - - 4 3.298

6. Kutabuluh - - 3 1.743

7. Payung - - 2 2.824

8. Simpang Empat 1 1.286 3 2.430

9. Kabanjahe 5 1.427 1 1.319

10. Berastagi 2 2.310 1 895

11. Tiga Panah 3 2.265 5 3.302

12. Merek - - 1 411

13. Barusjahe 1 25 4 2.273

12 7.313 31 24.385


(49)

3.2. Metode Penarikan Sampel

Penarikan sampel dilakukan secarapurposive yaitu di Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata. Adapun alasan pemilihan sampel adalah kedua koperasi tersebut cukup potensial untuk mengalami kemajuan ataupun kemunduran, dan dirasakan mampu mewakili sejumlah Kopdit dan KUD di Kabupaten Karo. Pertimbangan lain dalam pemilihan sampel adalah koperasi-koperasi tersebut didukung oleh akses transportasi yang lancar, waktu dan dana yang relatif terjangkau serta informan yang mendukung.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung pada responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Karo, dan buku-buku literatur pendukung penelitian. Jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber WawanMetode

cara Observasi 1. Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam

(Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) Kantor Koperasi SimpanPinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) 2. Masalah-masalah yang dihadapi Koperasi

Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD)

Kantor Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) 3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD)

Kantor Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan

Koperasi Unit Desa (KUD) -4. Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam

(KOPDIT) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari Aspek kelembagaan

Kantor Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan


(50)

-3.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan secara lengkap. Adapun hal-hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :

Untuk menguji hipotesis 1 dianalisis dengan analisa deskriptif, dengan mengamati perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) selama 5 tahun terakhir (2003-2007) ditinjau dari jumlah anggota, jumlah modal, pendapatan volume usaha, dan jumlah SHU di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 2, dianalisis dengan analisa deskriptif dengan mengamati masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 3, dianalisis dengan analisa deskriptif dengan mengamati upaya-upaya yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 4, dianalisis dengan analisa SWOT yaitu dengan membandingkan total skor pembobotan faktor eksternal yaitu peluang (Oppurtunities) dan ancaman (Threats), serta total skor pembobotan faktor internal yaitu kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) dari Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata.


(51)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

1. Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) adalah koperasi yang kegiatan usahanya hanya simpan pinjam, memberikan kesempatan masyarakat mendapatkan pinjaman dengan mudah dan bunga yang ringan, serta membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir .

2. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah lembaga sosial ekonomi desa yang merupakan wadah bagi masyarakat umumnya dan petani khususnya yang berfungsi untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari dan mengkoordinir pemeliharaan, panen, transport dan menjual hasil produksi petani kepada perusahaan.

3. Anggota koperasi adalah orang/masyarakat yang melakukan tindakan hukum, menerima landasan idiil azas dan sendi dasar koperasi serta bersedia dan sanggup memenuhi kewajiban-kewajiban tertentu yang diatur dalam Undang-Undang, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta peraturan koperasi lainnya.

4. Modal koperasi adalah sejumlah uang yang diperoleh dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lainnya yang sah.

5. Pendapatan volume usaha merupakan bina usaha yang diperoleh dari pengadaan atau pengorbanan untuk menjalankan usaha yang dikelola koperasi.


(52)

6. Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh selama satu tahun buku yang setelah dikurangi dengan penyusutan dan biaya dari tahun buku yang bersangkutan.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata di Kabupaten Karo.


(53)

D

DAAFFTTAARRPPUUSSTTAAKKAA

Anoraga, P.danWidiyanti, N. 1997.Dinamika Koperasi. Jakarta : Rineka Cipta. Anoraga, P. dan Sudantoko, D. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha

Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.

Baswir, R. 2000. Koperasi Indonesia. Ed.1, Cet 2. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Djamin, Z. 1993. Perekonomian Indonesia. Ed.2. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Downey, W. D. dan Steven, P.E. 1992. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Erlangga.

Firdaus dan A. Susanto. 2002. Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia

Hendar dan Kusnadi, 1999. Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI

Hendrojogi, 1997. Koperasi Azas-Azas, Teori dan Praktek. Jakarta : Raja Grafindo.

Hudiyanto, 2002. Koperasi : Idiologi dan Pengelolaannya. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Kartasapoetra, dkk. 2000. Koperasi Indonesia yang Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.Jakarta : Rineka Cipta.

Kusnadi, H. 2005. Ekonomi Koperasi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Lem baga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Garamedia Pustaka Utama.

Sitio, A.danH.Tamba. 2001.Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta : Erlangga. SubyaktodanCahyono, B.T. 1983.Ekonomi Koperasi. Yogyakarta : Liberty. Sudarsono dan Edilius. 2000. Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta :

PT Rineka Cipta.

Sukamdiyo, Ign. 1997. Manajemen Koperasi : Pasca UU No. 25 Tahun 1992. Jakarta : Erlangga.


(1)

I

IIIII..MMEETTOODDEEPPEENNEELLIITTIIAANN

3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan tujuan penelitian yakni Kopdit UNAM di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi dan KUD Sada Kata di Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Adapun alasan pemilihan daerah penelitian adalah kedua koperasi tersebut cukup potensial untuk mengalami kemajuan ataupun kemunduran, yang merupakan pertimbangan saran dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Berikut ini tabel jumlah Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Karo tahun 2005:

Tabel 3. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KOPDIT) dan Koperasi Unit Desa (KOPDIT) di Kabupaten Karo (2005)

No. Kecamatan Jlh Kop.KOPDITJlh KUD

Anggota Jlh Kop. AnggotaJlh

1. Mardingding - - 1 679

2. Leubaleng - - 1 1.450

3. Tiga Binanga - - 4 2.041

4. Juhar - - 1 1.720

5. Munte - - 4 3.298

6. Kutabuluh - - 3 1.743

7. Payung - - 2 2.824

8. Simpang Empat 1 1.286 3 2.430

9. Kabanjahe 5 1.427 1 1.319

10. Berastagi 2 2.310 1 895

11. Tiga Panah 3 2.265 5 3.302

12. Merek - - 1 411

13. Barusjahe 1 25 4 2.273

12 7.313 31 24.385


(2)

49

3.2. Metode Penarikan Sampel

Penarikan sampel dilakukan secarapurposive yaitu di Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata. Adapun alasan pemilihan sampel adalah kedua koperasi tersebut cukup potensial untuk mengalami kemajuan ataupun kemunduran, dan dirasakan mampu mewakili sejumlah Kopdit dan KUD di Kabupaten Karo. Pertimbangan lain dalam pemilihan sampel adalah koperasi-koperasi tersebut didukung oleh akses transportasi yang lancar, waktu dan dana yang relatif terjangkau serta informan yang mendukung.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung pada responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Karo, dan buku-buku literatur pendukung penelitian. Jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber WawanMetode

cara Observasi

1. Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam

(Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) Kantor Koperasi SimpanPinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) 2. Masalah-masalah yang dihadapi Koperasi

Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD)

Kantor Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) 3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD)

Kantor Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan

Koperasi Unit Desa (KUD) -4. Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam

(KOPDIT) dan Koperasi Unit Desa (KUD) ditinjau dari Aspek kelembagaan

Kantor Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan

Koperasi Unit Desa (KUD)


(3)

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan secara lengkap. Adapun hal-hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :

Untuk menguji hipotesis 1 dianalisis dengan analisa deskriptif, dengan mengamati perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) selama 5 tahun terakhir (2003-2007) ditinjau dari jumlah anggota, jumlah modal, pendapatan volume usaha, dan jumlah SHU di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 2, dianalisis dengan analisa deskriptif dengan mengamati masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 3, dianalisis dengan analisa deskriptif dengan mengamati upaya-upaya yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) dan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 4, dianalisis dengan analisa SWOT yaitu dengan membandingkan total skor pembobotan faktor eksternal yaitu peluang (Oppurtunities) dan ancaman (Threats), serta total skor pembobotan faktor internal yaitu kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) dari Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata.


(4)

51

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

1. Koperasi Simpan Pinjam (Kopdit) adalah koperasi yang kegiatan usahanya hanya simpan pinjam, memberikan kesempatan masyarakat mendapatkan pinjaman dengan mudah dan bunga yang ringan, serta membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir .

2. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah lembaga sosial ekonomi desa yang merupakan wadah bagi masyarakat umumnya dan petani khususnya yang berfungsi untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari dan mengkoordinir pemeliharaan, panen, transport dan menjual hasil produksi petani kepada perusahaan.

3. Anggota koperasi adalah orang/masyarakat yang melakukan tindakan hukum, menerima landasan idiil azas dan sendi dasar koperasi serta bersedia dan sanggup memenuhi kewajiban-kewajiban tertentu yang diatur dalam Undang-Undang, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta peraturan koperasi lainnya.

4. Modal koperasi adalah sejumlah uang yang diperoleh dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lainnya yang sah.

5. Pendapatan volume usaha merupakan bina usaha yang diperoleh dari pengadaan atau pengorbanan untuk menjalankan usaha yang dikelola koperasi.


(5)

6. Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh selama satu tahun buku yang setelah dikurangi dengan penyusutan dan biaya dari tahun buku yang bersangkutan.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata di Kabupaten Karo.


(6)

53 D

DAAFFTTAARRPPUUSSTTAAKKAA

Anoraga, P.danWidiyanti, N. 1997.Dinamika Koperasi. Jakarta : Rineka Cipta. Anoraga, P. dan Sudantoko, D. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha

Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.

Baswir, R. 2000. Koperasi Indonesia. Ed.1, Cet 2. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Djamin, Z. 1993. Perekonomian Indonesia. Ed.2. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Downey, W. D. dan Steven, P.E. 1992. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Erlangga.

Firdaus dan A. Susanto. 2002. Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia

Hendar dan Kusnadi, 1999. Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI

Hendrojogi, 1997. Koperasi Azas-Azas, Teori dan Praktek. Jakarta : Raja Grafindo.

Hudiyanto, 2002. Koperasi : Idiologi dan Pengelolaannya. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Kartasapoetra, dkk. 2000. Koperasi Indonesia yang Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.Jakarta : Rineka Cipta.

Kusnadi, H. 2005. Ekonomi Koperasi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Lem baga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Garamedia Pustaka Utama.

Sitio, A.danH.Tamba. 2001.Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta : Erlangga. SubyaktodanCahyono, B.T. 1983.Ekonomi Koperasi. Yogyakarta : Liberty. Sudarsono dan Edilius. 2000. Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta :

PT Rineka Cipta.

Sukamdiyo, Ign. 1997. Manajemen Koperasi : Pasca UU No. 25 Tahun 1992.

Jakarta : Erlangga.