Pengertian Etiologi Sistematika Penulisan

2.1 Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. Clinton, 1995, hal. 262. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja DSH = deliberate self-harm, istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15 dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar dan bersifat impulsif.

2.2 Etiologi

2.1 Faktor Predisposisi Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90 orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. 3 | R e s i k o B u n u h D i r i R B D 2.1.2. Sifat Kepribadian Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi. 2.1.3. Lingkungan Psikososial Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain. 2.1.4. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. 2.1.5. Faktor Biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph EEG. 2.2. Faktor Presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan. 2.2.1 Perilaku Koping Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif 4 | R e s i k o B u n u h D i r i R B D dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri. 2.2.2 Mekanisme Koping Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif. Respon adaptif Respon maladaptif Peningkatan diri Beresiko destruktif Destruktif diri tidak langsung Pencederaan diri Bunuh diri Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang. Rentang Respons, YoseP, Iyus 2009 1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya. 2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. 3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat maladaptif terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal. 5 | R e s i k o B u n u h D i r i R B D 4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada. 5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang. Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009 dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut. 1. Upaya bunuh diri scucide attempt yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. 2. Isyarat bunuh diri suicide gesture yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain. 3. Ancaman bunuh diri suicide threat yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2.3 Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri