Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
1. Alasan Rasional Timbulnya Masalah Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke
masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan diri. Manusia memang adalah
manusia, tetapi ia sekaligus belum selesai
mewujudkan dirinya sebagai manusia. Bersamaan dengan ini, dalam eksistensinya manusia mengemban
tugas untuk menjadi manusia ideal, adapun untuk itu ia perlu dididik dan perlu mendidik diri. Hal ini sebagaimana disimpulkan oleh Kant dalam teori
pendidikannya bahwa: ‘Man can become man through education only’ dalam Henderson, 1959, hal. 26. Sejalan dengan kesimpulan Kant, Langeveld
berdasarkan studi fenomenolog inya menyatakan manusia sebagai ‘
animal
educandum’ Langeveld, 1980, hal. 100; Soelaeman, 1988, hal. 40; Syaripudin, 2010, hal. 18.
Manusia ditakdirkan memiliki kesamaan dengan sesamanya, tetapi juga beragam karena keunikannya sebagai individu. Dalam kesamaannya, setiap
manusia harus menjadi manusia. Terdapat berbagai potensi yang bersifat esensial dan perlu dikembangkan pada setiap orang dalam konteks seluruh dimensi
kehidupannya. Hal ini mengimplikasikan perlu diselenggarakannya pendidikan umum
general education.
Bersamaan dengan ini, ada pula berbagai potensi yang perlu dikembangkan setiap orang sesuai dengan keunikannya sebagai
individu. Hal yang terakhir ini mengimplikasikan perlu diselenggarakannya pendidikan spesialisasi. Sehubungan dengan hal di atas, dalam sistem pendidikan
nasional diselenggarakanlah berbagai jenis pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan umum.
Pendidikan umum merupakan program pendidikan yang bersifat esensial dan perlu didapat setiap orang. Ini berkenaan dengan pengembangan nilai-nilai,
sikap-sikap, pemahaman, dan kecakapan hidup yang harus dimiliki setiap orang agar dapat hidup secara memuaskan dalam kedudukannya sebagai pribadi,
Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
anggota keluarga, pekerja, sebagai warga negara dalam masyarakat yang demokratis, dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Suatu masyarakat atau bangsa tentu memiliki kebudayaannya sendiri. Dalam konteks ini, pendidikan umum merupakan suatu keniscayaan. Sebab,
dalam keragaman individu dan masyarakat, homogenitas dan konformitas di dalam masyarakat yang bersangkutan hanya akan terbangun melalui pendidikan
umum. Pendidikan umum akan dapat mengintegrasikan masyarakat yang multi etnis dan multi kultural. Walaupun masing-masing individu atau kelompok
masyarakat berbeda-beda, tetapi mereka tetap merasa satu dalam kesatuan masyarakat atau bangsa bhineka tunggal ika, memiliki nasionalisme,
patriotisme, dan jati diri bangsa. Lebih luas dari itu, pendidikan umum diperlukan dalam rangka menjadikan manusia sebagai manusia secara universal.
Sebuah gedung akan berdiri tegak dan kuat apabila dibangun di atas landasan yang kokoh. Sebagaimana halnya gedung tersebut, penyelenggaraan
pendidikan umum pun memerlukan landasan yang kokoh. Ada berbagai jenis landasan pendidikan, salah satunya adalah landasan filosofis pendidikan
nasional. Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila. Implikasinya, maka landasan filosofis
pendidikan umum pun idealnya adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Dalam tataran yuridis, filsafat pendidikan umum dalam konteks
pendidikan nasional sudah ditetapkan. Namun demikian, implementasinya masih menimbulkan tanda tanya dan diragukan. Jangankan pada tataran praksis,
bahkan dalam tataran teoretis pun masih belum lengkap atau masih banyak yang bolong. Sanusi, dalam Natawidjaja, dkk., 2008, hal. 52.
Dalam era globalisasi penetrasi kebudayaan dan penyebaran ilmu pengetahuan semakin
intens
, keadaan di atas menimbulkan munculnya
Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kekhawatiran akan terjadinya penyelenggaraan pendidikan umum yang disadari ataupun tidak disadari dilandasi oleh filsafat pendidikan yang berakar pada
budaya bangsa lain, yang tidak sesuai dengan filsafat dan budaya bangsa Indonesia. Hal ini patut diwaspadai, sebab penyelenggaraan pendidikan umum
seperti ini akan mengakibatkan generasi muda kita tercerabut dari akar budayanya, sehingga mereka kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.
Alasannya, karena pendidikan umum antara lain berkenaan dengan pendidikan karakter, baik pendidikan karakter bagi manusia sebagai individu maupun
sebagai bangsa yang dikenal sebagai pendidikan kebangsaan. Sehubungan dengan uraian di atas, dirasakan adanya kebutuhan kita yang sangat urgen amat
mendesak secara nasional, ialah keharusan menemukan dan mengembangkan sendiri konsep ilmu pendidikan dan filsafat pendidikan yang kondusif untuk
Indonesia .. .” Waini, dalam Natawidjaja dkk., 2008, hal. 28.
2. Kesenjangan di Lapangan sebagai Dasar Timbulnya Masalah Secara faktual, dewasa ini bangsa Indonesia menghadapi masalah yang
bersifat multi dimensi. Ini mengemuka antara lain dengan munculnya berbagai fenomena seperti: pendidikan dalam prakteknya direduksi menjadi
pengajaran
Samho dan Yasunari, 2010; Kesuma, 2013; Wardhani, 2010; Pendidikan di sekolah cenderung teoretis dan tidak terkait dengan kehidupan sosial budaya di
mana peserta didik berada
Tim Broad-Based Education
Depdiknas, 2002; Terjadinya pengeroposan nasionalisme di kalangan generasi muda, terjadi
konflik antar etnis dan keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI Alwasilah, dkk., 2009; Di samping itu, sebagaimana sering disiarkan dalam berbagai media
massa dan informasi merebak perilaku yang menyimpang dari akhlak mulia, seperti: korupsi, seks bebas, tawuran antar kelompok, pemalsuan dan sebagainya.
“Indonesia ... menghadapi dua masalah sekaligus, masalah genting dengan munculnya disintegrasi bangsa dan masalah penting yang berkaitan dengan
karakter bangsa” Yamin, 2009, hal. 23. Di dalam fenomena tersebut tampaklah bahwa praktek pendidikan umum yang diselenggarakan belum mengembangkan
potensi anak didik secara menyeluruh dan utuh, serta tidak kontekstual dengan lingkungan sosial-budayanya.
Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Fenomena lain
menunjukkan, banyak
pendidik guru
belum menginternalisasi landasan filosofis pendidikan yang berdasarkan Pancasila.
Mereka kurang menyadari hal tersebut dan karena itu diragukan pula kalau mereka menjadikannya sebagai titik tolak penyelenggaraan pendidikan. Di pihak
lain, tampak gejala bahwa pada umumnya fokus orientasi pendidikan masyarakat kita adalah untuk mendapatkan
credentials
berupa ijazah dan sejenisnya. Sejalan dengan ini, praktek pendidikan umum di sekolah bergeser menjadi pengajaran
dan berorientasi akademik, adapun perguruan tinggi menjadi lebih berorientasi untuk menghasilkan tenaga kerja. Pada ujungnya, keberhasilan pendidikan dan
keberhasilan hidup cenderung diukur dari besarnya pendapatan finansial. Orientasi ini memang perlu, tetapi keliru apabila menjadi satu-satunya fokus
orientasi dan tujuan akhir pendidikan. Fenomena pendidikan sebagaimana dideskripsikan di atas pada
hakikatnya berpangkal pada aspek teoretis, yaitu berkenaan dengan pengembangan teori pendidikan sebagai titik tolak praktek pendidikan. Ada
tuduhan, bahwa teori pendidikan yang dikembangkan di Indonesia berasal dari teori pendidikan yang dikembangkan dari luar Indonesia, atau masih merupakan
campuran
dari teori-teori yang diterima dari luar Barat. Belum ada pemikiran yang sistematik dan mendalam mengenai filsafat pendidikan nasional yang
sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Implikasinya, praktek pendidikan kita pun cenderung mengacu kepada teori-teori tersebut
Engkoswara, dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007, hal. 319.
Munculnya fenomena praktek dan hasil pendidikan yang belum sesuai dengan harapan sebagaimana dideskripsikan di atas, pada dasarnya bersumber
dari tidak relevannya asumsi-asumsi yang dijadikan titik tolak praktek pendidikan dengan kebudayaan bangsa. Ini oleh Schumacher 1994, hal. 89-90
disebut dengan istilah ”pusat” yang telah dibangun atau terbangun pada diri individu, yaitu berupa sistem idea yang tertib mengenai manusia, dunia dan nilai
yang dijadikan acuan dan memberi arah kepada usaha-usaha individu. Apa yang disebut ”pusat” oleh Schumacher hakikatnya sama dengan asumsi, adapun
Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
”pusat” atau asumsi yang dipandang paling mendasar adalah filsafat pendidikan. Mengingat filsafat pendidikan yang dikemukakan para filsuf manca negara
kemungkinannya ada yang relevan dan ada pula yang tidak relevan untuk diaplikasikan dalam praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan
nasional, maka munculnya berbagai permasalahan pendidikan yang kita hadapi, secara mendasar dipengaruhi oleh filsafat pendidikan yang diterima serta
diaplikasikan oleh para ahli dan praktisi pendidikan. Pendidikan adalah usaha kultural, sebab itu antara pendidikan dan
kebudayaan tak dapat dipisahkan. Pendidikan diselenggarakan di dalam suatu lingkungan sosial budaya, landasan dan tujuannya bersumber dari kebudayaan,
demikian juga isi pendidikan – termasuk di dalamnya kurikulum sekolah – dan
cara-cara pendidikannya. Apabila hal ini dihubungkan dengan konsep pendidikan nasional, implikasinya bahwa landasan, tujuan, isi pendidikan
metode atau cara serta peranan pendidik dan peranan peserta didiknya pun hendaknya terutama bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia. Secara
spesifik, landasan filosofis pendidikan umum pun seharusnya bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia. Andai pun kita mengadopsi konsep filsafat
pendidikan umum dari kebudayaan bangsa lain, kita perlu memfilternya agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai filsafat dan budaya bangsa kita.
Ki Hadjar Dewantara yang pada masa kecilnya dan masa mudanya bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat 1889-1959 adalah salah seorang
pemikir sekaligus praktisi pendidikan, perintis pendidikan nasional dan pahlawan nasional. Perguruan Nasional Taman Siswa yang dirikannya pada tanggal 3 Juli
1922 tetap eksis dan terus berkembang hingga dewasa ini. Beliau menggagas dan mempraktekkan pendidikan secara terpadu di tiga alam, yaitu: alam keluarga,
alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Inilah yang disebut
tripusat pendidikan.
Semboyannya – “tut wuri handayani”
– dijadikan semboyan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, “Ki Hadjar Dewantara
telah meninggalkan warisan karya keilmuan pendidikan yang tidak terlepas dari kebudayaan dan kepemimpinan bangsa
” Kuswandi, dalam
Edutech
, 2007, hal. 2.
Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dalam perkembangan pendidikan nasional Indonesia, sangat disesalkan bahwa warisan keilmuan dari Ki Hadjar Dewantara kurang diminati untuk dikaji
dan dijadikan asumsi praktek pendidikan. Fikiran dan ajarannya kini nyaris hanya menjadi slogan-slogan tanpa dipahami maknanya. Kita tenggelam dalam
teori-teori asing. Padahal ajaran Ki Hadjar Dewantara mengandung kebijakan- kebijakan pendidikan yang sangat dalam yang lahir dari budaya bangsa
Indonesia. Ironisnya, belakangan ini ajaran Ki Hadjar Dewantara nyaris tidak diajarkan atau tidak dikaji dan dikembangkan di LPTK, apalagi diterapkan dalam
praksis pendidikan.Tilaar, 1995, hal. 507. Dalam hubungannya dengan permasalahan pendidikan yang dihadapi
sebagaimana dimaksud di atas, dan mengingat masih kurangnya kajian filsafat pendidikan dari tokoh-tokoh nasional, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara relevansinya sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam
konteks pendidikan nasional. Ada berbagai penelitian tentang fikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara
dan praksis pendidikannya. Hasil penelitian tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok kajian. Kelompok kajian pertama yakni penelitian tentang aplikasi
fikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam praktek pendidikan, sedangkan kelompok kajian kedua yakni penelitian tentang fikiran Ki Hadjar Dewantara
mengenai pendidikan. Beberapa penelitian telah berhasil mengidentifikasi dan menggambarkan teori dan
grand theory
pendidikan Ki Hadjar Dewantara Kuswandi, dalam
Edutech
, 2007; Samho dan Yasunari, 2010. Namun demikian, karena penelitian tersebut bersifat saintifik, maka hasil penelitiannya
masih membedakan atau memisahkan antara teori kepemimpinan, teori kebudayaan dengan teori pendidikannya. Sehubungan dengan itu, dalam konteks
penelitian tentang fikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara, masih ada ruang yang perlu diisi, yaitu penelitian yang memandang objeknya dari sudut pandang
filsafat. Dengan demikian, maka akan terdeskripsikan hubungan implikasi antar konsepnya, sehingga membangun satu kesatuan teori pendidikan yang
komprehensif dan mendasar.
Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3. Pentingnya Penelitian Ada beberapa alasan mengenai pentingnya penelitian tentang filsafat
pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional. Alasan-
alasan tersebut berkenaan dengan kerugian-kerugian dan keuntungan- keuntungan yang mungkin timbul atau didapatkan.
Kerugian.
Kurangnya minat ilmuwan pendidikan untuk mengkaji dan mengembangkan landasan filosofis pendidikan dari tokoh-tokoh bangsa
Indonesia – sebagaimana halnya dari Ki Hadjar Dewantara – yang merupakan
perwujudan dari kearifan lokal
local wisdom
akan menimbulkan berbagai kerugian.
Pertama,
kita tidak akan mempunyai landasan filosofis pendidikan yang kokoh sebagai titik tolak praktek dan studi pendidikan umum sebagaimana
diamanatkan Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ini akan berimplikasi terhadap
isi kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK, khususnya bagi mata kuliah landasan pendidikan atau mata kuliah filsafat pendidikan.
Kedua,
sekalipun dilakukan berbagai perubahan atau inovasi dalam bidang kurikulum, permasalahan pendidikan yang selama ini dihadapi tidak akan terselesaikan
dengan baik apabila pemecahan tersebut tidak menyentuh akar permasalahannya, yaitu mengenai landasan filosofis pendidikannnya.
Ketiga,
praktek pendidikan umum tidak akan sesuai dengan konteks lingkungan sosial dan budaya bangsa,
sehingga generasi muda kita akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.
Keempat,
kita akan kehilangan warisan budaya dari tokoh pendidikan nasional.
Keuntungan.
Keuntungan yang dapat diraih dari penelitian ini antara lain:
Pertama,
diperoleh perluasan wawasan mengenai relevansi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap
praktek pendidikan umum. Ini dapat dijadikan asumsi bagi praktek pendidikan dan studi pendidikan umum lebih lanjut, yang akan berimplikasi bagi pemecahan
secara mendasar atas berbagai permasalahan penyelenggaraan pendidikan umum, khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan karakter.
Tatang Syaripudin, 2015 FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kedua,
hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi pengembangan kurikulum mata kuliah dasar profesi MKDP dan mata kuliah keahlian fakultas
MKKF pada fakultas ilmu pendidikan FIP di LPTK.
Ketiga
, penelitian ini merupakan upaya pelestarian dan pengembangan filsafat pendidikan berbasis
kearifan lokal sebagai wujud upaya pengembangan etnopedagogik. 4. Kedudukan Masalah Penelitian dalam Bidang Studi Pendidikan Umum
Penelitian filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks
pendidikan nasional merupakan penelitian yang berkenaan dengan landasan filosofis pendidikan, khususnya landasan filosofis pendidikan umum. Masalah
penelitian ini tergolong ke dalam kajian pedagogik teoretis, yaitu filsafat pendidikan sebagai salah satu konsentrasi kajian pada program studi pendidikan
umum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
B. Rumusan Masalah Penelitian