2.3.1. Zat Fisis Pencemar Udara
Zat fisis yang sering dijumpai pada bidang transportasi di jalan raya adalah kebisingan. Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun yang merusak kesehatan. Saat ini, kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan. Di Indonesia yang masih terus membangun, taraf
kebisingan akan terus meningkat, terutama di jalan raya dan industri. Kemajuan industri dan teknologi di tandai dengan pemakaian mesin–mesin yang dapat
mengolah dan memproduksi bahan maupun barang yang dibutuhkan manusia secara cepat. Untuk membantu mobilitas manusia dalam melaksanakan tugasnya maka
digunakan alat – alat transportasi bermesin, baik di udara, laut maupun darat. Selain dari pada itu, untuk mencukupi segala sarana dan prasarana, digunakan pula peralatan
bermesin untuk keperluan membangun konstruksi fisik Wardhana, 2004. Menurut Suma’mur 1995 ada beberapa jenis kebisingan yang sering
ditemukan : 1. Kebisingan kontiniu dengan spectrum frekwensi luas, seperti suara yang
dihasilkan oleh mesin – mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 2. Kebisingan kontiniu dengan spectrum frekwensi sempit, seperti suara gergaji
sirkuler, katup gas, dan lain-lain. 3. Kebisingan
terputus-putus, seperti suara lalu lintas, suara lapangan terbang
dan lain-lain. 4. Kebisingan impulsif, seperti suara pukulan palu, tembakan bedil atau meriam,
ledakan dan lain-lain. 5. Kebisingan impulsif berulang, seperti suara mesin tempa di perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Kebisingan di jalan raya hiruk-pikuk , mencapai intensitas kebisingan 80 - 100 dB yang digolongkan sangat hiruk. Pada umumnya, kebisingan bernada tinggi
sangat menggangu lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba- tiba dan tak terduga.
2.3.2. Zat Kimia Pencemar Udara.
Adapun zat-zat kimia yang mencemari udara adalah sebagai berikut : 1. Karbon Monoksida CO
Karbon Monoksida adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas 192
C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5 dari berat air dan tidak larut dalam air. Karbon
Monoksida di alam terbentuk di salah satu proses sebagai berikut Wardhana, 2004 : a.
Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi. c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan
oksigen. Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon maupun komponen yang
mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna, dimana dihasilkan karbon dioksida.
Reaksi pembentukan karbon monoksida lebih cepat daripada reaksi pembentukan karbon dioksida, sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas
karbon monoksida. Apabila pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka
Universitas Sumatera Utara
masih ada bahan bakar karbon yang tidak berhubungan dengan oksigen, keadaan ini menambah besar kemungkinan terbentuknya gas karbon monoksida yang terjadi pada
suhu tinggi. Selain itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian gas karbon dioksida menjadi gas
karbon monoksida. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas karbon dioksida yang terurai menjadi gas karbon monoksida dan oksigen semakin banyak
Fardiaz, 2003. 2. Nitrogen Oksida NOx
Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO
2
dan gas NO. Sifat gas NO
2
adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO
2
adalah merah kecoklatan, berbau tajam dan menyengat. Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi
daripada daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena bebagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar
NOx di udara, seperti transportasi, generator listrik, pembuangan sampah dan lain– lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil
pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik atau mesin – mesin yang menggunakan bahan bakar gas Wardhana, 2004.
3. Sulphur Oksida SOx Gas sulfur oksida atau belerang oksida sering ditulis dengan SOx terdiri
atas gas SO
2
dan gas SO
3
yang mempunyai sifat berbeda. Gas SO
2
berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO
3
bersifat sangat reaktif. Gas SO
3
mudah
Universitas Sumatera Utara
bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat H2SO
4
. Asam sulfat mudah bereaksi dengan benda–benda lain yang mengakibatkan
kerusakan seperti proses korosi karat dan proses kimia lainnya. Konsentrasi gas SO
2
di udara akan mudah terdeteksi oleh indera penciuman manusia pada konsentrasi antara 0,3–1 ppm. Gas buangan hasil pembakaran
mengandung gas SO
2
lebih banyak daripada gas SO
3
. Pencemaran SO
3
di udara terutama berasal dari pemakaian batu bara pada kegiatan industri dan transportasi
Wardhana, 2004. 4. Hidrokarbon HC
HC berasal dari proses alamiah dan buatan manusia. Secara alamiah HC diproduksi oleh tanaman, dekomposisi zat organic. Sumber alamiah bagi HC adalah
sumur-sumur minyak dan gas bumi. Tanaman, terutama pohon, seperti genus citrus dan famili Coniferae memproduksi HC, yang merupakan bagian dari minyak esensial
bagi tumbuhan Soemirat, 2000. Sumber utama HC adalah asap kenderaan bermotor. HC total yang ada di
atmosfer menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalulintas. HC adalah pencemar udara yang dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan HC
karena penyusun utamanya adalah atom karbon dan atom hydrogen yang dapat terikat tersusun secara ikatan lurus ikatan rantai atau terikat secara ikatan cincin ikatan
tertutup Fardiaz, 2003. Keadaan HC sebagai bahan pencemar di udara dapat berupa gas apabila HC
termasuk suku rendah, berupa cairan bila HC termasuk suku sedang, atau berupa padatan apabila termasuk suku tinggi. Apabila HC berupa gas maka akan tercampur
Universitas Sumatera Utara
bersama gas–gas hasil buangan lainnya. Jika berupa cairan HC akan membentuk semacam kabut minyak yang sangat mengganggu. HC yang keluar berupa padatan
akan membentuk asap pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu. Dalam keadaan seperti ini HC termasuk kelompok pencemar partikel
Wardhana, 2004. 5. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padatcair yang halus dan tersuspensi di udara atau pencemar udara yang dapat berada bersama–sama dengan
bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam
pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan maka pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk. Mulai dari bentuk
yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit dan kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara berikut ini Wardhana, 2004 :
a. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang
terhambur dan melayang di udara. b.
Fog atau kabut adalah aerosol yang berupa butiran–butiran air yang berada di udara.
c. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan
dan cairan yang terhambur melayang di udara. d.
Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin.
Universitas Sumatera Utara
e. Mist artinya mirip dengan kabut. Penyebabnya adalah butiran–butiran zat cair
yang terhambur dan melayang di udara. f. Fume artinya mirip dengan asap, hanya saja penyebabnya adalah aerosol yang
berasal dari kondensasi uap panas khususnya uap logam g. Plume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri pabrik
h. Haze adalah setiap bentuk aerosol yang mengganggu pandangan di udara. i. Smog adalah bentuk campuran antara smoke dan fog. Istilah ini banyak
digunakan di Inggris dan Amerika, sehingga ada istilah London Smog dan Los Angeles Smog.
j. Smaze adalah istilah yang banyak dipakai di Amerika khususnya New York
untuk mengartikan campuran antara Smoke dan haze.
2.4. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan