sampah-sampah organik tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana CH
4
dan karbon dioksida CO
2
. Tapi, hanya CH
4
yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar Wahyuningsih, 2009.
Adapun khusus mengenai gas CH
4
perlu diperhatikan adanya kemungkinan ledakan. Karakteristik lain dari CH
4
murni adalah mudah terbakar. Kandungan metana dengan udara akan menentukan pada kandungan berapa campuran yang
mudah meledak dapat dibentuk. Pada lower explosion limit LEL 5,4 vol metana dan upper explosion limit UEL 13,9 vol . Dibawah 5,4 tidak cukup metana
sedangkan diatas 14 terlalu sedikit oksigen untuk menyebabkan ledakan. Temperatur yang dapat menyebabkan ledakan sekitar 650–750
o
C , percikan api dan korek api cukup panas untuk menyebabkan ledakan Iqbal, 2008.
2.2 Sejarah Biogas
Gas CH
4
metana terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik oleh bakteri metana atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang
mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas metana CH
4
yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana
peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir TPA Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Gas metana sama dengan gas LPG Liquidified Petroleum Gas, perbedaannya adalah gas metana mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Rahman,
2005. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas
alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Adapun orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah
Alessandro Volta pada tahun 1776. Pada tahun 1806 Willam Henry mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai
CH
4
, lalu Becham pada tahun 1868, murid Louis Pasteur dan Tappeiner memperlihatkan asal mikrobiologis
dari pembentukan CH
4
. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman
dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit
Universitas Sumatera Utara
pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk
menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM Bahan Bakar Minyak semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun
1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu
ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900.
Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit
biogas dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna digester, lubang pemasukan bahan baku
dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan slurry dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk Nandiyanto, 2007
Dengan teknologi tertentu, gas metana dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin
tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas metana dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya
LPG Rahman, 2005.
2.3 Faktor yang Berpengaruh Pada Proses Anaerobik