BAB I1 rustam

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia sehari-hari, karena disadari atau tidak, sebenarnya evaluasi sudah sering dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun untuk kegiatan sosial lainnya. Hal ini dapat dilihat mulai dari berpakaian, setelah berpakaian seseorang biasanya berdiri dihadapan kaca untuk melihat apakah penampilannya sudah wajar atau belum.

Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang disengaja (sadar) oleh peserta didik dengan bimbingan atau bantuan dari pendidik untuk memperoleh suatu perubahan. Perubahan yang diharapkan meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan yang diharapkan itu yang dinamakan dengan kompetensi (kemampuan melakukan sesuatu). Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan tercapai oleh peserta didik diperoleh melalui evaluasi.

Melihat kenyataan di atas, penulis menjadi tertarik untuk mengkaji masalah Evaluasi Pendidikan Dalam Perspektif Islam lebih dalam lagi. Dengan harapan dapat menambah pengetahuan kita, khususnya bagi penulis.

1.2 Rumusan Masalah

Menanggapi latar belakang di atas, maka rumusan masalah yaitu : 1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan?

2. Apa tujuan dari evaluasi pendidikan? 3. Apa fungsi dari evaluasi pendidikan?

4. Apa yang menjadi sasaran dalam evaluasi pendidikan?


(2)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan

a. Secara Etimologi

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Evaluation akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut Al-Qimah atau Al-Taqdir.1 Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan ( Al-Taqdir al-Tarbawiy ) dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.2

b. Secara Terminologi

Para ahli mendefinisikan evaluasi sebagai berikut :

1) Menurut Edwind Wandt, evaluasi mengandung pengertian : suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.3

2) Menurut M.Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.4

Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.

c. Evaluasi Pendidikan

Menurut Lembaga Pendidikan Administrasi Negara batasan mengenai evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut :

1) Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditemukan.

2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.


(3)

Evaluasi dalam proses pembelajaran mengandung makna yaitu :

1) Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.

2) Penilaian (evaluation) mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

Dengan demikian ketika kita mengadakan evaluasi meliputi kedua hal di atas. Evaluasi adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran, dengan evaluasi guru akan mengetahui perkembangan proses dan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, sikap dan kepribadian peserta didik.

2.2 Tujuan Evaluasi Pendidikan

Dilihat dari prinsip evaluasi yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan praktek yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Maka tujuan dari evaluasi yaitu :

1)Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi.

2)Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW. Kepada umatnya .

Firman Allah :

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al- Baqarah : 155)6

Tujuan evaluasi secara umum adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri peserta didik serta tingkat perubahan yang dialaminya setelah ia mengikuti PBM (proses belajar mengajar). Tetapi sebenarnya hal tersebut baru merupakan sebagian dari tujuan evaluasi dalam arti yang sebenarnya. Kita harus masih mengenal dimensi tujuan lain. Misalnya sebagaimana dirumuskan di dalam Kurikulum 1975 (Buku III B - tentang Pedoman Penilaian), dapat kita baca bahwa tujuan evaluasi belajar siswa di sekolah pada dasarnya dapat digolongkan kedalam 4 (empat) kategori yaitu:


(4)

1. Untuk memberi umpan balik (feedback) kepada guru, sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan revisi program dan remidial program bagi siswa.

2. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing siswa, yang antara lain diperlukan untuk memberikan laporan kepada para orang tua siswa, penetapan kenaikkan kelas, dan penentuan lulus tidaknya siswa.

3. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat (misalnya dalam penentuan jurusan) sesuai dengan tingkat kemampuan dan atau karakteristik lain yang dimiliki siswa.

4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, pisik, dan lingkungan) siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar. Yang hasilnya dapat dipakai sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

Setiap perbuatan dan tindakan dalam pendidikan selalu menghendaki hasil. Pendidik selalu berharap bahwa hasil yang diperoleh sekarang lebih memuaskan dari hasil yang diperoleh sebelumnya. Untuk menentukan dan membandingkan antara hasil satu dengan lainnya diperlukan adanya evaluasi.

2.3 Fungsi Evaluasi pendidikan 1. Evaluasi berfungsi selektif

Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap peserta didiknya. Tujuan evaluasi ini adalah :

a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.

b) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya. c) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

2. Evaluasi berfungsi diagnostik

Guru dapat mengetahui kelemahan peserta didik melalui evaluasi, disamping itu diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi,


(5)

sebenarnya guru megadakan diagnosis kepada peserta didik tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.

3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan

Setiap peserta didik sejsk lshirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasn sarana dan tenaga, pendidikan individual kadang-kadang sulit sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang peserta didik ditempatkan, digunakan suatu evaluasi. Sekelompok peserta didik yang mempunyai hasil evaluasi yang sama akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan system administrasi.

2.4 Sasaran Evaluasi Pendidikan

Objek atau sasaran evaluasi/penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Unsur-unsur sasaran evaluasi pendidikan meliputi :

a. Input

Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), calon siswa itu di evaluasi atau dinilai dahulu kemampuannya. Dengan evaluasi / penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.


(6)

Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal, yaitu :

1) Kemampuan

Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga / sekolah / institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan.

2) Kepribadian

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau Personality Test.

3) Sikap-Sikap

Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau Attitude Test.

4) Intelegensi

Untuk mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli seperti tes Binet-Simon, SPM, Tintum dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient).

b. Transformasi

Yang dimaksud dengan transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi baham jadi. Dalam dunia pendidikan, sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah di tentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada.


(7)

Terdapat dalam transfornasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek evaluasi/penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi sasaran atau objek evaluasi antara lain :

a. Kurikulum atau materi, b. Metode dan cara penilaian, c. Sarana pendidikan atau media d. Sistem administrasi

e. Guru/pendidik dan personal lainnya.

c. Output

Yang dimaksud sebagai output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transfornasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian sebagai alat penyaring kualitas.

2.6 Ayat-Ayat Evaluasi Berdasarkan Term Su’al

óOèdqàÿÏ%ur ( Nåk¨XÎ) tbqä9qä«ó¡¨B ÇËÍÈ Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena Sesungguhnya mereka akan ditanya...

Penjelasan:

Pada dua ayat sebelumnya Allah menggambarkan kondisi orang-orang kafir dihari pengadilan nanti. Pada saat itu mereka akan dikumpulkan bersama dengan teman sejaawatnya, kemudian akan ditunjukkan jalan menuju neraka. Setelah itu Allah akan mengajukan pertanyaan berkaitan dengan kondisi mereka yang tidak lagi melakukan tolong-menolong dengan sesama kawannya.

Dari sini terlihat bahwa relasi antara ayat ini dengan sebelum dan sesudahnya adalah bahwa walaupun mereka di akhirat kelak berada dalam satu komplek yang sama-biasanya di kehidupan dunia mereka senantiasa saling menolong antar sesamanya-maka pada saat


(8)

itu mereka tidak lagi menghiraukan teman sejawatnya. Bahkan mereka akan sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dirinya.

Dengan demikian, evaluasi akhir yang akan diajukan Allah kepada manusia harus dijawab sendiri, karena memang pada saat itu tidak seseorang mungkin meminta bantuan kepada orang lain. Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan dunia yang terkadang pada saat-saat yang sangat menentukan ini masih saja banyak orang yang memberikan bantuan untuk menjawab soal-soal yang diajukan, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas nilai yang dihasilkannya pun masih dipertanyakan.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam sebuah riwayat disebutkan, “ ¢ OèO £`è=t«ó¡çFs9 >‹Í³tBöqtƒ Ç`tã ÉOŠÏè¨Z9$# ÇÑÈ Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

Penggunaan kata tsumma menunjukan bahwa prosesi pertanyaan itu akan disampaikan setelah melalui tahapan-tahapan kehidupan. Dan hal itu akan terjadi di hari hisab, yang tentu akan menjadi penentu kebahagian dan kesengsaran seseorang.

Lafadz £`è=t«ó¡çFs9 ini diawali dengan huruf lam at-taukid yang menunjukan bahwa pertanyaan tersebut benar-benar akan diajukan kepada setiap manusia. `tã dalam kalimat ini bukan ‘an menunjukan sebagian, tetapi semakna dengan min, sehingga artinya adalah semua nikmat yang telah Allah berikan pada setiap individu. Penjelasan :

Ayat diatas merupakan bagian akhir dari surah at-Takatsur (yang berarti bermegah-megahan). Pada ayat pertama dari surah ini Allah menyebutkan salah satu sebab manusia lupa akan Tuhan dan kemanusiaanya. Penyebab tersebut adalah semangat


(9)

bermegah-megahna, yang ketika berbuat demikian, orang baru akan sadar ketika kematian hendak menjemputnya. Kemudian pada ayat-ayat selanjutnya, Tuhan mengingatkan mereka yang bermegah-megahan, itu dengan satu kenyataan bahwa kematian itu bukan akhir dari kehidupan, tetapi merupakan awal dari kehidupan. Dan di akhir ayat Allah kembali menegaskan bahwa sikap bermegah-megahan itu haruslah dipertanggung jawabkan.

Dari sini terlihat bahwa secara tidak langsung surah at-Takatsur menyuruh setiap individu untuk mengevaluasi dirinya, apakan dengan hartanya ia sudah melupakan Tuhan atau denganya ia menjadi lebih bersyukur pada-Nya. Salah satu parameter untuk mengevaluasi sikap syukur tersebut adalah dengan mengajukan pertnyaan, apakah dalam pembelanjaan harta yang diterimanya itu telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan Tuhan atu belum. Jika seseorang telah membelanjakan hartanya sesuai dengan aturan syariat, ia akan selamat ketika kelak diaudit oleh Allah di hari hisab.

Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ| Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur ‘@ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Penjelasan:

Pada bagian awal dari ayat ini Allah melarang manusia agar tidak mengucapkan sesuatu yang tidak diketaui olehnya. Dalam hal ini, paling tidak terdapat tiga penafsiran yang telah disampaikan mufassir, yaitu:

1) Larangan menjadi saksi, padahal ia tidak menyaksikannya secara


(10)

2) Larangan mengaku pernah mendengar, pernha mendengar,

melihat dan belum memahami. Penafsiran semacam ini disampaikan qatadah.

3) Melarang berkata-kata tanpa pijakan ilmu, atau dengan kata lain

melarang berkata-kata hanya bersandarkan pada prasangka.

Jika dikaitkan dengan evaluasi diri, dari ketiga penafsiran diatas, terlihat bahwa ketika seseorang mengaku telah melihat, telah mendengar dan telah memahami padahal ia belum melihat, belum pernah dengar dan belum memahami, maka secara langsung ketika terjadi evaluasi akhir, ia tidak akan mampu mempertanggung jawabkan perkataanya. Dari sini pula kita dapat mencermati bahwa kejujuran seorang murid akan mempermudah guru dalam mengevaluasi muridnya dan sekaligus akan memudahkan guru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dimiliki muridnya. Sehingga pada akhirnya ketika terjadi evaluasi akhir, si murid tersebut akan mampu menyelesaikannya dengan baik.

Disamping itu, ayat tersebut menunjukan pula bahwa dari sekian banyak perangkat yang dimiliki manusia, pendengaran, penglihatan dan hati merupakan perangkat utama dalam melakukan evaluasi diri, sehingga pada hari hisab nanti, ketiga perangkat itulah yang akan dievaluasi Tuhan. Oleh sebab itu, sebelum tiga perangkat itu dievaluasi, manusa harus segara melakukan evaluasi terhadap ketiganya, apakah ketiga perangkat tersebut sudah digunakan sesuai dengan tujuan dan fungsi perangkat tersebut atau belum?

Ÿw ã@t«ó¡ç„ $¬Hxå ã@yèøÿtƒ öNèdur šcqè=t«ó¡ç„ ÇËÌÈ Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.

Ayat di atas merupakan penjelasan yang berkaitan dengan pertanyaan yang akan diajukan Tuhan pada mereka yang telah menyifatkan Allah denga sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya.


(11)

Dengan demikian, pertanyaan tersebut bukan menuntuk jawaban ya atau tidak, atau menuntut jawaban yang bersifat deskriptif, tetapi justru pertanyaann tersebut menuntut pertanggungjawaban dari apa yang telah mereka ucapkan.

Dari ayat-ayat diatas paling tidak dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:

1. Allah akan mengevaluasi manusia di hari kiamat nanti berkaitan

dengan segala kenimatan yang dia berikan kepada manusia. Evaluasi ini merupakan evaluasi akhir yang akan menjadi penentu kebahagiaan dan kesengsaraan abadi.

2. Evaluasi yang dilaksanakan bersifat menyeluruh, mencakup segala

perbuatan, perkataan dan hati.

3. Tujuan evaluasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh

manusia dapat mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, sehingga akan diketahui mana yang layak masuk neraka. Namun demikian hal itu tidak menunjukan ketidaktahuan Allah terhadap semua apa yang telah diperbuat manusia. Hal itu dilakukan dengan alasan agar manusia tidak merasa didzalimi oleh keputusan Tuhan, sehingga dilaksanakanlah ujian akhir yang sangat menentukan itu. Kalau kita tarik dalam kontek evaluasi akhir dalam proses pendidikan, bisa jadi seorang guru sudah tahu betul kualitas seorang muridnya, tetapi agar si murid tidak merasa didzalimi, ujian akhir harus tetap dilaksanakan.

4. Pada evaluasi akhir itu, Tuhan memberikan satu dispensasi kepada

orang-orang tertentu dengan lulus tanpa mengikuti seleksi terlebih dahulu. Salah satu kelompok yang lulus tanpa mengikuti seleksi terlebih dahulu. Salah satu kelompok yang termasuk yang termasuk kategori ini adalah mereka yang mati dalam membela agama Allah (mati syahid), mereka langsung masuk sorga tanpa melalui jalur hisab (perhitungan).

5. Karena hisab merupakan ujian akhir, konsekuensi logisnya dalam


(12)

mereka yang mendapatkan nilai jelek dan layak masuk neraka, walaupun mereka memohon dengan berbagai bujuk rayu, Tuhan tetap tidak akan memberikan remedial. Kalau kenyataan ini kita kaitkan dengan evaluasi pendidikan, maka dalam evaluasi akhir itu seharusnya tidak diknal istilah remedial, karena ia merupakan batas akhir untuk menilai kemampuan seseorang. Remedial hanya bisa dilaksanakan sebelum prosesi evaluasi akhir.

6. Ayat-ayat yang menggunakan redaksi sualun jika dilihat dari objek

evaluasi ternyata mengarah kepada evaluasi yang akan dilakukan terhadap orang-orang yang tidak beriman. Oleh sebab itu, kemunculan redaksi sualun lebih bertujuan menyadarkan orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan dengan penegasan bahwa hari penghisaban itu betul-betul akan terjadi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.

Tujuan evaluasi secara umum adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri peserta didik serta tingkat perubahan yang dialaminya setelah ia mengikuti PBM (proses belajar mengajar).


(13)

 Fungsi evaluasi pendidikan yaitu :

1. Evaluasi berfungsi selektif 2. Evaluasi berfungsi diagnostik

3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan

4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

 Sasaran evalusi pendidikan yaitu :

a. Input

b. Transformasi, yang meliputi : 1. Kurikulum atau materi

2. Metode dan cara penilaian 3. Sarana pendidikan atau media 4. Sistem administrasi

5. Guru / pendidik dan personal lainnya. c. Output

DAFTAR PUSTAKA

 Anas sudion. Pengantar Evaluasi Pendidikan.2005. PT. Grafindo Persada: Jakarta

 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.2002. Kalam Mulia : Jakarta

 M.Chabib Thoha. Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan.1990. PT. Raja Grafindo: Jakarta.

 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya. 2002. CV. Penerbit Dipenegoro

 Prof. DR. Suhasimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.. 2003. Bumi Aksara : Jakarta

 www. Evaluasipendidikan.blogspot.com. diakses pada tanggal 01 Desember 2011.


(14)

Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan (surabaya: Usaha Nasional, 1996), hlm.2 [2] Fayruz Zabidi, Tanwir al-Miqbas (Beirut: Dar al-Fikr, 1991) hlm. 758

TUGAS : TAFSIR TARBAWI


(15)

OLEH: KELOMPOK X

RUSTAN

SEMESTER IV

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2016


(1)

2) Larangan mengaku pernah mendengar, pernha mendengar, melihat dan belum memahami. Penafsiran semacam ini disampaikan qatadah.

3) Melarang berkata-kata tanpa pijakan ilmu, atau dengan kata lain melarang berkata-kata hanya bersandarkan pada prasangka.

Jika dikaitkan dengan evaluasi diri, dari ketiga penafsiran diatas, terlihat bahwa ketika seseorang mengaku telah melihat, telah mendengar dan telah memahami padahal ia belum melihat, belum pernah dengar dan belum memahami, maka secara langsung ketika terjadi evaluasi akhir, ia tidak akan mampu mempertanggung jawabkan perkataanya. Dari sini pula kita dapat mencermati bahwa kejujuran seorang murid akan mempermudah guru dalam mengevaluasi muridnya dan sekaligus akan memudahkan guru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dimiliki muridnya. Sehingga pada akhirnya ketika terjadi evaluasi akhir, si murid tersebut akan mampu menyelesaikannya dengan baik.

Disamping itu, ayat tersebut menunjukan pula bahwa dari sekian banyak perangkat yang dimiliki manusia, pendengaran, penglihatan dan hati merupakan perangkat utama dalam melakukan evaluasi diri, sehingga pada hari hisab nanti, ketiga perangkat itulah yang akan dievaluasi Tuhan. Oleh sebab itu, sebelum tiga perangkat itu dievaluasi, manusa harus segara melakukan evaluasi terhadap ketiganya, apakah ketiga perangkat tersebut sudah digunakan sesuai dengan tujuan dan fungsi perangkat tersebut atau belum?

Ÿw ã@t«ó¡ç„ $¬Hxå ã@yèøÿtƒ öNèdur šcqè=t«ó¡ç„ ÇËÌÈ Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.

Ayat di atas merupakan penjelasan yang berkaitan dengan pertanyaan yang akan diajukan Tuhan pada mereka yang telah menyifatkan Allah denga sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya.


(2)

Dengan demikian, pertanyaan tersebut bukan menuntuk jawaban ya atau tidak, atau menuntut jawaban yang bersifat deskriptif, tetapi justru pertanyaann tersebut menuntut pertanggungjawaban dari apa yang telah mereka ucapkan.

Dari ayat-ayat diatas paling tidak dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:

1. Allah akan mengevaluasi manusia di hari kiamat nanti berkaitan dengan segala kenimatan yang dia berikan kepada manusia. Evaluasi ini merupakan evaluasi akhir yang akan menjadi penentu kebahagiaan dan kesengsaraan abadi.

2. Evaluasi yang dilaksanakan bersifat menyeluruh, mencakup segala perbuatan, perkataan dan hati.

3. Tujuan evaluasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh manusia dapat mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, sehingga akan diketahui mana yang layak masuk neraka. Namun demikian hal itu tidak menunjukan ketidaktahuan Allah terhadap semua apa yang telah diperbuat manusia. Hal itu dilakukan dengan alasan agar manusia tidak merasa didzalimi oleh keputusan Tuhan, sehingga dilaksanakanlah ujian akhir yang sangat menentukan itu. Kalau kita tarik dalam kontek evaluasi akhir dalam proses pendidikan, bisa jadi seorang guru sudah tahu betul kualitas seorang muridnya, tetapi agar si murid tidak merasa didzalimi, ujian akhir harus tetap dilaksanakan.

4. Pada evaluasi akhir itu, Tuhan memberikan satu dispensasi kepada orang-orang tertentu dengan lulus tanpa mengikuti seleksi terlebih dahulu. Salah satu kelompok yang lulus tanpa mengikuti seleksi terlebih dahulu. Salah satu kelompok yang termasuk yang termasuk kategori ini adalah mereka yang mati dalam membela agama Allah (mati syahid), mereka langsung masuk sorga tanpa melalui jalur hisab (perhitungan).

5. Karena hisab merupakan ujian akhir, konsekuensi logisnya dalam prosesi tersebut tidak dikenal istilah remedial. Oleh sebab itu, bagi


(3)

mereka yang mendapatkan nilai jelek dan layak masuk neraka, walaupun mereka memohon dengan berbagai bujuk rayu, Tuhan tetap tidak akan memberikan remedial. Kalau kenyataan ini kita kaitkan dengan evaluasi pendidikan, maka dalam evaluasi akhir itu seharusnya tidak diknal istilah remedial, karena ia merupakan batas akhir untuk menilai kemampuan seseorang. Remedial hanya bisa dilaksanakan sebelum prosesi evaluasi akhir.

6. Ayat-ayat yang menggunakan redaksi sualun jika dilihat dari objek evaluasi ternyata mengarah kepada evaluasi yang akan dilakukan terhadap orang-orang yang tidak beriman. Oleh sebab itu, kemunculan redaksi sualun lebih bertujuan menyadarkan orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan dengan penegasan bahwa hari penghisaban itu betul-betul akan terjadi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.

Tujuan evaluasi secara umum adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri peserta didik serta tingkat perubahan yang dialaminya setelah ia mengikuti PBM (proses belajar mengajar).


(4)

 Fungsi evaluasi pendidikan yaitu :

1. Evaluasi berfungsi selektif 2. Evaluasi berfungsi diagnostik

3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan

4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

 Sasaran evalusi pendidikan yaitu :

a. Input

b. Transformasi, yang meliputi : 1. Kurikulum atau materi

2. Metode dan cara penilaian 3. Sarana pendidikan atau media 4. Sistem administrasi

5. Guru / pendidik dan personal lainnya. c. Output

DAFTAR PUSTAKA

 Anas sudion. Pengantar Evaluasi Pendidikan.2005. PT. Grafindo Persada: Jakarta

 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.2002. Kalam Mulia : Jakarta

 M.Chabib Thoha. Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan.1990. PT. Raja Grafindo: Jakarta.

 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya. 2002. CV. Penerbit Dipenegoro

 Prof. DR. Suhasimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.. 2003. Bumi Aksara : Jakarta

 www. Evaluasipendidikan.blogspot.com. diakses pada tanggal 01 Desember 2011.


(5)

Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan (surabaya: Usaha Nasional, 1996), hlm.2

[2] Fayruz Zabidi, Tanwir al-Miqbas (Beirut: Dar al-Fikr, 1991) hlm. 758

TUGAS : TAFSIR TARBAWI


(6)

OLEH: KELOMPOK X

RUSTAN

SEMESTER IV

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2016