BAB II ISOLASI MINYAK
II.1. Umum
Didalam transformator ada dua bagian yang secara aktif membangkitkan panas yaitu kumparan tembaga dan inti besi. Jika panas itu tidak diberi pendingin
akan menyebabkan kumparan dan inti itu mencapai suhu yang terlalu tinggi, sehingga bahan isolasi yang ada pada kumparan kertas isolasi akan menjadi rusak. Untuk
menghindari kerusakan tersebut maka dimasukan minyak isolasi. Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan, antara lain :
1. Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan
isolasi gas nitrogen dan udara tidak termasuk gas Sf6, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.
2. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara
serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul. 3.
Ketiga isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri self healing jika terjadi pelepasan muatan discharge.
[1]
II.2. Bahan Dasar Minyak Transformator
Bahan dasar pembuatan minyak transformator adalah minyak mentah crude oil. Namun pabrik – pabrik pembuat minyak transformator menambah zat – zat
tertentu untuk mendapatkan kualitas dielektrik lebih yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya minyak transformator tersusun atas senyawa-senyawa hidrokarbon dan non hidrokarbon.
II.2.1. Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa kimia yang terdiri dari unsur-unsur hidrogen dan karbon. Senyawa hidrokarbon yang merupakan bagian terbesar dari
minyak dapat dibagi atas tiga kelompok besar yaitu senyawa parafin, senyawa naphtena, dan senyawa aromatik.
[2]
1. Senyawa parafin
Parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang mempunyai rantai karbon lurus atau bercabang, yang dalam kimia organik dikenal sebagai senyawa dengan
rantai terbuka atau senyawa alifatis.
2. Senyawa Naphtena
Senyawa naphtena digolongkan sebagai senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai tertutup atau struktur berbentuk cincin. Senyawa ini dikenal pula
sebagai senyawa alisiklis. Masing-masing cincin dapat berisi lima atau enam atom karbon. Senyawa naphtena dapat berupa monosiklik, disiklik, dan seterusnya
tergantung pada jumlah cincin yang dimilikinya. Pada masing-masing cincin dapat pula terhubung.
3. Senyawa Aromatik
Senyawa ini memiliki satu atau lebih cincin aromatik yang dapat bergabung dengan cincin alisiklik. Beberapa senyawa aromatik berfungsi sebagai penghambat
Universitas Sumatera Utara
oksidasi inhibitor dan penjaga kestabilan, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan bersifat merugikan yaitu berkurangnya kekuatan dielektrik, serta berkurangnya sifat
pelarutan minyak terhadap isolasi padat di dalamnya. Ketiga hidrokarbon diatas memiliki fungsi yang berbeda pada minyak mentah.
Minyak isolasi transformator merupakan minyak mineral yang antara ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik
maupun kimia yang berbeda.
II.2.2. Senyawa Non Hidrokarbon
Unsur pokok nonhidrokarbon yang terdapat dalam minyak transformator adalah substansi asphalt tar, senyawa organik yang mengandung belerang dan
nitrogen, asam naphtena, ester, alkohol dan senyawa organometalik.
1. Ter
Selama Proses Pemurnian minyak trafo, sebagian besar ter dihilangkan. Pada minyak hasil pemurnian ini hanya terdapat ter dengan konsentrasi rendah yaitu antara
2 – 2.5 berat. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, beberapa jenis senyawa ini mempunyai pengaruh pada sifat kerja minyak transformator. Senyawa ini
memberikan warna yang khas pada minyak, beberapa diantaranya memiliki efek sebagai penghambat. Ter juga mempercepat proses oksidasi. Ter diklasifikasikan
sebagai berikut : a.
Ter netral, senyawa yang larut dalam minyak eter yang berwujud cair atau semi cair dengan masa jenis sekitar satu.
Universitas Sumatera Utara
b. Asphaltena, substansi padat yang tidak larut dalam minyak eter tetapi larut
dalam benzena, senyawa benzena seri, kloroform dan karbon disulfida. Bermassa jenis lebih besar dari satu.
c. Karbena, substansi yang tidak larut dalam pelarut konvensional tetapi dapat
larut sebagian dalam pridin dan karbon disulfida.
2. Senyawa Sulfur belerang
Senyawa sulfur selalu terdapat pada semua minyak mentah, jumlahnya bervariasi mulai lebih kecil dari 1 sampai dengan 20 berat. Senyawa ini
mempunyai pengaruh pada sifat-sifat minyak dan turut menentukan proses yang diperlukan untuk mengolah minyak. Bagian dari hasil penyulingan minyak yang
mempunyai titik didih rendah hampir semua senyawa sulfur terdapat didalamnya, tetapi untuk hasil penyulingan yang mempunyai titik didih di atas 200 ºC kebanyakan
mengandung senyawa sulfur dengan struktur siklis. Beberapa kelompok besar senyawa sulfur yang terdapat dalam minyak adalah :
a. Mercaptan tiol, senyawa ini mempunyai rumus kimia RSH, dimana R besar
adalah radikal parafin dengan rantai lurus atau bercabang atau, radikal hidrokarbon siklik aromatik atau alisiklik.
b. Sulfida thiaalkana, senyawa ini mempunyai rumus kimia RSR1, dimana R
dan R1 adalah radikal hidrokarbon. c.
Disulfida bithiaalkana, dengan rumus kimia RSSR. d.
Thiopena, struktur dasar dari senyawa ini adalah struktur cincin dengan lima atom, salah satunya atom belerang.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa senyawa belerang yang terdapat di dalam minyak rafo bersifat kororsif dan tidak stabil. Oleh karena itu dalam proses destilasi minyak diusahakan
untuk menghilangkann atau menekan jumlah senyawa belerang agar pengkorosian tembaga yang berhubungan langsung dengan minyak transformator dapat dicegah
atau dikurangi.
3. Senyawa Nitrogen
Jumlah senyawa nitrogen yang terkandung dalam minyak cukup kecil, paling tinggi 0.8. Walaupun senyawa ini sangat sedikit terdapat dalam minyak, senyawa
ini memegang peranan yang sangat penting pada proses oksidasi yang bersifat katalis sehingga kehadirannya tidak diharapkan.
4. Asam Naphtena dan beberapa senyawa yang mengandung oksigen
Asam naphtena juga terdapat dalam minyak bumi dalam jumlah yang cukup besar. Sebagian besar diantaranya terbuang selama proses pemurnian minyak
sehingga jumlahnya tinggal sedikit sekali sekitar 0.02. Disamping asam-asam naphtena, minyak juga mengandung asam-asam dari senyawa alifatik dan aromatik
dalam jumlah yang kecil sekali, selain itu masih terdapat pula senyawa ester, alkohol, keton, peroksida.
5. Senyawa yang mengandung logam
Minyak trafo selalu mengandung garam-garam dari asam organik dan senyawa metal kompleks. Minyak juga mengandung logam besi, tembaga,
Universitas Sumatera Utara
aluminium, titanium, kalsium, molibdenum, timah, magnesium, krom dan perak walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit.
[14]
II.3. Jenis – Jenis Minyak Isolasi
Minyak isolasi terdiri dari beberapa jenis baik dari segi pembuatan maupun dari segi bahannya. Pembagian jenis isolasi ditentukan berdasarkan bahan dan cara
pembuatannya. Saat ini minyak isolasi yang sering digunakan adalah :
- Minyak isolasi mineral
- Minyak isolasi sintetis
[3]
II.3.1. Minyak Isolasi Mineral
Minyak isolasi mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya berasal dari minyak bumi yang diproses dengan cara destilasi. Minyak isolasi hasil destilasi
ini harus mengalami beberapa proses lagi agar diperoleh tahanan isolasi yang tinggi, stabilitas panas yang baik, mempunyai karakteristik panas yang stabil, dan memenuhi
syarat – syarat teknis yang lain.
Minyak isolasi mineral banyak digunakan pada transformator daya, kabel, pemutus daya CB, dan kapasitor. Dalam hal ini minyak isolasi dapat berfungsi
sebagai bahan dielektrik, bahan pendingin, dan pemadam busur api.
II.3.2. Minyak Isolasi Sintetis
Penggunaan minyak isolasi mineral masih memiliki keterbatasan karena memiliki sifat yang mudah beroksidasi dengan udara, mudah mengalami pemburukan
Universitas Sumatera Utara
serta sifat kimianya yang dapat berubah akibat kenaikkan temperatur yang terjadi ketika memadamkan busur api saat peralatan beroperasi. Penggunaan minyak isolasi
sintetis untuk masa akan yang datang diharapkan mampu menutupi keterbatasan – keterbatasan minyak isolasi mineral. Oleh sebab itu saat ini banyak dikembangkan
penelitian – penelitian tentang kemungkinan pemakaian dari beberapa jenis minyak isolasi sintetis pada peralatan tegangan tinggi.
Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diolah dengan proses kimia untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik. Sifat – sifat penting dari minyak
isolasi sintetis bila dibandingkan dengan minyak isolasi mineral adalah : 1.
Kekuatan dielektriknya diatas 40 kV. 2.
Harganya murah, sukar terbakar, dan tidak mengendap. 3.
Berat jenisnya adalah 1,56 dan jika dicampur dengan air, minyak isolasi berada di bawah permukaan air sehingga mempermudah dalam proses
pemurnian dan pemisahan kadar air dalam minyak. 4.
Mempunyai daya hantar panas yang sama dengan minyak isolasi mineral. 5.
Pada kondisi pemakaian yang sama dengan minyak mineral, uap lembab akan menyebabkan oksidasi yang berlebih serta penurunan kekuatan
dielektrik lebih cepat pada minyak sintetis bila dibandingkan dengan minyak mineral akan tetapi karena umurnya lebih panjang dan sifat pendinginnya
lebih baik, maka pada beberapa pemakaian minyak isolasi sintetis banyak digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah jenis – jenis minyak isolasi sintetis :
1. Askeral
Askeral adalah minyak isolasi sintetis yang tidak mudah terbakar apabila terjadi percikan api dan tidak menghasilkan gas yang mudah terbakar. Salah satu
jenis askeral yang banyak digunakan adalah dari jenis chlorinated hidrokarbon. Chlorinated hidrokarbon adalah hasil senyawa dari hidrokarbon seperti benzene
C
6
H
6
dan diphenyl C
6
H
5
- C
6
H
5
dengan atom clor Cl pada suhu tinggi sehingga sebagian atom hidrogen diganti oleh clor.
Kelebihan – kelebihan dari minyak askeral adalah : -
Mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi -
Mempunyai sifat thermal, sifat kimia, dan sifat listrik yang stabil Tetapi disamping itu minyak askeral memiliki kelemahan yaitu apabila terjadi
percikan api dapat menghasilkan asam klorida HCL yang bersifat korosif pada logam.
2. Silikon Cair Silicon Liquids
Minyak isolasi silikon cair adalah campuran dari atom silikon Si dan oksigen O
2
dengan bahan organic seperti methyl dan penhyl. Minyak isolasi silikon sebagai bahan isolasi cair mempunyai ketahanan yang baik terhadap temperatur yang
tinggi yaitu sekitar 200 ºC, mempunyai permitifitas yang rendah 2,20-2,27 dan juga tahan terhadap tegangan dengan frekuensi yang tinggi sampai 1 MHz. Oleh karena
sifat dielektrik tersebut silikon cair digunakan pada peralatan radar, penerbangan, dan
Universitas Sumatera Utara
transformator radio. Silikon cair juga digunakan untuk isolator keramik dengan tujuan memperbesar tahanan permukaan isolator.
Kekurangan dari isolator cair adalah menghasilkan gas yang banyak apabila terjadi percikan api yang akan menurunkan kekuatan dielektriknya. Selain itu minyak
isolasi ini relatif mahal sehingga jarang digunakan pada transformator tenaga yang besar.
3. Flourinasi Cair Flourinated Liquids
Flourinasi cair adalah jenis minyak isolasi yang bahan dasarnya adalah senyawa organik yang sebagian atom karbonnya telah diganti dengan atom flour F.
Dalam beberapa tahun ini telah dikembangkan beberapa senyawa flour organik, diantaranya adalah C
4
H
9 3
N dan C
4
F
9 2
O. Cairan ini mempunyai sifat kimia yang sangat stabil dan dapat digunakan secara kontiunitas pada suhu 200 ºC bahkan lebih.
Secara umum karakteristik listrik dari flourinasi cair adalah : •
Tg δ tidak lebih dari 0,0005 •
Resistivitas berkisar antara 10
14
- 10
17
Ω.cm •
Konstanta dielektrik 1,77 – 1,86 Cairan flour organik mempunyai transfer panas yang lebih baik dari minyak isolasi
tambang dan juga dari minyak isolasi silikon. Penggunaan minyak isolasi ini adalah pada peralatan elektronika dan transformator elektronik.
Kekurangan dari minyak isolasi ini adalah penurunan sifat – sifat dielektriknya yang disebabkan kandungan uap air dan mempunyai sifat mudah
Universitas Sumatera Utara
menguap. Minyak fluorinated mempunyai harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan minyak mineral.
4. Ester Sintetis
Jenis minyak ini adalah minyak isolasi cair yang diolah sedemikian rupa dari minyak paraffin untuk mendapatkan karakteristik elektrik yang lebih baik. Sehingga
didapatkan sifat – sifat seperti dibawah ini : •
Mempunyai sifat thermal yang lebih stabil •
Tidak mudah terbakar •
Dapat digunakan diatas suhu 300 ºC Ester yang digunakan dalam kelistrikan adalah terbuat dari proses kimia yang
lebih bersih seperti pentaerythrinol dan asam heptanoik. Hasil dari esterifikasi adalah minyak putih yang mempunyai struktur molekul yang simetris dan terbebas dari
kandungan ionik, sehingga mempunyai karakteristik listrik yang lebih baik.
II.4. Syarat – Syarat Minyak Isolasi
Menurut SPLN 49 – 91 : 1982 minyak isolasi harus memiliki beberapa syarat
[7-8]
, yaitu :
1. Kejernihan Appearance
Minyak tidak boleh mengadung suspensi atau endapan sedimen.
2. Massa Jenis Density
Nilai massa jenis minyak tidak boleh melebihi 0,859 gcm
2
pada suhu 20
o
C
Universitas Sumatera Utara
3. Viskositas Kinematik Kinematic Viscosity
Viskositas atau biasa disebut kekentalan sangat penting pada isolasi cair. Hal ini dikarenakan viskositas berpengaruh pada kemurnian isolasi cair banyaknya
kontaminan partikel padat dan pendinginan suatu peralatan listrik. Isolasi cair yang baik haruslah mempunyai viskositas yang rendah sehingga kemungkinan isolasi cair
terkontaminasi akan kecil. Selain itu jika viskositas isolasi cair rendah, proses sirkulasi isolasi cair pada peralatan listrik akan berlangsung dengan baik sehingga
akhirnya pendinginan inti dan belitan transformator dapat berlangsung dengan sempurna. Viskositas juga memegang peranan dalam menentukan kelas minyak.
Viskositas Kinematik tidak boleh melebihi batas yang ditunjukan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Nilai Viskositas Kinematik Berdasarkan Kelas Minyak
4. Titik Nyala Flash Point
Titik nyala juga tergantung dari kelas minyaknya, berikut nilai titik nyala dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Nilai Flash Point Minimun Berdasarkan Kelas Minyak
Kelas Minyak Flash Point Minimum
Kelas I 140
o
C Kelas II
130
o
C
Suhu Kelas
Minyak
Kelas I Kelas II
20
o
C -15
o
C -30
o
C 40 cSt
800 cSt -
25 cSt 1800 cSt
-
Universitas Sumatera Utara
5. Titik Tuang Pour Point
Minyak dengan titik tuang yang rendah akan berhenti mengalir pada suhu yang rendah. Titik tuang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan jenis
peralatan yang akan menggunakan minyak isolasi. Titik tuang juga bergantung pada kelas minyaknya, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3. Nilai Pour Point Minimun Berdasarkan Kelas Minyak
Kelas Minyak Pour Point Maksimum
Kelas I -30
o
C Kelas II
-45
o
C
6. Tegangan Tembus Breakdown Voltage
Tegangan tembus yang terlalu rendah menunjukan adanya kontaminasi berupa air, kotoran, atau partikel konduktif dalam minyak. Nilai tegangan tembus pada
minyak baru minimal 30 kV sebelum mengalami perawatan dan 50 kV setelah perawatan dengan jarak sela 2,5 mm.
7. Kandungan Air Water Content
Adanya air dalam minyak isolasi akan menurunkan tegangan tembus dan tahanan jenis minyak isolasi dan juga adanya air akan mempercepat kerusakan kertas
pengisolasi insulating paper.
8. Angka kenetralan
Angka kenetralan merupakan harga yang menunjukan penyusun asam minyak isolasi dan dapat mendeteksi kontaminasi minyak, menunjukkan kecendrungan
Universitas Sumatera Utara
perubahan kimia atau cacat atau indikasi perubahan kimia dalam bahan tambahan additive. Angka kenetralan dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan
apakah minyak sudah harus diganti atau diolah. Angka kenetralan tidak boleh melebihi dari 0,03 mg KOHgr.
9. Faktor Kebocoran Dielektrik Dielektrik Dissipation Factor
Harga yang tinggi dari factor ini menunjukan adanya kontaminasi atau hasil kerusakan deterioration product, misalnya air, hasil oksidasi, logam alkali, koloid
bermuatan dan sebagainya. Nilai maksimal untuk faktor kebocoran dielektrik adalah 0,05.
10. Korosi Belerang Korosive Sulphur
Pengujian ini menunjukan adanya kemungkinan korosi yang dihasilkan dari adanya belerang yang tidak stabil dalam minyak isolasi.
11. Tahanan Jenis Resistivity
Tahanan jenis yang rendah menunjukan terjadinya kontaminasi yang bersifat konduktif konductive contaminants.
12. Tegangan Permukaan Interfacial Tension = Dyne cm
Adanya kontaminasi zat yang terlarut dan gas bebas soluble contamination atau hasil – hasil kerusakan minyak umumnya menurunkan nilai tegangan
permukaan. Penurunan tegangan permukaan juga menurunkan indikator yang peka bagi awal kerusakan minyak.
13. Kandungan Gas
Adanya gas terlarut dan gas bebas dalam minyak isolasi dapat digunakan untuk mengetahui kondisi tranformator dalam keadaan operasi. Adanya gas seperti
Universitas Sumatera Utara
hydrogen H
2
, metana CH
4
, etana C
2
H
6
, etilen C
2
H
4
, dan asetilin C
2
H
2
menunjukan terjadinya dekomposisi minyak isolasi pada kondisi operasi, sedangkan adanya karbon dioksida CO
2
dan karbon monoksida menunjukan kerusakan pada beban isolasi.
14. Ketahanan Oksidasi Oxidation Stability
Nilai setelah mengalami oksidasi adalah : -
Angka kenetralan tidak lebih dari 0,4 mg KOHgr -
Kotoran tidak lebih dari 0,1 dari beratnya.
II.5. Persyaratan Umum Minyak Isolasi Pada Peralatan Listrik