3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perdarahan Postpartum 2.1.1. Definisi
Perdarahan postpartum adalah hilangnya 500 ml atau lebih darah pada kala tiga persalinan.
10, 11, 12, 13
2.1.2. Klasifikasi Perdarahan
postpartum dibagi
dua, yaitu
perdarahan postpartum dini dan perdarahan postpartum lanjutan. Perdarahan
postpartum dini adalah hilangnya 500 ml ataua lebih darah pada 24 jam pertama setelah persalinan. Sedangkan perdarahan postpartum
lambat adalah hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah 24 jam persalinan.
10, 11, 12, 13
2.1.3. Etiologi Perdarahan Postpartum Dini 2.1.3.1. Atoni Uteri
Kegagalan uterus untuk melakukan kontraksi dan retraksi secara efektif sehingga tidak mampu menutup
perdarahan dari tempat implantasi plasenta disebut atoni uteri.
10, 11, 13
2.1.3.2. Retensio Plasenta Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah
jam setelah bayi lahir disebut sebagai retensio plasenta.
11, 12, 13
Penyebab terjadinya retensio plasenta ada dua, yaitu fungsional dan patologi-anatomi. Penyebab fungsional
adalah his kurang kuat, hal ini merupakan penyebab terpenting dan plasenta adhesiva, yaitu plasenta sulit
dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga persalinan yang disebabkan adhesi kuat antara plasenta dan uterus.
Sedangkan penyebab patologi-anatomi dibagi tiga, yaitu plasenta akreta bila vilus plasenta melekat ke
miometrium, plasenta
inkreta bila
menginvasi miometrium dan plasenta perkreta bila menembus
miometrium.
10, 11, 12
Selama plasenta belum terlepas, maka tidak akan terjadi perdarahan. Namun, jika terdapat
sisa sebagian plasenta dalam uterus atau sebagian plasenta belum terlepas, maka dapat menyebabkan
perdarahan karena plasenta yang masih menempel pada uterus akan mengganggu kontraksi dan retraksi uterus.
12, 13
2.1.3.3. Laserasi Traktus Genitalis Perdarahan pada keadaan uterus berkontraksi kuat
merupakan bukti adanya laserasi traktus genitalis, retensio sisa plasenta, atau keduanya. Oleh karena itu
dilakukan inspeksi pada vulva, vagian dan serviks dengan spelukum.
10
Laserasi vagina biasanya longitudinal dan sering terjadi akibat tindakan forseps atau vakum, tetapi dapat
juga terjadi pada kelahiran spontan. Laserasi ini sering meluas ke dalam menuju jaringan di bawahnya dan dapat
menimbulkan perdarahan dan dapat diatasi dengan penjahitan. Laserasi dinding anterior vagina yang terletak
di dekat uretra sering terjadi. Laserasi ini sering superfisial dengan sedikit atau tanpa perdarahan.
10
Laserasi serviks terjadi pada lebih dari separuh kelahiran pervagina. Sebagian besar laserasi ini berukuran
kurang dari 0,5 cm. Robekan serviks kadang sampai ke segmen bawah uterus dan membuka parametrium
sehingga pembuluh-pembuluh darah besar terbuka dan menimbulkan perdarahan hebat.
10, 12
2.1.3.4. Koagulopati Koagulopati adalah kelainan pembekuan darah.
Paling sering disebabkan oleh solusio plasenta, tapi dapat ditemukan pada perdarahan postpartum. Kadar fibrinogen
wanita hamil 300-700 mg100 cc darah. Disebut hipofibrinogenemia bila di bawah 150 mg100 cc darah.
Jika di bawah 100 mg100 cc darah maka masuk ke dalam critical point dan terjadi gangguan pembekuan
darah.
12
Gangguan pembekuan darah dapat memperparah keadaaan-keadaan di atas.
10
2.1.4. Faktor Predisposisi Kehamilan dengan bayi besar, kehamilan multipel atau
polihidramnion menyebabkan overdistensi uterus.
10, 11, 12
Uterus yang mengalami overdistensi kemungkinan besar mengalami
hipotonia setelah persalinan sehingga rentan terjadi perdarahan postpartum.
10
Dikatakan polihidramnion atau hidramnion bila cairan amnion lebih dari 2000 ml. Ada 2 macam hidramnion, yaitu
akut dan kronik. Penambahan cairan ketuban dalam beberapa hari dan biasanya terjadi pada kehamilan bulan ke-4 atau ke-5, disebut
hidramnion akut. Bila penambahan cairan ketuban terjadi perlahan- lahan disebut hidramnion kronik dan merupakan bentuk yang
paling umum. Hidramnion dapat terjadi karena penambahan cairan lain ke ruang amnion seperti urinasi pada janin atau cairan otak
pada anensefal. Selain itu, pengaliran cairan amnion yang terganggu karena janin tidak menelan seperti pada atresia esofagus,
anensefal, juga menyebabkan terjadinya hidramnion.
12
Perlekatan plasenta yang abnomal yang menyebabkan plasenta sulit dilepas dapat terjadi pada keadaan implantasi di segmen
bawah uterus, di atas jaringan parut seksio sesarea atau insisi uterus, atau setelah kuretase uterus. Hal ini dapat menyebabkan
penatalaksanaan yang salah pada kala tiga, yaitu melakukan
pemijatan dan penekanan secara terus-menerus pada uterus sehingga mekanisme pemisahan plasenta tidak sempurna dan
pengeluaran darah meningkat. Selain itu, riwayat perdarahan postpartum sebelumnya juga dapat menyebabkan penatalaksanaan
yang salah pada kala tiga dan berakibat terjadinya perdarahan postpartum.
10
Banyak bahaya yang ditimbulkan bila ibu hamil mengalami anemia selama kehamilan, salah satunya timbul pada saat
persalinan. Hal ini dapat berupa gangguan kekuatan his, kala satu yang berlangsung lama sehingga terjadi partus terlantar, kala dua
yang berlangsung lama sehinggaterjadi kelelahan pada ibu, pada kala tiga terjadi retensio plasenta dan perdarahan postpartum akibat
atoni uteri dan kala empat terjadi perdarahan postpartum lanjutan.
6
Pada paritas tinggi, uterus cenderung bekerja tidak efektif dan efisien dalam semua kala persalinan sehingga berperan dalam
terjadinya perdarahaan postpartum.
10, 12
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam.9 Pada partus lama dapat menyebabkan kelelahan ibu dan
syok.
12, 13
Selain itu, beratnya cedera yang dialami akan meningkat dengan semakin lamanya partus sehingga terjadi kenaikan
insidensi atoni uteri, laserasi, perdarahan dan infeksi.
13
2.1.5. Akibat Ada 2 bahaya akibat perdarahan postpartum. Pertama, anemia
yang dapat memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya tahan tubuh pasien dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi
nifas. Kedua, jika perdarahan tidak dihentikan akan mengakibatkan kematian.
12, 13
2.1.6. Pencegahan Semua kehamilan memiliki risiko terjadi patologi persalinan,
salah satunya adalah perdarahan postpartum.
11
Oleh sebab itu, diperlukan dilakukan berbagai tindakan sebagai antisipasi.
2.1.6.1. Asuhan Antenatal Berdasarkan American Academy of Pedriatics dan
American College of Obstetricians and Gynecologists, jadwal kunjungan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 minggu, setiap 2-3minggu selama usia kehamilan 28-36 minggu dan tiap minggu pada usia
kehamilan di atas 36 minggu.
10
Sedangkan minimal jadwal kunjungan pada kehamilan normal adalah 4 kali.
Sekali kunjungan hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan selama kehamilan 28-36 minggu dan
dua kali kunjungan pada usia kehamilan di atas 36 minggu.
11
Bila kehamilan termasuk risiko tinggi yaitu menderita
penyakit medis,
riwayat kehamilan
sebelumnya buruk dan memiliki tanda-tanda malnutrisi, maka jadwal kunjugan harus lebih sering.
10, 11
2.1.6.2. Pertambahan Berat Penambahan
berat badan
selama kehamilan
sebaiknya tidak lebih dari 10-12 kg.
11
Penambahan berat badan yang lebih tinggi dari rekomendasi
menyebabkan bayi besar untuk usia kehamilan sehingga meningkatkan
dilakukannya seksio
sesarea.
10
Penambahan berat badan yang lebih rendah dari rekomendasi menyebabkan bayi kecil untuk usia
kehamilan sehingga dapat terjadi persalinan prematur dan berat bayi lahir rendah.
10
2.1.6.3. Nutrisi Metabolisme
yang tinggi
pada ibu
hamil membutuhkan kecukupan oksigenasi yang diperankan
oleh hemoglobin pada sel-sel darah merah. Oleh karena itu, dibutuhkan asupan zat besi yang mencukupi pada
ibu hamil untuk menjaga konsentrasi hemoglobin.
10
Zat besi merupakan nutrien yang kebutuhan selama
kehamilan tidak dapat dipenuhi hanya oleh diet.
11
Maka dari itu, diperlukan 30 mg suplemen besi setiap hari
sepanjang separuh terakhir kehamilan untuk memenuhi kebutuhan selama kehamilan dan melindungi simpanan
besi yang ada.
10, 11
Bila ibu hamil berbadan besar, memiliki janin kembar atau kadar hemoglobin rendah
diperlukan 60-100 mg suplemen besi. Dan bila ibu hamil mengalami anemia defisiensi besi diperlukan 200
mg suplemen besi dalam dosis terbagi.
10
Selain itu, asam folat dibutuhkan untuk pematang sel dan mencegah defek tabung saraf. Asam folat yang
dibutuhkan ibu hamil adalah 400 mikrogramhari.
10, 11
Oleh karena itu, diperlukan suplemen asam folat pada sebelum dan minggu-minggu awal kehamilan.
10
Selain itu, kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan
anemia megaloblastik pada ibu hamil.
11
2.1.6.4. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Berdasarkan ketetapan WHO, ibu hamil dikatakan
anemia bila kadar Hb kurang dari 11 gr. Pemeriksaan kadar Hb minimal dilakukan 2 kali selama kehamilan,
yaitu 1 kali pada trimester pertama dan 1 kali pada trimester ketiga. Penggolongan anemia berdasarkan
kadar Hb, yaitu 11 gr tidak anemia, 9-10 gr anemia ringan, 7-8 anemia sedang dan di bawah 7 gr anemia
berat.
6
2.2. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
1. usia ibu
2. pendidikan ibu
3. penghasilan keluarga
4. riwayat kehamilan
pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan postpartum dini
10
BAB III METODE PENELITIAN