Analisis Pengaruh Pendapatan Dan Anggaran Belanja Negara Terhadap Realisasi Anggaran Periode Tahun 2006 Sampai Dengan 2011 Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Kppn) Sidikalang

(1)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAN ANGGARAN BELANJA NEGARA TERHADAP REALISASI ANGGARAN PERIODE

TAHUN 2006 SAMPAI DENGAN 2011 PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

(KPPN) SIDIKALANG

TESIS

Oleh

JOHNY SIMANJUNTAK 087019092/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAN ANGGARAN BELANJA NEGARA TERHADAP REALISASI ANGGARAN PERIODE

TAHUN 2006 SAMPAI DENGAN 2011 PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

(KPPN) SIDIKALANG

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas sumatera Utara

Oleh

JOHNY SIMANJUNTAK 087019092/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAN ANGGARAN BELANJA NEGARA TERHADAP REALISASI ANGGARAN PERIODE TAHUN 2006 SAMPAI DENGAN 2011 PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SIDIKALANG

Nama Mahasiswa : Johny Simanjuntak Nomor Pokok : 087019092

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing;

(Dr. HB. Tarmizi, SU) (Dr. Parapat Gultom, MSIE Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) ( Prof. Dr. Ir.A Rahim Matondang,MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. HB. Tarmizi, SU

Anggota : 1. Dr. Parapat Gultom, MSIE 2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS 3. Dr. Endang Sulistya Rin, SE, M.Si 4. Dr. Muslich Lutfi, MBA


(5)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAN ANGGARAN BELANJA NEGARA TERHADAP REALISASI ANGGARAN PERIODE

TAHUN 2006 SAMPAI DENGAN 2011 PADA KANTOR

PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SIDIKALANG

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penelitian tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penelitian ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, peneliti bersedian menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Januari 2013 Penulis,


(6)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DDAN ANGGARAN BELANJA NEGARA TERHADAP REALISASI ANGGARAN PERIODE TAHUN

2006 SAMPAI DENGAN 2011 PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SIDIKALANG

ABSTRAK

Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam menyusun kebijakan dan memberikan pelayanan kepada publik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pendapatan dan belanja Negara secara parsial dan serempak berpengaruh terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang. Sementara itu yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendapatan dan belanja Negara secara parsial dan serempak terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang. Adapun data yang digunakan adalah data pendapatan belanja serta realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 16 dengan analisa deskriptif dan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja Negara berpengaruh signifikan terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan memilliki pengaruh yang lebih dominan terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang


(7)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF NATIONAL INCOME AND EXPENDITURE ON THE ACTUAL BUDGET IN THE PERIOD OF

2006-2011 AT THE STATE TREASURY SERVICE OFFICE SIDIKALANG

ABSTRACT

In order to increase the work performance and its institution, the Ministry of Finance has conducted the institutional change by increasing efficiency, effectiveness, and the productivity of bureaucratic performance in making the policy and in providing its service to the public.

The formula of the problems was whether Income and National Budget partially and simultaneously influenced the Actual Budget in the working unit of KPPN (State Treasury Service Office), Sidikalang. The aim of the research was to know to what extent the influence of the National Income and Expenditure partially and simultaneously influenced the Actual Budget in the working unit of KPPN, Sidikalang.

The data were gathered by using secondary data from KPPN, Sidikalang. The data used in the research were income and expenditure and the actual budget in the working unit of KPPN, Sidikalang.

The model used in the research was econometrical model with Ordinary Least Square (OLS). The data were processed by using an SPSS version 16 software program and analyzed descriptively. The hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis.

The result of the research showed that the National Income and Expenditure had significant influence on the Actual Budget in the working unit of KPPN, Sidikalang. The conclusion of the research was that Income had more dominant influence on the Actual Budget in the working unit of KPPN, Sidikalang.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul "ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAN ANGGARAN BELANJA NEGARA TERHADAP REALISASI ANGGARAN PERIODE TAHUN 2006 SAMPAI DENGAN 2011 PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN)SIDIKALANG

Dalam proses penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu DTM&H. MSc(CTM). Sp.A(k), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua Komisi Pembanding yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU dan Bapak Dr. Parapat Gultom, MSIE selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini

5. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA serta Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, M.Si selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Gd.Komang Putrawijaya, SE Kepala KPPN Sidikalang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(9)

8. Bapak Mursyid staf pada KPPN Sidikalang yang telah membantu untuk memberikan data data untuk bahan penelitian

9. Khususnya Kepada Istri dan Anakku tercinta yang selalu menjadi penyemangat bagi saya dalam penyelesaian tesis ini.

10.Teman-teman Angkatan XIV Kelas Paralel A dan B di Program Studi Magister Ilmu Managemen Sekolah Pasca Sarjana Universistas Sumatera Utara atas motivasi dan kebersamaannya.

Semoga Allah SWT akan membalas seluruh amal dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Kita Semua.

Semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Medan, 31 Januari 2013 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Johny Simanjuntak , Lahir di Medan pada tanggal 1 Juli 1961, dari pasangan Alm.Willy Simanjuntak dan Lidya Tobing

Menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Budi Murni di Medan, tamat dan lulus tahun 1974, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Budi Murni di Medan , tamat dan lulus tahun 1977. Selanjutnya meneruskan Pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan , tamat dan lulus pada tahun 1981, melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 1 di Universitas Medan Area pada Fakultas Tehnik Jurusan Elektro, tamat dan lulus tahun 1988

Pada bulan Januari 1985 bekerja di Kementerian Keuangan pada Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Anggaran Medan. Bulan Juni 2005 pindah tugas ke Sibolga pada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Sibolga. Bulan Oktober 2005 pindah tugas ke Kalimantan Barat pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sanggau, Bulan Januari 2008 pindah tugas ke Sidikalang pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sidikalang. Bulan Oktober 2010 sampai sekarang bertugas di Medan pada Kantor Wilayah Direktorat jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2008 melanjutkan Strata 2 di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu Manajemen

Medan, 31 Januari 2013 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1. Penelitian Terdahulu ... 14

2.2. Kajian Teoritis ... 14

2.2.1. Laporan Keuangan ... 14

2.2.2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). ... 18

2.2.3. Pendapatan Negara ... 34

2.2.4. Belanja Negara ... 46

2.3. Kerangka Konseptual ... 54

2.4. Hipotesis ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

3.1.1. Tempat Penelitian ... 58

3.1.2. Waktu Penelitian ... 58

3.2. Sumber Data ... 58

3.3. Desain Penelitian ... 58

3.4. Variabel dan Definisi Operasional ... 59

3.4.1. Variabel Penelitian ... 59

3.4.2. Definisi Konseptual dan Operasional ... 60

3.5. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 63

4.1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Sidikalang ... 63

4.1.1. Luas dan Letak. ... 63

4.1.2. Keadaan Alam dan Topografi. ... 63

4.1.3. Perkembangan Perekonomian Kecamatan Sidikalang ... 64

4.1.4. Metode Pemecahan Data Insrukindo ... 65


(12)

4.2.1. Perkembangan Pendapatan Negara dari tahun

2006:1 sampai 2011:4 ... 68

4.2.2. Perkembangan Belanja Negara Tahun 2006:1 – 2011:4 ... 70

4.2.3. Perkembangan Realisasi Anggaran Satuan Kerja Tahu 2006:1-2011:4 ... 72

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 74

4.2.4.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 74

4.2.4.2. Hasil Multi Regresi linier ... 76

4.2.4.3. Uji-F Simultan ... 78

4.2.4.4. Uji-t Parsial ... 78

4.3. Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 81


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Tingkat Kuasa BUNKPPN Sidikalang Periode 2006-2010 ... 9

2.1. Struktur APBN Dan Realisasinya ... 20

2.2. Kelompok Penerimaan Perpajakan ... 39

4.1. Perkembangan Pendapatan Negara, Jumlah Belanj Negara dan Anggaran Satuan Kerja (Satker) Kecamatan Sidikalang 2006-20116 65 4.2. Perkembangan Jumlah Pendapatan Kecamatan Sidikalang 2006-2011 ... 69

4.3. Perkembangan Jumlah Belanja Kecamatan Sidikalang 2006 : 1 - 2011 : 4 ... 71

4.4. Perkembangan Anggaran Satuan Kerja (Satker) Kecamatan Sidikalang 2006 : 1 sampai dengan 2011 :4... 72

4.5. Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis ... 75

4.6. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis ... 77

4.7. Hasil Uji Determinasi Hipotesis... 77

4.8. Hasil Uji-F Secara Simultan Hipotesis ... 78


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Realisasi Penerimaan Dalam Negri ... 7

1.2. Grafik Realisasi Belanja Pemerintah Pusat KPPN Sidikalang ... 8

2.1. Kerangka Berfikir Realisasi Anggaran ... 55

2.2. Kerangka Penelitian ... 56

4.1. Perkembangan Pendapatan Negara Kecamatan Sidikalang Tahun 2006 :1 - 2011 : 4 ... 69

4.2. Perkembangan Jumlah Belanja Negara Kecamatan Sidikalang Tahun 2006 :1 -2011 : 4 ... 71

4.3. Perkembangan Realisasi Anggaran Satker Kecamatan Sidikalang Tahun 2006 :1- 2011: 4 ... 73

4.4. Hasil Uji Normalitas Hipotesis ... 74


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Data Penelitian ... 85 2. Output SPSS ... 87


(16)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DDAN ANGGARAN BELANJA NEGARA TERHADAP REALISASI ANGGARAN PERIODE TAHUN

2006 SAMPAI DENGAN 2011 PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SIDIKALANG

ABSTRAK

Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam menyusun kebijakan dan memberikan pelayanan kepada publik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pendapatan dan belanja Negara secara parsial dan serempak berpengaruh terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang. Sementara itu yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendapatan dan belanja Negara secara parsial dan serempak terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang. Adapun data yang digunakan adalah data pendapatan belanja serta realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 16 dengan analisa deskriptif dan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja Negara berpengaruh signifikan terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan memilliki pengaruh yang lebih dominan terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang


(17)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF NATIONAL INCOME AND EXPENDITURE ON THE ACTUAL BUDGET IN THE PERIOD OF

2006-2011 AT THE STATE TREASURY SERVICE OFFICE SIDIKALANG

ABSTRACT

In order to increase the work performance and its institution, the Ministry of Finance has conducted the institutional change by increasing efficiency, effectiveness, and the productivity of bureaucratic performance in making the policy and in providing its service to the public.

The formula of the problems was whether Income and National Budget partially and simultaneously influenced the Actual Budget in the working unit of KPPN (State Treasury Service Office), Sidikalang. The aim of the research was to know to what extent the influence of the National Income and Expenditure partially and simultaneously influenced the Actual Budget in the working unit of KPPN, Sidikalang.

The data were gathered by using secondary data from KPPN, Sidikalang. The data used in the research were income and expenditure and the actual budget in the working unit of KPPN, Sidikalang.

The model used in the research was econometrical model with Ordinary Least Square (OLS). The data were processed by using an SPSS version 16 software program and analyzed descriptively. The hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis.

The result of the research showed that the National Income and Expenditure had significant influence on the Actual Budget in the working unit of KPPN, Sidikalang. The conclusion of the research was that Income had more dominant influence on the Actual Budget in the working unit of KPPN, Sidikalang.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya, Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam menyusun kebijakan dan memberikan pelayanan kepada publik.

Pada tahun 2002 telah dilakukan langkah penataan organisasi yang dimulai dari pemisahan tugas dan fungsi penganggaran, formulasi kebijakan, perbendaha-raan, pengelolaan utang, serta tugas dan fungsi pengelolaan aset Negara.

Sebagai tindak lanjut atas pemisahan dan penajaman tugas dan fungsi tersebut, secara struktur Kementerian Keuangan saat ini terdiri dari: Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal, dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

Untuk memperkuat langkah tersebut, Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 telah merancangkan dilaksanakan Reformasi Birokrasi yang meliputi berbagai program prioritas dibidang: (i) penataan organisasi, (ii) penyempurnaan business process, dan (iii) peningkatan sumber daya manusia (SDM).


(19)

Fokus reformasi di Kementerian Keuangan RI yang dijalankan saat ini menitikberatkan pada dua aspek, yakni bidang keuangan negara dan reformasi birokrasi. Reformasi keuangan negara yang dilaksanakan itu didasarkan pada landasan hukum, antara lain UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Secara umum tugas pokok dan fungsi Kementerian Keuangan meliputi tiga hal. Pertama, pengelolaan keuangan negara (APBN) mulai dari kebijakan fiskal, kebijakan penerimaan dan belanja negara, serta pengelola pembiayaan risiko. Kedua,Kementerian Keuangan merupakan bendahara umum negara yang melaksanakan APBN, pengelolaan aset, pemberian jaminan, dan pelaporan atas pelaksanaan APBN. Ketiga, Kementerian Keuangan berfungsi sebagai regulator, baik regulasi pasar modal, pembinaan lembaga keuangan nonbank (asuransi, dana pensiun, penjaminan kredit, dan simpanan) maupun regulasi akuntan publik dan valuator (penilai) aset.

Sebagai Bendahara Umum Negara, berdasarkan tupoksi di atas Kementerian Keuangan wajib melaksanakan pelaporan atas pelaksanaan APBN, tujuannya untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yaitu dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah yang telah diterima secara umum. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan


(20)

dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan standar pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Sebagai langkah awal dari siklus anggaran yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, pemerintah sebagai pihak eksekutif setiap tahun menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagara (RAPBN) dan menyampaikan kepada pihak legislatif (DPR) untuk mendapatkan persetujuan. Setelah adanya Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagara (RAPBN) mendapat persetujuan maka akan disahkan menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagara (APBN) yang akan dijadikan sebagai dasar penyelenggaraan pemerintahan selama satu tahun kedepan, pihak eksekutif melaksanakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan anggaran tersebut. Pihak eksekutif bertanggungjawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada pihak legislatif dan rakyat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagara (APBN) merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja atau pembiayaan yang diperlukan. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Dengan demikian


(21)

fungsi anggaran dilingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena :

1. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.

2. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan dan pembiayaan yang diinginkan.

3. Anggaran menjadi landasan yang memiliki konsekuensi hukum. 4. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.

5. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai syarat pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.

Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governace), pengelolaan keuangan negara harus dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab. Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara yang dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.

Sejalan dengan hal itu Menteri Keuangan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan pejabat lain yang ditunjuk sebagai kuasa BUN bukan hanya sebagai kasir yang hanya berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak menilai penerimaan dan pengeluaran anggaran tersebut melainkan juga sebagai pengawas keuangan dan manajer keuangan.

Disamping kewenangan tersebut, juga diatur prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kas, perencanaan


(22)

penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan utang piutang, investasi, dan barang milik negara. Selain itu Menteri Keuangan mempunyai kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah, menyimpan uang negara dalam rekening kas umum negara pada bank sentral, serta ketentuan yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi pemanfaatan dana pemerintah.

Sebagai bentuk tanggung jawab atas penyelenggaraan pelaksanaan anggaran maka disusunlah laporan keuangan pemerintah yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 24 tahun tahun 2005 laporan keuangan tersebut disusun oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan dikuasakan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai Kuasa BUN di daerah yang mengelola secara langsung pendapatan dan belanja negara. Setiap bulan KPPN membuat laporan keuangan dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tingkat Kuasa BUN yang memuat Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), Neraca, Laporan Arus Kas dan Laporan Realisasi Anggaran, yang selanjutnya secara berjenjang dilaporkan ke eselon diatasnya. Dari 178 KPPN yang ada diseluruh Indonesia, LKPP Kuasa BUN yang dilaporkan dikonsolidasikanlah menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Bendahara Umum Negara (BUN). LKPP BUN inilah yang selanjutnya menjadi laporan keuangan pemerintah RI.

Tujuan umum laporan keuangan negara adalah untuk menyajikan informasi mengenai keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna


(23)

untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan :

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah;

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah;

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan pengguna sumber daya ekonomi;

4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran;

5. Menyediakan beragam informasi mengenai cara etitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintah;

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya;

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP ) Tingkat Kuasa BUN KPPN Sidikalang per 31 Desember 2011 menunjukan data pendapatan negara sebesar Rp.506.131.769.200,- adalah berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp. 503.966.470.200,- dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp.2.165.299.000,-, secara grafik dua jenis realisasi penerimaan tersebut dapat dilihat pada Grafik 1 sebagai berikut :


(24)

Sumber LKPP KPPN Sidikalang per 31 Desember 2011`

Gambar 1.1 Realisasi Penerimaan Dalam Negeri`

Sedangkan belanja negara per 31 Desember Tahun Anggaran 2011 di lingkungan wilayah kerja KPPN Sidikalang sebesar Rp 301.287.510.200,- yang terdiri dari : Belanja Pegawai sebesar Rp. 129.366.215.000,- Belanja Barang sebesar Rp.44.866.071.000,- sementara pada Belanja Modal diperoleh sebesar Rp.15.052.271.000,- Bantuan Sosial sebesar Rp. 104.547.347.000,- Belanja Dana Perimbangan Rp. 6.936.484.000,- dan Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian sebesar Rp. 519.122.200,- Secara grafik dapat dilihat pada Grafik 2 dibawah ini :

Rp.503.966 Rp 2.165

milyard,-PENERIMAAN PERPAJAKAN PNBP


(25)

Sumber LKPP KPPN Sidikalang per 31 Desember 2011 Gambar 1.2 Grafik Realisasi Belanja Pemerintah Pusat KPPN Sidikalang Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara maupun untuk menggerakan sektor riil masyarakat, maka pemerintah dituntut untuk menyajikan data atau laporan yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. LKPP merupakan laporan konsolidasi dari seluruh LKPP tingkat kuasa BUN yang disusun oleh seluruh KPPN di Indonesia. KPPN Sidikalang sebagai salah satu kuasa BUN di daerah telah menyusun laporan keuangan setiap tahunnya. LKPP tingkat kuasa BUN KPPN Sidikalang tahun 2006 sampai dengan 2011 menunjukan data sebagai berikut:

Rp129.366

milyard,-Rp 519.122 juta,- R6.936.milyard,-Rp.44.866 milyard

Rp44.866

milyard-Rp104.547 milyard

,-Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial Belanja Lain-lain

Belanja Dana Perimbangan Belanja Otonomi Khusus & Perimbangan


(26)

Tabel 1.1. Tingkat Kuasa BUNKPPN Sidikalang Periode 2006 – 2011 ( MilyarRupiah)

Tahun Pendapatan Negara

(Milyar Rupiah) Belanja Negara (Milyar Rupiah) Realisasi Anggaran Satker (Milyar Rupiah) Realisasi Anggaran (%)

2006 1058.641 963.190 988.691 103

2007 1001.691 1184.642 1206.515 102

2008 263.903 209.677 226.597 108

2009 493.963 322.869 356.639 110

2010 431.058 282.864 288.560 102

2011 505.612 300.768 280.091 93

Sumber : LKPP Tingkat KPPN Sidikalang periode 2006 sampai dengan 2011

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pendapatan negara yang masuk ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN) untuk membiayai belanja negara yang bersumber dari APBN dan Bantuan Luar Negeri terhadap realisasi anggaran yang akan dituangkan dalam bentuk tesis dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan dan Anggaran Belanja Negara Terhadap Realisasi Anggaran Periode Tahun 2006 Sampai Dengan 2011 Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.”

1.2. Perumusan Masalah

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) adalah sebagai sumber pembiayaan untuk pelaksanaan anggaran belanja negara. Anggaran Pendapatan merupakan estimasi penerimaan yang akan diterima dalam satu tahun anggaran, sedangkan anggaran belanja merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan untuk membiayai program dan kegiatan selama satu tahun anggaran Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tercapainya berbagai tujuan dan sasaran


(27)

pembangunan. Peranan strategis APBN tersebut berkaitan dengan fungsi utama kebijkan fiskal yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Dalam mencapai fungsi APBN maka pemerintah menyusun rencana program kerja yang dilaksanakan oleh Kementerian /Lembaga/Satker dalam bentuk Anggaran Belanja Negara.

Dalam pelaksanaan anggaran tersebut setiap Kementerian Negara/Lembaga/Satker harus menyusun Rencana Penyerapan Anggaran yang berisikan rencana penyerapan anggaran belanja dari kegiatan yang akan dilaksanakan . Dengan pola penyerapan anggaran tersebut dapat mendorong percepatan anggaran, sehingga fungsi APBN dapat segera terealisasi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Lambatnya penyerapan anggaran tentu akan mempengaruhi pelaksanaan program pemerintah, misalnya kebijakan fungsi APBN dalam melaksanakan fungsi alokasi anggaran yang diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhnan ekonomi (pro growth), menciptakan dan memperluas lapangan kerja (pro job), mengurangi kemiskinan (pro poor), dan pembanguan yang berwawasan lingkungan (pro environment).

Dengan adanya Rencana Penyerapan Anggaran maka Kementerian/Lembaga dapat melakukan pengendalian dan pengawasan

pelaksanaan kegitan dan penyerapan anggaran. Rencana Penyerapan Anggaran juga sebagai alat monitoring dan evaluasi untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan dengan cara membandingkan realisasi anggaran dan rencana penyerapan anggaran, sehingga dapat memberikan gambaran berupa deviasi antara rencana dengan Realisasi Anggaran dan permasalahan atau kendala dalam pelaksanaan


(28)

anggaran. Dari hasil monitoring dan evaluasi terhadap penyerapan anggaran maka Kementerian/Lembaga/Satker dapat melakukan laporan keuangan.

Berdasarkan Pasal 55 ayat(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran /Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan . Dan juga berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 24 Tahun 2005 Laporan Keuangan disusun oleh Menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan dikuasakan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai Kuasa BUN di daerah yang mengelola secara langsung pendapatan dan belanja negara. Setiap bulan KPPN membuat laporan keuangan dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tingkat Kuasa BUN yang memuat Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), Neraca, Laporan Arus Kas dan Laporan Realisasi Anggaran. Dari penjelasan diatas dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah tentang Pendapatan Negara, Belanja Negara, dan Realisasi Anggaran atas dasar Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tingkat Kuasa BUN, maka masalah yang telah diidentifikasi di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pendapatan Negara secara parsial berpengaruh terhadap realisasi anggaran pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang. 2. Apakah belanja Negara secara parsial berpengaruh terhadap realisasi anggaran


(29)

3. Apakah pendapatan dan belanja Negara secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi anggaran pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah di atas , maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendapatan Negara secara parsial terhadap realisasi anggaran pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh belanja Negara secara parsial terhadap realisasi anggaran pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendapatan dan belanja Negara secara simultan terhadap realisasi anggaran pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sarana menerapkan pengetahuan teoritis dalam praktek pengelolaan pendapatan dan belanja negara yang dapat mempengaruhi realisasi anggaran khususnya pengelolaan pendapatan negara untuk membiayai belanja negara yang semakin kompleks dari tahun ke tahun.


(30)

2. Sebagai refrensi bagi para peneliti yang akan memperdalam bidang yang sama yaitu tentang faktor yang mempengaruhi realiasi anggaran dan keuangan negara.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang dalam menganalisis realisasi anggaran terhadap potensi penerimaan negara yang ada di tingkat kuasa BUN KPPN Sidikalang.


(31)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sutarmin dalam tesisnya pada KPPN Sidikalang dengan judul “Analisis Hubungan Pendapatan dan Belanja Negara dengan Realisasi Anggaran (Study Kasus pada KPPN Sidikalang) ”, hasilnya menunjukan terdapat pengaruh antara Pendapatan dan Belanja Negara dengan Realiasasi Anggaran pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sidikalang. Kedua variable bebas tersebut berjalan seiring dengan variable terikat, artinya makin tinggi Pendapatan Negara yang dibarengi makin rendahnya belanja negara maka makin tinggi pula Realisasi Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaha- raan Negara Sidikalang.

2.2. Kajian Teoritis 2.2.1. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporamerupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan,

yang merupakan suatu ringkasan dari

selama tahun buku yang bersangkutan. Menurut Baridwan (2004 : 17) “laporan

keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”.


(32)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam bukunya yang berjudul Standard Akuntansi Keuangan (2004 : 2) menyebutkan bahwa “laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses

pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggung

jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada

b. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan seluruh pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan misal investor, pemilik, pemimpin perusahaan, pemerintahan dan kreditor. Tujuan laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah sebagai berikiut

1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2) Laporan Keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya yang secara umum menggambarkan pengaruh dari kejadian masa lalu.

3) Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen

(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.


(33)

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam keuangan tersebut berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Terdapat empat karakteristik pokok kualitatif laporan keuangan menurut IAI (2002, p.9-10)

1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tersebut.

2) Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan, informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3) Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable), informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur,

(faithfull representative) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar

diharapkan dapat disajikan. 4) Dapat dibandingkan


(34)

Pemakai harus dapat mempertimbangkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbadingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara relative, oleh karena itu pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan yang berbeda.

d. Ketebatasan laporan Keuangan

Menurut Harahap dalam buku Analisa Kritis atas Laporan Keuangan (2006:17) keterbatasan laporan keuangan meliputi enam hal yaitu:

1) Laporan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat, bukan masa kini

2) proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan

3) Laporan Keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak pastian

4) Laporan Keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas)

5) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah – istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akutansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan

6) informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan, umunya diabaikan

2.2.2 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

Laporan keuangan bukanlah semata kewajiban dari instansi-intansi swasta saja, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk membuat laporan keuangannya. Hal ini untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara. Namun laporan keuangan pemerintah memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan


(35)

laporan keuangan yang berlaku untuk umum. Laporan keuangan pemerintah disusun berdasarkan standard yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Bendahara Umum Negara menyusun laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan tentang pelaksanaan APBN secara tepat waktu dan memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dihasilkan melalui proses akuntansi, yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas (LAK) disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

3. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang dihasilkan melalui Sistem Pengendalian Intern yang memadai.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan laporan konsolidasi dari LKPP tingkat Kuasa BUN dari seluruh KPPN. LKPP disampaikan kepada DPR sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN oleh pemerintah. Sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP tersebut diaudit terlebih dahulu oleh BPK. Sesuai Pasal 30 UU No. 17/2003, Laporan Keuangan Pemerintah terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran (APBN) 2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan atas Laporan Keuangan 1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


(36)

Merupakan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu. LRA menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi disandingkan dgn anggaran dalam 1 (satu) periode, meliputi:

a) pendapatan, b) belanja, c) transfer,

d) surplus/defisit dan e) pembiayaan

Berikut ini merupakan contoh struktur APBN dan realisasinya:

Tabel 2.1. Struktur APBN Dan Realisasinya

APBN Realisasi APBN

A Pendapatan 900,00 950,00

B Belanja (Termasuk Transfer) 1.000,00 1.100,00 C Surplus/Defisit (A - B) (100,00) (150,00) D Penerimaan Pembiayaan 300,00 350,00 E Pengeluaran Pembiayaan (200,00) (150,00) F Pembiayaan Neto (D - E) 100,00 200,00

G SILPA (F - C) 50,00

Sumber LKPP KPPN Sidikalang per 31 Desember 2011


(37)

Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

Isi neraca: 1. Aset Lancar

a. Kas dan setara kas b. Investasi Jangka Pendek c. Piutang

d. Persediaan 2. Aset Non Lancar

a. Inverstasi Jangka Panjang b. Aset Tetap

c. Ast lainnya

3. Kewajiban Jangka Pendek 4. Kewajiban Jangka Panjang 5. Ekuitas Dana

a. Ekuitas Dana Lancar b. Ekuitas Dana Investasi 3) Laporan Arus Kas (LAK)

Menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Memuat seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang dianggarkan/tidak dianggarkan. Hanya disajikan unit yang memiliki fungsi perbendaharaan;

Selain itu Laporan Arus Kas juga memberi informasi tentang:

a) Arus masuk kas (pendapatan, penerimaan pembiayaan, penerimaan PFK); b) Arus keluar kas (belanja, pengeluaran pembiayaan, pengeluaran PFK); c) Saldo awal kas;


(38)

Ada beberapa manfaat Laporan Arus Kas yang antara lain: a) Indikator yang akan datang;

b) Alat menilai kecermatan estimasi penerimaan kas; c) Alat pertanggungjawaban;

d) Bahan evaluasi aktiva bersih/ekuitas Struktur Laporan Arus Kas:

Penyajian berdasarkan aktivitas: a) Aktivitas operasi;

b) investasi aset non keuangan; c) pembiayaan;

d) nonanggaran.

4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

a) CaLK disusun untuk menghindari kesalahpahaman pengguna yang beragam dalam memaknai LRA, Neraca, dan LAK

b) Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.

c) CaLK tidak terstruktur, tetapi berpotensi menjelaskan LRA, Neraca, dan LAK sehingga dapat dengan mudah dibaca oleh pengguna umum yang awam akuntansi tetapi penyusunan CaLK sangat dipengaruhi subjektivitas tentang seberapa banyak informasi yang dianggap memadai.

a. Manfaat Laporan Keuangan Pemerintah

Laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah setiap tahunnya memiliki manfaat yang sangat krusial. Baik bagi pihak internal pemerintah maupun pihak-pihak eksternal. Dengan adanya laporan keuangan akuntabilitas pemerintah jadi lebih


(39)

transparan sehingga jalannya pemerintahan dapat lebih terkontrol oleh masyarakat. Adapun manfaat Laporan keuangan adalah sebagai berikut:

5) Kebutuhan terhada p Laporan Keuangan;

a) Informasi keuangan merupakan suatu kebutuhan bagi para pengguna

(stakeholders);

b) Laporan keuangan disajikan kepada stakeholder untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan sosial, politik, dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil lebih berkualitas dan tepat sasaran;

c) Laporan keuangan merupakan cermin untuk melihat kondisi keuangan republik tercinta ini;

d) Neraca merupakan cermin utama untuk melihat apa yang ada di republik, terutama menyangkut hal-hal yang salah urus atau hal-hal yang tidak diurus maupun yang belum diurus;

6) Laporan Keuangan untuk Akuntabilitas Publik

a) Laporan keuangan merupakan gambaran adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan.

b) Akuntabilitas adalah “amanah” berarti pemangku kekuasaan adalah mereka yang terpercaya dan bertanggung jawab dalam mengelola sumberdaya publik yang diberikan kepadanya;

c) Tidakadanya laporan keuangan menunjukkan lemahnya akuntabilitas;

d) Lemahnya akuntabilitas megindikasikan lemahnya sistem, selanjutnya berimbas pada membudayanya korupsi sistematik;

7) Laporan keuangan untuk transparansi.

a) Era keterbukaan, teknologi informasi & komunikasi sedemikian maju, masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan berbagai informasi dengan biaya relatif murah.


(40)

b) Setiap rupiah uang publik harus dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat yang telah memberikan uangnya untuk membiayai pembangunan dan operasional pemerintahan;

c) Dalam hal pengelolaan uang publik, masyarakat semakin cerdas menuntut adanya transparansi.

d) Transparansi pengelolaan keuangan pemerintah merupakan tuntutan publik yang harus direspon secara positif.

b. Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah 1. Masyarakat;

Tujuan penyelenggaraan pemerintah adalah untuk mensejahterakan masyarakat, setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah hendaknya bertujuan dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itulah dengan adanya laporan keuangan masyarakat dapat dengan mudah menglihat bagaimana proses pemerintahan yang telah dilakukan oleh pemerintah apakah sudah sesuai dengan kepentingan masyarakat sehingga hal ini juga dapat berdampak politis bagi presiden sebagai kepala pemerintahan.

2. Para wakil rakyat;

Wakil rakyat sebagai pihak legislatif dan pengontrol jalannya pemerintahan tentunya memiliki kepentingan yang besar terhadap laporan keuangan pemerintah. Dari laporan keuangan inilah berbagai informasi mengenai jalannya pemerintahan dapat diperoleh. Sehingga kontrol dari para wakil rakyat menjadi lebih efisien. Laporan keuangan juga sebagai bentuk tanggungjawab


(41)

pelaksanaan anggaran negara yang disampaikan kepada anggota dewan wakil rakyat.

3. Lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

Agar jalannya pemerintahan dapat berjalan dengan baik maka diperlukan lembaga-lembaga pengawas yang bertugas mengontrol dan mengawasi jalannya pelaksanaan pemerintahan tersebut, terutama dalam hal pelaksanaan anggaran belanja agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap peraturan perudang-undangan yang berlaku. Laporan keuangan akan sangat berguna bagi para lembaga pengawas internal maupun eksternal dalam melaksanakan tugasnya. 4. Pemberi atau yang berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman

Laporan keuangan pemerintah berisikan ber bagai informasi tentang keadaan keuangan negara pada saat tersebut, sedikit banyak laporan keuangan juga dapat menggambarkan keadaan perekonomian dinegara tersebut sehingga laporan keuangan dapat dijadikan sumber informasi mengenai seberapa baik pengelolaan suatu anggaran disuatau negara. Para donatur dan investor dapat menggunakan laporan keuangan pemerintah sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan niatnya

5. Manajemen pemerintah

Dari laporan keuangan yang dihasilkan setiap tahun dapat dijadikan sebagai informasi manajemen yang penting bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan pemerintah selanjutnya. Laporan keuangan dapat dijadikan alat evaluasi kinerja sehingga segala kekurangan dan kelebihan yang telah dicapai dapat teridentifikasi dengan baik.


(42)

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas Pemerintah Pusat. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) inilah yang dijadikan sistem atau pedoman dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari Sistem Akuntansi

Sumber : Presentasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat oleh direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Gambar 2.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.

1) Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)

Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu:


(43)

1. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan LAK, Neraca KUN dan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas dan Laporan Perubahan Posisi Kas;

2. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan LRA dan Neraca SAU;

b) Sistem Akuntansi Utang Permerintah dan Hibah (SA-UPH) c) Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP)

d) Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP) e) Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD)

f) Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA- BSBL) g) Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK)

h) Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL)

Dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BUN, pengolahan data dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN yang terdiri dari :

a) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum Negara Daerah (UAKBUN-D KPPN);

b) Kantor Wilayah DJPBN selaku Unit Akuntansi Kuasa Koordinator Bendahara Umum Negara Kantor Wilayah (UAKKBUN-KANWIL); c) Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa

Bendahara Umum Negara Pusat (UAKBUN-P);

d) Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN) dan Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN);


(44)

e) Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

f) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

g) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

h) Direktorat Jenderal Anggaran selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

i) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

j) Badan Lainnya selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN).

2) Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga. Kementerian Negara/Lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan. Dalam pelaksanaan SAI, Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang,

Unit akuntansi keuangan terdiri dari:

a) Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA);

b) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Eselon1 (UAPPA-E1);

c) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Wilayah (UAPPA-W);


(45)

d) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA). Sedangkan Unit akuntansi barang terdiri dari:

a) Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB);

b) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon1 (UAPPB-E1); c) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wilayah (UAPPB-W); d) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).

3) Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk:

a) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum;

b) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi

yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas; c) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan

suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;

d) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

4) Ciri-ciri pokok Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sebagai berikut:


(46)

Cash Toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. b) Sistem Pembukuan Berpasangan

Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana.

Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.

c) Dana Tunggal

Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada Undang-undang APBN sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggung- jawabkan sebagai kesatuan tunggal.

d) Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.

e) Bagan Akun Standar

SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.


(47)

f) Standar akuntansi Pemerintahan (SAP)

SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam melakukan pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi dan pelaporan keuangan.

g) Kerangka Umum SAPP

Kerangaka umum Sistem Akuntasi Pemerintah Pusat (SAPP) disusun berdasarkan Bagan Akuntansi Standar (BAS).

5) Ruang lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) a) Lembaga Tinggi Negara

b) Lembaga-Lembaga Eksekutif

c) Pemda yang sumber dananya dari APBN

Yang tidak termasuk Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP): a) Pemerintah Daerah

b) Lembaga Keuangan Negara c) BUMN/BUMD

6) Prosedur pemrosesan data akuntansi dimulai dari:

a) KPPN memproses dokumen sumber untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa LAK, Neraca KUN, dan LRA. KPPN melakukan rekonsiliasi LRA dengan seluruh satuan kerja di wilayah kerjanya setiap bulan. KPPN menyusun Laporan Keuangan tingkat KPPN dan menyampaikannya beserta data akuntansi berupa ADK ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Khusus KPPN yang memproses data pengeluaran Bantuan Luar Negeri (BLN) menyampaikan Laporan


(48)

Keuangan beserta ADK-nya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

b) Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan penyusunan Laporan Keuangan berupa LAK, Neraca KUN, dan LRA berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan dari seluruh KPPN di wilayah kerjanya. Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan rekonsiliasi LRA dengan UAPPA-W di wilayah kerjanya setiap triwulan. Kanwil Ditjen Perbendaharaan mengirimkan Laporan Keuangan tingkat Kanwil beserta ADK-nya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. c) Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku kuasa Bendahara Umum

Negara (BUN) memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran Kas Umum Negara melalui BUN, serta menyampaikan laporan beserta ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

d) Direktorat Pengelolaan Dana Investasi memproses transaksi Investasi pemerintah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

e) Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman memproses transaksi piutang jangka pendek maupun piutang jangka panjang yang berasal dari pinjaman yang diteruspinjamkan baik kepada BUMN maupun perusahaan daerah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

f) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang memproses transaksi yang berhubungan dengan Utang Negara , Penerimaan dan Pengeluran


(49)

Pembiayaan serta hibah selanjutnya menyampaikan laporan beserta ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

g) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara memproses transaksi Barang Milik Negara, Penyertaan Modal Negara dan Investasi Permanen serta investasi pemerintah lainnya serta menyampaikan laporan dan ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

h) Direktorat Jenderal Anggaran memproses transaksi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga serta menyampaikan laporan dan ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

i) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memproses transaksi Transfer ke Daerah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

j) Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan melakukan konsolidasi seluruh laporan keuangan yang diterima dari Kanwil, laporan keuangan dari KPPN pengelola transaksi pengeluaran BLN, dan transaksi penerimaan dan pengeluaran melalui BUN.


(50)

Sumber : Presentasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Gambar 2.1 Alur Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

2.2.3. Pendapatan Negara

Berikut ini beberapa pandangan yang menegaskan arti konseptual dari pendapatan, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bukunya yang berjudul Standar Akuntansi Keuangan (2002: 23) mendifinisikan pendapatan sebagai berikut:

“Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk ini mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Menurut Baridwan (2004: 29) mengemukakan bahwa: “Pendapatan adalah Aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan


(51)

utangnya (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.”.

Sementara itu pengertian pendapatan menurut PP 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Adapun Sumber-sumber pendapatan Negara terdiri dari: 1. Penerimaan dalam negeri

a. Penerimaan Perpajakan

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

2. Penerimaan hibah A.Penerimaan Pajak

1) Pengertian Pajak

Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat

Selain pendapat diatas ada beberapa pengertian yang telah diberikan oleh para pakar perpajakan dari buku definisi pajak mengenai apa sebenarnya pajak tresebut, berikut beberapa diantaranya :


(52)

a) Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5) dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pendapatan mendefenisikan , “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluran umum”. Lebih lanjut Rachmat Soemitro menjelaskan bahwa kata “dapat dipaksa” berarti bahwa bila hutang pajak itu tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan, terhadap pembayaran pajak itu tidak dapat ditunjukan adanya jasa timbal tertentu seperti halnya didalam restribusi.

b) Andriani, yang pernah menjabat Guru Besar Hukum Pajak pada Universitas Amsterdam (Belanda), menyatakan bahwa pajak adalah “ Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” Dari definisi Andriani ini terlihat bahwa pajak dianggap sebagai pengertian yang merupakan bagian dari suatu yang berupa pungutan. Dengan demikian pungutan lingkupnya lebih luas daripada pajak itu sendiri. Didalam definisi tersebut bahwa Andriani menekankan fungsi budgetair (keuangan) dari pajak.

c) Smeets dalam bukunya De Economisch Betekenis Der Belastingen yang telah diterjemahkan mengatakan : “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”. Definisi pajak yang


(53)

dikemukan Smeet tersebut terlihat menonjolkan adanya fungsi budgeter dari pajak, yakni untuk memaksukan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara. d) Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul “Pajak

Berdasarkan asas Gotong Royong”, Universitas Padjajaran Bandung, memberikan definisi pajak sebagai berikut : “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”

pajak negara dalam arti luas yang meliputi : a) Pajak penghasilan;

b) Pajak pertambahan nilai barang dan jasa c) Pajak bumi dan bangunan

d) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan e) Cukai

f) Bea masuk g) Bea materai

2) Karakteristik Pajak

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan beberapa ciri atau karakteristik dari pajak, adalah sebagai berikut :

a) Pajak dipungut berdasarkan adanya undang-undang ataupun peraturan pelaksanaannya;

b) Terhadap pembayaran pajak tidak ada kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara langsung;

c) Pemungutannya dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang oleh karenanya kemudian muncul istilah pajak pusat dan pajak daerah;


(54)

d) Hasil dari uang pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah baik pengeluaran-pengeluaran rutin maupun pengeluaran-pengeluaran pembangunan;

e) Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari rakyat ke dalam kas negara (fungsi budgeter), pajak juga mempunyai fungsi lain, yaitu fungsi mengatur.

Apa yang dikemukakan sebagai karakteristik pajak diatas terutama ditujukan untuk membedakan dengan pungutan-pungutan lain selain pajak. Karena pajak dapat dipandang sebagai sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak ke pihak lain, yakni dari rakyat selaku wajib pajak kepada pemerintah, maka dengan sendirinya tentu ada pihak yang melakukan pungutan atau menerima peralihan kekayaan itu, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Pemerintah sebagai penyelenggara kepentingan umum, yang sekaligus juga sebagai penguasa, pemerintah pulalah yang melakukan pemungutan.

3) Jenis-Jenis Pajak

Pajak dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis, dengan mempergunakan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan kewenangan pemungutannya, yaitu sebagai berikut:

h) Jenis Pajak dari Segi Administratif Yuridis

Penggolongan pajak dengan melihat dari sisi administratif yuridis akan menghasilkan apa yang sering dikenal dengan pajak langsung maupun pajak tidak langsung.

i) Jenis pajak berdasarkan titik tolak pemungutannya

Pembedaan pajak berdasarkan titik tolak pungutannya ini menghasilkan dua jenis pajak, yaitu pajak subyektif dan pajak obyektif. Pajak Subyektif adalah


(55)

pajak (wajib pajak). Sedangkan pajak obyektif adlah pajak yang pengenaannya berpangkal pada obyek yang dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus dicari subyeknya.

j) Jenis pajak berdasarkan sifatnya

Pembagian pajak berdasarkan sifatnya akan memunculkan apa yang disebut pajak pribadi dan pajak kebendaan. Pajak pribadi adalah pajak yang dalam penetapannya memperhatikan keadaan diri serta keluarga wajib pajak. Sedangkan pajak kebendaan adalah pajak yang pungutannya tanpa memperhatikan diri dan keadaan wajib pajak, pajak kebendaan ini umumnya merupakan pajak tidak langsung.

k) Jenis pajak berdasarkan kewenangan pemungutannya

Dengan berdasarkan pada kewenangan pemungutannya, pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (pajak pusat) dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (pajak daerah).

Berdasarkan Bagan Akuntansi Standart (BA) pengelompokan penerimaan perpajakan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Kelompok Penerimaan Perpajakan No. Jenis Pendapatan Pajak Kode

Akun

Keterangan 1 Pendapatan PPh Migas 411111 Pendapatan PPh Minyak Bumi

411112 Pendapatan PPh Gas Alam

411113 Pendapatan PPh Lainnya dari Minyak Bumi

411119 Pendapatan PPh Migas Lainnya 2. Pendapatan PPh Non-Migas 411121 Pendapatan PPh Pasal 21

411122 Pendapatan PPh Pasal 22 411123 Pendapatan PPh Pasal 22 Impor 411124 Pendapatan PPh Pasal 23

411125 Pendapatan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi 411126 Pendapatan PPh Pasal 25/29 Badan 411127 Pendapatan PPh Pasal 26


(56)

Negeri

411129 Pendapatan PPh Nonmigas Lainnya 3. Pendapatan PPN 411211 Pendapatan PPN Dalam Negeri

411212 Pendapatan PPN Impor 411219 Pendapatan PPN Lainnya

4. Pendapatan PPnBM 411221 Pendapatan PPnBM dalam Negeri 411222 Pendapatan PPnBM Impor 411229 Pendapatan PPnBM Lainnya 5. Pendapatan Pajak Bumi dan

Bangunan

411311 Pendapatan PBB Pedesaan 411312 Pendapatan PBB Perkotaan 411313 Pendapatan PBB Perkebunan 411314 Pendapatan PBB Kehutanan 411315 Pendapatan PBB Pertambangan 411319 Pendapatan PBB Lainnya 6. Pendapatan BPHTB 411411 Pendapatan BPHTB

7. Pendapatan Cukai 411511 Pendapatan Cukai Hasil Tembakau 411512 Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol

411513 Pendapatan Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol

411514 Pendapatan Denda Administrasi Cukai 411519 Pendapatan Cukai Lainnya

8. Pendapatan Pajak Lainnya 411611 Pendapatan Bea Meterai

411612 Pendapatan dari Penjualan Benda Materai 411619 Pendapatan Pajak Tidak Langsung Lainnya 9. Pendapatan Bunga

Penagihan Pajak

411621 Pendapatan Bunga Penagihan PPh 411622 Pendapatan Bunga Penagihan PPN 411623 Pendapatan Bunga Penagihan PPnBM 411624 Pendapatan Bunga Penagihan PTLL 10. Pendapatan Bea Masuk 412111 Pendapatan Bea Masuk

412112 Pendapatan Bea Masuk ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil) 412113 Pendapatan Denda Administrasi Pabean 412114 Pendapatan Bea Masuk dalam rangka

Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) 412119 Pendapatan Pabean Lainnya

11. Pendapatan Pajak/pungutan ekspor

412211 Pendapatan Pajak/pungutan ekspor

Sumber : Tabel Bagan Akuntansi Standar (BAS)

4) Fungsi Pajak

Pada umumnya dikenal dua fungsi utama dari pajak , yaitu: a. Fungsi Anggaran

Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan memasukkan dana yang sebasar-besarnya ke dalam kas negara.


(57)

Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat ke arah yang yang dikehendaki pemerintah. Pajak digunakan untuk mendorong dan mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.

B. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 1) Pengertian PNBP

Penerimaan negara bukan pajak sabagai salah satu bentuk penerimaan negara telah diatur dengan Undang-undang No. 20 tahun 1997, pengertian penerimaan negara bukan pajak menurut pasal 1 angka 1 adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat tidak berasal dari penerimaan pajak.

Penerimaan negara bukan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang pemungutannya dilakukan berdasarkan peraturan dibawah undang – undang, seperti peraturan pemerintah maupun keputusan menteri yang berlaku pada departemen atau lembaga non departemen yang bersangkutan. Pemberlakuan bersifat sektoral karena berdasarkan kebijakan pimpinan departemen atau lembaga non departemen masing-masing. Kebijakan itu bergantung pada kepentingan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan pemanfaatan sumber daya alam.

Sedangkan Penerimaan Negera Bukan Pajak menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 pasal 1 angka 1, yaitu seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

2) Klasifikasi PNBP

Sesuai dengan PP no. 22 tahun 1997, PNBP dibagi menjadi dua bagian: a) PNBP Umum


(58)

PNBP ini merupakan PNBP yang pelaksanaan pemungutannya ada di seluruh Kementerian Negara/Lembaga. PNBP ini terdiri dari:

1. Penyelesaian pekerjaan pemerintah.

2. Penerimaan dari hasil Penerimaan kembali belanja TAYL.

Penerimaan kembali belanja yang diterima pada periode berikutnya dengan mata anggaran 423911 (pendapatan Lain-lain).

a. Penerimaan hasil penjualan barang /kekayaan negara. b. Penerimaan hasil penyewaan barang /kekayaan negara. c. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro).

d. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (Tuntutan Ganti Rugi dan Tuntutan Perbendaharaan).

e. Penerimaan denda keterlambatan penjualan dokumen lelang. b) PNBP Khusus

PNBP khusus adalah PNBP yang pelaksanaan pemungutannya hanya dilakukan oleh satu kementerian negara/lembaga tertentu yang mengacu kepada tugas pokok dan fungsi masing-masing kementerian negara/ lembaga yang bersangkutan. Untuk melakukan telaah terhadap Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan perlu diperhatikan PNBP khusus, karena tidak boleh PNBP khusus ini diterima oleh kementerian negara/lembaga yang tidak berhak. Sebagian dari PNBP khusus yang terdapat pada Kementerian Negara/Lembaga dapat dicontohkan sebagai berikut, antara lain:

1. Departemen Keuangan (015.06) yaitu MAP 421111 Pendapatan minyak bumi, 421211 Pendapatan bagian pemerintah dan penjualan gas alam,


(59)

422111 Pendapatan laba BUMN perbankan, 422121 Pendapatan laba BUMN non perbankan.

2. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (020) yaitu MAP 421211 Pendapatan Iuran Tetap, 421312 Pendapatan royalti batubara, 423113 Pendapatan penjualan hasil tambang.

3. Departemen Kehutanan (029) yaitu Pendapatan Kehutanan (mata anggaran 4214XXX) dan MAP 423142 Pendapatan Tempat Hiburan/Taman/ Museum dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA).

4. Departemen Kelautan dan Perikanan (032) yaitu Pendapatan perikanan (mata anggaran 4215XX).

5. Departemen Pertanian (018) yaitu MAP 423112 Pendapatan Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, 423112 Pendapatan Penjualan Hasil Peternakan dan Perikanan; Pendapatan dari Pendaftaran Pestisida, Royalti Hasil Penelitian dan Pembuatan Label Obat-obtan pertanian/Peternakan;nMAP423145nPendapatannSensor/karantina,npenga wasan/periksaannuntuknpendapatannsensor/karantina,npengawasan,npeme riksaan.

6. Kejaksaan Agung (006) yaitu MAP 423114 Pendapatan penjualan hasil sitaan/rampasan dan harta peninggalan.

7. Departemen Pekerjaan Umum (033) yaitu MAP 423123 Pendapatan penjualan sewa beli.

8. Departemen Pendidikan Nasional (023) yaitu MAP 423142 Pendapatan tempat hiburan/taman/museum dan pungutan usaha pariwisata alam (PUPA); MAP 423145 Pendapatan sensor/karantina, pengawasan atau


(60)

pemeriksaan untuk pendapatan sensor atau juga karantina, pengawasan, pemeriksaan.

9. LIPI (079) yaitu MAP 423142 Pendapatan tempat hiburan /taman/museum dan pungutan usaha pariwisata alam (PUPA).

10. Departemen Hukum dan HAM (013) yaitu MAP 423143 Pendapatan surat keterangan, visa, paspor, SIM, STNK, dam BPKB; MAP 423144 Pendapatan hak dan perijinan untuk pendapatan dari permintaan hak paten, hak cipta maupun perpanjangan merek; MAP 423156 Pendapatan uang pewarganegaraan.

11. Departemen Perindustrian/Perdagangan (019 dan/atau 090) yaitu Pendapatan wajib daftar perusahaan, pengujian mutu barang dan sertifikasi mutu barang; MAP 423145 Pendapatan sensor/karantina, pengawasan /pemeriksaan untuk pendapatan sensor/karantina, pengawasan, pemeriksaan.

12. Departemen Perhubungan (022) yaitu biaya hak penggunaan frekuensi radio, biaya ijin amatir radio, MAP 423148 Pendapatan jasa bandar udara, kepelabuhan, dan kenavigasian, 423152 Pendapatan jasa telekomunikasi. 13. Departemen Tenaga Kerja (026) yaitu Pendapatan hak dan perijinan

tenaga kerja.

14. BPN (056) yaitu Pendapatan hak dan perijinan pertanahan.

15. Departemen Kesehatan (024) yaitu MAP 423145 Pendapatan sensor/karantina, pengawasan/pemeriksaan untuk pendapatan sensor/ karantina, pengawasan, pemeriksaan di berbagai departemen (018, 019, 023, 024).


(61)

16. Pendapatan sesuai dengan tugas dan fungsi di seluruh departemen yaitu MAP 423146 Pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, informasi,pelatihan, teknologi, pendapatan BPN, pendapatan DJBC. Pendapatan tersebut meliputi pendapatan jasa teknologi sesuai dengan tugas dan fungsi di seluruh departemen. Pendapatan BPN (pelayanan pendaftaran tanah yang meliputi: pengukuran dan pemetaan tanah untuk pertama kali, pemeliharaan data pendaftaran tanah, pelayanan konsulidasi tanah secara swadaya, pelayanan redistribusi tanah, pelayanan periksaan tanah, pelayanan informasi pertanahan); jasa pekerjaan yang berasal dari cukai dan kepabeanan.

17. Departemen Agama (025) yaitu MAP 423147 Pendapatan jasa Kantor Urusan Agama .

18. Departemen Sosial (027) yaitu MAP 423153 Pendapatan iuran lelang untuk fakir miskin.

19. Departemen Dalam Negeri (011) yaitu Map 4223154 Pendapatan jasa catatan sipil.

20. Departemen Keuangan (015) yaitu map 423155 Pendapatan biaya penagihan pajak negara dengan surat paksa, MAP 423157 Pendapatan bea lelang, MAP 423158 Pendapatan biaya pengurusan piutang dan lelang negara.

21. Departemen Luar Negeri (011) yaitu Map 423161 Pendapatan dari pemberian surat perjalanan RI, 423162 Pendapatan dari jasa pengurusan dokumen konsuler.


(62)

2.2.4. Belanja Negara

a. Pengertian Belanja Negara

Berdasarkan UU No.17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara pasal1 angka 14 : “ Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih .

Berdasarkan PP No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akutansi Pemerintah: “ Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara /Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pemebayarannya kemabali oleh pemerintah

Pasal 11 ayat 4 UU No.17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa: “ Belanja Negara dalam APBN digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas peemrintah pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pengeluaran Negara merupakan belanja yang masih harus dibayar dalam pedoman ini mencakup:

1) Kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang telah diterima kementerian negara/lembaga, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan pembayaran/pelunasan atas hak tersebut kepada pegawai dan/atau pihak ketiga selaku penyedia barang/jasa. Termasuk dalam hal ini adalah kewajiban kepada pegawai dan barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya.


(63)

2) Kewajiban yang timbul akibat perjanjian/komitmen yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan yang ada, seperti belanja subsidi, bantuan sosial dan hibah, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan realisasi atas perjanjian/komitmen tersebut kepada pihak ketiga. Dalam hal ini mengatur kewajiban satu arah dari pemerintah tanpa ada hak atas barang/jasa yang diterima.

Belanja Yang Masih Harus Dibayar diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan, dan mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal dan dibukukan sebesar nilai nominal. Belanja Yang Masih Harus Dibayar dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi.

Transaksi ini pada umumnya muncul di satuan kerja pengguna anggaran dan satuan kerja BUN. Satker kerja pengguna anggaran dan satuan kerja BUN melaksanakan kegiatan inventarisasi atas seluruh utang yang ada pada tanggal neraca, sehingga perkiraan-perkiraan belanja yang masih harus dibayar dapat disajikan pada neraca tahunan dan semester satuan kerja kementerian negara/lembaga/BUN. Selain itu. utang kementerian negara/lembaga/BUN harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik mengenai kewajiban kementerian negara/ lembaga/BUN. Pengakuan Belanja Yang Masih Harus Dibayar hanya dapat dilakukan selama belanja telah dianggarkan.

b. Jenis-Jenis Belanja Yang Masih Harus Dibayar

Sesuai dengan bagan perkiraan standar, Belanja Yang Masih Harus Dibayar dapat dibagi menjadi:


(64)

1) Belanja Pemerintah Pusat Yang Masih Harus Dibayar (MA 21122); dan 2) Belanja Daerah Yang Masih Harus Dibayar (MA 21123).

Belanja Pemerintah Pusat Yang Masih Harus Dibayar dapat diklasifikasi- kan menjadi:

1) Belanja Pegawai Yang Masih Harus Dibayar.

Belanja Pegawai Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang timbul akibat hak atas pegawai, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/Polri dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai dengan saat penyusunan laporan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan pembayaran/ pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/komitmen tersebut. Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja pegawai adalah kode perkiraan 511, 512, dan 513.

Contoh belanja :

1) SK Kenaikan pangkat pegawai sudah ada, tetapi belum dicantumkan dalam Daftar Gaji/Tunjangan sampai dengan bulan Desember.

2) Honorarium Tim bulan Desember yang dibayar pada bulan Januari.

3) Lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan pegawai bulan Desember yang dibayar pada bulan Januari.


(65)

Belanja Barang/Jasa Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang timbul akibat hak atas pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh kementerian negara/lembaga/pemerintah untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti alat tulis kantor, pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang sifatnya non fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga, pengadaan inventaris kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur oleh pemerintah pusat/daerah dan pengeluaran jasa non fisik seperti pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan pembayaran/ pelunasan/realisasi atas hak /perjanjian/komitmen tersebut. Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja barang/jasa adalah kode perkiraan 521, 522.

Contoh:

a) Tagihan atas pemakaian telepon, listrik, yang belum dibayar sampai dengan tanggal penyusunan laporan. (refer ke SE)

b) Tagihan atas pemberian makanan bagi para tahanan/narapidana.

3) Belanja Pemeliharaan Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang timbul akibat hak atas pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh kementerian negara/lembaga/pemerintah yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya, namun sampai pada akhir periode pelaporan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan, 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akutansi Indonesia. 2002. Standar Akutansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akutansi Indonesia. 2002. Standar Akutansi Keuangan. Bumi Aksara, Jakarta.

Ikatan Akutansi Indonesia. 2003. Standar Akutansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akutansi Indonesia. 2004. Standar Akutansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Kementerian Sekretariat Negara. 2004. Undang_Undang No. 17 Tahun 2003. Tentang Keuangan Negara. Sinar Grafika, Jakarta.

Kementerian Sekretariat Negara. 2004. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004, Tentang Pembendaharaan Negara. Sinar Grafika, Jakarta.

Kementerian Sekretariat Negara. 2004, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004. Tentang pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Sinar Grafika, Jakarta.

Kementerian Hukum dan Ham. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005, Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Fokus Media, Jakarta.

Kementerian Hukum dan Ham 2005. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Direktorat Jenderal Anggaran.

Kementerian Keuangan. 2007. Peraturan Menteri Keuangan No.171/PMK.05/2007, Tentang Sistem Akutansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Kementerian Sekretariat Negara. 1997. Undang-Undang 20 Tahun 1997, Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Badan Pemeriksaan Keuangan Pusat. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat, BPFE,


(2)

Sumitro, Rohmat. 1990. Azas Dan Dasar Perpajakan. PT Eresco, Bandung.

Sugiarto. 1999. Definisi Pajak Menurut Beberapa Ahli. Erlangga, Jakarta.

Zaki, Baridwan. 2004, Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.


(3)

Lampiran 1. Data Penelitian

Tahun Pendapatan Negara (Milyar Rupiah) Belanja Negara (Milyar Rupiah) Realisasi Anggaran Satker (Milyar Rupiah) Realisasi Anggaran (%)

2006 1058.641 963.190 988.691 103

2007 1001.691 1184.642 1206.515 102

2008 263.903 209.677 226.597 108

2009 493.963 322.869 356.639 110

2010 431.058 282.864 288.560 102

2011 505.612 300.768 280.091 93

Sumber : LKPP Tingkat KPPN Sidikalang periode 2006 sampai dengan 2011

Sumber : Akuntansi Umum Laporan Realisasi Anggaran (Dalam Rupiah)

Kuartal Pendapatan Negara (Milyar Rupiah) Belanja Negara (Milyar Rupiah)

Realisasi Anggaran Satker (Milyar

Rupiah)

2007 :1 255.76 275.40 281.21

2007 :2 252.20 289.24 294.82

2007 :3 248.64 303.08 308.44

2007 :4 245.08 316.92 322.05

2008 :1 135.14 143.82 148.52

2008 :2 89.03 82.89 87.27

2008 :3 42.92 21.95 26.03

2008 :4 3.19 38.98 35.22

2009 :1 101.92 75.38 76.97

2009 :2 116.30 84.57 85.10

2009 3 130.68 93.75 93.22

2009 :4 145.06 102.94 101.35

2010 :1 113.66 77.63 78.52

2010 :2 109.73 73.02 74.27

2010 :3 105.80 68.41 70.01

2010 :4 101.87 63.80 65.76

2011 :1 119.41 73.51 70.82

2011 :2 124.07 74.63 70.29

2011 :3 128.73 75.75 69.76


(4)

Lampiran 2. Output SPSS

a. Uji-F Hipotesis

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.845E22 2 1.423E22 6.675 .0217a

Residual 1.444E23 17 8.496E21

Total 1.729E23 19

a. Predictors: (Constant), BELANJA, PENDAPATAN b. Dependent Variable: SATKER

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2 Sig. F Change

1 .706a .498 .426 9.21711E10 .706 6..675 2 17 .0217 1.860

a. Predictors: (Constant), BELANJA, PENDAPATAN b. Dependent Variable: SATKER

b . Uji-t Hipotesis

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient s

t Sig.

95.0% Confidence

Interval for B Correlations

Collinearity Statistics B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) 1.565E11 8.140E10 1.923 .071

-1.524E10

3.282E11

PENDAPATAN 6.646 2.563 .614 5.813 .048 .762 10.053 .220 .402 .402 .628 2.338 BELANJA 31.932 20.133 .521 4.536 .043 73.409 11.546 .056 .349 .341 .628 2.338 a. Dependent Variable: SATKER


(5)

c. Hasil Uji Normalitas

`

d. Hasil Uji Multikolineritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah .628 2.338


(6)

Dokumen yang terkait

Sistem Pengawasan Internal Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pada Kantor Pelayanan Dan Perbendaharaan Negara Pematang Siantar

0 32 77

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN DAYA SERAPAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA DI WILAYAH PEMBAYARAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) JEMBER

1 12 114

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN DAYA SERAPAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA DI WILAYAH PEMBAYARAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) JEMBER

0 6 13

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 13 131

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surakarta IMG 20151123 0001

0 0 1

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 11

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Pendapatan Dan Anggaran Belanja Negara Terhadap Realisasi Anggaran Periode Tahun 2006 Sampai Dengan 2011 Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Kppn) Sidikalang

0 0 43

1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Pendapatan Dan Anggaran Belanja Negara Terhadap Realisasi Anggaran Periode Tahun 2006 Sampai Dengan 2011 Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Kppn) Sidikalang

0 0 13

Analisis Pengaruh Pendapatan Dan Anggaran Belanja Negara Terhadap Realisasi Anggaran Periode Tahun 2006 Sampai Dengan 2011 Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Kppn) Sidikalang

0 0 15