untuk menggantikan semen penggunaan umum untuk pekerjaan yang mendesak. Cocok untuk pekerjaan dimusim dingin. Biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan,
pekerjaan pembuatan jalan, dan produk semen.
4.Tipe IV Semen jenis rendah Pada semen Portland tipe IV, kalor hidrasi lebih rendah l0 kal dari pada semen
pengeras pada panas sedang, ditentukan dibawah 60 kal selama 7 hari dan dibawah 70 kal yaitu 28 hari ASTM. Memberikan kalor hidrasi minimum seperti semen untuk
pekerjaan bendungan. Kegunaannya yaitu digunakan pada struktur-struktur dam dan bangunan masif. Dimana panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor
penentu bagi kebutuhan beton.
5.Tipe V Semen tahan sulfat Semen portland tipe V mempunyai C
3
S dibawah 50 dan C
3
A dibawah 50 ASTM. Diusahakan agar kadar C
3
A minimum untuk memperbesar ketahanan terhadap sulfat. Biasanya dipakai untuk pekerjaan beton dalam tanah yang
mengandung banyak sulfat dan yang berhubungan dengan air tanah dan pelapisan dari saluran air dalam terowongan.
Chu Kia Wang, 1993
Kekuatan dari pasta semen-air yang telah mengeras nantinya akan menentukan kekuatan beton karena dengan agregat yang kuat, perpatahan terjadi diantara partikel
pasir. Oleh karena itu, pada dasarnya jalanan masuk yang terbuat dari adukan semen dan air akan sama kuatnya dengan adukan semen, air dan agregat. Akan tetapi jika
ditinjau dari segi biaya kurang menguntungkan. Oleh karena itu adukan semen-air dicampur dengan bahan agregat yang lebih kuat dan murah. Lawrence H.Van Vlack,
l989
2.4 Agregat
Agregat yang dapat dipakai untuk beton harus memenuhi syarat-syarat : 1. Agregat tersebut bersih
2. Keras 3. Bebas dari sifat penyerapan secara kimia
Universitas Sumatera Utara
4. Tidak bercampur dengan tanah liat lumpur 5. Distribusigradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan- ketentuan yang berlaku
Agregat mengisi 60-80 dari volume beton. Oleh karena itu karakteristik kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, durabilitas, berat, biaya produksi dan lain-lain.
Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari
sifat batuan induk. Sifat-sifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi petrografik, berat jenis, kekerasan hardness, kekuatan, stabilitas fisik dan
kimia, stuktur pori, warna dan lain lain. Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk partikel, tekstur dan
absorpsi permukaan.
Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk yang menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi. Keuntungan digunakannya agregat pada beton, menghasilkan beton yang murah, menimbulkan sifat volume beton yang stabil seperti mengurangi susut,
mengurangi rangkak dan memperkecil pengaruh suhu.
Tabel 2.6 Rangkuman Jenis-jenis Agregat Beton
Kategori berat Jenis-jenis agregat
Aplikasi Densitas Beton
kgm
3
Berat ringan
Densitas partikel 2100 kgm
3
Vermikulit Perlit
Beton serat 500 s.d. 1000
Scoria Batu apung
Sintered pulverised fuel ash
Struktur Beton Ringan
1000 s.d. 1500
Ampas pembakaran gabus Expanded shales
Expanded lempung Struktur Beton
Ringan 1500 s.d. 1800
Berat normal
Densitas partikel Pasir
kerikil batu
Struktur Beton Normal
2000 s.d. 2600
Universitas Sumatera Utara
≥ 2100 kgm
3
Sangat berat
Densitas partikel 3000 kgm
3
Limonite Barytes
Magnetite Steel punchings
Pelindung Radiasi 3000 s.d. 5000
Beton dapat terdiri dari partikel agregat yang ukurannya berkisar pada daerah ukuran tertentu sampai suatu ukuran maximum, yang biasanya berada diantara ukuran 10 mm
sampai 50 mm.
Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu:
1. Kasar, yaitu agregat yang batas bawah pada ukurannya
≥ 4.75 mm 2. Halus, batas bawah ukuran pasir adalah 0.075 mm sedang batas atas ukuran
pasir adalah 4.75 mm
2.4.1 Jenis – jenis agregat Agregat dapat diklasifikasikan menurut kriteria dibawah ini Nugraha, 2007
a. Ukuran dan produksi Perbedaan antara garegat kasar dan halus adalah ayakan 5 mm atau 316”.
Agregat halus adalah agregat yang lebih kecil dari ukuran 5 mm dan agregat kasar adalah agregat dengan ukuran lebih besar dari 5 mm. Agregat dapat
diambil dari batuan alam ukuran kecil ataupun batu alam besar yang dipecah. b. Kepadatan
Tidak ada batas yang jelas antra agregat biasa dengan agregat ringan atau agregat berat. Pengelompokan umum dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.7 Jenis agregat berdasarkan Kepadatannya. Jenis
Kepadatan kgm
3
Ringan 300 – 1800
Sedang 2400– 3000
Berat 4000
Sumber : Nugraha, 2007
Universitas Sumatera Utara
Perlu dibedakan antara kepadatan density agregat dengan kepadatan beton. c. Petrologi
Klasifikai menurut BS 812 yang membaginya ke dalam kelompok Artifisial, Basalt, Flint, Gabbro, Granit, Gristone, Hornfels, batu kapur, Prophyry,
Quartzite, dan Schist. d. Minerologi
Menurut ASTM C294, klasifikasi komposisi mineral semen portland adalah demikian : felpspars, mineral-mineral silika, karbon, sulfat, besi sulfida, besi
magnesia, zeolit, oksida besi dan mineral tanh liat.
2.4.1.1 Agregat Halus
Agregat halus adalah pengisi yang berupa pasir, agregat yang terdiri dari butir- butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Dipohusodo,l999
Pasir umumnya terdapat disungai-sungai yang besar. Akan tetapi sebaiknya pasir yang digunakan untuk bahan-bahan bangunan dipilih yang memenuhi syarat.
Syarat-syarat untuk pasir adalah sebagai berikut: 1. Butir-butir pasir harus berukuran antara 0,l5 mm dan 5 mm.
2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur dengan pengaruh perubahan cuaca atau iklim.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persentase berat dalam keadan kering.
4. Bila mengandung lumpur lebih dari 5 maka pasirnya harus dicuci. 5. Tidak boleh mengandung bahan organic, garam, minyak, dan sebagainya.
Pasir untuk pembuatan adukan harus memenuhi persyaratan diatas, selain pasir alam dari sungai atau galian dalam tanah terdapat pula pasir buatan yang dihasilkan
dari batu yang dihaluskan dengan mesin pemecah batu, dari terak dapur tinggi yang dipecah-pecah dengan suatu proses.
Universitas Sumatera Utara
Agregat dinilai dari tingkat kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatan pada pasta semen, porositas dan penyerapan air
dapat mempengaruhi daya tahan beton terhadap serangan alam dari luar dan ketahanan terhadap penyusuitan selama proses penyaringan agregat. Daryanto, 1994
2.4.1.2 Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran lebih besar dari 5 mm. Agregat dapat diambil datri batuan alam ukuran kecil ataupun batu alam besar yang dipecah.
SII mensyaratkan modulus kehalusan agregat kasar antara 6,0 – 7,1. Gradasi agregat kasar untuk ukuran maksimum tertentu dapat divariasi tanpa berpengaruh besar pada
kebutuhan semen dan air yang baik. Karena variasi sulit diantipasi, sering lebih ekonomis untuk mempertahankan keseragaman penanganan daripada menyesuaikan
proporsi untuk variasi gradasi.
Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak lainnya. Agregat
kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik, dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen. Edward Nawy G, 1998
2.5 Air.