Tahap Persiapan UPACARA LABUHAN DI YOGYAKARTA

BAB III UPACARA LABUHAN DI YOGYAKARTA

3.1 Tahap Persiapan

1. Persiapan Upacara labuhan adalah merupakan kegiatan rutin yang setiap tahun selalu diselanggarakan oleh Keraton Yogyakarta. Upacara tersebut melibatkan banyak pihak. Dalam persiapan Non fisik Orang-orang yang terlibat dalam upacara tersebut harus mensucikan diri dengan puasa dan siraman jamas. Sedangkan dalam persiapan fisik, baik pihak kraton Yogyakarta, maupun pihak lain yang terlibat, mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam penyelenggaraan upacara labuhan tersebut. Persiapan yang dilakukan oleh pihak luar kraton seperti Pemerintahan daerah yaitu lokasi labuhan, yaitu untuk labuhan alit, di kabupaten bantul Propinsi DIY Kabupaten Bantul membawahi lokasi labuhan untuk parang kusuma. Kabupaten Sleman membawahi lokasi labuhan untuk Gunung Merapi. Kabupaten Karanganyar membawahi lokasi labuhan untuk Gunung Lawu, dan Kabupaten Wonogiri membawahi lokasi labuhan untuk Dlepih Kahayangan. Selain sarana dan prasarana yang di persiapkan Pemerintah daerah, juru kunci tempat penyelenggaraan tempat upacara labuhan juga menyediakan sarana dan prasarana tertentu, Seperti persiapan upacara labuhan di parang kusuma, di gunung merapi, gunung lawu, persiapan oleh juru kunci parang kusuma. 5 Universitas Sumatera Utara 2. Penyiapan Benda – Benda Labuhan Penyiapan benda-benda labuhan sudah dilakukan sejak dua hari sebelum pemberangkatan, yaitu bersamaan dengan hari penggorengan apem yang dipergunakan untuk selamatan Sugengan Tinggalan Dalem Jumenengan maupun untuk perlengkapan benda labuhan. Penyiapan benda-benda labuhan dilakukan di Bangsal manis dengan di pimpin oleh Pengegen II ketua II Widyabudaya. Pada hari itu, sekitar pukul 10.00 WIB ketua II KHP Widyabudaya menerima penyerahan benda-benda labuhan yang berasal dari KHP Widyabudaya, Keputaren Dan Bangsal Pengapit. Barang-barang yang berasal dari KHP Widyabudaya adalah panjenengan dalem yang telah dibungkus kain putih dan dipayungi dan sejumlah kain batik yang berwujud kain lebar maupun semekan. Barang-barang yang berasal dari Bangsal Pengapit berupa dua karung layon sekar dan sebuah petadhahan yang berisi layon sekar khusus dari pusaka Kanjeng Kyai Ageng Pleret. Adapun barang-barang yang berasal dari keputaren berupa sebuah karung berisi pakaian bekas milik Sri Sultan yang dikumpulkan selama satu tahun. Barang-barang tersebut lalu dikelompokkan menurut likasi labuhan, yaitu jika labuhan alit dikelompokkan menjadi tiga lokasi, sedangkan jika labuhan ageng dikelompokkan menjadi empat lokasi. Masing-masing kelompok diletakkan pada ancak yang sudah disediakan. Sebelum diisi, ancak-ancak tersebut terlebuh dahulu dilapisi dengan kertas warna putih. Barang-barang yang berwujud kain dikelompokkan sesuai dengan ketentuan. 6 Universitas Sumatera Utara Jika labuhan ageng dikelompokkan menjadi 5 ancak, sedangkan jika labuhan alit dikelompokkan menjadi 4 ancak. Pembagian tersebut untuk labuhan parang kusuma 2 ancak, untuk Gunug Merapi Gunung Lawu, maupun Dlepih masing-masing 1 ancak. Pada masing-masing ancak ditambah 1buah kantong berisi kemenyan, ratus, campuran dari berbagai minyak, param, dan sebuah amplop berisi uang tindhi.

3.2 Tahap Pelaksanaan