Simalungun Chihou No Damanik Myoji No Yurai

(1)

SIMALUNGUN CHIHOU NO DAMANIK MYOJI NO YURAI

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

EMALYANI DAMANIK NIM: 062203071

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

MEDAN 2009


(2)

SIMALUNGUN CHIHOU NO DAMANIK MYOJI NO YURAI KERTAS KARYA

Dikerjakan O

L E H

EMALYANI DAMANIK NIM: 062203071

Pembimbing Pembaca

Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D Adriana Hasibuan,SS.M.Hum

NIP 131422712 NIP131662152

Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar fakultas sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

MEDAN 2009


(3)

DISETUJUI OLEH :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program studi Bahasa Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan,SS.M.Hum

NIP 131662152


(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitian Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs.Syaifuddin,M.A,Ph.D NIP 132098531

Panitia

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan,SS.M.Hum (...) 2.Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D (...) 3. Adriana Hasibuan,SS.M.Hum (...)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini. Adapun judul dari kertas karya ini adalah “ASAL USUL MARGA DAMANIK DI SIMALUNGUN”.

Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa hasil tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan, baik ragam bahasa yang digunakan maupun kuantitas serta kualitas materi yang disajikan. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.

Seterusnya dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan, dukungan dan bantuan serta nasehat yang penulis terima selama ini dalam proses penyelesaian kertas karya.

1. Bapak Drs.Syahfuddin,M.A,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan,SS.M.Hum, selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Adriana Adriana Hasibuan,SS.M.Hum, selaku Dosen Wali, yang mengarahkan dan membimbing penulis demi peningkatan prestasi akademik penulis.

4. Bapak Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga yang membimbing penulis sehingga selesainya kertas karya ini.


(6)

5. Ibu Adriana Hasibuan,S,S,M.Hum., selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan kepada penulis.

6. Para Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Sastra Jurusan Bahsa Jepang USU yang mengarahkan dan membimbing penulis selama ini. 7. Kedua orangtua penulis serta saudara penulis, kak Icha,kak

tika,bang Ando, si lucu Tetsu dan Miming yang selama ini

menyayangi, membimbing serta mendukung setiap langkah penulis. 8. Seluruh sahabat terbaik penulis: Lidya Handayani Caniago,A.md.,

Imelda Mayestika Purba, Atika Nurmaya Sari,S.H., Kuncho chan tercinta yang selalu setia menemani penulis, Melon, Cen, Wisda, seluruh angkatan 2006, serta sahabat penulis yang lainnya. Akhirnya penulis berharap semoga kertas karya ini bermanfaat bagi semua pihak dan Tuhan memberkati.

Medan, Juni 2009 Penulis

Emalyani Damanik NIM.062203071


(7)

DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR ... i

2. DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan pemilihan judul ... 1

1.2 Tujuan penulisan ... 1

1.3 Pembatasan masalah... 2

1.4 Metode penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG SIMALUNGUN... 3

2.1 Geografi wilayah Simalungun ... 3

2.2 Etnik Simalungun ... 4

2.3 Agama ... 5

BAB III ASAL-USUL MARGA DAMANIK DI SIMALUNGUN ... 6

3.1 Sejarah marga damanik ... 6

3.2 Wilayah kerajaan ... 9

3.3 Perkembangan marga damanik di Simalungun ... 10

BAB IV KESIMPULAN SARAN ... 12

4.1 Kesimpulan ... 12

4.2 Saran ... 12 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Marga Damanik adalah marga asli dari daerah Simalungun. Damanik berasal dari dua kata yaitu ‘Da’ yang merupakan singkatan dari datu ( Dukun ) dan ‘Manik’ yang dalam simalungun memiliki arti berkharisma, agung, terhormat dan paling cerdas. Banyak sumber yang menceritakan bahwa nenek moyang marga damanik begitu juga marga asli Simalungun lainnya berasal dari luar Indonesia.

Marga damanik merupakan marga besar di Simalungun, oleh karena itu dalam kertas karya ini penulis tertarik untuk membahas asal usul marga damanik karena sejarah marga damanik banyak mengandung nilai-nilai kebudayaan yang perlu diketahui dan dilestarikan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk memperkaya pengetahuan pembaca yang selama ini mungkin belum mengetahui asal usul marga damanik secara mendalam.

2. Untuk mengangkat nilai-nilai kebudayaan yang terdapat dalam asal usul marga damanik.

3. Untuk melestarikan nilai-nilai sejarah marga damanik. 1.3 Pembatasan Masalah


(9)

Dalam kertas karya ini penulis membahas tentang asal usul marga damanik, wilayah kerajaan damanik dan perkembangan marga damanik

1.4 Metode Penulisan

Dalam menulis kertas karya ini, penulis menggunakan metode studi keperpustakaan (Library Research), yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku atau referensi yang berhubungan dengan sejarah marga damanik, selanjutnya data di analisa untuk dideskripsikan dalam bab dan sub bab yang menghasilkan kertas karya ini.


(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG SIMALUNGUN

2.1 Geografi wilayah Simalungun

Kabupaten Simalungun memiliki 30 kecamatan dengan luas 438.660 ha atau 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan yang paling luas adalah kecamatan Tanah jawa dengan luas 49.175 ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah kecamatan Dolok Pardamean dengan luas 9.045 ha. Keseluruhan kecamatan terdiri dari 306 desa dan 17 kelurahan. Di Kabupaten ini juga terdapat sebuah Universitas, yaitu Universitas Simalungun, tepatnya di jalan Sisingamangaraja. Batas wilayah Simalungun :

Disebelah Utara Daerah Kabupaten Deli Serdang

1. Disebelah utara kabupaten Deli Serdang 2. Disebelah timur daerah Kabupaten Asahan.

3. Disebelah selatan daerah Kabupaten Tapanuli Utara termaksud Pulau Samosir.

4. Disebelah barat daerah Kabupaten karo

Tinggi tanah Simalungun dari permukaan laut berkisar antara 40-1.400 m dan gunung yang tertinggi 2245 m. Suhu udara termasuk sedang, hujan banyak turun, angin berhembus dari dua jurusan dinamakan angin bahorok,dan angin gunung yang dari arah barat terasa sangat sejuk.


(11)

2.2 Etnik Simalungun

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari Sumatera utara. Simalungun berarti ‘sunyi’. Nama itu diberikan oleh orang luar karena pada saat itu penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain .

Orang batak toba menyebutnya ‘Balungun’ dan orang Karo menyebutnya batak timur karena bertempat disebelah timur daerah Karo.

Terdapat empat marga asli Simalungun yang populer dengan singkatan SISADAPUR,Yaitu:

 Sinaga  Saragih  Damanik  Purba

Dari keempat marga tersebut, tiap–tiap marga memiliki pembagian jenis lagi. Orang Simalungun tidak mementingkan soal ‘silsilah’ dalam adat, Karena penentu tutur Simalungun adalah tempat asal nenek moyang dan kedudukan atau peran dalam acara adat.


(12)

2.3 Agama

Sebelum masuknya missionaris agama Kristen pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam, sedangkan Simalungun barat menganut animisme (Kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari ‘datu’(dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan-panggilan kepada tiga dewa yaitu dewa diatas (dilambangkan dengan warna putih) dewa ditengah (dilambangkan dengan warna merah)dan dewa dibawah (Dilambangkan dengan warna hitam)).

Tiga warna yang mewakili warna buat dewa tersebut (putih,merah,hitam) mendominasi berbagai ornamen suku suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumah. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di berbagai tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti( Hindu) dan sang Budha yang menunggangi gajah ( Budha).

Sistem pemerintahan pada zaman dahulu dipimpin oleh seorang raja. Sebelum pemberitaan injil masuk, tuan rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak raja itu Tuhan dan raja adalah Allah yang kelihatan.


(13)

BAB III

ASAL USUL MARGA DAMANIK DI SIMALUNGUN

Sejarah marga Damanik

Sebelum terbentuknya kerajaan damanik di Simalungun, Beberapa Sumber sejarah mengatakan nenek moyang marga damanik dan juga marga simalungun lainnya, berasal dari Nagore (India timur) sekitar abad ke-5 menyusuri Birma, ke Siam dan Malaka dan selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur.

Dalam sejarah marga damanik dikatakan bahwa raja Nagur memiliki seorang putera yang mengalami kelainan fisik yaitu memiliki satu mata. Masyarakat setempat menentang akan kehadiran anak tersebut dan meminta raja untuk membuang puteranya, karena mereka percaya anak itu akan membawa bencana. Namun raja dan permaisuri bertekad untuk mengasuh puteranya sampai remaja. Pada masa remajanya banyak peristiwa aneh yang dilakukan oleh putera raja tersebut dan membuat resah masyarakat. Akhirnya raja mengizinkan puteranya mengembara untuk menuntut ilmu. Sang anak diberikan bekal seekor kerbau dan bahan lainnya. Dalam pengembaraannya kerbau tersebut diganti menjadi lembu, diganti lagi menjadi kuda, lalu kambing, hingga akhirnya diganti dengan ayam jagur (ayam berwarna kelabu dan berbulu ikal). Ayam tersebut merupakan ayam sakti yang tetap menang di medan laga. (Sampai sekarang keturunaan marga damanik masih ada yang mempercayai bahwa ayam yang memiliki ciri-ciri seperti ayam jagur tidak boleh dibunuh karena akan mendatangkan keberuntungan).


(14)

Putera raja itu selalu mengembara dari satu kampung ke kampung yang lain. Dia selalu memberikan pertolongan kepada masyarakat daerah yang dikunjunginya. Banyak julukan yang di berikan kepadanya karena namanya tidak diketahui .Dan karena keadaan matanya, ada yang menyebutnya Datu Parmata Manunggal, Raja Manualang,dll.

Orang sakti ini tidak pernah menetap di satu daerah, Dia selalu mengembara hingga orang sulit untuk menemuinya. Suatu hari orang sakti itu menunjukan diri di puncak gunung Dolog Sijambak Bahir ( Gunung Merangkul Langit ) 2245 m dari permukaan laut, orang yang melihatnya bersembah sujud. Agar orang sakti yang dianggap Tuhan itu tidak berlalu, maka diberikan seorang gadis cantik asal daerah itu untuk dinikahi.

Setelah menikah orang sakti itu pergi dan meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. Dia melewati hutan belantara yang sangat angker, hingga akhirnya tiba disatu daerah dan membuat perkemahan serta bekerja sebagai tukang besi. raja Jumorlang sebagai penguasa daerah itu tidak senang akan kehadirannya. raja Jumorlang memerintahkan panglimanya untuk menangkap orang sakti itu . Namun saat menjumpai orang sakti itu, panglima tersebut ketakutan. Akhirnya raja Jumorlang bertarung dengan orang sakti tersebut hingga raja Jumorlang meninggal dunia.

Agar kerajaan tetap berdiri maka rakyat dan panglima mengangkat orang sakti itu menjadi raja dan menikahi istri raja Jumorlang. Kemudian orang sakti itu membuat kerajaan yang diberi nama Siattar (Siantar sekarang ini) yang berarti sebagai pertanda sejarah kemenangan di medan perang .


(15)

Karena orang sakti ini merupakan orang yang di tuakan dan dianggap sebagai manusia yang mengetahui rahasia alam dan pribadi maka dia mendapat sebutan sebagai datu (dukun). Pada waktu memanjatkan mantera-mantera dalam upacara kepercayaan yang dianut pada masa itu, seorang datu selalu tampak menggunakan juba yang ditaburi manik-manik.

Sehingga damanik berasal dari datu parmanik-manik yang digunakan para keturunan orang sakti ini sebagai Marga. Karena telah menjadi raja Siattar maka orang sakti itu diberi nama : Raja namartuah marga damanik .

Menurut sejarah dan fakta hidup raja Jumorlang dengan raja Namartuah adalah satu nenek moyang , yaitu sama-sama keturunan dari raja Nagur.

Wilayah Kerajaan Damanik

Wilayah kerajaan Damanik tidak pernah lepas dari sejarah terbentuknya kota Siantar. Wilayah Siantar sekarang ini merupakan bagian dari kerajaan tersebut.

Susunan pemerintahan pada zaman kerajaan Siattar adalah :

1. Raja Tuan Dolog Malela dan tuan Bangun, langsung dibawah pemerintahan raja Siattar.

2. Wilayah tuan Nagahuta adalah tunduk pada kerajaan Siattar. 3. Wilayah Tuan Sipolha adalah wilayah kerajaan Siattar. 4. Wilayah Sidamanik adalah pusat kerajaan Siattar. 5. Wilayah tuan Bandar adalah pusat Kerajaan siattar.


(16)

Wilayah kerajaan Siattar menurut Pembagian wilayah pemerintahan Republik Indonesia tahun 1950 adalah :

1. Wilayah Kota Pematang Siantar dipimpin oleh walikota kepala Daerah Tingkat II.

2. Wilayah Kecamatan terdiri dari :

1. Kecamatan Siantar meliputi desa Sipolha, Marihat, Bangun/Dolog Malela

2. Kecamatan Bandar (bekas wilayah Tuan Bandar)

3. Kecamatan Sidamanik (bekas wilayah Tuan sidamanik di sarimatondang).

3.3 Perkembangan Marga Damanik di Simalungun

Selain marga damanik keturunan dari kerajaan asli Simalungun, Ada juga marga Damanik yang berasal dari toba- samosir. Hal ini disebabkan sejak terbentuknya kerajaan di Simalungun, Orang yang berasal dai daerah lain tidak dibolehkan untuk menetap di Simalungun sehingga marga toba–samosir membaur dengan marga damanik dan ada juga yang membaur dengan marga Simalungun lainnya.

Damanik yang asli berasal dari Simalungun : 1. Damanik Bayu

2. Damanik Sarasa 3. Damanik Usang 4. Damanik Melayu 5. Damanik Solia


(17)

6. Damanik Nagur 7. Damanik Bariba 8. Damanik Rampogos 9. Damanik Barotbot 10. Damanik Hajang 11. Damanik Simaringgah 12. Damanik Rih

Damanik yang berasal dari Samosir-Toba : 1. Damanik Ambarita

2. Damanik Limbong 3. Damanik Gurning 4. Damanik Tomok 5. Damanik Sagala


(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Marga damanik merupakan marga besar yang merupakan marga raja Siattar. 2. Damanik merupakan singkatan dari datu parmanik-manik.

3. Marga damanik asli berasal dari Simalungun dan ada marga toba-samosir yang membaur dengan damanik di Simalungun.

4. Sebelum masuknya misionaris agama Kristen, masyarakat simalungun banyak menganut kepercayaan animisme dan juga mendapat pengaruh dari Hindu-Budha. 5. Wilayah Siantar sekarang ini merupakan bagian dari kerajaan damanik.

Saran

1. Agar masyarakat luas dapat mengetahui dan mengangkat nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam sejarah marga damanik.

2. Agar lebih memperhatikan, merawat,serta melestarikan peninggalan sejarah dari kebudayaan zaman dahulu.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

www.simalungun.Net

Tambak,T.B.A, Sejarah Simalungun, Yayasan Museum Simalungun, 1982, Pematang Siantar.

Damanik Jahutar, Jalannya Hukum Adat Simalungun, P.D Aslan , 1974 , Pematang Siantar.

Team Kashiko, Kamus Lengkap Bahasa Jepang-Indonesia Idonesia-Jepang, Penerbit Kashiko, 1999, Surabaya.

Goro Taniguchi, kamus Standart Bahasa Indonesia-Jepang, Dian Rakyat, 1998, Jakarta.


(1)

Putera raja itu selalu mengembara dari satu kampung ke kampung yang lain. Dia selalu memberikan pertolongan kepada masyarakat daerah yang dikunjunginya. Banyak julukan yang di berikan kepadanya karena namanya tidak diketahui .Dan karena keadaan matanya, ada yang menyebutnya Datu Parmata Manunggal, Raja Manualang,dll.

Orang sakti ini tidak pernah menetap di satu daerah, Dia selalu mengembara hingga orang sulit untuk menemuinya. Suatu hari orang sakti itu menunjukan diri di puncak gunung Dolog Sijambak Bahir ( Gunung Merangkul Langit ) 2245 m dari permukaan laut, orang yang melihatnya bersembah sujud. Agar orang sakti yang dianggap Tuhan itu tidak berlalu, maka diberikan seorang gadis cantik asal daerah itu untuk dinikahi.

Setelah menikah orang sakti itu pergi dan meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. Dia melewati hutan belantara yang sangat angker, hingga akhirnya tiba disatu daerah dan membuat perkemahan serta bekerja sebagai tukang besi. raja Jumorlang sebagai penguasa daerah itu tidak senang akan kehadirannya. raja Jumorlang memerintahkan panglimanya untuk menangkap orang sakti itu . Namun saat menjumpai orang sakti itu, panglima tersebut ketakutan. Akhirnya raja Jumorlang bertarung dengan orang sakti tersebut hingga raja Jumorlang meninggal dunia.

Agar kerajaan tetap berdiri maka rakyat dan panglima mengangkat orang sakti itu menjadi raja dan menikahi istri raja Jumorlang. Kemudian orang sakti itu membuat kerajaan yang diberi nama Siattar (Siantar sekarang ini) yang berarti


(2)

Karena orang sakti ini merupakan orang yang di tuakan dan dianggap sebagai manusia yang mengetahui rahasia alam dan pribadi maka dia mendapat sebutan sebagai datu (dukun). Pada waktu memanjatkan mantera-mantera dalam upacara kepercayaan yang dianut pada masa itu, seorang datu selalu tampak menggunakan juba yang ditaburi manik-manik.

Sehingga damanik berasal dari datu parmanik-manik yang digunakan para keturunan orang sakti ini sebagai Marga. Karena telah menjadi raja Siattar maka orang sakti itu diberi nama : Raja namartuah marga damanik .

Menurut sejarah dan fakta hidup raja Jumorlang dengan raja Namartuah adalah satu nenek moyang , yaitu sama-sama keturunan dari raja Nagur.

Wilayah Kerajaan Damanik

Wilayah kerajaan Damanik tidak pernah lepas dari sejarah terbentuknya kota Siantar. Wilayah Siantar sekarang ini merupakan bagian dari kerajaan tersebut.

Susunan pemerintahan pada zaman kerajaan Siattar adalah :

1. Raja Tuan Dolog Malela dan tuan Bangun, langsung dibawah pemerintahan raja Siattar.

2. Wilayah tuan Nagahuta adalah tunduk pada kerajaan Siattar. 3. Wilayah Tuan Sipolha adalah wilayah kerajaan Siattar. 4. Wilayah Sidamanik adalah pusat kerajaan Siattar. 5. Wilayah tuan Bandar adalah pusat Kerajaan siattar.


(3)

Wilayah kerajaan Siattar menurut Pembagian wilayah pemerintahan Republik Indonesia tahun 1950 adalah :

1. Wilayah Kota Pematang Siantar dipimpin oleh walikota kepala Daerah Tingkat II.

2. Wilayah Kecamatan terdiri dari :

1. Kecamatan Siantar meliputi desa Sipolha, Marihat, Bangun/Dolog Malela

2. Kecamatan Bandar (bekas wilayah Tuan Bandar)

3. Kecamatan Sidamanik (bekas wilayah Tuan sidamanik di sarimatondang).

3.3 Perkembangan Marga Damanik di Simalungun

Selain marga damanik keturunan dari kerajaan asli Simalungun, Ada juga marga Damanik yang berasal dari toba- samosir. Hal ini disebabkan sejak terbentuknya kerajaan di Simalungun, Orang yang berasal dai daerah lain tidak dibolehkan untuk menetap di Simalungun sehingga marga toba–samosir membaur dengan marga damanik dan ada juga yang membaur dengan marga Simalungun lainnya.

Damanik yang asli berasal dari Simalungun : 1. Damanik Bayu

2. Damanik Sarasa 3. Damanik Usang 4. Damanik Melayu


(4)

6. Damanik Nagur 7. Damanik Bariba 8. Damanik Rampogos 9. Damanik Barotbot 10. Damanik Hajang 11. Damanik Simaringgah 12. Damanik Rih

Damanik yang berasal dari Samosir-Toba : 1. Damanik Ambarita

2. Damanik Limbong 3. Damanik Gurning 4. Damanik Tomok 5. Damanik Sagala


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Marga damanik merupakan marga besar yang merupakan marga raja Siattar. 2. Damanik merupakan singkatan dari datu parmanik-manik.

3. Marga damanik asli berasal dari Simalungun dan ada marga toba-samosir yang membaur dengan damanik di Simalungun.

4. Sebelum masuknya misionaris agama Kristen, masyarakat simalungun banyak menganut kepercayaan animisme dan juga mendapat pengaruh dari Hindu-Budha. 5. Wilayah Siantar sekarang ini merupakan bagian dari kerajaan damanik.

Saran

1. Agar masyarakat luas dapat mengetahui dan mengangkat nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam sejarah marga damanik.

2. Agar lebih memperhatikan, merawat,serta melestarikan peninggalan sejarah dari kebudayaan zaman dahulu.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

www.simalungun.Net

Tambak,T.B.A, Sejarah Simalungun, Yayasan Museum Simalungun, 1982, Pematang Siantar.

Damanik Jahutar, Jalannya Hukum Adat Simalungun, P.D Aslan , 1974 , Pematang Siantar.

Team Kashiko, Kamus Lengkap Bahasa Jepang-Indonesia Idonesia-Jepang, Penerbit Kashiko, 1999, Surabaya.

Goro Taniguchi, kamus Standart Bahasa Indonesia-Jepang, Dian Rakyat, 1998, Jakarta.