I.3. Batasan Masalah
Batasan Masalah dalam penulisan tugas akhir yang saya buat adalah sebagai berikut yaitu:
1. Pada Simulasi ini tidak membahas komponen penyusun pesawat.
2. Pada simulasi ini sistem kontrol yang didesain adalah sistem kontrol dinamik
didesain dengan menggunakan metoda pembentukan loop PID 3.
Gerak pesawat yang dibahas hanyalah gerak longitudinal pesawat yang meliputi :
a.kontrol sudut serang pada mode gerak osilasi periode pendek short period oscilation
b.kontrol sudut ketinggian pada mode gerak phugoid. 4.
Pada simulasi ini analisis kestabilan berdasarkan metoda respons frekuensi dan metoda kestabilan Nyquist.
5. Massa pesawat dianggap konstan
6. Pesawat dianggap sebagai benda tegar
7. Bumi adalah kerangka acuan inersial
8. Tidak membahas mengenai aerodinamika pesawat
9. Tipe pesawat yang digunakan dalam simulasi adalah tipe pesawat tempur F-
16AB fighting falcon.
Universitas Sumatera Utara
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui analisis kestabilan sistem di desain dengan menggunakan
metoda pembentukan lup PID Proporsional Integral Diferensial 2.
Meningkatkan pemahaman tentang kontrol autopilot pada pesawat terbang khususnya pada gerak longitudinal pesawat
3. Meningkatkan pemahaman mengenai metoda pembantukan lup pada
sistem kontrol
I.5. Metode Penelitian
Adapun yang menjadi metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan studi literatur untuk mendapatkan persamaan gerak
pesawat. 2.
Menurunkan fungsi transfer menggunakan data fisik dari pesawat dan persamaan gerak.
3. Mendesain sistem dengan menggunakan metoda pembentukan lup PID.
4. Melakukan simulasi dan analisis respon dengan adanya kombinasi
kontroler PID
Universitas Sumatera Utara
I.6 Sistematika Penulisan
Penyusunan Tugas Akhir ini berurutan sesuai dengan penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini secara berturutan membahas tentang latar belakang,perumusan
masalah,tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan tentang anatomi pesawat,kriteria kestabilan Nyquist
dan metode kedudukan akar,sistem kontrol lup terbuka dan sistem kontrol lup tertutup,kontroller PID,metode pembentukan lup,dan dinamika gerak
longitudinal pesawat
BAB III: PEMODELAN SISTEM DAN PERANCANGAN Bab ini menjelaskan tentang penurunan persamaan gerak longitudinal
pesawat,fungsi alih yang didapat dengan menggunakan prosedur pembentukan lup PID
BAB IV: SIMULASI DAN ANALISIS Pada bagian ini memberikan hasil simulasi serta analisa dan penjelasan dari
sistem kontrol untuk mendapatkan respon dari sistem
BAB V: KESIMPULAN Bab ini memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan simulasi desain
sistem kontrol gerak longitudinal pada pesawat terbang dengan menggunakan metoda pembentukan lup
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI
II.1.Anatomi Pesawat Terbang
Komponen utama dari pesawat terbang adalah ditunjukkan pada gambar 2.1. Fuselage adalah badan pesawat,dimana bagian ini adalah bagian yang paling banyak
kegunaannya pada pesawat, fuselage membawa penumpang,barang bawaan dan berbagai muatan,peralatan bahan bakar dan berbagai benda sesuai dengan rancangan
pesawat.Sayap adalah penghasil gaya angkat pada pesawat, volume internal dari pesawat dapat digunakan untuk untuk menampung bahan bakar dan menyimpan
peralatan pendaratan roda dan penopang struts pendukung setelah pesawat lepas landas. Penempatan dan penyesuaian ukuran stabilizer pada pesawat untuk
memberikan stabilitas pada pesawat selama melakukan penerbangan .
Gambar 2.1.Anatomi Pesawat
Universitas Sumatera Utara
Flaps dan kontrol permukaan digambarkan pada gambar 2.2. Flaps digunakan untuk menambah gaya angkat pesawat. Aileron adalah kontrol permukaaan yang
mengontrol gerak guling rolling pesawat,sebagai contoh, ketika aileron sebelah kiri turun kebawah sedangkan aileron sebelah kanan naik ke atas, maka gaya angkat akan
bertambah pada sayap kiri sedangkan pada sayap kanan gaya angkatnya akan berkurang yang akan menyebabkan pesawat akan berguling roll kearah
kanan.Elevator adalah kontrol permukaan yang mengatur gerak naik turun pesawat, ketika elevator turun ke bawah maka gaya angkat pada ekor pesawat akan bertambah
dan menyebabkan ekor pesawat akan tertarik untuk naik sementara hidung pesawat akan turun ke bawah. Rudder adalah kontrol permukaan yang dapat membelokkan
hidung pesawat ke kanan atau ke kiri.
Gambar 2.2 Kontrol Permukaan Pesawat surface control
Dengan meninjau pesawat pada gambar 2.3 dapat dilihat titik berat yang dinotasikan sebagai cg. Sumbu orthogonal xyz adalah tetap; sumbu x disepanjang
fuselage, sumbu y disepanjang rentang sayap tegak lurus dengan dengan sumbu y, dan sumbu z yang mengarah ke bawah yang tegak lurus dengan bidang xy. Gerak translasi
pesawat diberikan oleh komponen kecepatan yaitu U, V, dan W pada arah x, y , dan z.
Universitas Sumatera Utara
Gerak rotasi diberikan oleh komponen kecepatan angular P, Q, dan R. Kecepatan rotasi ini menyebabkan momen L’, M dan N, pada sumbu x, y, dan z.
Gambar 2.3. Sumbu gerak dan titik pusat berat pesawat
Gerak rotasi di sepanjang sumbu x disebut sebagai gerak guling, L’ dan P masing-masing disebut sebagai momen dan kecepatan. Gerak rotasi pada sumbu y
disebut gerak ketinggian pitch; M dan Q masing-masing adalah momen dan kecepatan. Gerak pada sumbu z disebut gerak geleng yaw dengan N dan R adalah
momen dan kecepatannya.
Tiga dasar kontrol pada gerak pesawat yaitu: aileron , elevator dan rudder dimana ketiga komponen ini didsisain untuk mengubah kontrol dan momen pada
sumbu x,y,dan z. Pada gambar 2.3 dapat dilihat kontrol permukaan yaitu flap yang dapat bergerak ke depan dan kebelakang bergantung pada perintah pilot
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4a.gerak mengguling roll
Gambar 2.4.b. gerak longitudinal
Gambar 2.4.c.kontrol gerak menggeleng yawing Gambar 2.4
Mengacu pada gambar 2.2, dapat dilihat bahwa dari sini bahwa aileron mengontrol gerak guling roll pesawat yang disebut sebagai disebut sebagai kontrol
lateral. Kemudian juga dapat dilihat bahwa dari sini elevator mengatur ketinggian pesawat dan disebut sebagai kontrol longitudinal, dan dapat juga dilihat bahwa rudder
mengatur gerak geleng yaw dari pesawat,yang disebut sebagai kontrol langsung directional.
Universitas Sumatera Utara
II.2. Pengertian Gerak Longitudinal Pada Pesawat
Yang dimaksud sebagai gerak longitudinal pada pesawat adalah gerak yang meliputi ekor sampai hidung pesawat, adapun yang termasuk pada gerak longitudinal
pesawat ini meliputi :
1. Kontrol elevator kontrol sirip pengatur ketinggian
2. Kontrol Sudut Serang
3. Kontrol kecepatan
Didalam gerak longitudinal pesawat terdapat dua mode gerak yang pertama adalah mode gerak osilasi pendek dan yang kedua adalah mode gerak phugoid. Yang
dimaksud dengan mode gerak osilasi pendek adalah gerak yang teredam penuh hal ini dapat dilihat pada persamaan gerak 3.48. Yaitu gerak ini memiliki redaman yang
besar. Hal ini pada pesawat terbang mempengaruhi sudut serang α dan sudut
ketinggian pesawat θ . Sedangkan gerak dengan osilasi yang memiliki periode yang
panjang disebut sebagai mode gerak phugoid. Mode gerak phugoid mempengaruhi dua parameter dalam gerak pesawat yaitu sudut ketinggian
θ dan kecepatan u, pada mode gerak phugoid ini sudut serang tidak berubah atau konstan.
II.3.Kriteria Kestabilan Nyquist
Dasar dari pemikiran analisis kestabilan Nyquist adalah untuk menyelidiki kondisi sistem lup terbuka dengan yang berosilasi dengan osilasi yang dapat terjadi
apabila sistem memiliki umpan balik. Respons frekuensi dari fungsi alih sistem dapat dinyatakan dengan memplot
ω j
L kedalam diagram polar dimana L adalah:
PC L
=
...2.1 L=fungsi alih lup
P=Plant C=Controller
Universitas Sumatera Utara
Besar dari | ω
j L
| disebut sebagai penguatan lup loop gain karena bagian ini menyatakan seberapa jauh sinyal dapat diperkuat. Keadaan osilasi dari sistem
diberikan oleh persamaan : 1
− =
ω j
L ...2.2
Persamaan 2.2 menyatakan bahwa kurva Nyquist dari fungsi alih lup akan melalui titik L=-1, yang disebut titik kritis critical point. Dan sistem akan stabil
apabila |L ω
j |1 , yang berarti kurva Nyquist pada titik kritis -1 ada pada sisi kiri kurva Nyquist. Untuk sistem yang tidak memiliki pole pada sisi sebelah kanan bidang
kompleks maka kondisi kestabilan adalah apabila plot Nyquist tidak mengelilingi titik kritis -1.
Teorema kestabilan Nyquist adalah : Jika Ls adalah fungsi transfer dari lup untuk sistem berumpan balik negatif dan tidak memiliki pole pada bagian sebelah
kanan bidang kompleks Re
≥ s
maka sistem lup terttup akan stabil jika dan hanya jika kontur tertutup yang diberikan oleh
{ }
C j
L ⊂
∞ −∞
= Ω
ω ω :
tidak mengelilingi s =-1.
II.4. Diagram Logaritmik atau grafik Bode