Penentuan Laba Perusahaan Jasa Konstruksi Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT Sibacipta Telekomindo

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSION M E D A N

SKRIPSI

PENENTUAN LABA MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT SIBACIPTA TELEKOMINDO

MEDAN

Oleh :

N A M A : MAX LEONAL PIETER

N I M : 050522133

JURUSAN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan demikian puji syukur kehadirat Allah Swt, karena atas segala berkat dan rahmatNYA yang diberikan kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Penentuan Laba Perusahaan Jasa Konstruksi Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT Sibacipta Telekomindo “ guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan baik berupa moril maupun materiil serta dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar SE, Ak, dan Ibu Dra. Nurzaimah, MM. Ak selaku dosen Pembanding/Penguji.

5. Segenap Dosen dan Staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu penulis, serta Pegawai


(3)

Perpustakaan Fakultas Ekonomi yang telah membantu penulis dalam penelitian kepustakaan.

6. Bapak Ir. Tulus Purba, selaku Direktur PT Sibacipta Telekomindo yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian serta segenap karyawan PT Sibacipta Telekomindo yang telah membantu selama penulisan skripsi ini.

7. Keluarga terutama orang tua tercinta : Ayahanda Enryco Hutasoit, MM dan Ibunda Yosica Silalahi

8. Serta seluruh teman-teman seperjuangan. Terima kasih untuk segalanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini berguna bagi kita semua, terima kasih.

Medan, 21 Nopember 2009 Penulis

Max Leonal NIM : 050522133


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode pengakuan pendapatan dan biaya khususnya pada PT Sibacipta Telekomindo telah sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 34 tentang akuntansi jasa konstruksi.

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan (observasi) dan wawancara (interview)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengakuan pendapatan dan biaya khususnya pada PT Sibacipta Telekomindo telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, hanya saja perusahaan belum melakukan dengan tepat penggolongan biaya seperti biaya penyusutan yang berkaitan dengan proyek digolongkan ke biaya umum dan administrasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap laba kotor yang diperoleh perusahaan.

Kata kunci : Pengakuan pendapatan, biaya konstruksi, metode kontrak selesai, metode persentase penyelesaian, PSAK Nomor 34


(5)

ABSTRACT

This reseach aim to study the implemention of recoqnition method on earning and cost specially at PT Sibacipta Telekomindo in accordance to the Financial Accounting Standard No. 34 concerning to construction service accounting. The applied data is primary and secondary data and data collecting in this research is observation and interview.

Based on the results of study it is indicated that recoqnition on earning and cost specially at PT Sibacipta Telekomindo is suitable to the financial accounting standard. Although in fact, the company has not yet classified the cost such as depreciation that classified as a general and administration cost. This influence the gross profit for the company.

Keywords : Recoqnition on earning, cost of construction service, completed contract method, percentage of completion method, PSAK No. 34


(6)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

ABSTRAK……….. iv

ABSTRACT……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

Bab I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah………. ….…….1

B. Perumusan masalah………..4

C. Tujuan dan manfaat penelitian……….4

D. Kerangka konseptual……….…...5

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pendapatan 1. Pengertian pendapatan………...…10

2. Penentuan dan pengakuan pendapatan usaha konstruksi……….11

B. Biaya 1. Pengertian biaya……….17

2. Unsur-unsur biaya………..19

3. Penentuan dan pengakuan biaya usaha konstruksi……… 20


(7)

C. Laba

1. Pengertian laba ……… 21

2. Tujuan penentuan laba……….. 24

3. Penentuan laba usaha konstruksi……….. 25

Bab III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian………..34

B. Jenis data……….34

C. Teknik pengumpulan data………...34

D. Teknik analisis data……….35

Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data penelitian 1. Gambaran umum perusahaan……….36

2. Aktivitas perusahaan ……….39

3. Penentuan dan pengakuan pendapatan……….………..41

4. Penentuan dan pengakuan biaya……….…48

5. Penentuan laba konstruksi……….…….50

B.Analisis hasil penelitian : 1. Penentuan dan pengakuan pendapatan…...…..………..52

2. Penentuan dan pengakuan biaya………...………..…....56


(8)

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..61 B.Saran……….62 DAFTAR PUSTAKA……….64 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode pengakuan pendapatan dan biaya khususnya pada PT Sibacipta Telekomindo telah sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 34 tentang akuntansi jasa konstruksi.

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan (observasi) dan wawancara (interview)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengakuan pendapatan dan biaya khususnya pada PT Sibacipta Telekomindo telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, hanya saja perusahaan belum melakukan dengan tepat penggolongan biaya seperti biaya penyusutan yang berkaitan dengan proyek digolongkan ke biaya umum dan administrasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap laba kotor yang diperoleh perusahaan.

Kata kunci : Pengakuan pendapatan, biaya konstruksi, metode kontrak selesai, metode persentase penyelesaian, PSAK Nomor 34


(11)

ABSTRACT

This reseach aim to study the implemention of recoqnition method on earning and cost specially at PT Sibacipta Telekomindo in accordance to the Financial Accounting Standard No. 34 concerning to construction service accounting. The applied data is primary and secondary data and data collecting in this research is observation and interview.

Based on the results of study it is indicated that recoqnition on earning and cost specially at PT Sibacipta Telekomindo is suitable to the financial accounting standard. Although in fact, the company has not yet classified the cost such as depreciation that classified as a general and administration cost. This influence the gross profit for the company.

Keywords : Recoqnition on earning, cost of construction service, completed contract method, percentage of completion method, PSAK No. 34


(12)

PROPOSAL SKRIPSI

Judul : " Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Pada PT. SIBACIPTA TELEKOMINDO"

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendirian utama suatu perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Laba dapat digunakan sebagai dasar ukuran berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam operasinya dan juga sebagai salah satu barometer untuk mengukur tingkat kemajuan suatu periode dari suatu periode ke periode lain. Selain itu laba yang diperoleh dalam suatu periode merupakan informasi lanjutan bagi penetapan jumlah pajak penghasilan, dividen dan bonus.

Laba menurut akuntansi dapat diartikan sebagai kelebihan pendapatan di atas biaya. Dalam akuntansi, proses perhitungan laba lebih dikenal dengan konsep matching cost against revenue yaitu membandingkan pendapatan terhadap biaya. Proses perhitungan ini disajikan pada daftar Laba Rugi dengan berpedoman pada prinsip akuntansi. Akuntansi memberikan tekanan penilaian atau pengungkapan data yang bersifat kuantitatif. Dalam penyajian laporan keuangannya suatu perusahaan atau instansi harus disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan, dalam hal ini adalah penentuan labanya yang merupakan kompensasi dari laporan Laba Rugi.

Adapun perusahaan yang menjadi objek peneliti adalah PT. SIBACIPTA TELEKOMINDO, yang beralamat di Jl. Brigjend Katamso No.39 Medan yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa konstruksi, jasa pembuatan dan penginstalasian kabel telepon serta pengadaan barang. Sehubungan dengan bidang usaha jasa konstruksi, penentuan dan pengakuan pendapatan serta biaya yang merupakan komponen laba rugi perusahaan adalah bersifat khusus, karena sifat dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi yaitu tanggal saat aktivitas


(13)

kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan jatuh pada periode akuntansi yang berbeda.

Kejadian seperti ini menimbulkan masalah yaitu alokasi pendapatan pada periode mana pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan. Dalam hal ini perlu dibuat penaksiran atas pendapatan yang akan diakui sebagai pendapatan dalam suatu periode akuntansi, sehingga laba dapat ditentukan dalam suatu periode akuntansi.

Dalam melaporkan pendapatan dan beban perusahaan menerapkan prinsip-prinsip accrual basis dimana pendapatan atas hal kontrak yang telah ditandatangani pada saat aktivitas kontrak dimulai, telah diakui sebagai pendapatan tahun berjalan sesuai dengan persentase nilai selesai pekerjaan tersebut, maka timbullah item piutang proyek dimana perusahaan memiliki piutang sebesar nilai kontrak yang belum dibayar (baru akan dibayar pada tahun berikutnya).

Dalam hal ini metode yang digunakan oleh perusahaan untuk pencatatan pengakuan pendapatan, pengakuan beban dan penentan laba telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34, tentang Akuntansi Kontrak Konstruksi yakni Metode Persentase Penyelesaian, hanya saja perusahaan belum melakukan dengan tepat penyajian biaya. Seperti biaya penyusutan yang berkaitan dengan proyek digolongkan ke biaya administrasi dan umum. Menurut PSAK No. 34, jenis biaya ini merupakan biaya langsung proyek. Kekeliruan dalam masalah penggolongan biaya akan mempengaruhi secara langsung besarnya laba yang akan diakui pada periode yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan betapa pentingnya untuk menentukan laba pada suatu perusahaan, sehingga penulis berkeinginan untuk membahas penentuan laba pada PT. Sibacipta Telekomindo Medan yang nantinya


(14)

akan di sajikan dalam bentuk skripsi dengan judul "Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Pada PT. SIBACIPTA TELEKOMINDO".

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah awal yang harus dilakukan terlebih dahulu sampai pada tahap pembahasan lebih lanjut. Tujuannya agar penelitian dapat lebih terarah dan dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan. Penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : “Apakah Penentuan Laba pada PT. SIBACIPTA TELEKOMINDO telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana perusahaan menunjukkan Standar Akuntansi Keuangan pada perusahaan dalam penentuan labanya.

Manfaat penelitian :

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal penentuan laba yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

2. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan atau bahan perbandingan dalam penentuan laba yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

3. Bagi pendidikan, yakni sebagai bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian menyangkut masalah yang dibahas ini.


(15)

D. Kerangka Konseptual

Setiap perusahaan pasti memiliki aktivitas tertentu untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu memaksimalkan laba yang akan digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Skema dapat dilihat pada gambar berikut :

Laporan Rugi Laba

Laporan Rugi Laba sesuai dengan SAK

Penentuan Laba berdasarkan SAK

PT. SI BACI PTA TELEKOMI NDO


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA E. Pendapatan

1.Pengertian Pendapatan

Akuntansi sebagai suatu sistem informasi harus mampu memberikan data ekonomi yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan keputusan-keputusan yang akan diambil para pembuat keputusan selalu didahului dengan perhitungan ekonomi yang cermat, sehingga hasil dari pelaksanaan keputusan-keputusan tersebut dapat diukur secara kuantitas baik efektivitas dan penyimpangannya.

Perbedaan latar belakang ide dan kepentingan menyebabkan perumusan konsep pendapatan berbeda diantara pihak-pihak yang berkepentingan terhadap konsep pendapatan. Hal ini tentu akan bermuara pada perbedaan penafsiran terhadap pengertian pendapatan tersebut.

Pendapatan (Revenue) dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, sehingga defenisi dari pendapatan itu berbeda tergantung dari sudut pandangnya. Dari berbagai literature, ditemukan beberapa pengertian dari pendapatan, diantaranya sebagai berikut:

Ikatan Akuntan Indonesia (2004: 23:06) menyatakan bahwa ”Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi kenaikan modal”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004: 23:1) bahwa “pendapatan merupakan akibat dari kegiatan utama yang dilakukan oleh perusahaan yang meliputi penjualan barang dagangan, pelayanan jasa, sehingga akan


(17)

meningkatkan ekuitas perusahaan dengan penegasan kenaikan ekuitas tersebut tidak berasal dari investasi oleh pemilik atau kreditur”.

Skousen (2001:286) menyatakan, “Pendapatan (Revenue) merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan utangnya (sebuah kombinasi dari keduanya) dari pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau sentral entitas yang terus berlangsung”.

Keiso (2002:133) berpendapat bahwa “Revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlements of its liabilities during a period from delivering or producing goods, rendering service or others activities that constitute the entity’s on going major or central operations.”

Defenisi ini menjelaskan bahwa pendapatan merupakan pertambahan aktiva bagi perusahaan yang berasal dari operasi utama perusahaan.

2. Penentuan dan Pengakuan Pendapatan Usaha Konstruksi

Dalam membicarakan pendapatan dibutuhkan pengetahuan mengenai kepastian mengenai bahwa ia dapat diukur dan bukan sekedar pengetahuan bahwa nilai tambah sudah terjadi. sehubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan ketidakpastian maka perlu adanya penciptaan kaidah-kaidah mengenai penentuan dari pada pendapatan.

Ada dua prinsip pengakuan terhadap pendapatan, yaitu : 1. Accrual Basis

2. Critical Event Basis Ad.1. Accrual Basis

Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya dan bukan pada saat realisasi kas. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode ini antara lain : selama kegiatan produksi, dalam hal sewa, bunga dan komisi dianggap diakui sebagai pendapatan nerdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya, untuk kontrak jangka panjang, pendapatan diakui berdasarkan


(18)

kemajuan pekerjaan atau persentase penyelesaian, pendapatan dari cost plus fixed fee contract, yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang sudah tetap ditambah biaya-biaya tertentu, perubahan asset karena pertumbuhan yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan seperti untuk peternakan, hutan tanaman industri untuk industri perkayuan dan sebagainya.

Ad.2. Critical Event Basis

Menurut dasar ini yang menjadi perhatian utama untuk menentukan saat pengakuan pendapatan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan.

Kejadian dapat terjadi saat penjualan pengakuan pendapatan pada saat penjualan ini bisa dilakukan pada kondisi harga pokok dapat diketahui dengan pasti, telah terjadi pertukaran barang dan barang telah dikirimkan kepada pembeli sehingga dapat diketahui biaya yang telah dikeluarkan dari realisasinya dianggap bahwa penjualan tersebut sebagai kejadian penting perusahaan.

Skousen (2001:448) Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:

a. Pendapatan dan laba telah direalisasi atau dapat direalisasi.

b. Pendapatan dan laba ini dihasilkan oleh aktivitas yang telah mengalami penyelesaian substansial selama proses memperoleh pendapatan.

Pendapatan direalisasi apabila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.


(19)

Dilihat dari segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan, maka secara teoritis waktu penentuan dari pendapatan dapat ditinjau dari beberapa saat seperti:

a. Selama berlangsungnya produksi

Hal ini dapat dilihat pada kontrak pembangunan jangka panjang. b. Sesudah produksi selesai.

Hal ini dapat dijumpai dalam produksi logam mulia dan komoditi-komoditi pertanian tertentu.

c. Pada saat penjualan.

Hal ini dapat dijumpai sewaktu barang dijual. d. Pada saat diterimanya uang tunai.

Hal ini dapat terjadi pada penjualan cicilan.

Sesuai dengan judul skripsi ini maka penulis memfokuskan penentuan pendapatan pada saat berlangsungnya produksi, khususnya pendapatan pada jasa konstruksi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2004 : 34 : 10 ) mendefinisikan kontrak konstruksi sebagai berikut: “Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok”

Pendapatan kontrak menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2004 : 34 : 10) terdiri dari:

a. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak.

b. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran intensif:

-sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan


(20)

Perusahaan konstruksi menyelesaikan suatu kontrak konstruksi atau proyek pada umumnya memakan waktu lebih dari satu tahun atau melebihi satu periode akuntansi, maka perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa konstruksi ini menggunakan metode pengakuan yang tidak terdapat pada jenis usaha lainnya.

Sehubungan dengan penentuan pendapatan didasarkan pada saat produksi maka metode pengakuan pendapatan yang digunakan adalah:

a. Metode kontrak selesai

Metode kontrak selesai digunakan apabila perusahaan mengerjakan proyek-proyek yang sebahagian besar sifatnya jangka pendek, sehingga dengan demikian posisi keuangan maupaun hasil operasi tidak akan jauh berbeda dengan jika diterapkan metode persentase penyelesaian.

Pendapatan pada metode kontrak selesai diakui hanya pada saat pekerjaan atau kontrak telah selesai dilaksanakan, dimana pada saat itu seluruh biaya yang berhubungan dengan pekerjaan telah dihitung dan jumlah pendapatan yang diperoleh sudah dapat ditentukan.

Hal ini berdasarkan pada pendapatan bahwa laba atau rugi suatu perusahaan baru akan diakui apabila sudah dilakukan penjualan terhadap barang yang bersangkutan dalam bentuk finish good. Dengan kata lain, pengakuan pendapatan dan laba tidak ada selama periode terjadinya pekerjaan, pendapatan hanya akan diakui pada saat pekerjaan telah diselesaikan.

Sebagai akibat dari metode ini laporan keuangan perusahaan tidak akan mencantumkan pendapatan dari suatu pekerjaan, pendapatan hanya akan diakui pada saat pekerjaan telah diselesaikan. Meskipun sesungguhnya untuk pekerjaan itu sendiri telah dikeluarkan sejumlah sumber daya perusahaan dan dibebankan pada periode


(21)

yang bersangkutan sebagai biaya, tetapi kerugian yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan akan tetap diakui dan dilaporkan pada periode terjadinya kerugian tersebut. b. Metode persentase penyelesaian.

Berdasarkan metode ini perusahaan akan mengakui pendapatan dan biaya sesuai dengan tingkat kemajuan pekerjaan yang telah dicapai pada suatu periode dan bukan menangguhkan pencatatan itu sampai kontrak tersebut selesai seluruhnya.

Tingkat kemajuan penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan dengan membandingkan biaya-biaya yang telah terjadi dalam suatu periode akuntansi dengan taksiran biaya yang masih dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Dalam mengukur dan menentukan tingkat kemajuan penyelesain pekerjaan dalam metode persentase penyelesaian dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) Ukuran Masukan (Input Measures)

Ukuran ini didasarkan pada suatu hubungan yang nyata antara unit masukan dengan produktivitasnya yang terdiri dari:

a) Metode biaya ke biaya (cost to cost method)

Dalam metode biaya ke biaya tingkat penyelesaian suatu kontrak ditentukan dengan cara membandingkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan taksiran terbaru mengenai seluruh biaya yang diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Persentase penyelesaian = Biaya yang dikeluarkan Taksiran biaya penyelesaian

x 100%

Untuk menetapkan jumlah pendapatan atau jumlah laba kotor yang diakui sampai sekarang, persentase yang diperoleh dari perbandingan biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap taksiran jumlah seluruh biaya yang ditetapkan pada jumlah seluruh pendapatan atau taksiran seluruh laba kotor dalam kontrak. b) Metode usaha yang dikeluarkan ( efforts expended methods)


(22)

Metode usaha yang dikeluarkan mendasarkan penentuan persentase penyelesaian pada ukuran tertentu dari pekerjaan yang dilaksanakan. Ukuran tersebut meliputi jam kerja buruh, upah buruh, jumlah jam mesin dan lainnya. Tingkat penyelesaian diukur dengan cara yang sama dengan yang digunakan dalam pendekatan biaya ke biaya. Tingkat penyelesaian diukur dengan cara membandingkan usaha yang telah dikeluarkan dengan taksiran biaya yang masih diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebagai contoh jika ukuran dari pekerjaan yang dilaksanakan adalah jam kerja maka tingkat penyelesaian adalah rasio dari jam kerja yang sudah dilaksanakan terhadap taksiran seluruh biaya jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan.

2) Ukuran hasil (Output Measures)

Ukuran keluaran yang dibuat berdasarkan pada perbandingan hasil yang telah dicapai atau diselesaikan secara fisik dengan keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan. Pengukuran fisik ini biasanya dilakukan dengan meminta bantuan para arsitek dan insinyur untuk mengevaluasi berbagai pekerjaan kemudian menaksir persentase pekerjaan yang telah selesai. Setelah pengukuran tingkat penyelesaian suatu kontrak selesai, selanjutnya pendapatan akan ditentukan dengan cara mengalihkan tingkat persentase penyelesaian dengan nilai keseluruhan kontrak yang bersangkutan.

Salah satu dari kedua metode ini dapat digunakan oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam usaha kontrak konstruksi, tetapi harus didasarkan pada evaluasi yang seksama mengenai kondisi perusahaan tersebut. Sebab kedua metode ini mensyaratkan kondisi-kondisi tertentu yang harus ada dalam perusahaan jika ingin menerapkan salah satu dari metode ini diluar batas resiko usaha yang biasa maka sebaiknya digunakan metode kontrak selesai.


(23)

Kedua metode di atas baik metode kontrak selesai maupun metode persentase penyelesaian memiliki kelebihan dan kekurangan. Keuntungan dari metode persentase penyelesaian adalah adanya pengakuan akan prestasi kerja berkala perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah perusahaan dituntut untuk membuat penaksiran-penaksiran yang tepat mengenai biaya-biaya dimana ini bukanlah merupakan pekerjaan mudah.

Berikut ini akan disajikan contoh yang mengilustrasikan kontrak pembangunan jangka panjang untuk menentukan laba usaha konstruksi dengan metode pencatatan dan menggunakan metode pengakuan pendapatan sbb:

Metode kontrak selesai (completed-contract method)

Metode persentase penyelesaian (percentage of completion method) - biaya ke biaya (cost to cost method)

- ukuran hasil (output measures)

Misalkan pada tahun 2005, suatu kontrak konstruksi mempunyai kontrak harga tetap sebesar Rp. 9.000.000.000 ,- untuk membangun tiang menara telkom. Jumlah pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak adalah Rp. 9.000. 000.000,-. Biaya kontrak menurut estimasi kontraktor semula adalah Rp. 8.000. 000.000,-. Diperkirakan selesai pada tahun 2007. Dalam akhir tahun 2005, estimasi kontrak meningkat menjadi Rp. 8.050. 000.000,-. Dalam tahun 2006, pemberi kerja menyetujui suatu penyimpangan yang menghasilkan peningkatan dalam pendapatan kontrak sebesar Rp. 200. 000.000,- dan biaya kontrak tambahan yang diestimasi sebesar Rp. 150. 000.000,-.


(24)

Tahun Biaya yang Faktur termasuk Penerimaan Dibebankan Penahanan 15 %

2005 Rp. 2.415. 000.000 Rp. 2.700. 000.000 Rp. 2.295. 000.000 2006 Rp. 3.735. 000.000 Rp. 4.200. 000.000 Rp. 3.570. 000.000 2007 Rp. 2.050. 000.000 Rp. 2.300. 000.000 Rp. 1.955. 000.000

Rp. 1.380. 000.000 --- --- --- Rp. 8.200. 000.000 Rp. 9.200. 000.000 Rp. 9.200. 000.000

a)

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode kontrak selesai

Tahun 2005

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2.415.000.000 Pembebanan biaya

Bahan, kas, dsb Rp. 2.415.000.000

Piutang usaha Rp. 2.700.000.000

Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2.700.000.000

Kas Rp. 2.295.000.000

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 405.000.000

Piutang usaha Rp. 2.700.000.000

Tahun 2006

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 3.375.000.000 Pembebanan biaya

Bahan, kas, dsb Rp. 3.375.000.000

Piutang usaha Rp. 4.200.000.000

Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak


(25)

Kas Rp. 3.570.000.000 Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 630.000.000

Piutang usaha Rp. 4.200.000.000

Tahun 2007

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2.050.000.000 Pembebanan biaya

Bahan, kas, dsb Rp. 2.050.000.000

Piutang usaha Rp. 2.300.000.000

Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2.300.000.000

Kas Rp. 1.955.000.000

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 345.000.000

Piutang usaha Rp. 2.300.000.000

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 9.200.000.000 Pada saat penyelesaian kontrak

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 9. 200. 000.000 Biaya kontrak jk. Panjang Rp. 8. 200. 000.000

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 8. 200. 000.000

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 9.200.000.000 Jurnal penentuan laba

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 8.200.000.000 Laba pada konstruksi Rp. 1.000.000.000

Kas Rp. 1.380.000.000

Penerimaan pelunasan piutang usaha setelah masa garansi

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp.1.380.000.000

b1)

Besarnya persentase penyelesaian yang dicapai setiap tahun adalah sebagai berikut: Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian metode biaya ke biaya ( cost to cost method)


(26)

Jumlah semua pendapatan yang

Disetujui dalam kontrak Rp. 9.000.000.000 Rp. 9.000.000.000 Rp.9.000.000.000 Rp. 200.000.000 Rp. 200.000.000

--- --- ---

Total pendapatan kontrak Rp. 9.000.000.000 Rp. 9.200. .000.000Rp.9.200.000.000

--- --- --- Biaya kontrak yang terjadi

Sampai saat ini Rp.2.415.000.000 Rp. 6. 150.000.000 Rp.8.200.000.000 Biaya kontrak untuk penyelesaian Rp. 5.635.000.000 Rp. 2.050.000.000

--- --- ---

Total estimasi biaya kontrak Rp.8.050.000.000 Rp. 8.200.000.000 Rp8.200.000.000 --- --- ---

Persentase penyelesaian 30 % 75 % 100 % ======== ======== ======

Jumlah pendapatan, beban dan laba yang diakui dalam laporan laba rugi dalam jangka waktu tiga tahun adalah sebagai berikut:

Diakui Diakui pada tahun pada tahun

Saat ini sebelumnya sekarang Pendapatan ( Rp.9000 x 30% ) Rp. 2. 700 Rp. 2. 700 Tahun 2005

Beban ( Rp. 8. 050 x 30% ) Rp. 2. 415 Rp. 2. 415

--- --- Laba Rp. 285 Rp. 285 Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 75% ) Rp. 6. 900 Rp. 2. 700 Rp. 4. 200

Tahun 2006

Beban ( Rp. 8. 200 x 75% ) Rp. 6. 150 Rp. 2. 415 Rp. 3.735 --- --- --- Laba Rp. 750 Rp. 285 Rp. 465

--- --- --- Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 100% ) Rp. 9. 200 Rp. 6. 900 Rp. 2. 300 Tahun 2007

Beban ( Rp. 8. 200 x 100% ) Rp. 8. 200 Rp. 6. 150 Rp. 2. 050 --- --- --- Laba Rp. 1. 000 Rp. 750 Rp. 250

--- --- --- Jurnal yang dibuat adalah:

Tahun 2005

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 415 Pembebanan biaya

Bahan, kas, dsb Rp. 2. 415 Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak


(27)

Piutang usaha Rp. 2. 700

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2. 700

Kas Rp. 2. 295

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 405

Piutang usaha Rp. 2. 700

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 415 Pengakuan pendapatan

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 285

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 700

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 700 Penentuan laba

Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 415 Laba pada konstruksi Rp. 285

Tahun 2006

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 3. 375 Pembebanan biaya

Bahan, kas, dsb Rp. 3. 375

Piutang usaha Rp. 4. 200

Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 4. 200

Kas Rp. 3. 570

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 630

Piutang usaha Rp. 4. 200

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 3. 735 Pengakuan pendapatan

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 465

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 200

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 200 Penentuan laba

Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 3. 375 Laba pada konstruksi Rp. 465 Tahun 2007

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 050 Pembebanan biaya


(28)

Piutang usaha Rp. 2. 300 Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2. 300

Kas Rp. 1. 955

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 345

Piutang usaha Rp. 2. 300

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 050 Pengakuan pendapatan

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 250

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 300

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 300 Penentuan laba

Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 050 Laba pada konstruksi Rp. 250

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 9. 200 Pada saat penyelesaian kontrak

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 9. 200

Kas Rp. 1. 380

Penerimaan pelunasan piutang usaha setelah masa garansi

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 1. 380 b2)

Estimasi tingkat kemajuan kontrak yang dicapai adalah:

Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian metode ukuran hasil ( output measures)

Tahun estimasi kemajuan kontrak

2005 26 %

2006 74 %

2007 100 %

Jumlah pendapatan, beban dan laba yang diakui dalam laporan laba rugi dalam jangka waktu tiga tahun adalah sebagai berikut:

Diakui Diakui pada tahun pada tahun Saat ini sebelumnya sekarang Pendapatan ( Rp. 9. 000 x 26% ) Rp. 2. 340 Rp. 2. 340 Tahun 2005


(29)

Beban Rp. 2. 415 Rp. 2. 415 --- --- Laba Rp. (75) Rp. (75) --- --- Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 74% ) Rp. 6. 808 Rp. 2. 340 Rp. 4. 468 Tahun 2006

Beban Rp. 6. 150 Rp. 2. 415 Rp. 3. 735 --- --- --- Laba Rp. 658 Rp. (75) Rp. 733

--- --- ---Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 100% )Rp. 9. 200 Rp. 6. 808 Rp. 2. 392

Tahun 2007

Beban Rp. 8. 200 Rp. 6. 150 Rp. 2. 050 --- --- --- Laba Rp. 1. 000 Rp. 658 Rp. 342

--- --- --- Jurnal yang dibuat adalah:

Tahun 2005

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 415

Pembebanan biaya

Bahan, kas, dsb Rp. 2. 415

Piutang usaha Rp. 2. 340

Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2. 340

Kas Rp. 1. 989

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 351

Piutang usaha Rp. 2. 340

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 415 Pengakuan pendapatan

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 340 Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 75

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 340 Penentuan laba

Rugi pada konstruksi Rp. 75

Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 415 Tahun 2006

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 3. 735


(30)

Bahan, kas, dsb Rp. 3. 735

Piutang usaha Rp. 4. 468

Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 4. 468

Kas Rp. 3. 797,8

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 670,2

Piutang usaha Rp. 4. 468

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 3. 735 Pengakuan pendapatan

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 733

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 468

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 468 Penentuan laba

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 3. 735 Laba pada konstruksi Rp. 733 Tahun 2007

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 050

Pembebanan biaya

Bahan, kas, dsb Rp. 2. 050

Piutang usaha Rp. 2. 392

Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak

Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2.392

Kas Rp. 2. 033,2

Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 358,8

Piutang usaha Rp. 2.392

Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 050 Pengakuan pendapatan

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 342

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 392

Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 392 Penentuan laba

Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 050 Laba pada konstruksi Rp. 342 Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 9. 200

Pada saat penyelesaian kontrak

Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 9. 200 Penerimaan pelunasan piutang usaha setelah masa garansi


(31)

Kas Rp. 1. 380

Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 1. 380

A.

Biaya

1. Pengertian Biaya

Biaya juga perlu diperhatikan karena informasi mengenai biaya yang sistematis, diperlukan oleh pihak manajemen untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan yang penting dalam rangka memperoleh laba maksimal bagi perusahaan. Biaya timbul dalam usaha menciptakan pendapatan dan mengakibatkan pengurangan aktiva neto perusahaan termasuk didalamnya pengenaan pajak tertentu oleh badan pemerintah.

Istilah biaya (cost) dan beban (expense) seringkali digunakan dalam arti yang sama. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan. Beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan didalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa.

Pengertian biaya menurut Harnanto (2002 : 92) “Biaya adalah Pengorbanan yang terjadi untuk mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan oleh perusahaan”.

Pengertian beban menurut Harnanto (2002 : 92) “Beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikan kewajiban dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas produksi dan penjualan barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang berhubungan dengan usaha pokok perusahaan”.


(32)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan ekonomi untuk memperoleh penghasilan. Pengorbanan ekonomis dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

a. Pengorbanan yang telah terjadi (expired)

b. Pengorbanan yang kemungkinan akan terjadi (Unexpired)

Beban sama artinya dengan expired cost, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk menghasilkan penghasilan pada periode berjalan sehingga harus dibebankan pada periode tersebut. Unexpired cost adalah bahagian biaya yang ditunda pembebanannya untuk periode berikutnya karena biaya-biaya itu berkaitan dengan pendapatan dimasa yang akan datang.

Pengertian lain dari biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan kas atau aktiva lainnya pada saat ini atau pada saat mendatang atau dengan kata lain biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya dan harus dibebankan pada periode berikutnya.

Beban adalah biaya yang habis terpakai (cost expiration) atau alokasi biaya yang sudah habis masa manfaatnya dan seluruhnya telah dibebankan pada periode berjalan serta merupakan pengurangan aktiva bersih perusahaan. Didalam akuntansi kita telah mengenal apa saja yang termasuk beban ini, seperti harga pokok penjualan, beban atau biaya operasi, beban diluar usaha, pos-pos luar biasa.


(33)

Untuk memberikan informasi yang lebih jelas, lengkap dan terperinci mengenai biaya kepada manajemen sebagai pengambil keputusan, maka biaya-biaya perlu dianalisa dan dikelompokkan. Dalam akuntansi biaya-biaya, biaya-biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya digolongkan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Hal ini dikenal dengan “Different cost for different purpose”. Penggolongan biaya yang dibuat oleh William (2009 : 98) adalah dengan berdasarkan hubungan antara biaya tersebut dengan: a. Produk

Biaya dalam hubungannya dengan produk adalah biaya pabrikasi yang terdiri dari:

- Bahan langsung (direct material) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi.

- Tenaga kerja langsung, adalah karyawan yang dipekerjakan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi.

- Overhead pabrik, yaitu biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung pada produk tertentu.

b. Volume produksi

Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi yang meliputi:

- Biaya tetap, adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume kegiatan bertambah atau menurun, dalam batasan bahwa volume kegiatan tidak melebihi volume kegiatan normal.

- Biaya variable, adalah biaya yang mengalami peningkatan secara proporsional dengan jumlah produksi atau mengalami penurunan secara proporsional dengan jumlah produksi.

- Biaya semi variable yaitu biaya yang mengandung unsur dari biaya tetap dan biaya variable.

c. Departemen pabrikasi

Biaya dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi meliputi:

- Biaya langsung departemen, adalah biaya yang berasal dari suatu departemen dan dapat didefinisikan terhadap departemen tersebut.

- Biaya tidak langsung departemen, adalah biaya yang dipikul bersama oleh beberapa departemen yang mengambil manfaat dari terjadinya biaya tersebut.

- Biaya bersama, adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih

- Biaya gabungan,adalah biaya yang terjadi bila proses produksi menghasilkan lebih dari satu jenis produk.

d. Periode akuntansi

Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi terdiri dari:

- Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat dalam periode-periode mendatang dan pengeluaran tersebut dicatat sebagai aktiva.


(34)

- Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk memberi manfaat dalam periode berjalan dan pengeluaran tersebut dicatat sebagai biaya.

3. Penentuan dan pengakuan biaya usaha konstruksi

Untuk usaha jasa konstruksi masalah-masalah mengenai biaya biasanya berbeda dengan perusahaan yang bergerak dibidang industri atau jasa lainnya.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004: No.34 paragraf 19) memberikan defenisi mengenai biaya kontrak sebagai berikut: “Biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat didistribusikan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak tersebut”.

Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa untuk menghitung harga pokok proyek dalam laporan keuangan biaya-biaya yang dilaporkan hanyalah biaya-biaya yang berhubungan dengan kontrak tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk biaya-biaya administrasi dan umum biasanya diperlakukan sama dengan administrasi dan umum perusahaan itu.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004: No.34 paragraf 15) biaya konstruksi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:

a. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tersebut, tidak terbatas pada:

- Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia - Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi

- Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut - Biaya penyewaan sarana dan peralatan

- Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut

- Estimasi biaya pembetulan dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul selama masa jaminan

- Klaim dari pihak ketiga

b. Biaya yang dapat didistribusikan pada aktifitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut, yang meliputi:

- Asuransi

- Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut


(35)

- Biaya-biaya overhead konstuksi

c. Biaya-biaya yang secara khusus dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesua dengan isi kontrak.

C. Laba

1. Pengertian Laba

Indikator dari prestasi suatu badan usaha adalah kemampuan menghasilkan laba (profitability). Laba yang tinggi dari suatu badan usaha akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Para akuntan dituntut untuk mengukur dan melaporkan laba atau rugi suatu perusahaan melalui laporan laba rugi. Para akuntan dituntut untuk melaporkannya dengan secermat dan setepat mungkin sehingga laba rugi dapat menggambarkan hasil usaha yang diperoleh selama periode yang bersangkutan secara layak dan wajar.

Meskipun ada berbagai cara untuk mengukur laba, semuanya itu berlandaskan pada konsep dasar umum yaitu bahwa laba adalah pengembalian (return) yang melebihi investasi. Para ekonom telah mendefinisikan konsep laba sebagai jumlah yang dapat dikembalikan oleh entitas kepada investornya sambil tetap mempertahankan tingkat kesejahteraan entitas bersangkutan. Salah satu cara popular untuk memahami “sejahtera” adalah dalam pengertian pemeliharaan modal (financial capital maintenance). Menurut konsep ini sebuah perusahaan pada akhir periode lebih besar daripada jumlah finansial aktiva bersih pada awal periode bersangkutan sesudah mengeluarkan (memperhitungkan secara tersendiri) pengaruh transaksi dengan pemilik.

Menurut Skousen (2001:206): “Laba adalah kenaikan dalam modal atau ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi periferol atau insidental sebuah entitas dan dari semua transaksi lainnya dan peristiwa lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang terjadi dari pendapatan atau investasi oleh pemilik”.


(36)

Menurut Soemarso (2005: 289) “Laba adalah Selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu.

Pengertian laba dapat juga ditinjau dari sudut: a. Pengertian laba dari sudut ilmu ekonomi

Laba merupakan suatu pendapatan yang berasal dari kegiatan ekonomi yang dapat dikonsumsi dalam suatu periode tanpa mengurangi keutuhan dari modal yang dimiliki sebelumnya.

b. Pengertian laba dari sudut ilmu akuntansi

Pengertian laba dari sudut ilmu akuntansi menitikberatkan pada segi tekniknya yaitu bagaimana menentukan dan menghitung laba dan melaporkannya kedalam perhitungan laba rugi.

Menurut Hendriksen (1999 : 150) ada dua konsep mengenai laba, yaitu: 1. All Inclusive Concept

2. Current Operating Concept

1). All Inclusive Concept

Dalam all inclusive concept laba didefenisikan sebagai total perubahan dalam kepemilikan yang diakui dengan mencatat transaksi atau revaluasi perusahaan selama periode tertentu, kecuali untuk distribusi deviden, dan transaksi modal. Dalam konsep ini pendapatan atau biaya yang diakui bukan hanya yang berasal dari operasi normal perusahaan saja tetapi juga termasuk didalamnya yang bersifat luar biasa (extra ordinary)

2). Current Operating Concept

Dalam current operating concept laba yang disusun dalam suatu periode terutama hanya menggambarkan pendapatan dan biaya yang berhubungan langsung dengan


(37)

kegiatan perusahaan sedangkan pos-pos luar biasa dilaporkan laba ditahan dan koreksi tahun lalu.

Sarana umum dari laporan keuangan adalah informasi tentang kinerja perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Dalam usaha konstruksi ada perbedaan dalam hal pengakuan pendapatan, biaya dan laba dengan perusahaan industri atau jasa lainnya.

Hal ini terjadi karena didalam usaha jasa konstruksi, suatu kontrak kerja dapat menghabiskan waktu lebih dari satu periode akuntansi dalam penyelesaiannya. Sedangkan dalam perusahaan industri atau perusahaan jasa jarang sekali terjadi kontrak kerja dengan konsumen atau klien melebihi satu periode akuntansi.

2. Tujuan Penentuan Laba

Berdasarkan konsep dasar akuntansi mengenai kesatuan akuntansi maka dalam akuntansi keuangan perusahaan dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan. Adanya pemisahan ini merupakan faktor utama yang dijadikan pertimbangan untuk membebankan pada kesatuan ekonomi tersebut kewajiban untuk mempertanggung jawabkan hasil usaha, posisi keuangan dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan adalah penentuan atau pengukuran laba periodik dan

melaporkannya melalui laporan laba rugi. Terdapat banyak pihak yang berkepentingan dengan penentuan laba perusahaan, yang antara lain adalah:

• Manajemen perusahaan, berkepentingan untuk pengambilan keputusan yang menyangkut manajemen perusahaan serta mengukur dan menilai keberhasilan strategi yang diterapkan untuk pembuatan perencanaan yang baik guna dilaksanakan pada periode-periode berikutnya.

• Pemegang saham, berkepentingan untuk mengetahui besarnya dividen yang akan diterima.

• Kreditur, berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya.

• Calon investor, penentuan laba berguna untuk pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi yang akan mereka lakukan.

Secara singkat dapat dikatakan tujuan penentuan laba adalah untuk mempertanggung jawabkan hasil usaha perusahaan kepada pihak-pihak yang


(38)

berkepentingan dan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai keberhasilan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diterapkan serta untuk penetapan rencana yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

3. Penentuan Laba

William (2009:128) berpendapat bahwa “ Penentuan laba dilakukan dengan menentukan jumlah pendapatan yang dihasilkan dan jumlah beban yang terjadi dalam periode yang bersangkutan”.

Dalam penentuan laba yang diinginkan perusahaan, maka beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu :

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan memepertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.

2. Menentukan harga jual sedemikan rupa sesuai dengan laba yang diinginkan. 3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

Skousen (2001:206) mengemukakan bahwa “Dalam menentukan laba dalam suatu perusahaan dengan menaksirkan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha”.

Perbandingan antara total pendapatan yang diperoleh dengan beban yang timbul dalam satu periode ini dikenal juga dengan istilah Matching Cost Against Revenue, dimana pendapatan dikurangi dengan biaya atau beban.

Laba bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan dalam laporan Laba Rugi, yakni :

1. Laba atau rugi aktivitas normal; dan 2. Pos luar biasa


(39)

Bila dalam laba atau rugi aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan beban yang terjadi dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah tersebut harus diungkapkan secara terpisah.

Ad.2. Pos luar biasa

Pos luar biasa adalah penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan karenanya tidak diharapkan untuk seringkali terjadi atau terjadi secara tidak teratur.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di PT Sibacipta Telekomindo yang berada di Jl. Brigjend Katamso No. 39 Medan dan penelitian ini dimulai bulan Juni 2009 sampai dengan selesai.

B. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh penulis dalam penyusunan skripsi terdiri dari :

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi seperti sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi dan data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang disediakan perusahaan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dengan membaca buku literature ataupun buku perkuliahan yang relevan dengan masalah penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Dokumentasi yaitu Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap dokumen-dokumen yang ada pada PT Sibacipta Telekomindo.

2. Wawancara yaitu Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berkompeten sehubungan dengan penentuan laba perusahaan jasa konstruksi.


(41)

Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Deskriptif yaitu Suatu metode yang dilakukan dimana data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan kemudian dikumpulkan, diklasifikasikan serta diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan informasi yang lengkap guna pemecahan masalah yang dihadapi.

2. Komparatif yaitu Suatu metode analisa yang dilakukan dengan membandingkan teori dengan praktek yang ada di perusahaan, kemudian mengambil keputusan dan selanjutnya memberi saran dari hasil perbandingan tersebut.


(42)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

1. Gambaran umum perusahaan

PT Sibacipta Telekomindo (SIBAKOM) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang instalasi dan konstruksi industri. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 05 Januari 1982 dengan akte pendirian No.1 yang disahkan oleh Menteri Kehakiman No. C-04191 HT.01.01.TH.1982 pada tanggal 20 Februari 1982.

PT Sibacipta Telekomindo dapat melayani berbagai jenis proyek dengan dasar kebutuhan yang ditentukan, baik dibidang operasional maupun reparasi/pemeliharaan (maintenance). Dalam menghadapi era globalisasi yang akan datang PT SIBAKOM juga telah mempersiapkan diri dari segi ekonomi, sosial budaya dengan memberikan up grading/training kepada karyawan. PT SIBAKOM mempunyai komitmen yang teguh dan berorientasi untuk menghasilkan proyek dengan kualitas yang tinggi dan harga ekonomis.

Misi yang di emban PT Sibacipta Telekomindo di bidang instalasi dan konstruksi yaitu mempertahankan dan meningkatkan sumbangan pada sektor instalasi bagi pembangunan nasional, menyediakan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta karyawan pada khususnya, memelihara kekayaan alam khususnya menjaga kelestarian alam dan meningkatkan sumber daya manusia di bidang teknologi.

Visi perusahaan adalah mewujudkan PT Sibacipta Telekomindo menjadi suatu perusahaan yang bergerak di bidang instalasi dan konstruksi yang maju dan sehat serta memiliki daya saing yang kuat melalui upaya meningkatkan sumber daya manusianya.


(43)

Setiap perusahaan memerlukan struktur organisasi yang jelas dan baik. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka setiap personil dalam organisasi dapat memenuhi tugas, wewenang dan tanggung jawab. Batas tanggung jawab dan pendelegasian wewenang tercermin dalam struktur organisasi harus jelas dan tegas agar tidak terdapat keraguan antara masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi.

Berikut ini adalah uraian pekerjaan dan tanggung jawab untuk setiap unit departemen yang ada pada PT Sibacipta Telekomindo :

1 Tugas dan tanggung jawab Direktur : a. menyusun program secara teknis, b. memimpin dan memotivasi bawahan,

c. mengendalikan seluruh kegiatan dalam perusahaan,

d. memberikan saran-saran dan penyempurnaan sistem, prosedur dan uraian pekerjaan,

e. melakukan kerjasama dengan pihak-pihak luar perusahaan dan membina hubungan baik dengan mereka,

f. membantu menggoalkan sebuah proyek, g. membantu menyusun tender.

2. Tugas dan tanggung jawab Manager Bagian Teknik :

a. merumuskan metode konstruksi yang hemat dan akurat untuk pelaksanaan proyek,

b. menyusun rencana pelaksanaan proyek berikut rencana biaya pelaksanaan proyek,


(44)

c. mengusahakan tersedianya penyaluran bahan-bahan dan menyelenggarakan pencatatan, penyimpanan, pemeliharaan, serta perbaikan pengamanan barang-barang dikompleks pergudangan proyek,

d. membantu perhitungan BQ untuk tender, e. menyiapkan gambar-gambar kerja proyek.

3. Tugas dan tanggung jawab Manager SDM a. menangani bidang personalia,

b. mengkoordinir pelaksanaan tugas-tugas bagian dalam bidang informasi dan operasional,

c. menangani kontrak kerja dan berita acara realisasi fisik dan financial pekerjaan konstruksi.

4. Tugas dan tangggung jawab Manager Keuangan : a. mengelola keuangan dan pembukuan,

b. membuat daftar upah staff dan karyawan,

c. mengurus asuransi dan melakukan perhitungan pajak,

d. bersama direktur menyusun rencana/budget biaya proyek perusahaan.

5. Tugas dan tanggung jawab manager project:

a. membantu direktur dalam menyusun perencanaan dan pengawasan, b. memantau pelaksanaan proyek yang mencakup jadwal, waktu, kualitas

dan biaya proyek,


(45)

2. Aktivitas perusahaan

PT Sibacipta Telekomindo adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa konstruksi. Adapun bidang pekerjaan yang ditangani adalah:

- Jasa pemborongan konstruksi

- Jasa pembuatan dan penginstalasian jaringan lokal akses tembaga - Jasa pembuatan dan penginstalasian jaringan lokal akses fiber optik - Pengadaan barang

Proyek-proyek yang dikerjakan oleh PT Sibacipta Telekomindo seperti pembuatan menara tiang, pondasi rumah kabel, dan sebagainya. Dalam hal memperoleh proyek ada dua cara yang ditempuh oleh perusahaan ini, yaitu:

a. Melalui tender atau pelelangan.

Dengan cara pelelangan ini, para kontraktor yang berminat akan mengajukan penawaran tertulis sehubungan dengan pekerjaan yang ditawarkan oleh pemberi kerja. Cara penawaran pekerjaan dengan pelelangan ini diperuntukkan bagi proyek-proyek yang bernilai diatas 20 juta rupiah. Ada dua jenis pelelangan, yaitu:

1) Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka melalui pengumuman secara luas, baik dimedia masa maupun di papan pengumuman resmi sehingga masyarakat mengetahui dan dapat mengikutinya bila berminat.

2) Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang dilakukan diantara para kontraktor yang sudah lulus dalam prakualifikasi dan termasuk di dalam daftar kontraktor mampu sesuai dengan spesialisasinya atau ruang lingkupnya dan klasifikasi kemampuannya.

b. Tanpa pelelangan.

Dengan cara ini, pekerjaan didapatkan perusahaan berdasarkan surat perintah kerja atau surat perjanjian kontrak. Cara ini ada dua jenis, yaitu:


(46)

1) Penunjukan langsung adalah penunjukan kontraktor sebagai pelaksana suatu pekerjaan tertentu secara langsung yang dilakukan diantara sekurang-kurangnya tiga kontraktor penawar pekerjaan yang telah lulus prakwalifikasi dan termasuk dalam daftar kontraktor mampu. Jenis pekerjaan untuk cara penunjukan langsung ini biasanya ditempuh untuk pekerjaan-pekerjaan yang harus segera dilaksanakan. 2) Pengadaan langsung adalah pelaksanaan penawaran pekerjaan yang dilakukan

untuk pekerjaan yang bernilai relatif rendah dimana kontraktor yang ikut adalah yang bermodal kecil.

Pelaksanaan pekerjaan proyek diawasi oleh pengawas dari perusahaan untuk mengawasi dan menilai pelaksanaan dari proyek ini ditetapkan oleh perusahaan. Penilaian persentase tingkat kemajuan pelaksanaan yang dicapai ditetapkan oleh pihak pemberi kerja.

Selain dari pada pendapatan yang diperoleh dari operasi normal perusahaan, masih ada lagi pendapatan yang berasal dari sumber lain seperti jasa giro bank yaitu bunga yang diberikan bank atas saldo rekening perusahaan di bank tersebut sebagai balas jasa kepada perusahaan.

3. Penentuan dan pengakuan pendapatan

PT Sibacipta Telekomindo dalam mengakui pendapatannya menggunakan metode persentase penyelesaian baik itu untuk proyek yang dilaksanakan pada satu periode akuntansi maupun proyek yang dilaksanakan lebih dari satu periode akuntansi.

Untuk nilai kontrak seluruhnya perusahaan tidak membuat jurnal tetapi hanya mencatat dibuku memorial saja. Dalam hal penagihan kepada pihak pemberi kerja, perusahaan biasanya membagi penagihan tersebut kedalam beberapa termin.


(47)

Umumnya pihak pemberi kerja tidak akan membayarkan sebesar jumlah yang ditagih tetapi menahan atau menyisakan sebesar lima sampai sepuluh persen sebagai jaminan sampai jangka waktu telah ditentukan.

Perusahaan mengakui pendapatan dari proyek-proyek yang dikerjakan secara berakala pada akhir tahun yang didasarkan pada persentase tingkat kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang dicapai dari sekian proyek. Hal ini dilakukan agar perhitungan laba rugi perusahaan dapat mencerminkan hasil operasi secara layak dan wajar agar prestasi berkala perusahaan diperlihatkan kepada pihak yang berkepentingan.

Prestasi tingkat kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang dicapai ditentukan berdasarkan kepada hasil yang dicapai secara fisik dibandingkan dengan keseluruhan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Persentase penyelesaian secara fisik dinilai oleh insinyur dan arsitek perusahaan.

Pada tingkat kemajuan pekerjaan tertentu sesuai dengan yang telah diatur dalam surat perjanjian kontrak, perusahaan akan mengajukan klaim tagihan atas pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Perusahaan membuat jurnal pengakuan pendapatan dengan mendebet konstruksi dalam proses dan biaya konstruksi dan mengkredit pendapatan kontrak proyek dalam pelaksanaan.

Termin pembayaran merupakan uang tunai dari pemberi kerja yang jumlahnya biasanya dikaitkan dengan persentase penyelesaian dari proyek yang sedang dikerjakan. Syarat atau aturan pembayaran diatur pada saat perjanjian kontrak ditandatangani dengan pemberi pekerjaan. Pada saat dilakukan penagihan maka dibuat jurnal dengan mendebet piutang usaha konstruksi dan mengkredit prestasi pekerjaan belum ditagih. Tagihan yang diterima perusahaan juga langsung dimasukkan ke rekening kas / bank dan biasanya pemberi kerja menahan 5% untuk


(48)

retensi (biaya pemeliharaan), maka perusahaan membuat jurnal dengan mendebet kas / bank dan retensi dan mengkredit piutang usaha konstruksi.

Dengan metode persentase penyelesaian ini, pendapatan kontrak periode berjalan dapat ditentukan dengan cara mengalikan harga kontrak keseluruhan dengan persentase penyelesaian pekerjaan sampai periode yang bersangkutan kemudian dikurangi dengan pendapatan kontrak yang telah diakui pada tahun sebelumnya.

Pendapatan kontrak dari proyek akan diakui sebagai pendapatan dengan menggunakan rumus :

P = PF (%) X NK Dimana:

P : Pendapatan

PF : Prestasi fisik yang dinyatakan dalam persen (%) NK : Nilai kontrak

Sebagai contoh perhitungan pendapatan untuk kontrak jangka panjang adalah sebagai berikut:

Nama Proyek : Pemasangan Tiang Menara TELKOM Nilai Kontrak : Rp. 625.000.000,-

Waktu Kontrak : 2 Tahun

(Februari 2006 s/d Desember 2007) Taksiran Biaya Penyelesaian : Rp. 465.290.000,-

Data-data yang diperlukan sebagai berikut:

Keterangan 2006

(Rp)

2007 (Rp) Biaya yang dikeluarkan untuk

tahun

Taksiran biaya penyelesaian

200.074.700 265.215.300

346.978.850 249.696.950


(49)

Faktur penagihan

Penerimaan dari kontrak

250.000.000 268.750.000

375.000.000 356.250.000

Perhitungan persentase penyelesaian untuk setiap tahunnya dapat dilakukan sebagai berikut:

Keterangan 2006 2007

1.Harga kontrak

2 Biaya yg terjadi selama ini 3.Taksiran by.penyelesaian 4. Total biaya

Rp. 625.000.000 Rp. 200.074.700 Rp. 265.215.300 Rp. 465.290.000 Rp. 625.000.000 Rp. 547.053.550 - Rp. 547.053.550

5. Persentase penyelesaian 43% 100%

Estimasi tingkat kemajuan proyek yang dapat dicapai

Tahun Estimasi Kemajuan Kontrak

2006 2007

43% 100%

Jumlah pendapatan, biaya dan laba yang diakui dalam laporan laba rugi dalam jangka waktu 2 tahun adalah sebagai berikut:

Tahun Saat ini Tahun sebelumnya Tahun sekarang 2006 Pendapatan Biaya 268.750.000 200.074.700 - - 268.750.000 200.074.700 Laba (rugi) 68.675.300 - 68.675.300 2007 Pendapatan Biaya 625.000.000 547.053.550 268.750.000 200.074.700 356.250.000 346.978.850 Laba (rugi) 77.946.450 68.675.300 9.271.150


(50)

Maka pendapatan dan biaya atas kontrak yang diakui oleh perusahaan pada tahun 2006 adalah sebagai berikut:

Pendapatan proyek = Persentase fisik (%) X Nilai kontrak = 43 % X 625.000.000

= 268.750.000,-

Biaya proyek = Persentase fisik (%) X Total biaya = 43 % X 465.290.000

= 200.074.700,-

Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2006 maka jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

No Keterangan Ref Debet Kredit

1

2

3

4

Konstruksi dalam proses Mencatat pembebanan biaya

Kas / Bank

Piutang usaha konstruksi Mencatat pengajuan kontrak

Prestasi pekerjaan yang belum Ditagih

Kas / Bank

Mencatat penerimaan oleh pemberi kerja

Piutang usaha konstruksi

Konstruksi dalam proses

Mencatat pengakuan pendapatan

Biaya konstruksi

Pendapatan proyek dalam pelaksanaan 200.074.700 250.000.000 268.750.000 68.675.300 200.074.700 200.074.700 250.000.000 268.750.000 268.750.000


(51)

Laba kotor yang diakui tahun 2006 pada proyek pemasangan tiang menara TELKOM adalah selisih dari pendapatan dan biaya yang terjadi pada tahun 2005. Pendapatan proyek dalam pelaksanaan : Rp. 268.750.000

Konstruksi dalam proses :

Laba pada proyek dalam pelaksanaan :

(Rp.200.074.700)

Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2007 maka jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

Rp. 68.675.300

No Keterangan Ref Debet Kredit

1 2 3 4 5 6

Konstruksi dalam proses Mencatat pembebanan biaya

Kas / Bank

Piutang usaha konstruksi Mencatat pengajuan kontrak

Prestasi pekerjaan yang belum ditagih

Kas / Bank

mencatat penerimaan oleh pemberi kerja

Retensi (5%)

Piutang usaha konstruksi

Konstruksi dalam proses

Mencatat pengakuan pendapatan

Biaya konstruksi

Pendapatan proyek dalam Pelaksanaan

Penerimaan pelunasan piutang usaha selesai

Kas / Bank

Garansi atau penahanan 5%

Retensi

Menutup perkiraan saat pekerjaan

346.978.850 375.000.000 338.437.500 17.812.500 9.271.150 346.978.850 17.812.500 346.978.850 375.000.000 356.250.000 356.250.000 17.812.500


(52)

selesai / serah terima

Prestasi pekerjaan yang belum ditagih

Konstruksi dalam proses

625.000.000

625.000.000

Laba kotor yang diakui tahun 2007 pada proyek pemasangan tiang menara TELKOM adalah selisih dari pendapatan dan biaya yang terjadi pada tahun 2007. Pendapatan proyek dalam pelaksanaan : Rp. 356.250.000

Konstruksi dalam proses :

Laba pada proyek dalam pelaksanaan : Rp. 9.271.150 (Rp.346.978.850)

4. Penentuan dan Pengakuan Biaya

Perusahaan telah melakukan penggolongan biaya berdasarkan jenis dan sifat dari biaya tersebut. Penggolongan biaya dalam laporan keuangan perusahaan dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok utama, yaitu:

a. Beban proyek

b. Biaya umum dan administrasi Ad a. Beban proyek

Biaya yang dikerjakan adalah merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan pekerjaan proyek tertentu yang dihitung mulai saat pengajuan penawaran pekerjaan atau mulai dari penunjukan oleh pihak pemberi kerja sampai pekerjaan proyek selesai dikerjakan dan diserah terimakan.

Beban proyek ini dapat dibagi atas beberapa golongan antara lain: 1) Biaya bahan

Biaya pemakaian bahan baku, yaitu biaya-biaya yang dikeluarakan untuk semua pemakaian bahan sejak dimulainya pelaksanaan proyek di lapangan sampai selesainya


(53)

proyek tersebut dikerjakan. Biaya bahan baku yang dimaksud adalah bahan semen, besi, kayu, kerikil, pipa, batu bata, dan lain-lain yang pemakaiannya merupakan biaya langsung proyek tersebut.

2) Biaya operasional

Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pelaksanaan suatu proyek, akan tetapi tidak langsung menimbulkan suatu prestasi pada proyek tersebut. Contoh untuk jenis biaya ini adalah biaya asuransi, photo copy berkas, film, cuci cetak dan lain-lain. 3) Biaya tenaga kerja

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja langsung yang terlibat dengan pekerjaan di lapangan.

4) Biaya transport

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperlancar kegiatan proyek,misalnya biaya BBM, pulsa, sewa peralatan dan biaya lainnya yang turut diperhitungkan dalam memperlancar kegiatan proyek.

Ad b. Biaya umum dan administrasi

Biaya umum dan administrasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan operasi perusahaan sehari-hari. Biaya ini tidak berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan proyek tertentu, sehingga biaya ini diperlukan sebagai pengurang dari laba kotor dari proyek didalam laporan laba rugi. Yang termasuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya penyusutan aktiva tetap, biaya gaji kantor, biaya telepon, biaya perjalanan, air, listrik, pajak dan lain-lain yang berhubungan dengan operasi perusahaan.

Biaya umum dan administrasi ini akan dicatat oleh perusahaan berdasarkan pada bukti yang ada dengan jurnal sebagai berikut:


(54)

No Keterangan Ref Debet Kredit

Biaya gaji

Mencatat pembebanan biaya

Biaya perjalanan Biaya telepon Biaya air Biaya lainnya Kas / Bank

XXX XXX XXX XXX XXX

XXX

Biaya-biaya ini diakui pada saat terjadinya biaya-biaya tersebut yang dirangkum didalam daftar perincian biaya. Pada saat penyusunan laporan laba rugi, biaya-biaya ini akan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima oleh perusahaan dari proyek yang sedang dikerjakan untuk setiap proyek.

Perusahaan mengakui laba konstruksi sejalan dengan pengakuan pendapatan dan biaya yang telah dilakukan setiap akhir tahun atau akhir periode akuntansi. Besarnya laba yang diakui dilakukan dengan cara mengurangkan total pendapatan periode berjalan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk suatu proyek.

5. Penentuan laba konstruksi

Perusahaan melakukan penentuan laba pada proyek pada setiap akhir bulan. Penentuan laba dilakukan dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang terjadi dimana selisih yang timbul merupakan laba atau rugi perusahaan untuk periode tersebut.

Pada akhir tahun, dari proyek-proyek yang belum selesai dilaksanakan ditentukan apakah diperoleh laba atau rugi dan membuat jurnalnya sebagai berikut:

Pendapatan Usaha Konstruksi xxx

Beban bahan xxx


(55)

Beban peralatan xxx

Beban penyusutan xxx

Beban administrasi dan umum xxx

Beban bunga xxx

Beban lain-lain xxx

Laba xxx

Apabila diperoleh rugi maka jurnal yang dibuat adalah:

Pendapatan usaha konstruksi xxx

Rugi xxx

Beban bahan xxx

Beban tenaga langsung xxx

Beban peralatan xxx

Beban penyusutan xxx

Beban administrasi dan umum xxx

Beban bunga xxx

Beban lain-lain xxx

Pada saat proyek selesai dikerjakan, pihak pemberi kerja tidak langsung membayar seluruh harga kontrak tetapi menahan sebagian yang besarnya ditentukan dalam surat perjanjian kontrak, biasanya 5% dari keseluruhan nilai kontrak. Penahanan sebagian dari nilai kontrak berfungsi sebagai garansi. Garansi dibuat untuk menjaga kemungkinan adanya perbaikan-perbaikan atau penyempurnaan yang masih harus dilakukan atas proyek yang bersangkutan yaitu supaya kontraktor tidak ingkar kepada kewajibannya dalam masa peralihan itu. Sesudah masa garansi dilewati barulah pihak pemberi kerja melunasi seluruh harga kontrak sesuai dengan yang tercantum dalam surat perjanjian kontrak.


(56)

Apabila dalam masa garansi dilakukan perbaikan-perbaikan atas proyek yang bersangkutan dimana untuk itu perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya, maka biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya pemeliharaan proyek bersangkutan. Maka jurnal penerimaan pelunasan masa piutang setelah masa garansi atau masa penahanan 5% (retention money) adalah:

Kas / Bank xxx

Ditahan untuk pemeliharaan xxx

Metode penentuan laba yang dianut perusahaan adalah metode all inclusive concept dimana semua pendapatan dan biaya baik yang berasal dari operasi normal maupun yang tidak ada hubungannya dengan operasi perusahaan, dimasukkan ke dalam laporan laba rugi.

B. Analisis Hasil Penelitian terhadap:

1. Analisa penentuan dan pengakuan pendapatan

Perusahaan ini mengakui pendapatan dari proyek yang dikerjakan ini dengan menggunakan metode persentase penyelesaian. Hal ini tentu saja tidak bertentangan dengan teori, bahkan menurut penulis metode inilah yang paling tepat karena prestasi berkala perusahaan diperlihatkan dalam laporan laba rugi perusahaan. Dimana dalam pengerjaan proyek membutuhkan waktu lebih dari satu tahun, perusahaan tidak menunggu sampai proyek selesai dikerjakan baru mengakui pendapatan dari proyek tersebut, karena apabila hal ini dilakukan, perhitungan laba rugi perusahaan tidak dapat mencerminkan hasil operasi perusahaan secara layak dan wajar.

Perusahaan mengakui pendapatan berdasarkan kemajuan fisik proyek yang dilaksanakan. Metode persentase penyelesaian ditentukan dengan ukuran hasil (output measures) pada hasil kemajuan yang dicapai secara fisik.


(57)

Alasan perusahaan untuk mengukur persentase penyelesaian proyek dengan ukuran hasil fisik adalah karena metode inilah yang paling sesuai dengan keadaan atau kondisi yang dihadapi dalam mengerjakan suatu proyek. Memang diakui bahwa dengan menggunakan metode ini bisa saja terjadi kesalahan penaksiran yang ada pada akhirnya mengakibatkan ketidak wajaran laporan laba rugi, tetapi perusahaan menjelaskan bahwa hal tersebut sangat kecil kemungkinannya terjadi dan kalaupun terjadi jumlahnya akan relatif kecil sehingga tidak sampai membuat laporan laba rugi tidak wajar, mengingat perusahaan mempunyai tenaga-tenaga ahli dan berpengalaman.

Sebaliknya apabila perusahaan menggunakan metode ukuran masukan (metode biaya ke biaya) sering terjadi biaya untuk menyelesaikan proyek ini maupun proyek lainnya menjadi tidak tepat disebabkan hal-hal diluar kuasa perusahaan, seperti naiknya harga bahan secara drastis karena minimnya persediaan bahan dipasar. Hal ini sering terjadi pada bahan aspal dan semen. Penyebab lainnya adalah keadaan alam yang tidak sesuai dengan yang diperkirakan semula, misalnya cuaca yang terus menerus buruk sehingga pelaksanaan pekerjaan atau proyek terganggu yang pada akhirnya memperbesar biaya pelaksanaan proyek. Memang diakui revisi taksiran biaya penyelesaian dapat saja dilakukan perusahaan tetapi apabila faktor-faktor yang mempengaruhi biaya penyelesaian tersebut sering berubah-ubah secara drastis maka hal tersebut tentu sangat merepotkan perusahaan dalam hubungannya dengan pembuatan revisi taksiran biaya penyelesaian.

Pengakuan pendapatan yang dibuat setiap akhir tahun pada suatu proyek akan sangat membantu manajemen menilai dan mengevaluasi tingkat kemajuan proyek yang telah dicapai, walaupun akan menambah pekerjaan yang dilakukan.


(1)

Penentuan ini juga berhubungan dengan besarnya laba kotor yang akan diakui dalam suatu proyek.

Dalam pengklasifikasian biaya, apakah suatu biaya digolongkan kepada biaya langsung proyek atau merupakan biaya umum dan administrasi, perusahaan belum melakukannya dengan teliti. Hal ini dapat dilihat dari biaya penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan suatu kontrak digolongkan kepada umum dan administrasi. Menurut PSAK No.34 jenis biaya ini merupakan biaya langsung proyek. Kekeliruan dalam masalah penggolongan biaya akan mempengaruhi secara langsung besarnya laba yang akan diakui pada periode yang bersangkutan.

Pengakuan biaya yang dilakukan oleh perusahaan seiring dengan penggunaan barang dan jasa. Khususnya untuk biaya penyusutan aktiva tetap, perusahaan mengalokasikannya secara sistematis dan rasional. Untuk jenis-jenis biaya yang merupakan biaya bersama, perusahaan belum melakukan suatu pembebanan yang tepat untuk jenis biaya ini, misalnya saja dalam pembebanan biaya listrik. Untuk biaya listrik, seluruh biaya ini dibebankan pada bagian umum dan administrasi. Padahal biaya listrik ini sebahagian juga merupakan proyek. Akibat dari kesalahan pembebanan ini maka biaya proyek akan berkurang jumlahnya, yang akibatnya mempengaruhi besarnya laba kotor yang akan diakui.

Dalam akuntansi harus diadakan suatu perbandingan yang layak untuk biaya-biaya yang sifatnya merupakan biaya-biaya bersama. Dalam hal ini biaya-biaya listrik, perusahaan hendaknya melakukan suatu perbandingan yang layak antara biaya listrik untuk umum dan administrasi serta biaya listrik untuk proyek. Demikian juga halnya dengan penyusutan untuk aktiva tetap harus dialokasikan kedalam biaya umum dan administrasi serta biaya proyek.


(2)

Perusahaan dalam hal pengakuan biaya menggunakan metode accrual basis, dimana dengan menggunakan ini biaya sudah dapat diakui walaupun belum terjadi atau tidak terjadi pengeluaran kas atau setara dengan kas. Contoh biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas ataupun setara dengan kas adalah biaya penyusutan. Untuk kewajaran laporan keuangan maka biaya-biaya tersebut juga harus diadakan pisah batas yang layak antara biaya-biaya untuk periode berjalan dengan biaya-biaya untuk periode berjalan dengan biaya untuk periode berikut.

Penggunaan metode akrual basis juga sudah tepat karena walaupun belum terjadi pengeluaran kas atau setara dengan kas, biaya sudah dapat diakui untuk periode berjalan. Dalam hal ini perusahaan harus konsisten dalam menggunakan metode akrual basis untuk menentukan dan mengakui pendapatan dan biaya.

3. Analisa penentuan laba konstruksi pada PT Sibacipta Telekomindo Besarnya laba yang akan diakui oleh perusahaan tidak terlepas dari besarnya pendapatan dan biaya yang terjadi pada periode tersebut. PT

Sibacipta Telekomindo mengakui laba konstruksi dengan cara mengurangkan pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama suatu periode tertentu. Selisih yang timbul merupakan laba atau rugi pada periode tersebut. Jika selisih tersebut positif maka yang timbul adalah laba dan sebaliknya, jika selisih tersebut adalah negatif maka yang timbul adalah rugi.

Dalam mengakui laba, perusahaan juga menggunakan metode akrual basis. Menurut penulis metode yang digunakan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau biasa digunakan oleh para profesi akuntan.

Dalam penyajian laporan laba rugi, perusahaan menggunakan konsep all inclusive, dimana semua pendapatan dan biaya baik yang berasal dari operasi normal perusahaan maupun yang tidak ada hubungannya dengan operasi normal perusahaan dimasukkan kedalam perhitungan laba rugi perusahaan.

Jurnal penentuan laba merupakan hasil proses pencatatan pengakuan pendapatan dan pencatatan penentuan beban, maka pada dasarnya jurnal pencatatan laba yang


(3)

dibuat perusahaan adalah berbeda dengan jurnal penentuan laba yang seharusnya menurut teori pada usaha jasa konstruksi metode persentase penyelesaian. Walaupun demikian, dengan praktek yang dibuat perusahaan juga akan menghasilkan laporan laba rugi yang sama dengan jika digunakan metode pencatatan sesuai dengan teori.

Menurut penulis, konsep penyajian laba yang dianut oleh perusahaan adalah tepat karena dengan konsep ini pengguna laporan keuangan akan mengetahui berapa besar laba yang dihasilkan dari operasi normal perusahaan dan berapa besar laba yang diperoleh dari operasi yang tidak ada hubungannya dengan operasi normal perusahaan.

Sehubungan dengan penentuan laba ini, Ikatan Akuntan Indonesia juga mengatakan bahwa konsep yang digunakan di Indonesia adalah konsep All Inclusive, dalam konsep all inclusive laba didefinisikan sebagai total perubahan dalam kepemilikan yang diakui dengan mencatat transaksi atau revaluasi perusahaan selama periode tertentu, kecuali untuk distribusi deviden, dan transaksi modal. Dalam konsep ini pendapatan atau biaya yang diakui bukan hanya yang berasal dari operasi normal perusahaan saja tetapi juga termasuk didalamnya yang bersifat luar biasa (extra

ordinary).

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004: No.25 Paragraf 52) sebagai berikut :

Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut ; a. laba atau rugi dari aktivitas normal ; dan

b. pos luar biasa

Ad. a. setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan tersebut ( 2004 : 25 : 06).

Ad. b. penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering kali terjadi secara teratur ( 2004 : 25 : 06 ).


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu khususnya bab empat, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengakuan pendapatan dan biaya pada PT. Sibacipta Telekomindo telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 34 tentang akuntansi jasa konstruksi namun perusahaan belum melakukan dengan tepat penggolongan biaya seperti biaya penyusutan sarana dan prasarana dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan suatu kontrak yang merupakan biaya proyek tetapi dimasukkan ke biaya umum dan administrasi

2. Perusahaan mengakui pendapatan setiap akhir tahun atau akhir periode akuntansi dengan menggunakan metode persentase penyelesaian bukan dengan metode kontrak selesai. Persentase penyelesaian diukur dengan menggunakan ukuran hasil (output measures) bukan berdasarkan metode biaya ke biaya ( cost to cost).

3. Untuk jenis biaya yang merupakan biaya bersama, perusahaan masih kurang memperhatikan pengalokasian atau pembebanan biaya tersebut kedalam biaya proyek atau biaya umum dan administrasi. Akibat dari kesalahan pembebanan ini akan mempengaruhi besarnya laba kotor yang akan diakui.

4. Metode pengakuan dan penentuan laba yang digunakan adalah all inclusive

concept, yaitu pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan total biaya

yang terjadi selama periode akuntansi tersebut selisihnya merupakan laba atau rugi periode bersangkutan.


(5)

Berdasarkan kesimpulan yang sudah diuraikan, penulis akan memberikan saran-saran yang menyangkut perusahaan yang diharapkan dapat berguna untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada perusahaan dalam batas kemampuan penulis.

1. Dalam penggolongan biaya harus dilakukan dengan lebih teliti apakah suatu biaya merupakan biaya proyek atau merupakan biaya umum dan administrasi, misalnya saja biaya penyusutan peralatan proyek digolongkan sebagai biaya umum dan administrasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 biaya penyusutan peralatan proyek ini seharusnya digolongkan ke dalam biaya proyek, hal ini perlu diperhatikan agar pendapatan, biaya diakui menunjukkan keadaan yang sebenarnya dari perusahaan.

2. Untuk biaya-biaya yang sifatnya merupakan biaya bersama, misalnya saja dalam pengalokasian biaya listrik, untuk biaya listrik seluruh biaya ini dibebankan pada bagian umum dan administrasi, padahal biaya listrik ini sebahagian juga merupakan biaya proyek. Perusahaan hendaknya membuat suatu alokasi yang layak untuk biaya tersebut karena biaya itu harus dibebankan pada biaya yang dikerjakan dan biaya umum dan administrasi. Hal ini perlu dilakukan dengan teliti karena berhubungan langsung dengan laba kotor yang diakui


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Carter, William. K, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi 14, Alih bahasa: Krista, Salemba Empat, Jakarta.

Dyckman, Thomas R, Roland E. Dukes, and Charles J. Davis, 2000. Akuntansi

Intermediate, Edisi ketiga, Alih bahasa : Munir Ali, Erlangga, Jilid I, Jakarta.

Harnanto, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Buku I, Cetakan keempat, Liberty, Yogyakarta.

Hendriksen, Eldon S, 1999, Teori Akuntansi, Edisi keempat, terjemahan Gunawan Hutahuruk, Erlangga, Jakarta.

Husein, Umar, 2000. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, Edisi Baru, Cetakan Ketiga, PT.Raja Grafindo Persada.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi

Intermediate, Edisi Kesepuluh, Alih bahasa : Herman Wibowo dan Ancella A.

Hermawan, Erlangga, Jilid III, Jakarta.

Skousen, K. Fred, 2001, Akuntansi Intermediate, Alih bahasa: Nugroho Widjajanto, Buku Satu, PT. Dian Mas Cemerlang, Jakarta.

Soemarso S.R, 2009. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober 2004, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku