Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti

(1)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

S K R I P S I

ANALISA PENENTUAN LABA MENURUT

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG

PAJAK NOMOR 17 TAHUN 2000 PADA

PT CAHAYA GUNUNG SAKTI

OLEH :

NAMA : Sri Anggraini Putri

NIM : 040522007

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Pajak Nomor 17 tahun 2000 pada PT.Cahaya Gunung Sakti”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 01 Juli 2009 Yang membuat pernyataan

Sri Anggraini Putri NIM. 040522007


(3)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Analisa Penentuan laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Pajak Nomor 17 tahun 2000 Pada PT. Cahaya Gunung Sakti ”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis dengan hati terbuka menerima semua kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca skripsi ini.

Sebagai wujud rasa syukur penulis, penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MS.i, Ak, dan Bapak Fahmi Natigor, SE, M.Acc, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Abikuso Dharsuky, MM, Ak, selaku dosen pembimbing yang menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran ditengah kesibukannya yang memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.


(4)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

4. Bapak Drs.Arifin Lubis, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Drs Wahidin Yasin, MS.i, Ak selaku Dosen Pembanding II yang telah menyediakan waktu memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak H.M.Ilyas dan Ibu Hj.Nelly Ida suryati, selaku kedua orang tua saya yang selalu mendukung, memberikan semangat dan mendokan saya dalam menyelesaikan skripsi ini dan menjalani kehidupan ini.

6. Keluarga Besar Alm. H.Wahab Pane, atas segala dukungan yang memberikan harapan buat saya untuk menjalani hidup esok lebih baik dari hari ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memenuhi maksud dan tujuannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya

Medan, 01 Juli 2009

(Sri Anggraini Putri ) Nim :040522007


(5)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ Analisis Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT. Cahaya Gunung Sakti ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab perbedaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung Sakti dan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan perusahaan untuk menjembatani perbedaan tersebut.

Data dianalisa dengan menggunakan metode deskripsi. Data yang dianalisis disusun sesuia dengan kebutuhan analisa dan selanjutnya dianalisa dengan membandingkan teori dengan konsep yang relevan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Kesimpulan yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah bahwa perbedaaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung Sakti disebabkan adanya perbedaan berupa tetap yang terdiri dari biaya natura, biaya sumbangan, dan pendapatan bunga yang diakui perusahaan sebagi biaya dan pendapatan tetapi tidak diakui dalam Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000, sedangkan perbedaan berupa waktu adalah biaya penyusutan, disebabkan oleh perhitungan biaya penyusutan menurut perusahaan berbeda dengan perhitungan biaya penyusutan menurut pajak,. Karena adanya perbedaan tersebut perusahaan melakukan koreksi fiskal untuk menentukan penghasilan kena pajak atau laba fiskalnya yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak pengasilan perusahaan.

Kata Kunci : laba akuntansi, laba fiskal, koreksi fiskal


(6)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

ABSTRACT

The thesis is entitled as “ Analysis of Fixation Income in Financial Accounting Standard and Ordinance of 17, in The Year of 2000 at PT. Cahaya Gunung Sakti “. The aim of this research is to find out cause distinction of income fixation in financial accounting standard and ordinance of 17, in the year of 2000 at PT. Cahaya Gunung Sakti and to find out what will corporation do to bridge the distinction.

The data is analyzed by using descriptive method. The collected data arranged based on the analyzed need and the analyzing by comparing between theory and relevant concept until the conclusion is drawn.

The conclusion of this research is that the distinction of fixation income in financial accounting standard and ordinance of 17, in the year of 2000 at PT. Cahaya Gunung Sakti is caused by fixed distinction which consists of natura cost, contribution cost, and interest revenue admitted as cost and revenue by corporation but not admitted by ordinance of 17, in year of 2000, while the time distinction consists of depreciation expense, counted by corporation are difference when it is accounted by fiscal. Because of the distinction, corporation do fiscal correction for fixing taxable income which is used as the base counting corporation income tax.


(7)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... .. 3

C. Tujuan dan manfaat Penelitian ... ...4

D. Kerangka Konseptual ... ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Penghasilan ... …7

B. Pengertian dan Fungsi Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi ... ...12

2. Fungsi Akuntansi...13

C. Pengertian Laba dan Biaya Menurut Akuntansi 1. Laba Menurut Akuntansi ... 14


(8)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

2 Biaya Menurut Akuntansi ... 16

D. Penentuan Laba dan Biaya Menurut Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000...18

E. Laba Fiskal...20

F. Beda Tetap dan Beda Waktu ...30

G. Koreksi Fiskal...31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... .34

B. Jenis dan Sumber Data ... .34

C. Teknik Pengumpulan Data ... .35

D. Metode Analisis Data ... .35

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan ... .36

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... .37

3. Laporan keuangan perusahaan ... .43

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Laba Akuntansi Perusahaan Sebagai Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan……….44

2. Analisis Pendapatan Kena Pajak Menurut Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000 ………...45 3. Analisis Atas Perbedaan Laba Menurut Standar Akuntansi


(9)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

keuangan dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ...47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Saran………. 51

DAFTAR PUSTAKA...53


(10)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Laporan Laba Rugi ... 43 2 Koreksi Fiskal ... 46 3 Perbandingan Laba Rugi Menurut Akuntansi dan Perpajakan ... 48


(11)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(12)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1 Struktur Organisasi ... 55 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008…………. 56


(13)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Pembiayaan pembangunan dapat diperoleh dari sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Maka pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang memiliki peran besar. Oleh sebab itu masyarakat umum dan badab-badan usaha lain harus sadar pajak, membayar dan melaporkan pajak terhutangnya dengan tertib dan jujur, sehingga nantinya pembagunan di negara kita ini terus berkembang dengan baik, dan Indonesia bisa menjadi negara yang maju.

Dalam perhitungan, pemungutan, dan pelaporan pajak, pemerintah telah membuat peraturan perudang-undangan yang dapat membantu masyarakat dan merupakan suatu dasar dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Undang-undang pajak di Indonesia telah banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1


(14)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan juga telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan pertama undang pajak penghasilan tersebut adalah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991, perubahan yang kedua adalah Undang-Undang-undang Nomor 10 Tahun1994, perubahan ketiga adalah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, dan perubahan kempat asalah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009. Dalam skripsi ini penulis menggunakan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, karena laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2008, dan Undang-undang Nomor 2009 berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.

PT. Cahaya Gunung Sakti merupakan perusahaan yang bergerak dalam kegiatan memproduksi batu es yang telah menyusun laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun sebagai wajib pajak yang harus mematuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak, laporan keuangan PT. Cahaya Gunung Sakti juga harus disesuaikan dengan peraturan pajak dalam hal ini Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam laporan keuangan perusahaan ada beberapa item yang tidak diperkenankan oleh undang-undang pajak, misalnya penyusutan ataupun beban-beban yang tidak diperkenankan oleh undang-undang pajak ternyata dimasukkan sebagai pengurang penghasilan dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga dalam penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan adanya perbedaan perhitungan besarnya laba


(15)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

atau rugi bersih perusahaan yang dijadikan dasar perhitungan pajak penghasilan terhutang.

Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan karena konsep dan cara penentuan laba yang ditetapkan menurut Standar Akuntansi Keuangan tidak selalu sama yang diatur menurut undang-undang perpajakan. Ketentuan perpajakan pada umumnya menganut cara yang sama dengan apa yang terdapat dalam Standar Akuntansi Keuangan, namun pada item-item tertentu terdapat perbedaan didalam pengakuan pendapatan dan beban menurut konsep akuntansi dan konsep perpajakan. Maka untuk itu, diperlukan koreksi fiskal yang merupakan rekonsiliasi antara Standar Akuntansi Keuangan dengan undang-undang perpajakan. Dari laba bersih perusahaan yang di koreksi fiskal maka akan terbentuk laba kena pajak yang sesusi Undang-undang pajak. Dan laba kena pajak ini lah yang akan di kenakan tarif pajak dalam perhitungan hutang pajak PT.Cahaya Gunung Sakti.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahsanya dalam skripsi yang berjudul “ Analisis Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT. Cahaya Gunung Sakti ”.


(16)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Berdasarkan uraian di atas, maka Perumusan Masalah yang dapat disimpulkan Penulis adalah

Koreksi fiskal apakah yang harus dilakukan untuk menjembatani perbedaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung Sakti ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah melihat beberapa Permasalahan yang ada, yang menjadi tujuan dalam penelitian adalah

Untuk mengetahui koreksi fiskal yang harus dilakukan untuk menjembatani perbedaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung Sakti.

Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang pajak penghasilan.


(17)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran, saran dan gambaran tentang pengasilan kena pajak perusahaan setelah koreksi fiskal.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis, khususnya yang berkaitan pajak penghasilan.

D. Kerangka Konseptual

PT. Cahaya Gunung Sakti menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Laba bersih yang tercantum dalam laporan keuangan perlu di koreksi fiskal berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Koreksi fiskal dilakukan karena ada perbedaan laba dan biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Setelah dilakukan koreksi fiskal maka dihasilkan laba kena pajak yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan.


(18)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

PT. CAHAYA GUNUNG SAKTI

Laporan Keuangan Disusun Berdasarkan Prinsip Akuntansi Yang Berterima Umum (Standar Akuntansi Keuangan)

Laba Bersih

Koreksi Fiskal Berdasarkan Undang-undangan No.17 Tahun 2000


(19)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.


(20)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Rochmat Soemitro (2005:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum.

Ciri-ciri pengertian pajak adalah sebagai berikut : 1. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada Negara.

2. Pajak dipungut berdasarkan/dengan ketentuan Undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

3. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh pemerintah pusat maupun daerah). 5. Pajak diperuntukan untuk pengeluaran pembayaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai publik investment.

Terdapat 3 (tiga) fungsi penting pajak yang diterima oleh Negara, yaitu :


(21)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Penerimaan pajak dimasukan dapam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dalam sisi penerimaan, dan dipakai untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Sejak dasawarsa 80-an, peranan pajak jauh diatas pos-pos penerimaan yang lain seperti migas dan PNBP ( Penerimaan Negara Bukan Pajak). Dividen atau keuntungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang dimasukkan ke kas pemerintah, tergolong sebagai PNBP.

2. Sebagai alat pemerataan pendapatan

Untuk mewujudkan keadilan sosial, dibutuhkan instrumen-instrumen yang menjamin pemerataan sosial-ekonomi. Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan tarif pajak progresif (tarif pajak lebih tinggi untuk golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi). Akan tetapi, secara de facto, tarif pajak progresif hanya bisa efektif sebagai instrumen pemerataan apabila dana yang dikumpulkan kemudian dialokasikan betul-betul untuk kepentingan golongan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Pengalokasian pajak untuk memperbaiki fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu, merupakan contoh betapa pajak progresif efektif sebagai instrumen pemerataan.


(22)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

3. Alat mendorong investasi

Apabila realisasi penerimaan pajak dalam APBN ternyata lebih besar dari anggaran pengeluaran rutin, maka ada saldo yang dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah. Menurut teori ekonomi, investasi akan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pelipatan (multiplying effect). Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, saldo tersebut bisa dialokasikan langsung untuk menambah proyek-proyek pembangunan. Akan tetapi, dapat juga saldo anggaran disimpan lebih dahulu dalam tabungan pemerintah (government saving) untuk dialokasikan pada periode anggaran berikutnya.

Salah satu jenis pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat adalah Pajak Penghasilan (Pph).

Menurut Siti Resmi (2005:74) Pajak Pengahasilan (Pph) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.

Pengertian subjek pajak meliputi : 1. Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar negeri.

2. Warisan

Warisan yang belum di bagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.


(23)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

3. Badan

Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditier, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, dan bentuk badan usaha lainnya.

4. Bentuk Usaha Tetap

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada Indonesia tidak lebih dari 183 hai dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Sedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah : 1. Badan perwakilan negara asing ;

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan knsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang dipebantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar


(24)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

jabatannya di Indonesia, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik ;

3. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia ;

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau melakukan kgiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

Dalam PSAK No. 46 (2007:46.2) pajak pengasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan.

Menurut Undang-undang perpajakan Nomor 17 Tahn 2000, pajak penghasilan dipungut berdasarkan tarif. Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan tarif untuk badan usaha yaitu :

1. Rp. 0 s/d Rp 50.000.000,- dikenakan tarif 10 %.

2. Rp. 50.000.000,- s/d Rp.100.000.000,- dikenakan tarif 15 %. 3. Rp.100.000.000,- dikenakan tarif 30 %.


(25)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Sedangkan menurut Undang-undang perpajakan Nomor 36 tahun 2008, tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak untuk badan adalah sebahai berikut :

1. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 %.

2. Wajib pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40 % dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5 % lebih rendah dari 28 %.

3. Dan mulai tahun 2010, tarif pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan akan berubah menjadi 25 %

B. Pengertian dan Fungsi Akuntansi

1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.

Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah menghitung atau


(26)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.

Menurut American Accounting Association ( AAA ). Akuntansi merupakan :

"Proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut ".

Menurut Smith dan skousen (1996:3) akuntansi adalah aktivitas jasa fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bemanfaat dalam pengambilan keputusan dalam menetapkan pilihan yang tepat diantara berbagai altenatif tindakan.

Sedangkan dalam buku Akuntansi Perpajakan (2006:1) akuntansi adalah urutan proses kegiatan pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara tertentu atas transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi serta penafsiran terhadap hasilnya.

2. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi adalah menyajikan informasi yang kuantitatif antara lain berupa laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan


(27)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

dengan perusahaan tersebut, misalnya para pemilik pemegang saham, manajemen dan pemerintah

C. Pengertian Laba dan Biaya Menurut Akuntansi

1. Laba menurut Akuntansi

Laba akuntansi adalah pengukuran laba berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima umum yang biasa digunakan dalam dunia bisnis. Laba akuntansi diperoleh dari menandingkan antara pendapatan atau penghasilan dengan biaya-biaya yang terkait ( matching cost against revenue ). Berdasarkan laba akuntansi Penghasilan (income) adalah penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan di kenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty, dan sewa.

Dalam PSAK No.46 laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:46.2)

Menurut Djoko (2006:143) laba bersih komersil adalah besarnya laba yang dihitung oleh wajib pajak sesuai dengan sistem dan prosedur


(28)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

pembukuan yang wajar yang diakui dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Laba bersih adalah selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang dibebankan dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha.(Soemarso, 1996:57)

Laba berasal dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, berikut dapat dilihat beberapa penjelasan mengenai pendapatan.

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, pendapatan jasa, bunga, dividen, royalty, dan sewa.

Menurut Smith dan skousen (1996:123) pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjuatan dari suatu entitas.

Dalam PSAK No. 23 (2007:23.2) pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penaman modal.

Pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila pendapatan keuntungan tersebut telah direalisasikan, dan pendapatan keuntungan tersebut


(29)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba telah diselesaikan.

2. Biaya Menurut Akuntansi

Biaya adalah semua pengurangan terhadap penghasilan. Sehubungan dengan periode akuntansi, pemanfaatan pengeluaran dipisahkan antara pengeluaran capital dengan pengeluaran penghasilan.

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau kekurangan aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Beban dapat didefinisikan sebagi arus keluar barang dan jasa, yang dibebankan pada/ditandingkan (matched) dengan pendapatan (revenue) untuk menentukan laba (income).(Matz dan Usry, 1994:20)

Menurut Smith-skousen (1996:123) beban adalah arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.

Kebutuhan akan data biaya berbeda-beda dan biaya-biaya mungkin dihitung berdasarkan kondisi, dan tujuan yang berbeda-beda serta untuk keperluan pihak-pihak berbeda pula. Oleh sebab itu, kita jumpai


(30)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

keanekaragaman di dalam pemakaian istilah dan konsep yang digunakan dalam perhitungan biaya. Yang jelas, biaya haruslah didasarkan pada fakta yang bersangkutan, dan cukup terukur sehingga memungkinkan perusahaan mengambil keputusan yang tepat.

Menurut Abas Kartadinata (2001:24) Biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang, yang dilakukan atau harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan harga penukaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu manfaat

Pengumpulan, penyajian dan analisis data biaya harus dapat memenuhi tujuan-tujuan dan keperluan-keperluan dasar berikut ini :

1. Perencanaan rugi-laba dengan perantaraan budget 2. Pengawasan biaya melalui responsibility accounting.

3. Mengukur laba tahunan atau laba periodik, termasuk hitung pokok persediaan.

4. Membantu penentuan harga-jual dan kebijaksanaan harga.

5. Menyediakan data yang diperlukan untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan.

Agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan-hambatan yang mengganggu, diperlukan perencanaan dan pengawasan. Walaupun kegiatan perencanaan menurut partisipasi dari tiap jajaran dalam perusahaan, pada dasarnya perencanaan tetap merupakan tugas pimpinan utama perusahaan. Sebaliknya, kegiatan pengawasan akan


(31)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

menembus setiap lapisan dalam perusahaan. Untuk dapat melaksanakan kedua tugas ini sebaik-baiknya, pimpinan perusahaan memerlukan data biaya yang sistematis dan komparatif. Dengan data biaya komparatif dimaksudkan data yang memuat perbandingan dengan data di masa lalu atau dengan sasaran yang telah ditentukan. Pimpinan juga memerlukan analisis biaya dan data rugi laba untuk dapat mengelola perusahaan sebagaimana mestinya.

D. Penentuan Laba dan Biaya menurut Undang-Undang Pajak No.17 Tahun 2000

Laporan akuntansi yang digunakan untuk tujuan perpajakan berbeda dengan laporan untuk tujuan lain. Hal ini disebabkan oleh berbedanya konsep tentang transaksi dan kejadian keuangan, metode pengukuran dan cara pelaporan. Untuk tujuan pajak, konsep tentang transaksi dan kejadian keuangan serta bagaimana mengukur dan melaporkannya ditetapkan oleh peraturan pajak. Oleh karena setiap perusahaan akan selalu berurusan dengan masalah perpajakan, maka seorang akuntan perlu mengetahui konsep, metode, dan cara pelaporan untuk perpajakan tersebut. Disamping itu, peraturan perpajakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan usaha yang dilakukan perusahaan. Dalam menghadapi masalah pajak, akuntan dapat berperan dalam hal perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan peraturan perpajakan atau mewakili perusahaan dihadapan kantor pajak.


(32)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Penghasilan adalah tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. Tambahan kekayaan neto merupakan akumulasi penghasilan yang belum dikenakan dan bukan objek pajak adalah penghasilan. Atau dapat disimpulkan bahwa semua tambahan kekayaan neto atau tambahan kekayaan yg tidak dikecualikan oleh Undang-undang adalah penghasilan.

Biaya adalah semua pengurang terhadap penghasilan. Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

 Biaya yangmempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun;

Merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.

 Biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun Biaya ini pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.

Disamping itu apabila ada dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karna kurs, maka kerugian-kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.


(33)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

E. Laba Fiskal

Penghasilan kena pajak atau laba fiskal merupakan laba yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu Undang-undang Pajak Nomor 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan, sesuai dengan peryataan dalam PSAK No.46 pengasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:46.2)

Menurut Djoko (2006:143) penghasilan kena pajak adalah selisih yang didapat dari penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan dikurangi dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan ditambah dengan penghasilan lainnya yang merupakan objek pajak.

Penghasilan Kena Pajak berdasarkan prinsip taxability deductability, dengan prinsip-prinsip ini suatu biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila pihak yang menerima pengeluaran atas biaya yang bersangkutan melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan tersebut dikenakan pajak (taxable). Misalnya tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan dapat dianggap sebagai biaya dan mengurangi laba kotor jika karyawan yang menerima tunjangan tersebut mengakui tunjangan yang memberikan sebagai bagian dari penghasilan bruto dan dikenakan pajak .


(34)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Untuk menghitung penghasilan kena pajak minimal ada 5 (lima) komponen yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Penghasilan yang menjadi objek.

2. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak. 3. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final. 4. Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto. 5. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto. Pendapatan dan Biaya menurut Undang-undang Pajak No.17 tahun 2000 adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Pendapatan Menurut Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000 Berdasarkan pasal 4 (1) UU Pajak No. 17/2000 yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Jenis penghasilan yang dikenakan pajak atau objek pajak sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) UU Pph adalah sebagai berikut :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,

bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;


(35)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2) keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota; 3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;


(36)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. royalti;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Adapun bentuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (3) UU Pph adalah :

a. 1) bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau


(37)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)


(38)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;

g. iuran yang diterirna atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;

j. bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha; k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa

bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan


(39)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

2. Penentuan Biaya Menurut Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000

Pengurangan atau biaya yang diperkenankan dikurangakan dari pengahasilan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap sesuai dengan pasal 6 ayat (1) UU Pph sebagi berikut :

a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasitan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian dari selisih kurs mata uang asing;


(40)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

g. biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:

1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau -Badan Urusan Piutang danLelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/ pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;

3) telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan

4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak;

yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan DirekturJenderal Pajak.

Biaya-biaya yang bukan pengurangan penghasilan kena pajak berdasarkan pasal 9 ayat (1) UU Pph sebagi berikut :

a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa, guna usaha dengan hak opsi, cadangan


(41)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

untuk usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkut an;

e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;


(42)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

h. Pajak Penghasilan;

i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak dalam negeri da bentuk usaha tetap dapat di bagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu :

 Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun.

Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.

 Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun .

Pengeluaran yang mempunyai mas amanfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebananya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi


(43)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh wajib pajak dapat pula dibedakan menjadi, yaitu :

 Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya.

Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang pembebananya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.

 Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya.

Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pengusaha yang baik. Oleh karena itu Pengeluaran yang melampaui baas kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

F. Beda Tetap dan Beda Waktu

Perbedaan-perbedaan penghasilan dan pengeluaran menurut akuntansi dan perpajakan dapat berupa :


(44)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

1 Perbedaan tetap

Perbedaaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal, sehingga mengakibatkan laba menurut akuntansi berbeda dengan laba kena pajak menurut fiskal. Contohnya penghasilan bunga bank, dividen, dan penghasilan lain yang sifat pemungutan pajaknya final.

2 Perbedaan waktu

Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuaan pendapatan dan biaya untuk perhitungan laba. Suatu biaya atau penghasilan diakui menurut akuntansi komersial dan belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Contohnya pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan harta berwujud, amortisasi harta tidak bewujud, penilaian persediaan, dan lain-lain.

G. Koreksi Fiskal

Untuk menjembatani perbedaan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan penghasilan kena pajak menurut Undang-undang Perpajakan, maka dilakukan koreksi fiskal terhadap laba secara komersial. Koresi fiskal tersebut berupa :

1 Koreksi Positif

Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan pengurangan biaya yang diakui dalam laporan laba rugi komersial menjadi


(45)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

semakin kecil, atau yang berakibat adanya penambahan penghasilan. Kegiatan yang mengakibatkan koreksi positf sebagai berikut :

a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan ;

b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurangan penghasilan kena pajak ;

c. Biaya yang diakui lebih kecil ;

d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak ; e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang dikenakan Pph final.

2 Koreksi Negatif

Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang berakibat dengan adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi komersial menjadi semakin besar, atau yang berakibat adanya pengurangan penghasilan. Kegiatan yang mengakibatkan koreksi negatif sebagai berikut :

a. Biaya yang diakui lebih besar ;

b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak ;

c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan Pph final.

Koreksi positif dan koreksi negatif dapat ditemukan dalam contoh transaksi dibawah :


(46)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

 Retur penjualan yang diterima sebuah perusahaan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.50.000.000,-, sedangkan dalam laporan laba akuntansi Rp. 65.000.000,-, maka perlu dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 15.000.000,-.

 Pph yang dibayar dimuka oleh perusahaan adalah sebesar Rp.60.000.000,- (Pph pasal 25), dan dikenakan Pph pasal 23 atas bunga deposito sebesar Rp.10.000.000, karena perusahaan telah dikenakan Pph final atas bunga deposito, maka harus dilakukan koreksi negatif sebesar Rp.50.000.000,-.


(47)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian dimulai bulan Februari 2009 dan dilakukan di PT. Cahaya Gunung Sakti, yang bertempat di Jalan Jendral S.Parman Kompleks MBC (Medan Bisnis Center) Blok A-1.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ada 2 (dua), yaitu : 1 Data Primer

Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). (Indriantoro dan Supomo,2002:146). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi serta koreksi fiskal yang dilakukan perusahaan.

2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). (Indriantoro dan Supomo,2002:147). Data sekunder yang


(48)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

digunakan dalam penelitian dapat berupa Undang-undang Nomor 17 tahun 2000, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan Standar Akuntansi Keuangan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak responden untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan melaksanakan penelitian, dalam penelitian ini dilakuka n tanya jawab pada bagian keuangan ;

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap dokumen-dokumen yang dikumpulkan selama penelitian yang berupa laporan laba rugi perusahaan, koreksi fiskal perusahaan, Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 dan Standar Akuntansi Keuangan.

D. Metode Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, mengimplentasikan dan menganalisa data sehingga memberikan keterangan lengkap bagi masalah yang dihadapi.


(49)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

C. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Cahaya Gunung Sakti Medan adalah perseroan terbatas yang berkedudukan di Jl. Jendral S. Parman Kompleks Medan Bisnis Center (MBC) Blok A-1 dan PT. Cahaya Gunung Sakti didirikan berdasarkan Akte No. 74 tanggal 29 April 1999 yang dibuat dihadapan Aida Sri Fatriani, SH, pengganti sementara dari Notaris Aniswar Yanis, SH, Notaris di Medan. Akte pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia, No.C-19014.HT.01.01.TH.00, tanggal 19 November 1999.

PT. Cahaya Gunung Sakti Medan ini memiliki pabrik es di daerah Tanjung Beringin. Pendirian pabrik es ini dikarenakan kebutuhan petani tambak dan nelayan di Kabupaten Langkat. Selama ini Kabupaten Langkat hanya ada satu pabrik es yaitu Bintang Mas dengan kapasitas produksi 1.600 batang per hari. Kekurangan kebutuhan es selama ini dipasok dari kota Medan dan langsa sehingga peluang kebutuhan es ini yang mendasari PT. Cahaya Gunung Sakti Medan untuk membuka usaha pabrik es di Kabupaten Langkat dengan


(50)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

kapasitas produksi 928 batang per hari. PT. Cahaya gunung Sakti pada saat ini dipimpin oleh seorang direktur yang bernama Kianto, SE, serta membawahi 42 orang tenaga kerja baik yang berkerja dikantor yang di Jl. Jendral S. Parman Kompleks MBC Blok A-1 maupun pabrik di Tanjung Beringin.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam mencapai kualitas dan kuantitas produk yang direncanakan, maka pihak perusahaan membuat struktur perusahaan dan pabrik pengelolaan es batangan seefektif mungkin. Dengan membuat pembagian tugas yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya. Sehingga fungsi, kewajiban dan hak-hak masing-masing karyawan dapat dijalankan dengan efektif dan efisien.

Susunan organisasi perusahaan akan dipersiapkan seefisien mungkin dan didasarkan kepada masing-masing fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan.

Uraian tugas dan tata kerja personil organisasi perusahaan PT. Cahaya Gunung Sakti Medan adalah sebgai berikut :

a. Komisaris

Komisaris adalah wakil dari para pemegang saham yang mempunyai fungsi untuk menetapkan garis-garis kebijaksanaan bersama direksi dan seluruh kegiatan perusahaan.


(51)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

b. Direksi

Secara umum merupakan:

1) Penanggung jawab tertinggi terhadap segala kegiatan perusahaan baik intern maupun ekstern yang juga merupakan koordinasi tertinggi dalam menjalankan perusahaan ketujuan yang dikehendaki.

2) Berfungsi untuk prevoir (mempersiapkan), Organizer (menyusun), Commander (mengarahkan), dan Controller (mengendalikan).

Direksi sesuai dengan fungsinya harus mampu membuat garis-garis pokok kebijaksanaan dalam program kegiatan, menyusun organisasi, member komando serta penugasan kepada para pelaksannya dan memimpin pelaksanan tersebut, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pelaksanaan dan memeriksa apakah tindakan-tindakan yang dilakuakn sesuai dengan penugasan serta petunjuk yang diberikan. Direksi sebagai pimpinan puncak dapat melimpahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada para bawahan dan mempunyai tugas-tugas utama sebagai berikut :

1) Menetapkan kebijaksanaan perusahaan, baik keluar maupun kedalam. 2) Memimpin dan mengawasai seluruh kegiatan kerja, aktivitas

perusahaan, ketentuan kebijaksanaan lainnya yang telah disepakati bersama antara dewan komisaris dan direksi.


(52)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

3) Memiliki wewenang dan tanggung jawab tertinggi dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional maupun dalam pengembangan perusahaan dalam batas yang ditentukan.

4) Bertindak atas nama perusahaan dalam mengadakan hubungan yang saling menguntungkan dengan perusahaan lain.

5) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban yang dituangkan dalam laporan laba rugi, laporan neraca perusahaan dan lain-lain kepada rapat dewan komisaris yang dihadiri oleh para pemegang saham.

6) Mengkoordinasi seluruh kegiatan perusahaan.

c. Manajer Pabrik

Tugas dan kewajiaban manajer pabrik antara lain :

1) Melaksanakan, mengatur dan mengawasi rencana pekerjaan administrasi pabrik seperti perawatan bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan dan juga produksi yang disesuaikan oleh rencana yang digariskan oleh rencana yang digariskan oleh perusahaan.

2) Menyusun dan melaksanakan jadwal rencana pemeliharaan dan perawatan pabrik yang disesuaikan dengan petunjuk teknis syarat-syarat yang ditetapkan.

3) Menginventarisir juamlah asset yang ada menurut jenis, unsur dan kondisi serta mendelegasiakan atau mengkonirmasi kepada bagian administrasi dan keuangan.


(53)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

4) Mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi permintaan dari staf pabrik dan para pekerjanya.

5) Menyusun datar kerja lembur, sesuai dengan kebutuhan dan yang disesuaikan dengan norma-norma perusahaan.

6) Menjaga suasana kerja yang baik dilingkungan pabrik yang di koordinirnya.

7) Mendelegasikan tugas-tugas lain yang dapat dikerjakan oleh para staf dan karyawannya.

8) Mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban karyawandalam hal cuti tahunan, cuti sakit, izin dan lain-lain.

9) Memberikan bimbingan, petunjuk dan nasehat kepada para bawahan atau karyawan lainnya.

10) Menjalankan sanksi kepada staf, karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan.

11) Bertanggung jawab terhadap kelancaran pekerjaan pabrik yang di koordinirnya.

12) Bertanggung jawab terhadap pengeluaran-pengeluaran uang yang dipergunakan oleh bawahannya kepada pemilik.

d. Bagian Teknisi Pabrik


(54)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

1) Memberikan masukan kepada manajer pabrik dalam menetapkan kebijaksanaan perusahan khususnya masalah teknik mesin dan peralatan lainnya.

2) Memberikan intruksi untuk pelaksanaan kerja operator

3) Menjaga dan merawat mesin-mesin pabrik agar tetap awet dan sehat 4) Memperbaiki mesin-mesin atau peralatan pabrik yang rusak.

e. Mandor

Tugas dan tanggung jawab mandor adalah :

1) Mengawasi para karyawan yang bekerja dipabrik. 2) Mencatat waktu jam kerja setiap karyawan

3) Membuat laporan hasil kerja karyawan pabrik kepada personalia.

f. Personalia

Tugas dan tanggung jawab personalia adalah :

1) Mencari dan menseleksi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan

2) Memberikan arahan dan latihan kepada karyawan baru. 3) Mengawasi dan mengontrol sikap para karyawan pabrik. 4) Mengatur dan membuat daftar hadir karyawan.

5) Memecat dan memberhentikan karyawan sesuai dengan instruksi manajer.


(55)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

6) Mengurus masalah hubungan keluar yaitu masalah pajak, orang pemerintahan, masyarakat setempat dan alin sebagainnya.

g. Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab pemasaran adalah : 1) Mencari pembeli es untuk perusahaan.

2) Memasarkan es keluar perusahaan yaitu kedaerahan sekitar kabupaten langkat dan beberapa daerah lainnya yang masih membutuhkan es. 3) Menentukan harga standar penjualan es perusahaan.

h. Keuangan

Tugas dan tanggung jawab keuangan adalah :

1) Menerima dan mengeluarkan dana perusahaan sesuai instruksi dari direktur utama, direktur dan manajer.

2) Mengurus dana perusahaan yang ada di bank-bank. 3) Membayar gaji karyawan.

4) Mengatur sistem pembayaran hutang perusahaan pada pihak pemasok.

i. Administrasi

Tugas dan tanggung jawab administrasi adalah :

1) Mencatat semua transaksi akuntansi yang terjadi dalam perusahaan 2) Membuat laporan keuangan dan laporan akuntansi lainnya.


(56)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

3) Mengelompokan, mengarsip dokumen dan bon-bon perusahaan.

j. Umum

Tugas dan tanggung jawab bagian umum adalah untuk mengurus hal-hal umum yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, misalnya mengurus listrik, air, mobil, memperbaiki bangunan kantor dan lain-lain.

3. Laporan keuangan perusahaan

Untuk melakukan analisa Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 diperlukan laporan laba-rugi periode 31 Desember 2008 PT. Cahaya Gunung Sakti adalah sebagai berikut :

Tabel 1

PT. CAHAYA GUNUNG SAKTI LAPORAN LABA RUGI PER 31 DESEMBER 2008

( dalam Rp.)

Penjualan 3,331,721,250.00

Harga Pokok Penjualan

Persedian Awal

56,074,125.00

Harga Pokok Produksi

1,672,581,515.00

Persedian Tersedia Dijual

1,728,655,640.00

Persedian Akhir

(56,074,125.00)


(57)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

laba (Rugi) Kotor 1,659,139,735.00

Biaya Usaha

Biaya Operasional

308,928,238.00

Biaya Umum dan Administrasi

138,098,538.00

Total Biaya Usaha 447,026,776.00

Laba (Rugi) Usaha 1,212,112,959.00

Pendapatan dan Biaya Lain-Lain

Pendapatan Lain-lain

192,837,041.00

Biaya Bunga

(84,350,000.00 )

Total Pendapatan (Biaya) Lain-Lain 108,487,041.00

Laba Sebelum Pajak 1,320,600,000.00

Pajak Pengahasilan 378,680,000.00

Laba Setelah Pajak 941,920,000.00

Sumber : PT. Cahaya Gunung Sakti

D. Analisis Hasil Penelitian

4. Analisis Laba Akuntansi Perusahaan Sebagai Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan

Laba akuntansi PT. Cahaya Gunung Sakti disajikan berdasarkan prosedur pembukuan yang wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Laba akuntansi merupakan selisih lebih pendapatan dengan biaya-biaya yang dibebankan selama periode 2008.


(58)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Berdasarkan perhitungan Laba-Rugi PT. Cahaya Gunung Sakti yang disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, maka selama periode tahun 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 1,320,600,000 ,dengan demikian besarnya pajak penghasilan berdasarkan laba perusahaan adalah sebagai berikut :

5. Analisis Laba Fiskal Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Laba fiskal atau pendapatan kena pajak yang menjadi dasar pengukuran pajak penghasilan dapat dihitung dari laba akuntansi PT. Cahaya Gunung Sakti dikurangi dengan koreksi fiskal.

Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan pengakuan pendapatan dan biaya menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :

a. Koreksi Positif

10% X Rp 50,000,000.00 = Rp 5,000,000.00 15% X Rp 50,000,000.00 = Rp 7,500,000.00 30% X Rp 1,220,600,000.00 = Rp 366,180,000.00 Pajak Penghasilan Rp 378,680,000.00


(59)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Biaya natura sebesar Rp. 93,386,673 karena biaya tersebut termasuk biaya yang berhubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, sehingga tidak dapat dikurangkan sesuai dengan pasal 9 huruf e Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000.

Biaya sumbangan sebesar Rp. 50,367,100 , karena biaya tersebut bukanlah merupakan objek pajak penghasilan sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf g Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000.

Biaya penyusutan sebesar Rp. 73,581,270 , karena adanya perbedaan perhitungan penyusutan menurut akuntansi dengan menurut pajak.

b. Koreksi Negatif

Pendapatan bunga bank sebesar Rp. 92,235,579 , karena pendapatan ini merupakan pendapatan perusahaan yang sudah dikenakan Pph Final sesuai dengan pasal 4 ayat 2 Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000.

Tabel 2

PT. CAHAYA GUNUNG SAKTI KOREKSI FISKAL

TAHUN 2008 ( dalam Rp.) Laba (Rugi) Sebelum

Pajak 1,320,600,000.00

1. Koreksi fiskal Positif

Biaya Natura

93,386,673 Biaya Sumbangan


(60)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

50,367,100

Biaya penyusutan

73,581,270 Total koreksi Fiskal

Positif

217,335,043 2. Koreksi fiskal

Negatif

pendapatan bunga

92,235,579

Total koreksi Fiskal Negatif

92,235,579

Laba Bersih Kena Pajak

1,445,699,464 Sumber : PT. Cahaya Gunung Sakti

6. Analisis Atas Perbedaan Laba Menurut Standar Akuntansi keuangan dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

Perbedaan besarnya laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000 pada perusahaan makibatkan adanya perbedaan besarnya perhitungan pajak penghasilan perusahaan. Setelah dilakukan koreksi fiskal maka besarnya pajak penghasilan perusahaan adalah sebagai berikut :

10% X Rp 50,000,000.00 = Rp 5,000,000.00 15% X Rp 50,000,000.00 = Rp 7,500,000.00 30% X Rp 1,345,699,464.00 = Rp 403,709,839.20


(61)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Perbedaan Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000 dikarenakan adanya perbedaan penghasilan dan pengeluaran yang berupa :

a. Perbedaan tetap

Terjadi dikarenakan pendapatan dan biaya diakui menurut Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak diakui menurut Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000. Perbedaan tetap yang dijumpai dalam laporan keuangan perusahaan adalah biaya natura sebesar Rp. 93,386,673 , biaya sumbangan sebesar Rp. 50,367,100 , dan pendapatan bunga sebesar Rp. 92,235,579

b. Perbedaan waktu

Terjadi dikarenakan perbedaan perhitungan biaya penyusutan yang dilakukan perusahaan dengan biaya penyusutan menurut pajak, sehingga besarnya biaya penyusutan yang dikoreksi adalah Rp. 73,581,270.

Table 3


(62)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Perbandingan Laba Rugi Menurut Akuntansi dan Perpajakan ( dalam Rp. )

Laba Akuntansi Waktu Tetap Laba Fiskal

Penjualan 3,331,721,250.00 3,331,721,250.00 Harga Pokok

penjualan -

Persedian Awal 56,074,125.00 56,074,125.00 Harga Pokok Produksi 1,672,581,515.00 1,672,581,515.00 Persedian Tersedia Dijual 1,728,655,640.00 1,728,655,640.00 Persedian Akhir (56,074,125.00) (56,074,125.00) HPP 1,672,581,515.00 1,672,581,515.00 laba (Rugi) Kotor

1,659,139,735.00 1,659,139,735.00 Biaya Usaha - Biaya Operasional 308,928,238.00 (93,386,673) (73,581,270) 141,960,295.00

Biaya Umum dan Administrasi 138,098,538.00 (50,367,100) 87,731,438.00 Total Biaya Usaha

447,026,776.00

229,691,733.00 Laba (Rugi) Usaha

1,212,112,959.00 1,429,448,002.00 Pendapatan dan

Biaya Lain-Lain -

Pendapatan Bunga/Jasa Giro 192,837,041.00 (92,235,579.00) 100,601,462.00 Biaya Bunga 84,350,000.00 84,350,000.00


(63)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

Jumlah Pendaptan (Biaya) lain-lain

108,487,041.00

16,251,462.00 LABA (RUGI)

SEBELUM PPH

1,320,600,000.00

1,445,699,464.00 Pajak Penghasilan

378,680,000.00

416,209,839.20 Laba Setelah Pajak

941,920,000.00

1,029,489,624.80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

1. Laporan keuangan yang disajikan oleh PT. Cahaya Gunung Sakti disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Sebagai wajib pajak PT. Cahaya Gunung Sakti mempunyai kewajiban menyetorkan pajak penghasilan. Laba fiskal atau penghasilan kena pajak yang merupakan dasar perhitungan pajak penghasilan dihitung dari laba akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan setelah dilakukan koreksi fiskal yang berdasarkan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000.

2. Terdapat perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak yang disebabkan perbedaan berupa tetap yang terdiri dari biaya natura sebear Rp. 93,386,673 , biaya sumbangan sebesar Rp. 50,367,100 , dan pendapatan bunga sebesar Rp. 92,235,579 yang diakui perusahaan sebagi


(64)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

biaya dan pendapatan tetapi tidak diakui dalam Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000, sedangkan perbedaan berupa waktu adalah biaya penyusutan yang dihitung oleh perusahaan berbeda dengan perhitungan biaya penyusutan menurut pajak, sehingga besarnya biaya penyusutan yang dikoreksi adalah Rp. 73,581,270.

3. Untuk menjembatani perbedaaan laba akuntansi dengan laba fiskal maka perusahaan melakukan koreksi fiskal.

4. Dalam menentukan penghasilan kena pajak PT. Cahaya Gunung Sakti melakukan koreksi fiskal yang didasarkan Undang-undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000.

5. Koreksi fiskal yang dilakukan perusahaan terdiri dari koreksi positif dan negatif. Koreksi positif dilakukan terhadap biaya natura, biaya sumbangan, dan biaya penyusutan. Koreksi negatif dilakukan terhadap pendapatan bunga.

D. Saran

1. PT. Cahaya Gunung Sakti sudah menyusun laporan keuangan dengan baik, dan melakukan koreksi fiskal untuk menentukan penghasilan kena pajak. Hal ini dapat diterapkan bagi setiap wajib pajak badan agar menyusun laporan keungan sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan koreksi fiskal untuk menentukan penghasilan kena pajak sesuai dengan undang-undang pajak yang berlaku.


(65)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

2. Koreksi fiskal yang dilakukan PT. Cahaya Gunung Sakti sudah baik, namun untuk meminimalkan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, perusahaan perlu lebih teliti terhadap biaya-biaya yang tidak diperkenankan oleh undangan-undang pajak dan untuk itu perusahaan juga perlu menyusun tax planning yang baik.

3. PT.Cahaya Gunung Sakti dapat mempelajari dan memahami lebih dalam mengenai Undang-undang perpajakan, khususnya Undang-undang terbaru perpajakan, agar dalam perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak lebih akurat.


(66)

Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Cetakan Ketigabelas, Rineka Cipta, Jakarta

Erly, Suandy,2001. Perencanaan Pajak, Edisi Pertama, Jakarta

Indra, Ismawan, 2001. Memahami Reformasi Perpajakan 2000, Edisi Pertama, Jakarta

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang,2002. Metodologi penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta

Matz dan Usry, 1994. Akutansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Penerjemah : Herman Wibowo, Edisi Kedelapan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Muljono, Djoko, 2006. Akuntansi Pajak, Penerbit Andi, Yogyakarta

Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999, Prinsip-prinsi Akuntansi, Penerjemah : Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Edisi 19, Erlangga, Jakarta


(1)

Pasal 22; dan

b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh

dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,

dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

(2) Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

(3) Dihapus.

(4) Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.

(5) Dihapus.

(6) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut:

a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian; b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;

c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan

setelah lewat batas waktu yang ditentukan;

d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;

e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan; dan

f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

(7) Menteri Keuangan menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak bagi: a. Wajib Pajak baru;

b. bank, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, Wajib Pajak masuk

bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala; dan

c. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu dengan tarif paling tinggi 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari peredaran bruto.

(8) Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun yang bertolak ke luar negeri wajib membayar pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(8a) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2010.

(9) Dihapus.

21.Ketentuan Pasal 26 ayat (1) diubah dan ditambah 2 (dua) huruf, yakni huruf g dan


(2)

disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a), serta di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (2a) sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26

(1) Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan:

a. dividen;

b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan

pengembalian utang;

c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;

e. hadiah dan penghargaan;

f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;

g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau

h. keuntungan karena pembebasan utang.

(1a) Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).

(2) Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.

(2a) Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3c) dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(4) Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(5) Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (2a), dan ayat (4) bersifat final, kecuali:


(3)

huruf b dan huruf c; dan

b. pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

22.Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 29

Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.

23.Ketentuan Pasal 31A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 31A

(1) Kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan dalam bentuk:

a. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penanaman yang dilakukan;

b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

c. kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan

d. pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal

26 sebesar 10% (sepuluh persen), kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bidang-bidang usaha tertentu dan/atau daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional serta pemberian fasilitas perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 24.Pasal 31B dihapus.

25.Ketentuan Pasal 31C ayat (2) dihapus sehingga Pasal 31C berbunyi sebagai berikut:

Pasal 31C

(1) Penerimaan negara dari Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong oleh pemberi kerja dibagi dengan imbangan 80% untuk Pemerintah Pusat dan 20% untuk Pemerintah Daerah tempat Wajib Pajak terdaftar.


(4)

26.Di antara Pasal 31C dan Pasal 32 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 31D dan Pasal 31E sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 31D

Ketentuan mengenai perpajakan bagi bidang usaha pertambangan minyak dan gas bumi, bidang usaha panas bumi, bidang usaha pertambangan umum termasuk batubara, dan bidang usaha berbasis syariah diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 31E

(1) Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

(2) Besarnya bagian peredaran bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dinaikkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

27.Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 32

Tata cara pengenaan pajak dan sanksi-sanksi berkenaan dengan pelaksanaan Undang-Undang ini dilakukan sesuai dengan dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denga

28.Di antara Pasal 32A dan Pasal 33 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 32B sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 32B

Ketentuan mengenai pengenaan pajak atas bunga atau diskonto Obligasi Negara yang diperdagangkan di negara lain berdasarkan perjanjian perlakuan timbal balik dengan negara lain tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah.

29.Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 35


(5)

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal II Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

1. Wajib Pajak yang tahun bukunya berakhir setelah tanggal 30 Juni 2001 wajib

menghitung pajaknya berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam kali diubah terakhir dengan Perubahan Ketiga atas Penghasilan.

2. Wajib Pajak yang tahun bukunya berakhir setelah tanggal 30 Juni 2009 wajib

menghitung pajaknya berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam dengan Undang-Undang ini.

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 23 September 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 September 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd


(6)