Teori Taksonomi Bloom Teori Ketergantungan Dependency Theory

tentang sepak bola namun lebih terfokus pada artikel-artikel non-berita, dan Bola Sports, yang mempunyai fokus pada cabang olahraga lainnya.

1.5.5. Teori Taksonomi Bloom

Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani, yakni “tassein” berarti untuk mengklasifikasikan dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua – benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian – dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. http:id.wikipedia.orgwikiTaksonomi . Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin

S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Taksonomi Bloom merujuk pada

taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga kawasan menurut jenis kemampuan yang tercantum di dalamnya yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor. Menurut Taksonomi Bloom, tahapan seseorang hingga ia memiliki skill terhadap pengetahuan tertentu dimulai dari tahapan kognitif, di mana pada tahapan ini seseorang berproses untuk memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya. Lalu, akan naik ke tahap afektif, yaitu seseorang akan tertarik untuk melakukan adopsi-inovasi. Terakhir, seseorang sampai pada tahap psikomotor, di mana ia benar-benar mempraktikkan pengetahuan yang baru itu, sehingga ia memiliki skill yang baik. Inilah tahapan- tahapan yang akan dilalui seseorang dari tahapan unskill sampai ke tahapan skill terhadap suatu pengetahuan tertentu yang dikemukakan oleh Bloom. Universitas Sumatera Utara

1.5.6. Teori Ketergantungan Dependency Theory

Teori ketergantungan Dependency Theory adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu Saverin and Tankard, 1992: 264. Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Mereka memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratification, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Besarnya ketergantungan seseorang pada media ditentukan dari dua hal:  Pertama, individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit.  Kedua, persentase ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Dalam teori dependensi efek komunikasi massa yang dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur Sendjaja, 2002: 26 memfokuskan perhatiannya pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecendrungan terjadinya suatu efek media massa. Di sini media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam Universitas Sumatera Utara aktivitas sosial. Pemikiran dalam teori ini adalah bahwa di dakam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan, dan orientasi kepada apa yang terjadi dalam masyarakat. Dalam teori ini menjelaskan bahwa tingkat ketergantungan ini dipengaruhi oleh jumlah kondisi struktural dan apa yang dilakukan oleh media massa sebagai pelayanan berbagai fungsi informasi. Ada tiga komponen yang saling berhubungan dalam teori ini, yaitu audience, sistem media dan sistem sosial. Menurut Sendjaja 2002: 27, dari hubungan ketiga komponen tersebut kita dapat melihat efek tersebut dalam rumusan: 1. Efek kognitif, berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. 2. Efek afektif, berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca tabloid atau majalah, mendengar radio, menonton televisi, timbul perasaan tertentu pada khalayak. 3. Efek behafiorial, bersangkutan dengan niat, upaya, tekad, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek behavioral tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi, 1995 : 40. Universitas Sumatera Utara