BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Absorbansi dan Penghambatan
Hasil ekstraksi daging daun lidah buaya selanjutnya diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Kemudian dibuat larutan kontrol,
larutan seri ekstrak daging daun lidah buaya, dan larutan seri vitamin C. Setelah diinkubasi akan terlihat secara kualitatif ada tidaknya perubahan warna pada
larutan. Berikut ini gambar larutan seri ekstrak daging daun lidah buaya:
Gambar 4.1 Larutan seri ekstrak konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm
Pada gambar 4.1 terlihat perbedaan warna dari berbagai macam konsentrasi larutan uji. Pada konsentrasi 50 ppm terlihat warna ungu yang lebih
pekat dibandingkan dengan konsentrasi 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Hal ini disebabkan baru sedikit elektron bebas pada DPPH yang diikat oleh antioksidan.
Pada konsentrasi 100 ppm terlihat warna menjadi lebih pucat daripada konsentrasi 50 ppm, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak elektron bebas
pada DPPH yang diikat oleh antioksidan. Pada konsentrasi 150 ppm terlihat warna ungu menjadi lebih pucat dan pada konsentrasi 200 ppm warna ungu
menjadi sangat pucat karena banyak elektron bebas pada DPPH yang telah
berikatan dengan antioksidan yang ada pada sampel sehingga sifat radikal bebas DPPH menjadi menurun.
29
Vitamin C sebagai antioksidan digunakan sebagai kontrol positif karena vitamin C terbukti mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat. Berikut ini adalah
gambar larutan seri vitamin C:
Gambar 4.2 Larutan seri vitamin C 2 ppm, 4, ppm, 6 ppm, 8 ppm Pada gambar 4.2 terlihat adanya perubahan warna pada larutan seri
vitamin C. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang kuat pada larutan vitamin C mulai dari konsentrasi kecil karena pada konsentrasi kecil
terlihat warna ungu sudah tidak pekat. Setelah diamati secara kualitatif, larutan kontrol, larutan seri ekstrak
daging daun lidah buaya dan larutan seri vitamin C diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang maksimun DPPH yaitu
515,8 nm. Hal ini untuk mendapatkan nilai absorbansi maksimum juga dan kemudian dicari penghambatan masing-masing konsentrasi. Berikut adalah nilai
absorbansi dan penghambatan dari tiap konsentrasi ekstrak daging daun lidah buaya dan vitamin C:
Tabel 4.1 Nilai absorbansi dan penghambatan ekstrak daging daun lidah buaya
No. Konsentrasi ppm
Rata-rata nilai absorbansi Penghambatan
1 2
3 4
50 ppm 100 ppm
150 ppm 200 ppm
0,588 0,501
0,470 0,407
11,71 24,77
29,43 38,88
Tabel 4.2 Nilai absorbansi dan penghambatan vitamin C
No Konsentrasi ppm
Rata-rata nilai absorbansi Penghambatan
1 2
3 4
2 ppm 4 ppm
6 ppm 8 ppm
0,635 0,463
0,075 0,045
4,5 30,48
88,73 93,24
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 terlihat semakin besar konsentrasi semakin kecil absorbansinya karena semakin besar konsentrasi larutan, aktivitas
antioksidan semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan semakin pudarnya warna DPPH dan semakin besarnya nilai penghambatan.
Setelah mendapatkan data penghambatan maka dibuat grafik antara konsentrasi larutan x dan penghambatan y dan didapatkan persamaan
regresi liniernya. Berikut persamaan regresi linier ektrak daging daun lidah buaya dan vitamin C:
Gambar 4.3 persamaan regresi linier ekstrak daging daun lidah buaya
Gambar 4.4 Persamaan regresi linier vitamin C
4.2 Penetapan Nilai IC