Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seni serat atau disebut juga dengan istilah fiber art, merupakan upaya artistik melalui jalan serat atau benang yang menghasilkan konfigurasi bentuk dan warna. Seni serat sebagai ragam seni merupakan manifestasi kebebasan kreatif yang melatari sesuatu cipta seni. Hal inilah yang secara umum mempunyai kekuatan tersendiri sebagai gubahan yang artistik. Dasar seni serat merupakan tenunan atau anyaman sebagai media daya tarik yang dikembangkan hingga pada tingkatan eksplorasi ungkapan seni rupa. Istilah seni serat berasal dari kata fiber art, yang sesungguhnya merupakan karya seni dengan media yang bermateri serat atau benang, diantaranya menghasilkan bentuk ungkap kain tekstil dan tapestri permadani. Dalam beradaptasi dengan keberadaan ruang, bentuk seni serat tidak lagi bergantung dan bersandar pada dinding. Namun berupaya mengisi ruangan dengan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari kekuatan unsur serat ke dalam bidang tiga dimensi. Bentuk-bentuk perwujudan dari gubahan kreatif tekstil selain fungsional berupa karya desain dan kriya juga dapat menjadi media ungkapan dan rekaan berupa eksplorasi estetik non fungsional. Dengan demikian seni serat tidak sekedar hiasan dinding semata, tetapi telah menjadi media bagi kebebasan ekspresi yang terungkap dalam konteks eksplorasi seni. commit to user 2 Dalam hal pengungkapan gagasan dan sentuhan kreatif estetik banyak kemungkinan yang dapat dilakukan melalui seni serat. Disamping membentuk gagasan dwimatra atau trimatra, juga dapat menyusun bentuk-bentuk dalam ruangan seperti karya seni rupa instalasi. Beragam karya seni serat telah mambuka realitas pengembangan tekstil memalui ungkapan seni, kriya, dan desain. Dengan demikian tekstil sebagai benda yang bersifat lembut dan luwes dengan instuisi rasa, ungkapan, warna dan unsur psikologis yang akhirnya menghadirkan keindahan. Tapestri memiliki beberapa sifat serta ciri yang membedakannya dengan karya seni lainnya, khususnya yang bukan merupakan seni serat. Dari segi sifat bahannya, tapestri yang terbuat dari serat tekstil lebih cenderung bersifat lembut dan luwes dengan intuisi rasa, ungkapan, warna dan unsur psikologis sehingga memunculkan keindahan. Sifat serta ciri lain dari tapestri adalah dari segi visualisasi atau penampilannya, tapestri memiliki keunikan tersendiri. Efek pembiasan dan pantulan cahaya dari permukaan yang tidak berpori pada lukisan, tetapi pada benang, sehingga lebih banyak cahaya diserap dan cahaya tersebut memantul ke dalam serat-serat benang. Dengan demikian, warna tersebut disemarakkan, dan sebagai akibatnya tapestri dapat menjadi media yang sangat kaya. Tingkat kekerasan, jenis benang yang digunakan dan kerapatan kebengkokan warp per inci akan masing-masing menentukan hakikat terstruktur tersebut dan dengan mengubah tekstur tersebut dapat membuat model dengan cahaya. Tapestri bukanlah media yang di seluruh bagian atasnya berkerja secara sekaligus. Sebaliknya, pengerjaannya menempuh rute linier langkah demi langkah. commit to user 3 Dalam pengerjaan tapestri seperempat pertama dari tapestri tersebut sangat penting karena hal ini menentukan tentang warna, corak, dan tekstur bagi bagian lainnya dari komposisi tersebut. Dalam pengerjaannya suatu karya tapestri diperlukan perencanaan yang matang untuk dapat memunculkan karakter serta bentuk yang sesuai dengan rancangan awal yang masih berada dalam bentuk skets atau dalam bentuk lukisan media kertas. Dalam perancangannya di perlukan perencanaan mengenai ketebalan benang, kerapatan benang, jenis bahan serat benang, warna benang, teknik imbuhan, dan sebagainya. Hal ini pula yang membedakan tapestri dengan seni lainnya, yang umumnya bersifat kebetulan dan spontan. Perkembangan tapestri kontemporer di Indonesia sendiri mulai muncul pada pertengahan tahun 1970an. Dipelopori oleh Yusuf Affandi yang mulai mempopulerkan seni serat tapestri kontemporer. Setelah itu mulailah bermunculan beberapa seniman serat baru, seperti Biranul Anas Zaman, Lengganu dan Hasanudin. Yang kemudian dilajutkan oleh munculnya generasi berikutnya seperti Jon Martono, Kahfiat Kahdar dan Tiarma Sirait. Perkembangan seni serat khususnya tapestri di Indonesia tergolong pesat. Namun dalam segi eksistensinya masih perlu di simak lagi. Karena pada perkembangannya banyak seniman serat yang beralih profesi atau beralih media dari serat menjadi seni lukis. hal ini dikarenakan masih kurang dikenalnya jenis seni serat fiber art oleh masyarakat Indonesia. Namun saat pasang surutnya perkembangan seni serat di Indonesia terjadi, terdapat beberapa seniman serat yang setia mengeluti commit to user 4 seni serat. Salah satu seniman yang tetap setia mengeluti dunia seni serat adalah Biranul Anas Zaman. Biranul Anas Zaman telah menghasilkan berbagai macam karya seni serat mulai dari yang berbentuk tiga dimensi, tapestri, seni instalasi serta jenis-jenis lainnya yang terbuat dari serat tekstil. Dari beragam jenis karya yang telah dibuat sebagian besar karya Binranul Anas berbentuk tapestri. Kekayaan dan keberagaman yang ada pada karya-karya Biranul Anas tidak hanya dari segi bentuk namun juga dari segi tema. Beragam jenis tema yang pernah Biranul Anas angkat dalam karya-karyanya merupakan merupakan daya tarik tersendiri bagi penulis untuk mengangkat konsep penciptaan seni serat tapestri karya Biranul Anas Zaman dalam penelitian ini. Mengingat sedikitnya penelitian mengenai seni serat tapestri, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai seni serat tapestri untuk dapat memperkenalkan seni serat tapestri secara khusus dan secara umum. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang terfokus mengenai konsep penciptaan seni serat tapestri karya Biranul Anas Zaman dengan menggunakan pendekatan estetika. commit to user 5

B. Perumusan Masalah