commit to user
44
BAB IV KAJIAN ESTETIS TAPESTRI KARYA BIRANUL ANAS
A. Gambaran Umum Seni Serat Tapestri Karya Biranul Anas
1. Latar Belakang Munculnya Karya Biranul Anas Zaman
Biranul Anas telah berkarya dalam dunia seni serat tapestri kurang lebih 35 tahun. Ketertarikan Biranul Anas bermula saat menggunjungi pameran seni
mahasiswa di Kyoto Art University, yang di dalamnya memamerkan beragam jenis karya seni termasuk di dalamnya karya seni serat fiber art. Pada tahun 1975
sepulangnya dari Jepang berbekal pengetahuan yang seadanya mengenai seni serat tapestri, Biranul Anas mulai mencoba berkarya.
Biranul Anas bergabung dengan kelompok seniman Decenta Bandung pada tahun 1982. kala itu kelompok Decenta Bandung tengah digerakkan olah AD Prious,
TS Sutanto, dan Sunaryo, serta melibatkan sejarawan dan kritikus seni rupa, Sanento Yuliman. Pergaulan yang lebih dekat dengan para seniman dan pemerhati seni
memantapkan keputusan Biranul Anas untuk semakin berkonsentrasi pada seni serat pada seni serat fiber art
. „Periode Decenta‟ ini juga yang menggiring perhatian BiranulAnas pada kekuatan akspresi tekstil tardisi Indonesia, yang kemudian
mengilhaminya melakukan penelitian lapangan keberbagai daerah di Indonesia. Penelitian semacam ini membentuk perhatian dan cara pandang baru terhadap tekstil
tradisi Indonesia.
commit to user
45
Biranul Anas memamerkan karya-karya seratnya di Galeri Dacenta, Bandung, untuk pertama kalinya pada tahun 1982. Pameran ini diadakan bersama seniman serat
lainnya seperti, Yusuf Affendi, Lengganu, dan Hasanudin. Pameran ini membentuk kepercayaan baginya untuk terus konsisten menekuni ekspresi seni serat. soal yang
tidak mudah dijalankannya di tengah masyarakat yang lebih akrab pada ekspresi seni lukis dan seni patung.
Biranul Anas berpameran di Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Jakarta pada tahun 1986 dan memperoleh kajian kritik yang positif, khususnya untuk
karya-karya instalasi anyaman pita dan kain stretch. Biranul Anas mulai menjalin hubungan secara lebih intens dengan The Victorian Tapestry Workshop Melbourne,
Australia untuk mendiskusikan berbagai permasalahan seni serat. pada tahun ini, Biranul Anas juga mulai melatih dan membentuk tim pekerja artisan untuk
membantu menyelesaikan karya-karyanya. Tahun 1990 Biranul Anas meninggalkan kelompok Decenta Bandung untuk
menekuni karir artistik secara mandiri dan berpameran di Galeri Hidayat, Bandung bersama Yusuf Affendi, Ratna Panggabean dan Lengganu. Pada tahun ini, tim
pekerjanya yang sebelumnya terdiri dari kaum lelaki diganti dengan perempuan yang berasal dari komunitas perkampungan di sekeliling kediamannya. Biranul Anas
mengajarkan mereka teknik-teknik seni serat hingga mencapai taraf keterampilan yang tinggi.
Tahun 1992 Biranul Anas di undang sebagai peserta pameran “Jakarta Art Design Expo” JADEX di Jakarta Design Center, Jakarta. Pameran JADEX yang
dibuat oleh kurator Jim Supangkat merupakan pameran yang tidak biasa, karena
commit to user
46
mengsejajarkan berbagai jenis karya seni, desain dan kriya menjadi satu representasi pembahasan masalah yang sama. Biranul Anas juga mengikuti pameran
besar “7
th
asian International Art Exhibition” PISRA di Bandung. Bersama beberapa mahasiswanya, Biranul Anas menggalakkan penelitian
tentang potensi serat dan zat pewarna alam untuk pembuatan berbagai karya tekstil pada tahun 1994. Baik sebagai karya seni maupun produk-produk industri, serta
kaitannya dengan pengembangan dunia pariwisata Indonesia Biranul Anas menjadi kurator pameran “Indonesia Textiles” di University of Leeds. Inggris.
Tahun 1994 sampai dengan 1998, Biranul Anas memimpin tim penelitian dan penulis seri publikasi buku 10 jilid tentang manusia dan kebudayaan Indonesia Seri
Buku Indonesia Indah, Jakarta. Empat jilid diantaranya membahas tentang tekstil tradisional Indonesia. Kegiatan penelitia dan penulisan ini menyebabkan Biranul
Anas mengunjungi daerah Nusa Tenggara Timur yang kemudian dianggapnya sebagai kampung halaman ke dua. Kedekatan Biranul Anas pada kebudayaan Nusa
Tenggara Timur dapat terlihat dari beberapa karyanya yang menggangkat tema yang berhubungan dengan kebudayaan Nusa Tenggara Timur.
Tahun 2001 Biranul Anas mengadakan pameran tunggal pertamanya di Edwin Gallery, Jakarta dengan kurator Jim Supangkat. Pada tahun 2005 Biranul Anas
menyelenggarakan pameran seni serat kontemporer bersama generasi seniman seni serat muda Jon Martono, Kahfiati Kahdar dan Tiarma Sirait di Bentara Budaya
Jakarta, Galeri Kita Bandung dan Gracia Art Gallery Surabaya. Sebagai pemerhati tekstil Indonesia, Biranul Anas dipilih oleh Wasarprema kelompok pemerhati kain
tradisional Indonesia. M enjadi ketua Dewan Pengarah “ASEAN Symposium on
commit to user
47
Tradisional Textiles” di Jakarta dan manjadi salah satu pembicara utama pada pariwisata tersebut.
Tahun 2007 Biranul Anas mengadakan pameran tunggal yang di berinama IKATAN SILANG BUDAYA-SENI SERAT BIRANUL ANAS di Bentara Budaya
Jakarta, dengan Jim Supangkat sebagai kurator. Pada pameran ini sebagian besar karyanya menggangkat tema perempuan. Pada tahun
2009 mengikuti pameran seni serat yang berjudul Fiber Face 2 Yogyakarta, di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran
ini diselenggarakan oleh Rumah Budaya Babaran Segaragunung bekerjasama dengan Taman Budaya Yogyakarta. Disamping pameran itu sendiri, terdapat sub acara
Sarasehan dan Slide Show. Dalam pameran ini Biranul Anas diundang sebagai seniman serat senior bersama dengan Hani Winotosastro.
Tiga puluh lima tahun Biranul Anas berkarya dalam dunia seni serat tapestri telah banyak pameran serta acara yang di ikuti oleh Biranul Anas dari berbagai
penjuru dunia baik itu dalam ataupun luar negeri. Pengalaman pribadi ini baik secara langsung ataupun tidak langsung ikut mempengaruhi proses berkesenian Biranul
Anas, baik itu dari segi tema, teknik, bahan hingga proses kerja.
2. Proses Penciptaan Karya Seni Serat Tapestri Biranul Anas