viii
3.9.3. Uji Normalitas 64
3.9.4. Uji Homogenitas 66
3.9.5. Uji Normalitas Gain N-gain 67
3.9.6. Uji Hipotesis 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 70
4.1 Analisis Data Hasil Penelitian 70
4.1.1 Rata-rata n Gain Hasil Belajar Matematika Siswa 70
4.1.2 Uji Hipotesis 71
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 77
5.1 Kesimpulan 77
5.2 Saran 78
DAFTAR PUSTAKA 79
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1
Skema Prosedur Penelitian 54
Gambar 4.1 Diagram Rata-rata n Gain Kelas Eksperimen I dan
70 Eksperimen II
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Tes Diagnostik
3 Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
17 Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
24 Tabel 2.3 Perhitungan Skor Perkembangan
25 Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok
25 Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-
27 Share TPS dan Student Teams Achievement Division STAD
Tabel 3.1 Desain Penelitian 52
Tabel 3.2 Kisi-kisi Hasil Belajar Matematika 55
Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Soal 56
Tabel 3.4 Validitas Soal Pretest 56
Tabel 3.5 Validitas Soal Posttest 57
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal 58
Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal 60
Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Soal Pretest 60
Tabel 3.9 Indeks Kesukaran Soal Posttest 61
Tabel 3.10 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal 62
Tabel 3.11 Daya Pembeda Soal Pretest 62
Tabel 3.12 Daya Pembeda Soal Posttest 63
Tabel 3.13 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data 65
Tabel 3.14 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Data 66
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Rata-rata n Gain Hasil Belajar Matematika 70
Siswa Tabel 4.2 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis
71
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 81
Pertemuan I Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I 87
Pertemuan II Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I 92
Pertemuan III Lampiran 4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II 98
Pertemuan I Lampiran 5.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II 104
Pertemuan II Lampiran 6.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II 110
Pertemuan III Lampiran 7.
Lembar Aktivitas Siswa I 116
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II
118 Lampiran 9.
Lembar Aktivitas Siswa III 120
Lampiran 10. Kisi-Kisi Soal Tes Awal Pretest
127 Lampiran 11.
Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Post-Test 128
Lampiran 12. Lembar Validasi Soal Tes Awal Pretes
129 Lampiran 13.
Lembar Validasi Tes Akhir Post-Test 132
Lampiran 14. Tes Awal Pretes
135 Lampiran 15.
Tes Akhir Postes 138
Lampiran 16. Kunci Jawaban Tes Awal Pretes dan Tes Akhir Postes
141 Lampiran 17.
Tabulasi Perhitungan Pengujian Validasi Soal Pretest 143
Lampiran 18. Tabulasi Perhitungan Pengujian Validasi Soal Postes
145 Lampiran 19.
Perhitungan Validitas Tes 148
Lampiran 20. Tabulasi Perhitungan Pengujian Reliabilitas Soal Pretes
151 Lampiran 21.
Tabulasi Perhitungan Pengujian Reliabilitas Soal Postes 153
Lampiran 22. Perhitungan Reliabilitas Tes
156
Lampiran 23. Tabulasi Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Beda
158 Soal Pretes yang Valid
Lampiran 24. Tabulasi Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Beda
161 Soal Postes yang Valid
Lampiran 25. Perhitungan Tingkat Kesukaran
164 Lampiran 26.
Perhitungan Daya Pembeda Tes 166
Lampiran 27. Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen I
169 Lampiran 28.
Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen II 170
Lampiran 29. Perhitungan Rata-rata, Varians, dan Standar Deviasi
171 untuk Data Pretes, Postes, dan Selisih
Lampiran 30. Perhitungan Uji Normalitas
175 Lampiran 31.
Uji Homogenitas Data 181
Lampiran 32. Rata-rata N-Gain Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen I 183
dan Kelas Eksperimen II Lampiran 33.
Perhitungan Uji Hipotesis 185
Lampiran 34. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke Z
188 Lampiran 35.
Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi
2
190
Lampiran 36. Tabel Distribusi Nilai F
191 Lampiran 37.
Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 193
Lampiran 38. Dokumentasi Penelitian
196
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut Hudojo 2005: 107 pengertian matematika yaitu : Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur-struktur serta
hubungan-hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep- konsep yang terdapat di dalam matematika itu. Dengan demikian belajar
matematika berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.
Matematika bukan hanya sekedar sebagai mata pelajaran wajib yang harus dipelajari di setiap jenjang pendidikan, tetapi matematika merupakan suatu
kebutuhan. Menurut Turmudi 2009: 17 , “Kebutuhan untuk memahami
matematika menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar masyarakat indonesia. Karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dunia
kerja maupun masyarakat ilmiah dan masyarakat teknologi, kebutuhan terhadap matematika akan meningkat secara terus-menerus.
” Sebagaimana menurut Cornellius dalam Abdurrahman, 2012: 204
mengemukakan bahwa : Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
1 sarana berpikir yang jelas dan logis, 2 sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, 3 sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, 4 sarana mengembangkan kreativitas, dan 5 sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Cokrof dalam Abdurrahman, 2012: 204 juga mengatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1 Selalu digunakan dalam segi kehidupan; 2 Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; 3 Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; 4 Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara; 5 Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan 6 Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Matematika merupakan pelajaran yang wajib dipelajari. Hal ini sejalan dengan Abdurrahman 2012: 202 yang menyebutka
n bahwa “Semua orang harus mempelajari matematika karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari- hari”. Banyak orang memandang matematika sebagai pelajaran
yang sulit. Sebagaimana yang diungkapkan Abdurrahman 2012:202 bahwa “Matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa
baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar
”. Anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika.
Seperti yang dikemukakan oleh Satria 2012 bahwa : Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia
berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat
dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan National Center for Education in Statistics, 2003 terhadap 41 negara dalam
pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay.
Berdasarkan fakta di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar matematika di Indonesia memang masih tergolong rendah. Wijaya 2012: 1
mengungkapkan bahwa “Dari hasil PISA Matematika tahun 2009, diperoleh hasil
bahwa hampir setengah dari siswa Indonesia yaitu 43,5 tidak mampu menyelesaikan soal PISA paling sederhana the most basic PISA tasks. Skor
matematika siswa Indonesia turun menjadi 371 dan Indonesia berada posisi 61 dari 65 negara OECD,
2010”. Sejalan dengan hal di atas Trianto 2011: 5 juga mengungkapkan bahwa :
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal sekolah dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
tampak dari hasil rerataan hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya
belajar itu belajar untuk belajar. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya.